Вы находитесь на странице: 1из 5

LTM DK Pemicu 2 Neuroembriologi

Penjelasan, Klasifikasi dan Fisiologi Nyeri

Gerry Kurniawan, Kelompok Diskusi 3

1. Penjelasan Nyeri

Nyeri merupakan suatu hal yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup. Nyeri
memiliki fungsi protektif bagi tubuh kita dengan memberikan sinyal akan adanya luka dan
kerusakan jaringan.1 Nyeri merupakan pengalaman pribadi yang multidimensional/ Sensasi
nyeri menimbulkan respon reflek perilaku dan reaksi emosional (takut atau menangis). Nyeri
juga berkaitan dengan persepsi subjektif sehingga dapat dipengaruhi pengalaman seseorang.2

Reseptor nyeri, nociceptor, berupa ujung saraf bebas berperan dalam sensasi ini pada
semua jaringan tubuh kecuali otak. Stimulus mekanik, suhu serta bahan kimia yang kuat dapat
mengaktifkan reseptor nociceptor.1 Nociceptor tidak beradaptasi dengan stimulus berulang
dan perasaan nyeri akan disimpan sebagai pengalaman untuk membantu seseorang
menghindari bahaya terhadap tubuh.2 Nociceptor terbagi menjadi: Nociceptor mekanis yang
berespon terhadap kerusakan mekanis (sayatan, cubitan, pukulan); nociceptor suhu yang
berespon terhadap suhu ekstrem dan nociceptor polimodal yang berespon terhadap zat kimia
yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera.

2. Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori. Berdasarkan fisiologisnya,


nyeri dapat digolongkan menjadi nyeri nociceptive, neuropathic, inflammatory, dan
psychogenic.2-5 Nyeri nociceptive merupakan nyeri yang disebabkan karena stimulus luka
maupun kerusakan jaringan pada reseptor nyeri.3 Nyeri ini bekerja karena rangsangan pada
reseptor nociceptor, yang telah dijelaskan sebelumnya.

Nyeri neuropathic terjadi karena kerusakan atau gangguan pada sistem saraf dan
kebanyakan disebabkan oleh trauma jaringan atau penyakit.4 Kondisi ini mengakibatkan
pelepasan reaksi yang berlebihan terhadap rangsangan ringan atau biasa dikarenakan neuron
yang sangat sensitif (hiperalgesia) memicu rangsangan sinyal nyeri tanpa adanya kerusakan
pada jaringan. Pasien yang mengalami nyeri neuropathic sering mendeskripsikan nyerinya
sebagai sensasi nyeri aneh, terbakar atau seperti kejutan listrik. Contoh dari nyeri neuropathic
adalah diabetic neuropathy, kerusakan korda spinal, dan nyeri phantom.2,4,5

Nyeri inflammatory terjadi karena aktivasi dan sensitisasi nyeri nociceptive oleh
beberapa mediator yang dilepaskan oleh sel yang rusak maupun sel imun pada jaringan yang
mengalami inflamasi. Nociceptor mengalami aktivasi yang dimodulasi oleh bahan kimia lokal
saat terjadinya kerusakan jaringan seperti Ion potassium (K+), histamin dan prostaglandin,
serotonin yang dilepaskan dari trombosit serta substansi P yang disekresikan neuron sensoris
primer. Senyawa ini akan memediasi respon inflamasi pada jaringan yang luka dengan
mengaktivasi nociceptor dan menurunkan potensial ambang (treshold activation) sehingga
meningkatkan sensitivitas nyeri.3,4

Nyeri psychogenic terjadi karena derajat aktivitas gangguan psikologis (emosional dan
mental) seperti cemas, depresi, kepanikan dan sebagainya. Gangguan psikologis ini terjadi
tidak hanya dikarenakan nyeri itu sendiri, tetapi gangguan psikologis ini juga dapat
mengakibatkan nyeri itu sendiri. Terkadang nyeri pyschogenic terjadi tanpa adanya gejala
penyakit atau kerusakan di tubuh. Gejala paling sering dari nyeri ini adalah perasaan nyeri
yang semakin kuat karena efek psikologis bukan dari kerusakan jaringan itu sendiri. 5

Berdasarkan durasi kejadiannya, nyeri dapat dikategorikan menjadi akut dan kronis.
Nyeri akut terjadi pada saat atau menyertai cidera pada jaringan dan termasuk mekanisme
nyeri pada umumnya dengan durasi kurang dari 3-6 bulan. Nyeri kronis terjadi secara
persisten (berlanjut terus), biasa terjadi lebih dari 3-6 bulan dan bersifat menganggu, kadang
terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan atau jaringan yang telah sembuh diperbaiki. Nyeri
kronik terjadi akibat hipersensitivitas berkepanjangan pada sistem saraf pada jalur
transmisinya sehingga nyeri dirasakan tanpa adanya rangsangan nyeri. Nyeri ini sering
diasosiasikan dengan nyeri neuropathic dan nyeri inflamatory dimana terjadi peningkatan
eksitabilitas neuron akibat molekul kimia yang dilepaskan pada jaringan yang cidera dan
dapat bertahan lama setelah kerusakan awal telah disembuhkan.2

Berdasarkan letaknya, nyeri dapat dikategorikan menjadi superficial somatic, deep


somatic dan visceral pain.1 Nyeri yang timbul karena stimulasi pada reseptor permukaan kulit
disebut nyeri superficial somatic. Deep somatic pain timbul dikarenakan stimulasi pada otot,
sendi, dan tendon. Visceral pain terjadi akibat stimulus pada nociceptor organ dalam. Nyeri
visceral dapat bersifat menyebar (diffuse) dan melibatkan area yang luas, biasanya terjadi
karena ischemia atau distensi organ dalam.

3. Fisiologis Nyeri

Impuls nyeri disalurkan dari nociceptor ke SSP melalui dua jenis serat saraf. Kerusakan
mekanis dan suhu disalurkan melalui serat A-delta halus bermielin dengan kecepatan 30m/s.
Nyeri ini termasuk dalam nyeri jalur cepat. Ketika jaringan terluka, nyeri awal yang terasa
tajam menusuk dan singkat timbul. Nyeri jalur cepat juga mudah diketahui lokasinya. Setelah
itu timbul perasaan sensasi pegal, tumpul, panas yang lokasinya tidak jelas dan menetap lama
sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman. Nyeri ini termasuk nyeri jalur lambat yang
disalurkan oleh serat C halus tanpa mielin dengan kecepatan 12m/s. Nyeri jalur lambat ini
diaktifkan oleh bahan kimia, terutama bradikinin, yang aktif ketika jaringan rusak dan
mengeluarkan enzim ke dalam CES.2

Serat nyeri aferen primer akan bersinaps dengan antarneuron orde kedua di dorsal
horn medula spinalis. Serat nyeri aferen akan mengeluarkan neurotransmitter sebagai respon
potensial aksi dan mempengaruhi neuron berikutnya. Neurotransmitter ini adalah substansi
P dan Glutamat (paling banyak diketahui). Substansi P mengaktifkan jalur nociceptive
asendens ke tingkat korteks, talamus, formasio retikularis dan sistem limbik (Gambar 1).
Korteks akan menentukan lokasi nyeri dan pengalaman kejadian nyeri. Talamus sebagai
stasiun sensoris yang juga menimbulkan sensasi nyeri. Kewaspadaan akan rangsangan
merusak ditingkatkan oleh formasio retikularis. Interkoneksi thalamus dan formasio
retikularis menuju sistem limbik (termasuk hipothalamus) memicu respo emosional, perilaku
dan rasa tidak menyenangkan akibat pengalaman nyeri tersebut.2

Gambar 1. Jalur nyeri substansi P.2

Glutamat bekerja pada dua reseptor


membran post sinap di antarneuron eksitatorik
dorsal horn dengan dua mekanisme yang
berbeda (Gambar 2). Glutamat akan mengikat
reseptor AMPA dan menyebabkan perubahan
permeabilitas sehingga memicu terbentuknya
potensial aksi yang menyalurkan sinyal nyeri ke
pusat pemrosesan. Glutamat juga mengikat
reseptor NMDA yang menyebabkan masuknya
ion Ca+ (juga dikarena depolarisasi oleh reseptor
AMPA yang melepas hambatan ion Mg+). Jalur ini
hanya meningkatkan kepekaan reseptor AMPA
dan pelepasan neurotransmitter glutamat pada
presinaps nueron afferen primer.2

Gambar 2. Jalur nyeri glutamat.2

Nyeri juga dapat dihambat pada dorsal horn medula spinalis sebelum dikirim melalui
jalur asenden (Gambar 3). Umumnya, interneuron inhibitoris pada korda spinal menginhibisi
(menhalangi) jalur asenden untuk nyeri. Ketika stimulus nyeri aktif, serat saraf C mengeksitasi
jalur asenden dan memblok jalur inhibisi sehingga sinyal nyeri dapat dikirim ke pusat
pemrosesan. Pada teori gate control, serat Aβ sebagai serat sensoris stimulus mekanis
membantu kerja inhibisi nyeri dengan bersinaps dengan interneuron inhibitoris dan
meningkatkan kerja inhibisnya walau serat saraf C merespon stimulus nyeri juga sehingga rasa
nyeri yang diterima otak akan berkurang.3

Gambar 3. Jalur Inhibisi oleh SSP.2

Selain itu, SSP juga mengandung sistem analgesik yang menginhibisi nyeri. Area yang
berperan dalam inhibitor ini adalah substansia grisea periakuaduktus serta nukleus pada
medula dan formasio retikularis. Substansi grisea periakuaduktus merangsang neuron pada
medula dan formasio retikularis dan berakhir pada interneuron inhibitorik pada kornu dorsal
medula spinalis. Interneuron ini melepaskan senyawa opiat endogen (endorfin, enfekalin dan
dinorfin) yang berperan dalam sistem analgesik tubuh. Senyawa ini akan mengikat ujung
terminal saraf aferen nyeri sehingga menghambat pelepasan substansi P yang berperan dalm
transmisi sinyal nyeri.2

Setiap saraf spinalis membawa serat sensoris dari bagian permukaan tubuh terterntu
dan juga membawa serat yang menyarafi organ internal. Terkadang, nyeri yang berasal dari
suatu organ “dialihkan” ke bagian permukaan tubuh tertentu yang disarafi oleh saraf spinalis
yang sama (dermatom). Nyeri ini disebut nyeri alih dan banyak terjadi pada organ dalam
(visceral pain).2

4. Kasimpulan Pembahasan Klinis Pemicu

Gejala pasien mengalami gejala sensasi terbakar dan nyeri tertusuk pada kedua kaki
sama dengan gejala nyeri neuropathic dan kemungkinan terjadi karena tumor medulla
spinalis menganggu jalur atau merusak sistem saraf asenden nyeri (lateral spinothalamic)
sehingga menimbulkan sensasi nyeri pada kedua kaki.4 Pasien juga mengalami gejala
neurologis hipoestesia dari umbilikus hingga kedua kaki yang menandakan dermatom yang
dipersarafi oleh saraf spinal dari T10 (umbilikus) hingga kebawah, sehingga menandakan
bahwa tumor medulla spinalis kemungkinan berada pada T10 dan menganggu jaras asenden
yang berakibat nyeri terbakar dari kaki pada segmen dibawah T10.1

Daftar Pustaka

1. Tortora GJ, Derrickson B. Anatomy and Physiology. 14th ed. Danver: Wiley; 2014. p.469,
551-553
2. Sherwood L. Human Physiology: from Cells to Systems. 9th ed. Boston: Mary F; 2013.
p.189-192
3. Silverthorn DU. Human Physiology: An Integrated Approach. 6th ed. Boston: Pearson
education; 2013. p.337-341
4. Backonja M, Dahl J, Gordon D, Rudin N, Seghal N, Sullivan Ag. Pain Management:
Classification of Pain [Internet]. Wisconsin: University of Wisconsin; 2010 [cited 2017 Mei
26]. Available from: http://projects.hsl.wisc.edu/GME/PainManagement/session2.3.html
5. The Continuum Center for Health and Healing. Definitions and Types of Pain [internet].
Newyork: Department Pain Medicine and Palliative Care Mount Sinai Beth Israe; 2011
[cited 2017 May 26]. Available from:
http://www.healingchronicpain.org/introduction/definitions

Вам также может понравиться