Вы находитесь на странице: 1из 10

STRATEGI PENANAMAN SILA KEDUA PANCASILA

DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS RENDAH


SDN 6 SUNGAI KUNYIT

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh:
RUSLAN
NIM F 2211141013

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
STRATEGI PENANAMAN SILA KEDUA PANCASILA
DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS RENDAH
SDN 6 SUNGAI KUNYIT

Oleh:
RUSLAN
NIM F 2211141013

Disetujui Oleh :
STRATEGI PENANAMAN SILA KEDUA PANCASILA
DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS RENDAH
SDN 6 SUNGAI KUNYIT

Ruslan, Muhammad Asrori, Antonius Totok Priyadi


Program Studi Magister Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Pontianak
(email:lan47114@gmail.com)

Abstract
This study aims to obtain a comprehensive information about the strategy of planting the
two principles of Pancasila in thematic learning in the low grade of Primary School 6
Sungai Kunyit Mempawah which is related to planning, implementation and evaluation of
the second principle of Pancasila. The findings are as follows: Planning of learning to
plant the grains of the two principles of Pancasila in learning in the low grade Primary
School 6 Sungai Kunyit is a strategy of play and story telling strategy, and not yet
contained in the RPP. Implementation of the second principle of Pancasila in the
thematic lesson in the low grade of Primary School 6 Sungai Kunyit can be seen from the
learning process that has been implemented there are weaknesses in implementing the
learning because not maximally apply thematic learning with the material of the second
Pancasila, still look not connected with themes. Evaluation of the learning of the second
Pancasila sila cultivation in the thematic lesson in the low grade of Primary School 6
Sungai Kunyit is through oral assessment by questioning the students, doing the
assessment based on the activity in the class by looking at the activity and the interaction.

Keywords: Strategy, planning, the second principle of Pancasila, low class

Kemerdekaaan atas hak-hak kemanusian Declaration of Human Rights”, yaitu sebuah


telah disepakati oleh negara-negara di dunia, piagam pernyataan sedunia yang mengatur
termasuk Indonesia. Undang-Undang Dasar tentang hak-hak manusia. Piagam pernyataan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada tersebut menjadi acuan bagi negara-negara di
bagian pembukaan jelas dan tegas menyatakan, dunia dalam praktik menyusun dan
"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah menyelenggarakan negara dan
hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka pemerintahannya agar tidak mengabaikan hak
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan asasi warga negaranya dan manusia umumnya.
karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan Menyadari bahwa untuk menciptakan
perkeadilan."Ini menunjukkan bahwa sangat manusia Indonesia yang menjunjung tinggi
penting menjunjung tinggi nilai-nilai nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab,
kemanusiaan dan beradab agar tidak terjadi perlu dilakukan usaha menanamkan nilai-nilai
penjajahan manusia atas manusia lain. tersebut lebih awal melalui anak-anak usia
Selanjutnya para pendiri Negara secara lebih empat sampai dengan tujuh tahun yang
khusus menjabarkan peri kemanusiaan dan peri sebagian besar waktunya berada diantara
keadilan dalam dasar Negara Indonesia individu-individu social seusianya, bahkan tak
Pancasila, yaitupadasilakedua, berbunyi jarang mereka juga bergaul dengan yang lebih
“Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, yang tua darinya. Tempat bergaul mereka adalah di
harus menjadi dasar kepribadian setiap warga lingkungan keluarga, sekitar rumahnya,
bangsa Indonesia. Sementara itu, cita-cita sekolah informal dan formal. Diantara ketiga
untuk kemanusiaan dan keberadaban juga lingkungan tersebut, Sekolah dasar adalah
dicetuskan pada sidang umumnya Perserikatan lembaga pendidikan formal pertama tempat
Bangsa-Bangsa di Paris pada tanggal 10 mereka bergaul paling lama sebagai peserta
Desember 1948 dalam “The Universal didik, enam tahun bahkan ada yang lebih dari
1
enam tahun bagi yang tinggal kelas. Sekolah keteraturan dalam diri sendiri maupun diri
dasar adalah laboratorium yang dapat dijadikan orang lain”. Studi pendahuluan yang dilakukan
tempat praktek untuk membekali mereka rasa peneliti di Sekolah Dasar Negeri 6 Sungai
kebersamaan atas dasar nilai kemanuasian, Kunyit tentang keadaan peserta didik idealnya
keadilan dan keberadaban yang sama-sama sebagaimana pada paparan di atas, belum
membutuhkan dan saling menguntungkan. sesuai harapan. Dalam rentang tahun pelajaran
Penanaman rasa kemanusiaan yang adil dan 2014/2015 sampai dengan 2015/2016 terjadi
beradab pada masa-masa ini dapat dilakukan beberapa kali kejadian yang melibatkan oknum
melalui praktek-praktek langsung seperti peserta didik yang bertentangan dengan
menolong teman yang jatuh ketika berlari, persamaan derajat persamaan hak dan
menjenguk teman yang sakit, dan penayangan persamaan kewajiban antara sesama manusia,
video pembelajaran yang berkaitan dengan perbuatan yang tidak menunjukkan rasa saling
perbuatan-perbuatan kemanusiaan. mencintai sesama manusia, perbuatan yang
Untuk proses pembinaan terhadap anak, bertentangan dengan sikap tenggang rasa,
diperlukan adanya sebuah upaya untuk melatih terjadi tindakan semena-mena terhadap peserta
dan mengembangkan seluruh potensi pada didik lain, pengabaian nilai-nilai kemanusiaan,
peserta didik, sebab setiap peserta didik mengabaikan kegiatan kemanusiaan, tidak
merupakan individu yang mempunyai hak menunjukkan berani membela kebenaran dan
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. keadilan, tidak merasa dirinya sebagai bagian
Peserta didik memiliki dunianya sendiri yang dari seluruh umat manusia. Perbuatan negatIf
tentunya sangat jauh berbeda dengan dunia oknum peserta didik seperti yang dipaparkan di
orang dewasa. Masing-masing mereka atas mengindikasikan bahwa belum
mempunyai kecerdasan serta memiliki naluri sepenuhnya upaya penanaman sila kedua
sebagai makhluk yang beragam, dan itu adalah Pancasila yang diharapkan menjadi bagian atau
fitrah yang diberikan Allah, dengan demikian cikal bakal dasar kepribadianbangsa oleh guru
pendidikan sangatlah perlu ditanamkan sejak dalam setiap pembelajaran yang dilakukan
usia dini untuk menciptakan khalifah yang belum dapat diserap para peserta didik di
benar-benar bisa memimpin di muka bumi ini, Sekolah Dasar Negeri 6 Sungai Kunyit.
hal utama yang dibutuhkan adalah pendidikan Bertolak dari kesenjangan tersebut, untuk
yang berkualitas. mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi di
Menurut Haedar (2013:5) bahwa Sekolah Dasar Negeri 6 Sungai Kunyit maka
“pendidikan tidak cukup hanya menanamkan penelitian ini dilakukan.
kemampuan kecerdasan dan iptek belaka, tidak
kalah pentingnya memberikan bekal METODE
kepribadian dan kapasitas moral yang kuat, Pendekatan dalam penelitian ini adalah
sehingga lahir generasi bangsa yang tangguh usaha untuk mencapai tujuan penelitian.
secara utuh”. Pendidikan pada jenjang sekolah Adapun pendekatan yang digunakan peneliti
dasar ini diharapkan dapat memunculkan dalam penelitian ini adalah pendekatan
individu-individu yang toleran terhadap kualitatif, karena dalam analisis data, peneliti
kemanusiaan dan keberadaban yang berlanjut tidak menggunakan teknik statistik melainkan
sampai jenjang pendidikan berikutnya, bahkan dalam bentuk verbal. Hal ini sesuai dengan
diharapkan ketika mereka hadir dalam pendapat Ulber Silalahi (2009:77) yang
kehidupan masyarakat dengan berbagai macam menyatakan bahwa “penelitian kualitatif dapat
persoalan individu dan kelompok yang dikonstruksikan sebagai satu strategi penelitian
berkaitan suku, bangsa dan agama, menuntut yang biasanya menekankan kata-kata daripada
kearifan dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan. kuantifikasi dalam pengumpulan dan analisis
Doni Koesoema (Fadillah & data, menekankan pendekatan induktif untuk
Lilif,2013:17) menyatakan, “pendidikan hubungan antara teori dan penelitian, yang
merupakan sebuah proses yang membantu tekanannya pada penempatan penciptaan teori.
menumbuhkan, mengembangkan, Jenis penelitian yang digunakan dalam
mendewasakan, membuat yang tidak tertata penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif.
atau liar menjadi semakin tertata; semacam Mahmud (2011:100) menyatakan bahwa
proses pencipaan sebuah kultur dan tata penelitian deskriptif adalah penelitian yang

2
diupayakan atau mengamati permasalahan Teknik pemeriksaan keabsahan data yang
secara sistematis dan akurat mengenai fakta memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
dan sifat objek tertentu. Penelitian ini hanya yang terkumpul untuk keperluan pengecekan
meneliti dan bertujuan mendeskripsikan atau sebagai pembanding terhadap data-data
tentang strategi penanaman sila kedua tersebut. Menurut Moleong (2007:330)
pancasila dalam pembelajaran tematik di kelas “trianggulasi adalah teknik pemeriksaan
rendah Sekolah Dasar Negeri 6 Sungai Kunyit keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
Mempawah. Data dan informasi yang didapat yang lain”. Cara yang dilakukan dalam
kemudian diorganisir dan dianalisis untuk penelitian ini ada dua yaitu trianggulasi sumber
mendapatkan gambaran tentang objek dan trianggulasi teknik. Trianggulasi sumber
penelitian. Cara pengolahan data dan informasi artinya data yang diperoleh dari satu sumber
yang demikian itu, kemudian diistilahkan dicek kepada sumber lain misalnya data yang
dengan metode deskriptif analitis. diperoleh dari guru dicek kepada siswa.
Teknik pengumpul data adalah cara-cara Trianggulasi teknik artinya data yang diperoleh
yang dilakukan untuk mengumpulkan, menggunakan teknik pengumpul data tertentu
mencari, dan memperoleh data dari informan dicek menggunakan teknik pengumpul data
serta informasi yang telah ditentuan. Untuk lain. Misalnya data yang diperoleh melalui
memperoleh data dalam penelitian ini penulis wawancara dicek melalui observasi atau studi
menggunakan teknik pengambilan data sebagai dokumentasi.
berikut: 1) Observasi langsung, 2) Komunikasi Salah satu cara untuk menguji keabsahan
langsung, dan 3) Studi dokumenter. Alat data tersebut adalah melalui member check,
pengumpul data yang digunakan dalam yaitu mengecek kembali data-data yang sudah
penelitian ini adalah 1) panduan observasi, 2) dianalisis, apakah data-data tersebut benar-
panduan wawancara dan dokumentasi. benar akurat dan valid.
Teknik pengolahan dan analisis data
dalam penelitian ini mengacu kepada langkah- HASIL DAN PEMBAHASAN
langkah seperti yang dikemukakan oleh Miles PENELITIAN
dan Huberman (Burhan Bungin, (Sanapiah Hasil Penelitian
Faisal,2008:69) yaitu ” (1) koleksi data, (2) Penelitian ini menitikberatkan pada
reduksi data (3) display data dan(4) strategi penanaman sila kedua pancasila dalam
pengambilan kesimpulan dan pembelajaran tematik di kelas rendah Sekolah
verifikasi.”Berdasarkan langkah Miles dan Dasar Negeri 6 Sungai Kunyit Mempawah,
Huberman yang dilakukan pertama oleh dimana data dideskripsikan menggunakan
peneliti adalah mengoleksi data. Hal tersebut kata-kata sehingga terpenuhi kriteria penelitian
dilakukan peneliti untuk dibandingkan satu kualitatif. Data yang diperoleh dari wawancara,
dengan lainnya dengan tujuan konseptual, observasi, dokumen dijabarkan dalam strategi
kategorisasi atau teoritis. Kedua reduksi data penanaman sila kedua pancasila dalam
atau pengelolaan data, mulai dari pengeditan, pembelajaran tematik di kelas rendah Sekolah
pengkodean sampai tabulasi data. Bagian ini Dasar Negeri 6 Sungai Kunyit Mempawah.
data dipilah kedalam konsep, kategori, dan
tema tertentu. Ketiga pengorganisasian data Perencanaan Pembelajaran dalam
atau display data, misalnya disajikan dalam Penanaman Butir-butir Sila Kedua
bentuk matrik atau sejenisnya. Keempat Pancasila dalam Pembelajaran Tematik
conclution drawing & verifiying atau Sebelum mengajar guru terlebih dahulu
pemaparan dan penegasan kesimpulan dari merencanakan pembelajaran yang disesuaikan
data yang sudah disajikan berbentuk matrik dengan materi, dalam hal ini adalah tentang
atau yang sejenisnya. penanaman butir-butir sila kedua Pancasila.
Ketekunan pengamatan bermaksud Cara yang dilakukan dalam pembelajaran
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam tersebut adalah dengan menyesuaikan
situasi yang sangat relevan dengan persoalan Kompetensi Dasar dan selanjutnya
atau isu yang sedang dicari dan kemudian mengembangkan materi yang ada dalam hal ini
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara sesuai dengan materi butir-butir sila kedua dari
rinci. Pancasila. Kemudian merencanakan dengan

3
melibatkan peserta didik dalam kegiatan proses dimasukkannya materi Sila Kedua Pancasila ke
belajar mengajar. Dari kegiatan perencanaan, dalam RPP.
pelaksanaan, sampai kepada kegiatan evaluasi.
Untuk perencanaan evaluasi dengan membuat Pelaksanaan Penanaman Sila Kedua
berdasarkan indikator atau tujuan Pancasila dalam Pembelajaran Tematik
pembelajaran, yang diesuaikan dengan kisi-kisi Guru sudah menjelasakan materi pelajaran
soal. Selain itu penyesuaian tersebut dirancang mengakui persamaan derajat persamaan hak dan
dengan kemampuan dan kondisi peserta persamaan kewajiban antara sesama manusia
didikdan prinsip-prinsip evaluasi. dengan tema tetapi masih kesulitan dalam
Untuk membuat RPP disesuaikan dengan menghubungkan tema dengan materi saling
materi pelajaran, dalam hal ini tentang mencintai sesama manusia dan
penanaman butir-butir sila kedua dari mengembangkan sikap tenggang rasa. Guru
Pancasila. RPP yang dibuat berpatokan kepada merasa kesulitan dengan pembelajaran tematik
silabus yang dikembangkan melalui RPP. adalah pada saat mulai menghubungkan antara
Melalui materi/tema penanaman butir-butir sila materi saling mencintai sesama manusia dan
kedua Pancasila dengan pembelajaran tematik. mengembangkan sikap tenggang rasa dengan
Sumber RPP yang dibuat tidak dari inisiatif pembelajaran tematik. Karena masih belum
pribadi, tetapi berasal dari guru-guru, dengan mamaami dengan baik.
cara mengadopsi dan mengubah sedikit saja, Untuk menyajikan materi tidak semena-
karena masih belum mampu untuk membuat mena terhadap orang lain dan menjunjung
RPP sendiri, masih banyak hal-hal yang belum tinggi nilai kemanusiaan ini, disesuaikan
dietahui. Tetapi karena tuntutan pekerjaan, dengan tema dengan beberapa indikator yang
maka guru berusaha untuk melengkapi menyangkut sila kedua. Materi penanaman sila
perangkat pembelajaran ini/RPP walaupun kedua Pancasila ini menggunakan strategi
masih banyak kekurangan-kekurangan, tetapi bermain dan bercerita. Ketika mengunakan
akan terus memperbaiki RPP dengan cara strategi bermain pada peserta didik dengan
bertanya dan meminta masukan dari guru-guru alasan jiwa sosial peserta didik ini sangat
dan kepala sekolah. tinggi dengan dilihat dari teman bergaulnya
Untuk menjabarkan RPP berpatokan yang rata-rata anak kelas 4 SD yang membuat
kepada SK yang ada dan dalam membuat RPP, aspek-aspek perkembangannya pun cepat
rumusan tujuan pembelajaran yang berasal dari berkembang karena mempunyai teman yang
KD. Rumusan tujuan pembelajaran dibuat telah cukup besar daripadanya. Tetapi jika
dengan cara mengembangkan tujuan dengan terus begitu tidak baik juga oleh
indikator-indikator dengan tujuan untuk perkembangannya karena ia tidak berkembang
mempermudah penjelasan kepada peserta didik berdasarkan urutan karena terlalu sering
dan mempermudah pemahaman dan pengertian bergaul dengan teman-teman yang lebih tua
peserta didik. daripadanya. Sehingga aspek
Hambatan yang guru alami saat perkembangannya tidak berurutan dan tidak
merencanakan pembelajaran tematik secara seimbang.
umum adalah dengan menghubungkan tema- Untuk strategi bermain yang digunakan
tema dengan pola tematik secara umum. terhadap materi gemar melakukan kegiatan
Hambatan lain yang ditemui adalah dengan kemanusiaan dan berani membela kebenaran
menentukan strategi atau metode yang inovatif dan keadilan dengan maksud agar para peserta
yang disesuaikan dengan pembelajaran didik mudah menerima dan mencerna
tematik, dengan tujuan untuk mempermudah penjelasan yang disampaikan dengan cara
pemahaman peserta didik terhadap materi belajar sambil bermain dan bermain sambil
penanaman sila ke dua, terutama yang belajar. Pemahaman tentang tematik belum
berhubungan langsung dengan kehidupan benar sehinga belum menguasai pembelajaran
sehari-hari peserta didik. Karena dengan tematik dengan baik, sehingga masih kesulitan
strategi yang tepat akan membuat dalam menghubungkan materi. Selain itu
pembelajaran lebih bermakna, dan lebih dengan strategi bermain ini untuk pertemuan
memberikan kesan yang manarik bagi peserta pertama peserta didik lebih banyak bermain
didik nantinya. Kesulitan lain adalah tidak daripada belajarnya, sehingga pemahaman

4
terhadap materi gemar melakukan kegiatan menghubungkan dengan materi Sila Kedua
kemanusiaan dan berani membela kebenaran Pancasila.
dan keadilan belum maksimal.
Selain menggnakan strategi bermain juga Pembahasan
menggunakan strategi bercerita sebagai variasi Perencanaan Pembelajaran dalam
karena dengan bercerita dan menceritakan penanaman butir-butir sila kedua Pancasila
sesuatu yang pernah dialami oleh peserta didik dalam Pembelajaran Tematik
tentunya akan dapat dengan mudah dipahami Permendikbud 81A Tahun 2013
dan dimengerti oleh peserta didik, apalagi yang tercantum bahwa RPP paling sedikit memuat:
menyangkut dalam keseharian peserta didik (i) tujuan pembelajaran, (ii) materi
bergaul dengan teman-temanya di sekolah pembelajaran, (iii) metode pembelajaran, (iv)
maupun di rumah.Cara yang guru lakukan sember belajar, dan (v) penilaian.
adalah dengan mengajak peserta didik untuk Kegiatan pembelajaran yang dirancang
ikut terlibat ke dalam isi cerita, selain itu guru terdiri dari tiga tahap yaitu tahap
memberikan pertanyaan langsung kepada pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pada
peserta didik sambil berhenti sejenak untuk kegiatan inti skenario yang dirancang guru
mengetahui pemahaman peserta didik terhadap belum menggambarkan kegiatan ilmiah atai
isi cerita. pendekatan saintifik (mengamati, menanya,
Hambatan yang terjadi pada saat guru menggali informasi, menalar dan
menggunakan metode bercerita adalah, masih mengkomnikasikan) walaupun kegiatan
terdapat peserta didik belum fokus tersebut tidak dirancang secara berurutan.
mendengarkan cerita karena masih banyak Penilaian yang dilakukan guru hanya penilaian
peserta didik yang bermain. proses dengan berbagai rubrik penilaian dan
skor nilai.
Penilaian Penanaman Sila Kedua Pancasila Berdasarkan hasil penelitian dapat
dalam Pembelajaran Tematik dijelaskan bahwa dalam hal ini guru sebelum
Salah satu penilain yang guru lakukan mengajar guru terlebih dahulu merencanakan
terhadap peserta didik dalam materi pembelajaran yang disesuaikan dengan materi
penanaman sila kedua Pancasila adalah dengan tetapi tidak dilakukan, dalam hal ini adalah
menggunakan penilaian lisan. Karena tentang penanaman butir-butir sila kedua
menganggap bahwa penilaian lisan adalah Pancasila dengan menyesuaikan Kompetensi
salah satu faktor utama untuk melihat Dasar dan selanjutnya mengembangkan materi
kemampuan peserta didik dalam penguasaan yang ada dalam hal ini sesuai dengan materi
materi pelajaran yang telah disampaikan. butir-butir sila kedua dari Pancasila. Kemudian
Penilaian proses merupakan salah satu unsur merencanakan dengan melibatkan peserta didik
penilaian yang sangat penting, sebab dengan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Untuk
proses yang pembelajaran yang baik lah perencanaan evaluasi dengan membuat
peserta didik akan mampu memperoleh berdasarkan indikator atau tujuan
prestasi yang baik pula. Jika aktivitas peserta pembelajaran, yang diesuaikan dengan kisi-kisi
didik bersungguh-sungguh mendengarkan soal. Selain itu penyesuaian tersebut dirancang
instruksi guru tentunya memperoleh nilai yang dengan kemampuan dan kondisi peserta
baik pula. Untuk mengetahui sejauhmana didikdan prinsip-prinsip evaluasi.
materi yang diserap oleh peserta didik, guru Untuk membuat RPP disesuaikan dengan
menggunakan penilaian secara tertulis, dan materi pelajaran, dalam hal ini tentang
sebagai umpan balik bagi saya selaku guru penanaman butir-butir sila kedua dari
untuk melihat sejauhmana keberhasilan anak Pancasila. RPP yang dibuat berpatokan kepada
dan kemampan saya juga. silabus yang dikembangkan melalui RPP.
Hambatan yang guru alami dalam Melalui materi/tema penanaman butir-butir sila
melakukan evaluasi/penilaian dalam kedua Pancasila dengan pembelajaran tematik.
pembelajaran tematik adalah menghubungkan Kegiatan pembelajaran pada peserta didik
mata pelajaran sehingga menjadi suatu tema, menurut Sujiono dan Sujiono (Yuliani Nurani
dan hambatan yang guru alami dalam Sujiono, 2009:138), pada dasarnya adalah
pembelajaran tematik, yaitu masalah tema dan pengembangan kurikulum secara konkret

5
berupa seperangkat rencana yang berisi maksud agar para peserta didik mudah
sejumlah pengalaman belajar melalui bermain menerima dan mencerna penjelasan yang
yang diberikan berdasarkan potensi dan tugas disampaikan dengan cara belajar sambil
perkembangan yang harus dikuasainya dalam bermain dan bermain sambil belajar. Pada
rangka pencapaian kompetensi yang harus prinsipnya karena belum menguasai
dimiliki oleh peserta didik. Dalam hal ini guru pembelajaran tematik dengan baik, sehingga
telah memiliki kemampuan merencanakan agak kesulitan dalam menghubungkan materi.
pembelajaran tematik dengan strategi yang Selain itu dengan strategi bermain ini untuk
baik sebagai salah satu aspek kompetensi pertemuan pertama peserta didik lebih banyak
pedagogik yang harus dikuasai guru yang bermain daripada belajarnya, sehingga
profesional. Guru profesional adalah guru pemahaman terhadap materi penanaman sila
yang memiliki kemampuan khsusus di kedua Pancasila belum maksimal. Selain
bidangnya dapat menguasai berbagai metode menggnakan strategi bermain, juga
atau teknik di dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan strategi bercerita sebagai variasi
serta dapat menguasai landasan-landasan dari strategi yang digunakan. Asumsi bahwa
kependidikan dengan maksimal. Untuk dengan bercerita dan meceritakan sesuatu yang
membuat perencanaan pembelajaran yang baik pernah dialami oleh peserta didik tentunya
dan dapat menyelenggarakan proses akan dapat dengan mudah dipahami dan
pembelajaran yang ideal, setiap guru harus dimengerti oleh peserta didik, apalagi yang
mengetahui perencanaan pembelajaran menyangkut dalam keseharian peserta didik
berbasis tema yang didasarkan kepada urutan bergaul dengan teman-temanya di sekolah
komponen. maupun di rumah. Cara yang dilakukan adalah
Majid (2014:95) mengemukakan, agar dengan mengajak peserta didik untuk ikut
guru dapat membuat persiapan mengajar yang terlibat ke dalam isi cerita, selain itu
efektif dan berhasil guna, dituntut untuk memberikan pertanyaan langsung kepada
memahami berbagai aspek yang berkaitan peserta didik sambil berhenti sejenak untuk
dengan pengembangan persiapan mengajar, mengetahui pemahaman peserta didik terhadap
baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip isi cerita.
maupun prosedur pengembangan persiapan Dalam penyampaian materi tidak terlihat
mengajar, serta mengukur efektivitas jelas pemisahan mata pelajaran yang satu
mengajar”. Moore (Majid, 2015:96) bahwa dengan yang lainnya. Sesuai pendapat yang
komposisi format rencana pembelajaran dikemukakan oleh Rusman, (2014:146-147)
meliputi komponen topik bahasan, tujuan karakteristik pembelajaran tematik adalah
pembelajaran (kompetensi dan indikator berpusat pada siswa, memberi pengalaman
kompetensi), materi pelajaran, kegiatan langsung, pemisahan mata pelajaran tidak
pembelajaran, alat/media yang dibutuhkan, dan begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai
evaluasi hasil belajar. Menurut Adam Khoo mata pelajaran, bersifat fleksibel hasil
(2016:10) mengatakan “tidak akan dapat pembelajaran sesuai dengan minat dan
mencapai tanpa perencanaan dan penjadwalan kebutuhan siswa., menggunakan prinsip-
waktu yang akan menuntun untuk mengetahui prinsip sambil bermain dan menyenangkan.
kapan harus melakukan sesuatu”. Berdasarkan pembahasan di atas dapat
Dalam kegiatan tersebut secara terperinci dijabarkan bahwa guru SD Negeri 6 Sungai
dijelaskan ke mana pserta didik itu akan Kunyit Mempawah dalam pelaksanaan
dibawa (tujuan), apa yang harus dipelajari (isi pembelajaran tematik dengan sudah melakukan
bahan pelajaran), bagaimana siswa sesuai dengan yang sudah direncanakan.Ini
mempelajarinya (metode dan teknik), dan berarti guru sudah melaksanakan pembelajaran
bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah dengan sangat baik sesuai dengan aspek
mencapainya (penilaian). kemampuan yang dipersyaratan seorang guru
yang profesional. Mengingat tugas guru yang
Pelaksanaan Penanaman Sila Kedua begitu kompleks maka diperlukan suatu
Pancasila dalam Pembelajaran Tematik persyaratan khusus untuk menjadi guru yang
Strategi bermain yang digunakan terhadap profesional.Syarat profesional menurut
materi penanaman sila kedua pancasila dengan Suyanto dan Asep (2013:22) adalah sebagai

6
berikut: 1) Menuntut suatu latihan professional Berdasarkan penjelasan di atas dapat
yang memadai dan membudaya, 2) dijabarkan bahwa penilaian yang telah
Mencerminkan keterampilan yang tidak dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan
dimiliki masyarakat umum, 3) Harus mampu rencangan atau prosedur, tetapi masih belum
mengembangkan suatu hasil dan pengalaman secara maksimal. Penilaian dalam
yang sudah teruji kemanfatannya, 4) pembelajaran tematik mengacu kepada
Memerlukan pelatihan spesifik, 5) Merupakan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang
tipe pekerjaan yang bermanfaat, 6) Mempunyai standar penilaian dimana penilaian harus
kesadaran dalam ikatan kelompok sebagai dilakukan secara komprehensif baik input,
kekuatan yang mampu mendorong dan proses, maupun produk. Rusman (2015:179)
membina anggotanya, 7) Tidak dijadikan batu mengemukakan tentang standar penilaian
loncatan mencari pekerjaan lain, 8) Harus bertujuan untuk: 1) Perencanaan penialaian
mengakui kewajibannya di masyarakat dengan peserta didik sesuai dengan kompetensi yang
meminta anggotanya memenuhi kode etik yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip
diterima dan sisepakati. penilaian, 2) Pelaksanaan penilaian peserta
Suryosubroto (2009:29) mengatakan didik sesuai dengan kompetensi yang akan
bahwa “pelaksanaan pembelajaran adalah dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip
proses berlangsungnya belajar mengajar di penilaian, 3) Pelaporan hasil penilaian peserta
kelas yang merupakan inti dari kegiatan didik secara objektif, akuntabel, dan
pendidikan di sekolah”. Winarno S (1983) informatif.
mengatakan Pelaksanaan pembelajaran adalah Penilaian merupakan serangkaian kegiatan
interaski guru dengan siswa dan untuk untuk memperoleh, menganalisis, dan
mencapai tujuan pengajaran (Suryosubroto, menafsirkan data tentang proses dan hasil
2009:29). Berdasarkan uraian di atas, belajar peserta didik yang dilakukan secara
pelaksanaan pembelajaran tematik dengan sistematis dan berkesinambungan, sehingga
penaman sila kedua Pancasila dapat menjadi informasi yang bermakna dalam
deskripsikan sudah di laksanakan dalm proses pengambilan keputusan.. (Trianto, 2015:123).
pembelajaran. Dalam hal ini yang dievaluasi adalah
karakteristik peserta didik dengan
Penilaian Penanaman Sila Kedua Pancasila menggunakan suatu tolak ukur tertentu.
dam Pembelajaran Tematik Karakteristik-karakteristik tersebut dalam
Salah satu penilain yang guru lakukan ruang lingkup kegiatan belajar mengajar adalah
terhadap peserta didik dalam materi tampilan peserta didik dalam bidang kognitif
penanaman sila kedua Pancasila adalah dengan (pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap,
menggunakan penilaian lisan. Karena minat, danmotivasi), dan psikomotor
menganggap bahwa penilaian lisan adalah (keterampilan, gerak, dan tindakan).Tampilan
salah satu faktor utama untuk melihat tersebut dapat dievaluasi secara lisan, tertulis,
kemampuan peserta didik dalam penguasaan maupun perbuatan. Dengan demikian penilaian
materi pelajaran yang telah disiniadalah menentukan apakah tampilan
disampaikan.Penilaian proses merupakan salah peserta didik telah sesuai dengan tujuan
satu unsur penilaian yang sangat penting, sebab pembelajaran tematik yang telah dirumuskan.
dengan proses yang pembelajaran yang baik
lah peserta didik akan mampu memperoleh SIMPULAN DAN SARAN
prestasi yang baik pula. Jika aktivitas peserta Simpulan
didik bersungguh-sungguh mendengarkan Kesimpulan dalam penelitian ini sebagai
instruksi guru tentunya memperoleh nilai yang berikut: 1) Perencanaan pembelajaran
baik pula. Untuk mengetahui sejauhmana penanaman sila kedua Pancasila adalah strategi
materi yang diserap oleh peserta didik, guru bermain dan strategi bercerita, dan belum
menggunakan penilaian secara tertulis, dan terdapat di dalam RPP, 2) Pelaksanaan
sebagai umpan balik bagi saya selaku guru pembelajaran penanaman sila kedua Pancasila
untuk melihat sejauhmana keberhasilan anak dapat dilihat dari sikap toleransi terhadap
dan kemampan saya juga. kelompok untuk saling bekerjasama serta
mulai menghargai orang lain., 3) Evaluasi

7
pembelajaran penanaman sila kedua Pancasila Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian
dengan melalui penilaian lisan dengan Kualitatif Cet. 24: Bandung: Remaja
melakukan pertanyaan terhadap peserta didik, Rosdakarya.
melakukan penilaian berdasarkan aktivitas Nasir, H. (2013). Pendidikan Karakter
dikelas dengan melihat keaktifan dan interaksi Berbasis Agama & Budaya. Multi
yang teradi. Presindo: Yogyakarta
Nuraini, Y.S. (2009. Konsep Dasar Pendidikan
Saran Anak Usia Dini. Jakarta: PT.Indeks
Berdasarkan penelitian yang telah Rusman. (2015). Pembelajaran Tematik
dilakukan, maka guru hendaknya: 1) Terpadu. Jakarta: PT. Raja Grasindo
Memaksimalkan penggunaan strategi dalam Persada.
pembelajaran tematik, 2) Memaksimalkan Silalahi, U. (2009). Metode Penelitian Sosial.
pelaksanaan pembelajaran, sebab masih Bandung: PT. Refica Aditama
terdapat peserta didik yang bermain daripada Sundayana, W. (2014). Pembelajaran
belajar, 3) Menggunakan instrumen yang tepat Berbasis Tema Panduan Guru dalam
untuk penilaian masing-masing aspek. Mengembangkan Pembelajaran Terpadu.
Jakarta: Erlangga
DAFTAR RUJUKAN Suryosubroto B, (2009). Proses Belajar
Bungin, B. (2008). Analis Data Penelitian Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru
Kualiatif Pemahaman Filosofis dan Beberapa Metode Pendukung, dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Beberapa Komponen Layanan Khusus,
Aplikasi. Bandung: Pustaka Setia Jakarta: Rineka Cipta.
Fadillah & Lilif (2013). Pendidikan Karakter Suyanto & Jihad, A. (2002). Menjadi Guru
Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Profesional Strategi Meningkatkan
Media Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era
Khoo, A. (2016). I Gifted So are You. Global. Jakarta: Esensi.
Singapore: Published Marshal Cavendish Trianto. (2015). Model Pembelajaran
International. Terpadu: Konsep Strategi dan
Mahmud. (2011). Metode Penelitian Implementasinya dalam Kurikulum
Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Majid, A. (2014). Perencanaan Pembelajaran: Jakarta: Bumi Aksara.
Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Вам также может понравиться