Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
I MADE SUITNO PARASARA
NIM. P07120017279
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena berkat asung kerta wara nugraha Ida, peneliti dapat menyelesaikan karya
sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
2. Ibu VM Endang S.P Rahayu, S.Kp., M.Pd selaku Ketua Jurusan Keperawatan
menyelesaikan penelitian.
3. Bapak I Wayan Surasta, S.Kp,. M.Fis selaku pembimbing utama yang telah
5
5. dr. Setiawati Hartawan, M.Kes selaku Direktur Utama RSUD Wangaya Kota
Denpasar yang telah memberikan ijin pengambilan data untuk karya tulis
ilmiah ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiaH ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan guna perbaikan ke arah yang lebih sempurna. Harapan peneliti semoga
Peneliti
6
DAFTAR ISI
7
DAFTAR TABEL
8
DAFTAR GAMBAR
9
DAFTAR LAMPIRAN
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan infeksi oleh HIV. HIV umumnya ditularkan melalui hubungan
intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui,
termasuk Indonesia. Pada tahun 2014, the Joint United Nation Program on
terbanyak setelah China dan India. Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987
sampai dengan Maret 2016, HIV/AIDS tersebar di 407 (80%) dari 507
11
Berdasarkan Laporan Perkembangan HIV/AIDS Triwulan I Tahun 2016 dari
Kemenkes RI, jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai bulan Maret
2016 adalah sebanyak 198.219 kasus. Sedangkan jumlah kumulatif AIDS sampai
bulan Maret 2016 adalah sebanyak 78.292 kasus. Jumlah infeksi HIV tertinggi
yaitu DKI Jakarta (40.500) diikuti Jawa TImur, Papua, Jawa Barat dan Jawa
Indonesia yaitu sebesar (5.934) setelah Jawa Timur, Papua dan DKI Jakarta.
Pada tahun 2015 jumlah pengidap HIV/AIDS di Bali sekitar 120.000 orang
dan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2016, berdasarkan data KPA Kota
jumlah tersebut, 40% atau sebsar 5.952 orang terdata di Kota Denpasar.
Berdasarkan data rekam medis RSUD Wangaya Kota Denpasar, dari bulan
Oktober sampai dengan bulan Desember tahun 2017 telah tercatat 56 kasus baru
inap RSUD Wangaya. Tercatat 3 bulan terakhir ruang Paviliun Prajha Amertha
Maslow, termoregulasi adalah kebutuhan yang paling mendasar. Jadi jika terdapat
masalah dalam peningkatan suhu tubuh, tentu saja harus segera diatasi (Dimas
mengalami atau berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-
12
menerus lebih tinggi dari 37°C (peroral) atau 38.8°C (perrektal) karena
imun) terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada
infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh
proses infeksi akibat sistem kekebalan tubuh yang menurun, mekanisme tersebut
kejang dan hipertermi berat (suhu lebih dari 41°C). Intervensi keperawatan pada
menyarankan pasien banyak istirahat agar produksi panas yang diproduksi tubuh
seperti ketiak, lipatan paha, leher belakang. Di ruang Praja Lantai 3 ada beberapa
diantaranya adalah dengan memberikan kompres hangat dan tepid sponge. Tepid
sponge merupakan salah satu cara metode fisik untuk menurunkan demam dengan
melakukan kompres air hangat di seluruh badan. Selain itu, tepid sponge juga
lewat panas tubuh yang digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres.
Karena air hangat membantu darah tepi di kulit melebar, sehingga pori-pori
13
menjadi terbuka yang selanjutnya memudahkan pengeluaran panas dari dalam
tubuh.
masyarakat dunia. Oleh karena itu, setiap lini di tatanan masyarakat dan
pemerintah Indonesia perlu bekerja sama melakukan penangan secara tepat dan
penyakit ini dapat ditangani secara komprehensif. Untuk itu, penulis akan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum tujuan karya tulis ini adalah untuk menggambarkan asuhan
14
2. Tujuan khusus
Kota Denpasar.
D. Manfaat Penelitian
1. Segi teoritis
HIV/AIDS.
2. Segi praktis
a. Bagi penulis
15
b. Bagi institusi Pendidikan
Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah bahan referensi
c. Bagi keperawatan
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
a. HIV
dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama masa
inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lainnya HIV menginfeksi dalam proses
yang panjang (klinik laten), dan utamanya penyebab munculnya tanda dan gejala
menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan
immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus ini terdiri dari dua grup, yaitu HIV-1
dan HIV-2. Kedua tipe HIV ini bisa menyebabkan AIDS, tetapi HIV-1 yang
sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang
17
salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel
darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker
atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai
CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau
limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh
manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar
terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan
semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007).
Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS,
apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya
berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi
b. AIDS
berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV (Brooks, 2009).
18
2. Etiologi
AIDS. Virus ini termasuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri
khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk
silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk
replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan
pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein
replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk
gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya.
Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi
HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev
membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef
menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang
3. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans (sel imun) adalah sel-sel
kelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus (HIV)
virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut
dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel
lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan
19
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang
membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen.
Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4
helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari
sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang
dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi (herpes zoster dan
yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh
dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik.
20
4. Tanda dan gejala
Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2 gejala
yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):
a. Gejala mayor:
b. Gejala minor:
2) Dermatitis generalisata
4) Kandidias orofaringeal
6) Limfadenopati generalisata
1. Pengertian
untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi dari
21
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari
(Dinarello & Gelfand, 2005). Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C.
Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperature ≥38,0°C atau
oral temperature ≥37,5°C atau axillary temperature ≥37,2°C (Kaneshiro & Zieve,
2010).
2. Etiologi
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi.
Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun
parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain
saluran kemih, dan lain-lain (Graneto, 2010). Infeksi virus yang pada umumnya
menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, virus HIV, influenza, demam
(Davis, 2011). Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara
lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain (Davis, 2011). Infeksi parasit
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara
lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, dll),
22
& Zieve, 2010). Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab
3. Patofisiologi
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.
Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar
kemampuan tubuh untuk melawan penyakit (sistem imun tubuh). Ini karena
kuman HIV telah memusnahkan sel T CD4+ yang bertanggung jawab melawan
lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-
akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut
(Sherwood, 2001).
23
4. Pathway Hipertermi
Infeksi
Prostaglandin
Hipertermi
5. Penatalaksanaan
merendahkan suhu tubuh yang terlalu tinggi bukan untuk menghilangkan demam.
a. Terapi non-farmakologi
demam adalah:
24
2) Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat
Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat memberikan
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.
b) Cuci tangan
d) Basahi kain pengompres dengan air panas, peras sehingga tidak terlalu basah.
e) Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres (dahi, ketiak, perut, leher
belakang).
g) Apabila kain telah kering atau suhu kain relative menjadi dingin, masukkan
i) Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah dan
25
Tepid sponge adalah teknik kompres hangat yang menggabungkan teknik
Pemilihan tepid sponge sebagai terapi selain dapat menurunan suhu tubuh, tetapi
juga mampu mengurangi ansietas yang diakibatkan oleh penyakit (Wong DL &
Wilson D, 1995). Tujuan utama dari tepid sponge adalah menurunkan suhu tubuh
pada penderita yang sedang mengalami demam. Menurut Wong DL & Wilson D
(1995) manfaat dari pemberian tepid sponge adalah menurunkan suhu tubuh yang
Pada dasarnya, mekanisme kerja dari tepid spong sama dengan kompres
hangat pada umumnya, namun dengan teknik yang sedikit dimodifikasi. Ketika
blocking dilakukan pada titik-titik yang secara anatomis dekat dengan pembuluh
e) Letakkan handuk atau saputangan pada leher, ketiak, dan selangkangan klien,
tunggu selama maksimal 10 menit (atau sampai suhu pada handuk atau
26
f) Usap bagian ekstrimitas klien selama lima menit dan dilanjutkan dengan
h) Pakaikan klien pakaian yang tipis (yang telah disiapkan) dan mudah menyerap
keringat.
b. Terapi farmakologi
1. Pengkajian keperawatan
obat-obat.
c. Gejala Subyektif : demam kronik, keringat malam hari berulang kali, lemah,
d. Kepala: Sakit kepala, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering,epsitaksis.
27
h. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, menggunakan otot bantu
k. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
2. Diagnosa keperawatan
Nanda Nic – Noc (2015), salah satu diagnosa yang muncul pada kasus
3. Rencana keperawatan
Batasan Karakteristik:
3) Kulit kemerahan
4) Pertambahan RR
5) Takikardi
b. NOC : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
28
2) Nadi dan RR dalam rentang normal
3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
c. NIC :
Fever treatment
2) Monitor IWL
Temperature regulation
29
5) Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
yang diperlukan
4. Implementasi keperawatan
30
5. Evaluasi
b. Suhu 36-37⁰C
31
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara yang lainya, atau variabel-variabel yang satu dengan variabel yang
Out come :
Suhu tubuh
dalam rentang
normal
HIV Hipertermi :
Nadi dan RR
dalam rentang
normal
Tidak ada
ASUHAN KEPERAWATAN perubahan warna
kulit dan tidak
- Pengkajian ada pusing,
- Diagnosa Keperawatan merasa nyaman.
- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Evaluasi
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
32
B. Definisi Operasional
Tabel 1
Definisi Operasional Penelitian ”Gambaran Deskriptif Asuhan Keperawatan Pada
Pasien HIV/AIDS dengan Hipertermi di Ruang Praja Lantai 3 RSUD Wangaya
Kota Denpasar
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus.
(Nursalam, 2014).
Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Praja Lantai 3 RSUD Wangaya Kota
34
Penelitian ini menggunakan studi kasus terhadap dua subyek yang dilakukan
yang diteliti adalah pasien HIV/AIDS yang dirawat di Ruang Praja Lantai 3
hiperthermi.
1. Kriteria inklusi
populasi target dan terjangkau yang akan di teliti (Nursalam, 2011). Dalam studi
kasus ini yang termasuk dalam kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
consent
2. Kriteria eksklusi
memenuhi kriteria inklusi atau tidak layak menjadi sampel (Nursalam, 2011).
Dalam studi kasus ini yang termasuk kedalam kriteria eksklusi adalah sebagai
berikut :
D. Fokus Studi
35
Fokus studi adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik acuan
studi kasus. Pada penelitian ini yang menjadi fokus studi adalah tentang konsep
1. Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan dalam studi kasus ini adalah data primer yang
terhadap responden dan informant lainnya, dan data sekunder yang mencakup data
Terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai
a. Observasi
Observasi adalah tindakan yang langsung digunakan kepada klien dengan cara
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab yang dilakukan langsung pada
c. Pemeriksaan fisik
dengan kasus yang dikelola melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
d. Studi dokumentasi
36
Studi dokumentasi adalah poses pencatatan yang dilakukan perawat dari
laboratorium.
e. Studi kepustakaan
berhubungan dengan Karya Tulis Ilmiah. Adapun sumber tersebut dari beberapa
Adapun tahap-tahap dalam pengumpulan data pada studi kasus ini adalah
sebagai berikut :
a. Penulis meminta surat rekomendasi pengambilan data dan surat izin penelitian
Wangaya.
d. Penulis meminta izin kepada Direktur RSUD Wangaya agar dapat melakukan
1. Mereduksi data
37
Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dokumen. Hasil ditulis
dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip (catatan
2. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan, maupun teks
naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas klien.
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
hasil-hasil studi kasus terdahulu dan secara teoritis dengan prilaku kesehatan.
Etika studi kasus merupakan masalah yang sangat penting dalam studi kasus
manusia, oleh karena itu etika penelitian harus dilakukan. Adapun yang harus
Jika nantinya responden setuju untuk dilakukan studi kasus maka responden
2. Anonimity (tanpa nama), berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar
pengumpulan data. Peneliti hanya menulis kode/inisial saja pada kolom nama
38
3. Confidentiality (kerahasiaan), peneliti diharapkan dapat menjaga kerahasiaan
39
DAFTAR PUSTAKA
Dinarello, C.A., and Gelfand, J. A. (n.d.). Fever and Hipertermi. Singapore: The
McGraw-Hill Company.
Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
(2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
40
LAMPIRAN
Lampiran 1
1 Penyusunan
Proposal
2 Seminar
Proposal
3 Revisi
Proposal
4 Pengurusan
Ijin
5 Pengumpulan
Data
6 Pengolahan
Data
7 Analisis
Data
8 Penyusunan
Laporan
9 Sidang
Hasil
Penelitian
10 Revisi
Laporan
11 Pengumpulan
KTI
41
Lampiran 2
42
Lampiran 3
Yang terhormat,
Bapak/Ibu
Dengan hormat,
saat ini sedang menyelesaikan tugas akhir program DIII Keperawatan. Dalam
Penulis
43
Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama :………………………….
Alamat :………………………….
penjelasan mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur dari penelitian ini dengan
Denpasar”
Selanjutnya saya dengan ikhlas dan sukarela menyatakan ikut serta dalam
penelitian ini sebagai responden. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
Yang menyatakan,
(Responden)
44
Lampiran 5
Wangaya
Tanggal Penelitian :
PENGKAJIAN
A. Data Demografi
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
5. Agama :
6. Pekerjaan :
7. Status Perkawinan :
8. Alamat :
45
Petunjuk Pengisian Untuk Pertanyaan Berikut :
1. Bacalah setiap pertanyaan pada lembar pengumpulan data dengan teliti dan
benar
2. Amati catatan keperawatan pasien dan beri tanda (√) pada kolom yang sesuai
dengan data yang ada pada dokumen
2 Kejang
3 Kulit kemerahan
4 Tachipneu
5 Takikardia
DIAGNOSA KEPERAWATAN
46
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
2. Monitoring IWL
5. Monitor intake-output
6. Memberi antipiretik
Total
EVALUASI KEPERAWATAN
47