Вы находитесь на странице: 1из 16

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Hlm.

57-71, Juni 2016

BIODIVERSITAS IKAN KARANG DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT


KABUPATEN MINAHASA UTARA, SULAWESI UTARA

REEF FISHES BIODIVERSITY IN MARINE SANCTUARY AT MINAHASA UTARA


DISTRICT, NORTH SULAWESI

Fakhrizal Setiawan1*, Sonny Tasidjawa1, Efra Wantah2, dan Hendri Johanis2


1
Wildlife Conservation Society, Indonesia Marine Program, Bogor
2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado
*
E-mail: setiawan.rizal@gmail.com

ABSTRACT
There are some marine sanctuaries (DPL) which are managed together by its societies in North
Minahasa regency. From 19 villages with DPL, we conducted surveys using point intercept transect in
14 villages both inside and outside DPL in the subdistrict West Likupang and East Likupang, North
Minahasa. Result showed that live coral cover was in general in moderate to excellent conditions both
inside and outside DPL. Reef fish recorded in the study areas consisted of 267 reef fish species which
categorized into 40 families. Bahoi village had the highest abundance and biomass within the DPL
due to a very good condition of coral reef ecosystemn (>75% coral cover) both inside and outside
DPL. Biomass of reef fish outside DPL of Bahoi was small but its abundance was the highest. This
conditions indicated that the size of reef fish outside of Bahoi DPL was small and this gave a positive
perspective to supply fishes into the outside region of Bahoi DPL. Overall, marine sanctuary in North
Minahasa contained reef fish community structure in good condition, moderate diversity, relatively
labile of evenness index, and low dominance. Grouping by similarity, reef fish species were generally
similar in all locations. The separation of DPL locations produced some different fishes group due to
its different location, oceanographic conditions, and characters.

Keywords: Marine sanctuary, reef fish community, North Minahasa.

ABSTRAK
Kabupaten Minahasa Utara memiliki daerah perlindungan laut (DPL) yang dikelola secara partisipatif
oleh masyarakatnya. Dari 19 desa yang memiliki DPL, dilakukan penelitian baik di dalam maupun di
luar DPL di 14 desa yang terdapat di Kec. Likupang Barat dan Likupang Timur. Tutupan karang hidup
menunjukkan umumnya kondisi tutupan karang di dalam maupun di luar DPL berada pada kategori
sedang hingga baik sekali dengan rata-rata pada kategori baik. Ikan karang yang terdata dalam
penelitian daerah dangkal ini terdiri dari 267 species termasuk dalam 40 family. Desa Bahoi memiliki
kelimpahan dan biomassa tertinggi di dalam DPL karena sangat ditunjang dengan kondisi ekositem
terumbu karangnya yang sangat baik dengan tutupan karang >75% baik di dalam maupun di luar DPL.
Biomassa ikan karang di luar DPL Bahoi tergolong kecil namun kelimpahannya termasuk yang
tertinggi. Hal ini mengindikasikan ukuran ikan karang di luar DPL Desa Bahoi masuk ukuran kecil
dan ini memberikan gambaran positif terhadap DPL Bahoi dimana DPL terbukti berperan dalam
menyumbangkan/ mensuplai ikan untuk daerah di luar DPLnya. Secara keseluruhan untuk DPL di
Minahasa Utara memiliki struktur komunitas ikan karang pada kategori baik dengan indikasi nilai
keanekaragaman tergolong sedang, indeks kemerataan tergolong labil, dan dominansi rendah.
Pengelompokkan ikan karang berdasarkan kesamaan speciesnya umumnya sama di semua lokasi.
Terdapat lokasi DPL yang terpisah dengan goup yang lain dikarenakan lokasi dan kondisi oseanografi
wilayahnya yang menyebabkan ikan karang yang mendiaminya juga sesuai dengan karakteristik lokasi
tersebut.

Kata kunci: Daerah perlindungan laut, komunitas ikan karang, Minahasa Utara.

@Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 57
Biodiversitas Ikan Karang . . .

I. PENDAHULUAN tempat ikan bertelur dan membesarkan larva,


sebagai daerah asuhan juvenile (ikan kecil),
Provinsi Sulawesi Utara merupakan melindungi suatu wilayah dari kegiatan pe-
salah satu propinsi di Indonesia yang ma- nangkapan ikan yang berlebihan dan men-
suk di dalam pusat Segitiga Terumbu Ka- jamin ketersediaan stok perikanan secara ber-
rang dunia dan eko-region laut Sulu- kelanjutan (Setiawan dan Tasidjawa 2013).
Sulawesi (Wilson et al., 2009). Potensi dan DPL-DPL ini selanjutnya berkembang
keanekaragaman hayati laut yang ada di pro- menjadi lebih dari 32 kawasan konservasi
vinsi ini ikut menjadi perhatian lembaga/ laut di tingkat desa dan 1 kawasan konservasi
organisasi dari dalam dan luar negeri. Seba- laut di tingkat kabupaten (CRC-URI, 2003).
gai contoh pada tahun 1997 telah dibentuk Pengelolaan DPL terbukti mampu mening-
daerah-daerah perlindungan laut berbasis ma- katkan kesadaran masyarakat tentang peles-
syarakat di empat desa sebagai suatu proyek tarian lingkungan di wilayah pesisir (Kam-
percontohan di Indonesia (Crawford and bong et al., 2013).
Kasmidi, 2004). Hal ini sejalan dengan se- Terumbu karang yang ada di dalam
mangat mewujudkan desentralisasi pengelo- DPL jika dikelola dan dirawat dengan baik
laan sumberdaya pesisir di Indonesia. Hingga maka akan memberikan manfaat dan kesejah-
saat ini luas kawasan konservasi di Provinsi teraan bagi masyarakatnya dan akan terben-
Sulawesi Utara sebesar 106.930 Ha dimana tuk jejering DPL di Kabupaten Minahasa
Minahasa Utara yang masuk kedalam penca- Utara dan akan memperkuat perikanan di
dangan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Minahasa Utara. DPL-DPL ini
(KKPD) sebesar 32.252,29 Ha (Kambong et awalnya dibentuk oleh proyek pesisir di
al., 2013) dan DPL dalam penelitian ini ma- tahun 2001-2003 sebanyak 24 DPL dan DPM
suk di dalamnya. (Daerah Perlindungan Mangrove) (CRMP II,
Kawasan konservasi laut (KKL) ber- 2003), namun dalam perkembangannya hing-
dasarkan IUCN, 1995 yaitu daerah intertidal ga saat ini tidak dikelola sehingga terkesan
atau subtidal beserta flora fauna, sejarah dan sudah terbengkalai dan diabaikan (pengamat-
corak budaya dilindungi sebagai suaka an langsung). Informasi terkini mengenai
dengan melindungi sebagian atau seluruhnya kondisi ekologis di DPL- DPL tersebut sama
melalui peraturan perundang-undangan. Me- sekali tidak ada sehingga sehingga sangat
nurut LMMMA (2003) terdapat suatu ka- perlu dilakukan penelitian kajian ekologis di
wasan yang disebut MMA (Marine Manage- DPL-DPL tersebut. Tujuan dari penelitian ini
ment Area) yang merupakan bagian dari adalah mendapatkan informasi terkini ten-
KKL dimana suatu área pesisir yang secara tang kondisi terumbu karang, kelimpahan,
aktif dikelola oleh masyarakat setempat mau- biomassa, dan struktur komunitas ikan ka-
pun perwakilan pemerintah daerah. rang di 14 DPL di Minahasa Utara sehingga
Dalam perkembangannya di Indone- dapat digunakan oleh pemangku kepentingan
sia kawasan konservasi laut dapat dipadan- dalam rangka mewujudkan pengelolaan
kan dengan DPL berbasis masyarakat pada adaptif yang lebih baik.
sekala desa (Wiryawan dan Dermawan,
2006). Daerah perlindungan laut (DPL) me- II. METODE PENELITIAN
rupakan daerah pesisir dan laut yang dipilih
dan ditetapkan untuk ditutup secara perma- 2.1. Lokasi dan Waktu
nen dari kegiatan perikanan dan pengambilan Lokasi kegiatan penelitian terumbu
sumberdaya serta dikelola oleh masyarakat karang dan ikan karang ini meliputi daerah di
setempat (Kambong et al., 2013). DPL meru- dalam DPL dan di luar DPL di 14 desa Dari
pakan salah satu metode yang efektif untuk 19 desa yang ada di Minahasa Utara yang
mengatur kegiatan perikanan, melindungi dilakukan pada bulan Januari – Juli 2012.

58 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81
Setiawan et al.

Luas DPL yang relatif kecil rata-rata < 4 Ha 2.2. Pengambilan Data
membuat jarak antar transek dalam dan luar Metode pengumpulan data persen pe-
DPL ditiap desa tidak lebih dari 100 meter nutupan karang menggunakan metode tran-
sehingga titik koordinat diambil cukup satu sek titik atau point intercept trancet/PIT
saja untuk mewakili lokasi baik di dalam (Marnane et al., 2003; Manuputy dan Dju-
maupun di luar DPL. Peta lokasi penelitian wariah, 2009; Yulianto et al., 2012; English
disajikan pada Gambar 1 di bawah ini. et al., 1997), yaitu metode penelitian substrat
Pengambilan data di luar DPL dilaku- dasar terumbu karang dengan mencatat jenis
kan untuk membandingkan kondisi terumbu substrat dasar yang menyinggung transek
karang dan ikan di daerah yang dikelola garis dengan interval jarak tertentu (titik).
dengan daerah yang tidak dikelola. Hal ini Prosedur yang dilakukan yaitu roll meter
sangat penting untuk menjelaskan bahwa dibentangkan sepanjang 50 meter sebanyak 3
upaya pengelolaan memang diperlukan supa- kali ulangan pada kedalaman dangkal (2 - 4
ya sumberdaya yang ada di wilayahnya dapat meter). Komponen penyusun dasar terumbu
memberikan hasil yang optimal. Penentuan karang yang diamati berdasarkan bentuk
titik penelitian umumnya disesuaikan dengan pertumbuhan (life form) dan genera.
kondisi daerah perlindungan laut dan ber- Pengamatan ikan karang mengguna-
dasarkan pengetahuan lokal, berdasarkan ma- kan metode sensus visual yaitu pengenalan
sukan dan saran dari Badan Pengelola DPL dan penghitungan jumlah dan jenis ikan yang
desa setempat. Jumlah titik penelitian untuk diamati dalam suatu wilayah tertentu pada
pengamatan terumbu karang dan ikan dite- jarak dan waktu yang telah ditentukan.
tapkan di lokasi yang sama yaitu keterwakil- Transek pengamatan menggunakan garis
an di dalam dan di luar DPL. maya yang ditarik paralel dengan transek
garis membentuk luasan persegi panjang.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian ekologi di Minahasa Utara.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 59
Biodiversitas Ikan Karang . . .

Transek jenis ini dikenal dengan b=indeks spesifik (per species) (Effendie, 1979;
transek sabuk (Dartnall dan Jones, 1986; Kulbicki, 2005; Marnane et al., 2003).
English et al., 1994; Hill and Wilkinson,
2004; Yulianto et al., 2012). Metode ini Kelimpahan komunitas ikan karang:
digunakan untuk menghitung populasi ikan
karang dan panjang totalnya dan panjang (Xi) = ni/A………………………………. (3)
transek yang digunakan pada pengamatan ini
adalah sama dengan panjang transek PIT dimana: Xi=kelimpahan komunitas terpilih
sebanyak 3 ulangan. Sensus visual ikan dapat ke-i (individu/koloni per meter persegi); ni=
digunakan untuk menduga keragaman, jumlah total komunitas terpilih pada stasiun
jumlah bahkan ukuran ikan. Informasi ini pengamatan ke-i; A=luas transek pengamatan
dapat mencerminkan kelimpahan, keragam- (Odum, 1993).
an, dan biomasa ikan dalam wilayah terum- Analisis indeks ekologi (Ludwig &
bu karang. Reynolds, 1988) ikan karang meliputi indeks
Pengamatan untuk biomasa ikan ka- keanekaragaman, indeks kesamaan, dan
rang dilakukan dengan menggunakan data indeks dominansi dihitung berdasarkan for-
panjang ikan yang diambil dengan metode mula berikut:
transek sabuk tersebut pada kedalaman dang-
kal (2 - 4 m). Transek tersebut terdiri dari 3 Indeks keanekaragaman Shanon-Weiner :
S
kali ulangan untuk transek berukuran 2 x 50 (H’)    pi ln pi, …………………… (4)
m (untuk ikan < 10 cm) dan transek berukur- i 1

an 5 x 50 m (untuk ikan > 10 cm). Data fre-


kuensi dan panjang ikan diambil dari sepan- Indeks kesamaan:
jang transek dengan dua tahap, tahap pertama
dilakukan untuk mendata ikan-ikan yang (E) = H’/ H maks,………………………. (5)
lebih besar dari 10 cm sedangkan tahap ke-
dua untuk ikan-ikan yang lebih kecil dari 10 Indeks dominansi:
cm (Marnane et al., 2003). S

Identifikasi ikan karang mengacu (D) = 


i 1
pi2, ……………………………(6)
pada (Kuiter dan Tonozuka, 2001a,b,c) se-
dangkan konstanta a dan b didapat dari Froe-
Tingkat pengelompokkan berdasar-
se and Pauly (2010) dan Kulbicki (2005).
kan kesamaan species ikan karang digunakan
Indeks kesamaan Bray-Curtis (Krebs, 1989)
2.3. Analisis Data
dengan formula berikut:
Analisis data tutupan karang (English
et al., 1997; Manuputy dan Juwariah, 2009)
Indeks kesamaan Bray-Curtis :
dihitung berdasarkan rumus berikut:

(B) = ,…………………… (7)


, …………...(1)
dimana: B=pengukuran ketidaksamaan Bray-
Analsisi ikan karang yang meliputi Curtis, Xij, Xik =no. individu dalam species i
biomassa dan kelimpahan dihitung berdasar- dalam tiap sampel, i,j = baris dan kolom ke-
kan formula berikut: 1,2,3….x. Pengukuran indeks kesamaan
Bray-Curtis dapat menggunakan rumus kom-
Biomassa ikan karang (W) = a x Lb , …… (2) plemen indeks pengukuran Bray-Curtis yaitu
1,0 – B (Krebs, 1989). Hasil perhitungan
dimana: W=berat (gr); L=panjang total (cm); a & indeks Bray Curtis ditampilkan dalam bentuk

60 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81
Setiawan et al.

bentuk dendogram Pengolahan data meng- di dalam DPL Kinabohutan dan Maliambao
gunakan perangkat lunak MVSP ver3.21. serta di luar DPL Aerbanua, Kinabohutan,
Analisis statistic menggunakan uji-t untuk dan Mubune. Tutupan alga dalam hal ini
melihat perbedaan di dalam dan di luar DPL terdiri dari makroalga (contoh: Caulerpa, Pa-
menggunakan software SPSS 18. dina, Sargassum, Halimeda, dll) tertinggi di
dalam DPL terdapat di DPL Aerbanua (68,33
III. HASIL DAN PEMBAHASAN %) dan terendah di DPL Bahoi (3,67%),
sedangkan di luar DPL tutupan alga tertinggi
3.1. Terumbu Karang terdapat di Tambun (65,33%) dan terendah di
Kondisi substrat dasar dikelompok- Bahoi (11,67%) (Gambar 2).
kan kedalam kategori karang hidup yang Komponen biota lainnya seperti Linc-
terdiri dari karang keras dan karang lunak, kia sp., Holoturoida, Crinoid, Tridacna sp.,
alga, sponge, abiotik dan others. Karang hi- dan Diadema sp., di dalam DPL tertinggi di
dup terdiri dari semua jenis karang pemben- Kalinaun (5%) dan di luar DPL di Maen (21
tuk terumbu (hard corals) dan karang lunak %), sedangkan beberapa lokasi tidak terdapat
(soft corals). Alga terdiri dari semua substrat komponen others seperti di dalam DPL di
yang telah diselimuti alga termasuk DC dan, Aerbanua, Bahoi, Lihunu, Maen, Maliambao,
sedangkan others terdiri dari semua jenis Mubune, Munte, Pulisan, Talise, Tambun
invertebrata bentik yang tidak tergolong dan tanah Putih serta di luar DPL seperti di
karang. Substrat yang tergolong abiotik ter- Kalinaun, Lihunu, Munte, Pulisan, Talise,
diri dari pasir dan batu.Dari keseluruhan lo- Tambun, dan Tanah Putih (Gambar 2).
kasi pengamatan, karang keras dengan tutup- Komposisi substrat dengan tutupan
an tertinggi di dalam DPL terdapat di Bahoi karang keras tertinggi menunjukan Bahoi pa-
(70,33%) dan terendah di Talise (12,67%) ling baik dimana alga dan komponen abiotik
dengan rata-rata 46,21%. Karang keras di persentase tutupannya kecil. Hal ini menun-
luar DPL dengan tutupan tertinggi terdapat di jukan hamparan terumbu karang di daerah
Bahoi (60%) dan tutupan terendah di DPL dangkal sangat baik karena sebagian besar
Maliambao sebesar 18,5%. Karang lunak di ditutupi oleh terumbu karang.
dalam DPL dengan tutupan tertinggi sebesar
40,67% terdapat di DPL Tambun, sedangkan 3.2. Tutupan Karang Hidup
di luar DPL tutupan karang lunak tertinggi Persentase tutupan karang hidup meru-
terdapat di Bahoi (24,33%). Lokasi di luar pakan penggabungan dari data karang keras
DPL yang tidak dijaga dimana aktivitas dan karang lunak dimana di dalam DPL ber-
nelayan diperbolehkan untuk mengeksploi- kisar dari 31,67% - 96% dengan rata-rata se-
tasi memperlihatkan tingkat kerusakan yang besar 59,33%. Sedangkan untuk di luar DPL
lebih tinggi meski hampir disemua DPl sudah berkisar antara 27% - 84,33% dengan nilai
tidak ada lagi pengelolaan dan pengawasan- rata-rata 41,79%. Berdasarkan KEPMEN LH
nya. Hanya di Desa bahoi saja pengelolaan No 4 tahun 2001 baik di dalam maupun di
DPL masih beroperasi (Tasidjawa et al., 20 luar DPL masuk dalam kategori sedang
13), inilah mengapa tutupan karang baik di hingga baik sekali dengan rata-rata masuk
dalam mupun diluar DPL tertinggi diban- kategori sedang. Tutupan karang hidup (Ka-
dingkan desa lainnya. Hal ini sesuai dengan rang keras ditambah karang lunak) tertinggi
hasil penelitian Salim et al., (2014) di DPL terdapat di Desa Bahoi baik di dalam DPL (
Desa Mattiro, Kab. Pangkep dimana DPL 96%) maupun di luar DPL (84,33%), se-
yang dijaga akan memberikan dampak positif dangkan untuk tutupan karang hidup ter-
pada peningkatan tutupan karang. endah terdapat di Desa Aerbanua (31,67%)
Beberapa lokasi dimana sepanjang untuk yang di Dalam DPL dan di Desa
transek tidak ditemukan karang lunak seperti Tambun (27%) (Tabel 1).

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 61
Biodiversitas Ikan Karang . . .

Di Dalam DPL Di Luar DPL


Algae Hard Coral Other Algae Hard Coral Other
Sand Soft Coral Sponge Sand Soft Coral Sponge
Tarabitan Tarabitan
Tanah Putih Tanah Putih
Tambun Tambun
Talise Talise
Pulisan Pulisan
Desa

Desa
Munte Munte
Mubune Mubune
Maliambao Maliambao
Maen Maen
Lihunu Lihunu
Kinabuhutan Kinabuhutan
Kalinaun Kalinaun
Bahoi Bahoi
Aerbanua Aerbanua

0% 20% 40% 60% 80% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

Gambar 2. Komposisi tutupan substrat dasar di 14 DPL di Minahasa Utara.

Tabel 1. Persentase tutupan karang di dalam dan di luar DPL di 14 desa target.

Lokasi Dalam DPL (%) Kriteria Luar DPL (%) Kriteria


Aerbanua 31,67 Sedang 31,67 Sedang
Bahoi 96 Sangat baik 84,33 Sangat
baik
Kalinaun 73 Baik 55,33 Baik
Kinabuhutan 76 Sangat baik 35 Sedang
Lihunu 65,67 Baik 48 Sedang
Maen 90 Sangat baik 40,67 Sedang
Maliambao 48,67 Sedang 29.5 Sedang
Mubune 35,33 Sedang 30,33 Sedang
Munte 50,17 Baik 34,83 Sedang
Pulisan 58 Baik 47.5 Sedang
Talise 48,67 Sedang 43 Sedang
Tambun 75 Sangat baik 27 Sedang
Tanah Putih 4317 Buruk 39 Sedang
Tarabitan 39,33 Sedang 39 Sedang

62 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81
Setiawan et al.

Secara keseluruhan baik di dalam sejauh mana famili ikan ini yang memiliki
DPL maupun di luar DPL berdasarkan jumlah dan jenis mempengaruhi data serta
KEPMEN LH No 4. Tahun 2001, hasil yang ekosistemnya, maka analisis ditambahkan
didapatkan menunjukan umumnya kondisi dengan struktur komunitasnya sehingga da-
tutupan karang di dalam maupun di luar DPL pat melihat kondisi ekositemnya, apakah
di 14 desa berada pada kategori sedang hing- masih dalam kondisi baik atau sudah labil/
ga baik sekali dengan rata-rata masuk kate- tertekan.
gori baik. Hal ini terjadi karena lokasi di da-
lam maupun di luar DPL berada dekat 3.3.1. Kelimpahan Ikan Karang
dengan permukiman penduduk yang umum- Kelimpahan ikan karang di dalam DPL
nya mempunyai mata pencaharian sebagai tertinggi terdapat di Desa Bahoi sebesar 32.
nelayan. Kehidupan masyarakat pesisir yang 826,67 ind/ha sedangkan di luar DPL ter-
sering memanfaatkan laut sebagai tulang tinggi terdapat di Desa Bahoi juga sebesar
punggung kehidupan mereka membawa dam- 22.126, 67 ind/ha (Gambar 4). Kelimpahan
pak besar dalam perkembangan pertumbuhan terendah untuk di dalam DPL terdapat di
karang di lokasi DPL. Penangkapan ikan Desa Munte sebesar 3.866,67 ind/ha dan di
dengan menggunakan alat yang tidak ramah luar DPL terdapat di Desa Munte juga sebe-
lingkungan, pelanggaran menangkap ikan di sar 2.133, 33 ind/ha. Hasil penelitian mem-
daerah DPL dan daerah budidaya ikan di perlihatkan baik kelimpahan tertinggi mau-
tempat yang salah merupakan bagian kecil pun terendah sama-sama dimiliki di desa
dari contoh pemanfaatan masyarakat di dae- yang sama (Gambar 4). Desa Bahoi memiliki
rah DPL dan sekitarnya. kelimpahan tertinggi baik di dalam maupun
Berdasarkan Tabel 1, persentase tutu- di luar DPL karena sangat ditunjang dengan
pan karang di dalam DPL masih lebih baik kondisi ekositem terumbu karangnya dimana
ketimbang di luar DPL (Thit 7,083 > Ttabel tutupan karangnya masih sangat baik (>75%)
4,221), hal ini dapat memberikan implikasi baik di dalam maupun di luar DPL. Desa
positif bahwa DPL-DPL di Kabupaten Mina- yang memiliki DPL yang dijaga dengan baik
hasa Utara masih ada sedikit dampak dari terlihat hubungan yang signifikan dimana
pembentukan DPL di tahun 2003 lalu. tutupan karang yang tinggi sejalan dengan
kelimpahan ikan karangnya yang tinggi pula.
3.3. Komunitas Ikan Karang Kelimpahan ikan karang ini masih lebih baik
Ikan karang yang dicatat/ditemukan dibandingkan dengan di Kab. Sitaro, Sula-
dalam penelitian daerah dangkal ini terdiri wesi Utara rata-rata sebesar 13.561,76 ind/ha
dari 267 spesies ikan karang yang termasuk (Pardede et al., 2015a) dan Kabupaten Bim-
dalam 40 famili. Ikan karang jika dilihat dari da dan Dompu, NTB sebesar 13.527,81
biomassa dan kelimpahannya per familidi ind/ha (Tarigan et al., 2015) namun jauh jika
dalam DPL memperlihatkan famili Sphyrae- dibandingkan dengan Taman Nasional Buna-
nidae atau ikan baracuda memiliki biomassa ken (Setiawan et al., 2013).
tertinggi sebesar 177,36 kg/ha dan kelimpa- Hasil dari uji-t memperlihatkan signi-
han tertinggi berasal dari famili Plotosidae fikansi perbedaan di dalam dan di luar DPL
atau ikan lele laut sebesar 18.200 ind/ha (Thitung 6,281 > Ttabel 4,221) pada skala 0,05
(Gambar 3). %. Berdasarkan fungsi pemanfaatan dan as-
Umumnya ikan karang yang memiliki pek ekologi, ikan karang dapat dikelompok-
biomassa dan kelimpahan tertinggi dijumpai kan menjadi tiga yakni ikan target, ikan
dalam keadaan berkelompok (schooling) (Se- indikator, dan kelompok lain-lain (major
tiawan dan Tasidjawa,2013) hal inilah yang groups) (Adrim, 2012). Ikan indikator yaitu
mengakibatkan beberapa data memiliki ke- spesies-spesies ikan yang dijadikan sebagai
timpangan di beberapa lokasi. Untuk melihat indikator kesehatan perairan ekosistem te-

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 63
Biodiversitas Ikan Karang . . .

18,200.0
Sphyraenidae 177.36 Plotosidae
0
Caesionidae 166.06 Sphyraenidae 2,920.00
Kyphosidae 52.65 Caesionidae 1,288.00
Lethrinidae 49.94 Apogonidae 692.24
Carangidae 47.07 Pomacentridae 585.21
Lutjanidae 43.81 Ptereleotridae 293.33
Fistularidae 43.31 Centriscidae 236.36
Holocentridae 39.68 Scaridae 215.70
Plotosidae 37.36 Blenniidae 200.00
Famili ikan Karang

Famili Ikan Karang


Acanthuridae 20.92 Holocentridae 188.82
Scaridae 17.45 Lethrinidae 182.86
Muraenidae 13.83 Acanthuridae 167.46
Haemulidae 8.82 Pomacanthidae 165.59
Pomacentridae 8.34 Labridae 162.09 Kelimpahan (Ind/Ha)
Biomassa (Kg/Ha)
Tetraodontidae 8.24 Kyphosidae 140.00
Tetraodonthidae 7.78 Lutjanidae 132.31
Siganidae 6.65 Pempheridae 120.00
Apogonidae 6.15 Chaetodontidae 116.68
Nemipteridae 5.92 Cirrhitidae 100.00
Balistidae 5.26 Tetraodontidae 90.00
Mullidae 5.22 Pinguipedidae 90.00
Serranidae 4.60 Serranidae 89.79
Belonidae 3.66 Pseudochromidae 80.00
Aulosthomidae 3.66 Carangidae 80.00
Chaetodontidae 3.64 Nemipteridae 77.09
0 50 100 150 200 250 0 10000 20000

Gambar 3. Histogram famili ikan karang yang memiliki biomassa dan kelimpahan tertinggi.

50000
Dalam DPL
40000
ind/ha

30000
20000
10000
0

Lokasi

Gambar 4. Histogram rata-rata (± SD) kelimpahan ikan karang di dalam dan di luar DPL di 14
desa target.

64 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81
Setiawan et al.

rumbu karang serta hidupnya berasosiasi pahan tertinggi terdapat di Desa Tanah Putih
paling kuat dengan terumbu karang. Contoh sebesar 3.226,67 ind/ha dan di Desa Munte
species ikan yang termasuk kelompok ini tidak diketemukan ikan target di dalam DPL-
yaitu ikan dari family Chaetodontidae karena nya. Sedangkan untuk ikan indikator terting-
dianggap berguna untuk mengevaluasi dam- gi terdapat di Desa Maliambao (810 ind/ha)
pak mereka terhadap terumbu karang.Mayor dan terendah di Desa Mubune (140 ind/ha).
group, yaitu species-species ikan yang tidak Informasi mengenai kategori ikan karang ter-
termasuk kedalam dua kelompok diatas dan saji pada Gambar 5.
umumnya belum diketahui peranannya ke- Umumnya kelimpahan didominasi
cuali dalam rantai makanan. Data semi kuan- oleh ikan dari kelompok mayor group dima-
titatif diambil dengan menghitung secara tak- na ikan belum diketahui secara pasti peranan-
siran, karena sebagian besar ikan-ikan yang nya kecuali dalam rantai makanan. Hal yang
termasuk kelompok ini hidup dalam kelom- menarik yaitu di DPL Desa Maliambao di-
pok besar (schooling). Umumnya ikan ini mana memiliki kelimpahan ikan indikator ya-
banyak dijadikan ikan hias (Pomacentridae, itu ikan dari family Chaetodontidae tertinggi
Apogonidae, Labridae, dll). Sedangkan Ikan hal ini memberikan indikasi kesehatan terum-
Target, yaitu ikan yang merupakan target bu karang yang baik meski tutupan karang-
untuk penangkapan atau lebih dikenal juga nya hanya masuk kategori sedang (48,67%).
dengan ikan ekonomis penting atau ikan Salah satu peran utamanya yaitu kelompok
konsumsi yang hidup berasosiasi dengan ikan ini memakan pucuk (tip) karang cabang
perairan karang. seperti: family Seranidae, yang lunak. Adanya pucuk lunak pada karang
Lutjanidae, Caesionidae, Kyphosidae, Leth- cabang menunjukkan karang tersebut ber-
rinidae, Mullidae, Siganidae, Labridae (Chei- tumbuh baik karena kondisi lingkungan yang
linus undulatus), Scaridae. baik/sehat sehingga Ada tidaknya ikan-ikan
Kelimpahan tertinggi untuk kategori ini disana mengindikasikan kondisi ke-
mayor group terdapat di Desa Bahoi sebesar sehatan lingkungan. DPL Desa Maliambao
30.706,67 ind/ha dan terendah terdapat di jika dijaga dan diawasi dengan baik maka
Desa Munte sebesar 3.573, 33 ind/ha. Se- akan cepat sekali peningkatan persentase tu-
dangkan untuk kategori ikan target, kelim- tupan karangnya dikemudian hari.

40000
35000
30000 Indikator Mayor Group Target
25000
ind/ha

20000
15000
10000
5000
0

Lokasi

Gambar 5. Histogram rata-rata (± SD) kelimpahan ikan karang di dalam DPL perkategori.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 65
Biodiversitas Ikan Karang . . .

3.3.2. Biomasa Ikan Karang massanya dan kelimpahan ikan karangnya


Biomasa ikan karang tertinggi terda- terendah baik di dalam maupun di luar DPL
pat di Desa Bahoi sebesar 944, 89 kg/ha dan sehingga belum banyak memberikan kontri-
tertinggi di luar DPL terdapat di Desa Talise busi untuk kesejahteraan masyarakatnya. Hal
sebesar 637,81 kg/ha. Sedangkan kelimpahan ini kemungkinan aktvitas masyarakatnya
terendah terdapat di Desa Munte baik di da- baik di desa maupun luar yang menangkap
lam maupun di luar DPL dengan nilai dengan cara merusak serta aktivitas pembuat-
masing-masing 57,34 kg/ha dan 37,22 kg/ha an dan pengoprasian pelabuhan Munte di-
(Gambar 6). Desa Bahoi di dalam DPLnya sana. Hasil dari uji-t memperlihatkan signi-
memiliki biomassa sejalan dengan tertinggi fikansi perbedaan biomassa di dalam dan di
juga kelimpahannya, namun yang menarik luar DPL (Thitung 4,889 > Ttabel 4,221)
adalah ikan karang di luar DPLnya. pada skala 0,05 %.
Biomassa ikan karang di luar DPL Bahoi Biomassa ikan karang di dalam DPL
tergolong kecil (252,92 kg/ha) dimana kelim- berdasarkan kategorinya memperlihatkan
pahannya termasuk yang tertinggi (22.126,67 bahwa untuk kategori ikan indikator tertinggi
ind/ha). Hal ini mengindikasikan ukuran ikan biomassanya terdapat di Desa Bahoi sebesar
karang di luar DPL Desa Bahoi masuk ukur- 18,62 kg/ha dan terendah terdapat di Desa
an kecil dan ini memberikan gambaran posi- Maen sebesar 4,86 kg/ha. Biomassa ikan ma-
tif terhadap DPL Bahoi dimana DPL terbukti yor group tertinggi terdapat di Desa Bahoi
berperan dalam menyumbangkan/menyuplai sebesar 473, 52 Kg/Ha dan terendah terdapat
ikan untuk daerah di luar DPLnya. Biomassa di Desa Munte sebesar 52,24 kg/ha. Sedang-
ikan karang di wilayah ini masih dikatakan kan biomassa untuk ikan target tertinggi ter-
kecil jika dibandingkan dengan lokasi lain dapat di Desa Tanah Putih sebesar 479, 06
yang masuk dalam kawasan konservasi se- kg/ha (Gambar 7).
perti di Taman Nasional Bunaken (Setiawan, Berdasarkan kategorinya Desa Tanah
2013), Taman Nasional Karimunjawa (Mut- Putih memiliki biomassa dan kelimpahan
taqien, 2013) dan Taman Nasional Taka Bo- ikan target tertinggi dibandingkan dengan
nerate (Pardede et al., 2015b). Ini dikarena- desa lainnya. Hal ini kemungkinan lokasi
kan pengelolaan di level pemerintah berupa DPLnya bukan menjadi daerah penangkapan
taman nasional sangat terkontrol dan berbeda ikan karena lokasinya berada di teluk dan
sekali dengan DPL yang hanya sewadaya/ dikelilingi mangrove serta terumbu karang-
berbasis masyarakat. nya berupa taka dangkal yang dikelilingi
Hal yang menjadi kekhawatiran ada- lumpur.
lah ikan karang di Desa Munte karena bio-

1200 Dalam DPL


1000 Luar DPL
800
kg/ha

600
400
200
0

Lokasi

Gambar 6. Histogram rata-rata (± SD) biomassa ikan karang di dalam dan di luar DPL di 14
desa target.

66 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81
Setiawan et al.

900
800
700
600 Indikator Mayor Group Target
kg/ha
500
400
300
200
100
0

Lokasi

Gambar 7. Histogram rata-rata (± SD) biomassa ikan karang di dalam DPL per kategori.

Inilah yang menyebabkan mengapa penelitian menunjukkan indeks keanekara-


kelimpahan serta biomassa secara keseluruh- gaman berada pada kisaran sedang hingga
an rendah karena jumlah maupun jenis ikan- tinggi, berkisar antara 2,01 - 3,13 dengan ni-
nya juga tidak banyak yang mendiami lokasi lai rata-rata 2,68 (Gambar 8). Nilai keaneka-
tersebut. ragaman ini menunjukkan bahwa keseluru-
han lokasi masuk kategori sedang. Nilai ke-
3.2.1. Indeks Ekologi anekaragaman tertinggi terdapat di DPL Li-
Keanekaragaman species ikan karang hunu (3,13) dan terendah di DPL Munte
mempunyai hubungan yang erat dengan ke- (2,01). Menurut Odum (1971) bahwa sema-
beradaan terumbu karang di perairan ter- kin besar nilai keanekaragaman (H’) menun-
sebut. Indeks keanekaragaman (H’), kemera- jukkan komunitas semakin beragam dan in-
taan (E) dan dominansi (C) spesies diguna- deks keanekaragaman tergantung dari variasi
kan dalam menilai kestabilan suatu komuni- jumlah species yang terdapat dalam suatu
tas (Odum, 1971). Hasil yang didapat selama habitat.

3.50 H' E C
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
DPL DPL DPL DPL DPL DPL DPL DPL
DPL DPL DPL DPL DPL
Airban Mubu Pulisa Tamb Tarabi Kalina Malia Tanah
Bahoi Lihunu Maen Munte Talise
ua ne n un tan un mbao Putih
H' 2.07 2.60 3.13 2.65 2.21 2.01 3.11 3.03 2.86 2.82 2.98 2.73 2.69
E 0.47 0.44 0.63 0.63 0.54 0.54 0.67 0.61 0.57 0.60 0.61 0.54 0.52
C 0.27 0.18 0.06 0.09 0.15 0.18 0.05 0.07 0.09 0.08 0.08 0.13 0.11

Gambar 8. Histogram struktur komunitas ikan karang (H`, E dan C) di 14 desa target.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 67
Biodiversitas Ikan Karang . . .

Nilai indeks kemerataan (E) menun- Talise, Tambun, Pulisan, Lihunu, dan Kali-
jukkan kestabilan sebuah komunitas. Nilai E naun. (Gambar 9) pengelompokkan ini dise-
dimana semakin mendekati 1 menunjukan babkan aktifitas manusia di area terumbu ka-
komunitas semakin stabil dan jika semakin rang seperti pelabuhan dan penangkapan ber-
mendekati 0, maka komunitas semakin terte- lebih. Hasil penelitian Adrim (2007) di Pulau
kan. Menurut Odum (1971) indeks kemera- enggano pada taraf 40% mengelompokkan
taan (E) menggambarkan ukuran jumlah in- ikan karang kedalam 4 grup komunitas dima-
dividu antar species dalam suatu komunitas na kelompok tersebut berbeda berdasarkan
ikan. Semakin merata sebaran individu antar zonasi kedalamannya.
species maka keseimbangan komunitas akan Pengelompokkan ini menunjukkan
semakin baik. Indeks kemerataan tertinggi bahwa terdapat perbedaan komposisi species
terdapat di DPL Lihunu dan DPL Maen se- ikan karang antar groupnya. Terlihat penge-
besar 0,63 dan terendah di DPL Aerbanua lompokkan group 1 yaitu Mubune dan Munte
sebesar 0,47 dengan rata - rata 0,57. Nilai dimana kedua desa ini bertetangga sehingga
tersebut masuk dalam kategori tertekan hing- kemungkinan jenis ikan yang berada di
ga labil dan tidak ada satupun yang masuk wilayah ini hampir serupa dan dilokasi ini
dalam kategori stabil atau dengan kata lain merupakan daerah pelabuhan sehingga dam-
sebaran individu ikan karang tidak merata paknya terjadi di dua desa ini. Group 2 yaitu
seluruhnya. Aerbanua yang terpisah dengan desa lainnya
Nilai Dominansi (C) bekisar antara 0 dikarenakan lokasi desa ini yang menghadap
hingga 1 dimana apabilai nilainya mendekati ke sisi barat sehingga hempasan gelombang
1 menunjukkan terjadinya dominasi species, di musim barat yang kuat mengakibatkan
begitu juga jika nilainya mendekati 0 dimana karakteristik ikannya juga berbeda dengan
tidak ada dominasi oleh salah satu species. desa-desa lainnya. Sedangkan group 3
Nilai indeks Dominansi tertinggi terdapat di umumnya tersebar merata di seluruh liku-
DPL Aerbanua sebesar 0,27 dan terendah pang baik di daratan utama maupaun di
terdapat di DPL Talise sebesar 0,07 dengan pulau-pulaunya. Group 3 inilah yang meru-
rata-rata sebesar 0,12 (Gambar 13). Hasil pakan kecendrungan pengelompokan ikan
penelitian menunjukan semua lokasi masuk karang yang paling wajar dan terdapat
dalam kategori dominansi rendah, hal ini hampir di seluruh lokasi penelitian di Mina-
menunjukkan tidak adanya dominansi oleh hasa Utara. Hasil penelitian yang dilakukan
salah satu species ikan karang di lokasi Setiawan (2013) di Pulau Manado Tua Ta-
penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat man Nasional Bunaken memperlihatkan pe-
Odum (1971) yang menyatakan bahwa in- ngelompokkan ikan karang kedlam 2 grup
deks keanekaragaman (H’) dan kemerataan yang dibedakan berdasarkan perubahan tu-
(E) bersifat terbalik dengan indeks dominan- tupan substrat yang menyebabkan suksesi
sinya. Nilai H’ dan E yang tinggi menunjuk- ikan karang di area ecoreef.
kan tingkat dominansi yang rendah.
IV. KESIMPULAN
3.3.3. Kesamaan Spesies Ikan Karang
Pada taraf penskalaan dendogram 73, Ekosistem terumbu karang yang ter-
5% yang merupakan nilai rata-rata dari in- dapat di wilayah Kab. Minahasa Utara me-
deks similaritas antar stasiun diperoleh 3 nunjukan kondisi tutupan karang di dalam
kelompok komunitas. Kelompok komunitas maupun di luar DPL di 14 desa target
pertama adalah lokasi Mubune dan Munte, umumnya berada pada kategori sedang
kelompok habitat kedua adalah site Aerbanua hingga baik sekali dengan rata-rata masuk
dan yang ketiga yaitu Bahoi, Maliambao, kategori baik. Ikan karang yang dicatat/
Tanah Putih, Maen, Tarabitan, Kinabohutan, ditemukan dalam penelitian daerah dangkal

68 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81
Setiawan et al.

UPGMA
Mubune
Munte Group 1
Aerbanua
Bahoi Group 2
Maliambao
Tanah Putih
Maen
Tarabitan
Kinabohutan
Talise
Tambun
Group 3
Pulisan
Lihunu
Kalinaun
0.96 0.8 0.64 0.48 0.32 0.16 0

Bray Curtis

Gambar 9. Hasil klaster analisis 14 DPL di Minahasa Utara.

ini terdiri dari 267 species ikan karang yang Pak Maxi Lahading selaku kapten kapal yang
termasuk dalam 40 family. Desa Bahoi me- senantiasa menemani selama penyelaman.
miliki kelimpahan dan biomassa tertinggi di
dalam DPL karena sangat ditunjang dengan DAFTAR PUSTAKA
kondisi ekositem terumbu karangnya dimana
tutupan karangnya masih sangat baik (>75%) Adrim, M., S.A. Harahap, dan K. Wibowo.
baik di dalam maupun di luar DPL. Struktur 2012. Struktur komunitas ikan karang
komunitas ikan karang masih dikategorikan di Perairan Kendari. J. Ilmu Kelautan,
baik dengan indikasi nilai keanekaragaman 17(3):154-163.
tergolong sedang, indeks kemerataan tergo- Allen, G., R. Steene, P. Hulmann, dan N. De-
long labil dan dominansi rendah. Pengelom- loach. 2003. Reef fish tropical Pa-
pokkan ikan karang berdasarkan kesamaan- cific identification. New World Publi-
nya spesiesnya umumnya sama di semua lo- cation, Inc. JacksonVille. Florida.
kasi. Terdapat DPL-DPL yang terpisah de- USA. 457p.
ngan goup yang lain dikarenakan lokasi dan Coastal Resources Management Project II.
kondisi oseanografi lokasinya yang menye- 2003. Cumulative eight-year final re-
babkan ikan karang yang mendiaminya juga port July 1, 1995 - September 30,
sesuai dengan karakteristik lokasi tersebut. 2003 Volume II. Coastal Resources
Center, University of Rhode Island.
UCAPAN TERIMA KASIH 216p.
Crawford, R.B. and M. Kasmidi. 2004.
Penelitian ini didanai oleh WCS ma- Factors influencing progress in estab-
rine program dan untuk itu penulis mengu- lishing community-based marine pro-
capkan terimakasih yang sebesar-besarnya. tectted areas in Likupang Sub-District
Penulis juga mengucapkan terima kasih ke- of North Sulawesi, Indonesia. Work-
pada para reviewer yang telah banyak mem- ing paper. Coastal Resources Center
berikan komentar dan masukan untuk me- University of Rhode Island. 23p.
ningkatkan mutu paper ini serta tidak lupa

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 69
Biodiversitas Ikan Karang . . .

CRC-URI (Costal Resources Center Uni- weight relationships for New Caledo-
versity of Rhode Island). 2003. Fos- nian Lagoon fishes. J. Cybium, 29-
tering marine conservation in Indo- (3):235-252.
nesia: developing capacity to imple- Locally-Managed Marine Management Area.
ment community-based marine sanc- 2003. Indonesia: using the LMMA’s
tuary. Final report submitted to the learning framework as a guide to en-
david and Lucile Packard Foundation. hancesasi. www.lmmanetwork.org. [5
26-38hlm. Sep 2015].
Dartnall, H.J. and M. Jones. 1986. A manual Ludwig, J. A. and J.F. Reynolds. 1988. Sta-
of survey methods of living resources tistical ecology: a primer on methods
in coastal areas. Aseanautralia coope- and computing. John Wiley & Sons.
rative programme marine science New York. 337p.
handbook. Australian Institute of Manuputy, A.E.W. dan Djuwariah. 2009.
Marine Science. Townsville. 167p. Panduan metode point intercept tran-
Effendie, M.I. 1079. Metode biologi perika- sect (PIT) untuk masyarakat. CORE-
nan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 MAP II – LIPI. 73hlm.
hlm. Marnane, J.M., R.L. Ardiwijaya., J.T. Wibo-
English, S., C. Wilkinson, dan V. Baker. wo., S.T. pardede., A. Mukminin., Y.
1997. Research manual for tropical Herdiana, dan S. haryanta. 2003. La-
marine resources 2nd (ed.). Australian poran teknis penelitian 2003-2004 di
Institute of Marine Science. Australia. Kepulauan Karimunjawa, Jawa
390p. Tengah. WCS. 75hlm.
Froese. R. and D. Pauly. 2010. Fishbase. Muttaqien. E, S. Pardede, S.A. Tarigan, dan
www.fishbase.org. [15 Juli 2015]. S. Sadewa. 2013. Laporan teknis mo-
Hill, J. and C. Wilkinson. 2004. Methods for nitoring ekosistem terumbu karang
ecological monitoring of coral reefs: a taman nasional Karimunjawa 2013
resource for managers. Australian (mo nitoring fase 6). WCS. Bogor.
Institute of Marine Science and Reef Indonesia. 47hlm.
Check, Australia. 117p. Odum, E.P. 1971. Fundamental of ecology.
Kambong, A.G., Lopold Dumanaw, Ronald W.B. Saunders Co. Philadelphia.
T.H. Sorongan, Robert M. Senduk, S. 574p.
Tasidjawa, F. Setiawan, A. Mukmi- Pardede, S., S. Tasidjawa, F. Setiawan,
nin. 2013. Inventarisasi calon kawas- Muhidin dan Kusnanto. 2015. Lapor-
an konservasi perairan di Minahasa an ekologi status ekosistem terumbu
Utara 2013. Wildlife Conservation karang di Kabupaten Sitaro Sulawesi
Society. 70p. Utara. Wildlife Conservation Society.
Kepmen Lingkungan Hidup No. 4. 2001. Bogor. Indonesia. 30hlm.
Kriteria baku kerusakan terumbu ka- Pardede, S., S.A.Tarigan, F. Setiawan, Muhi-
rang. Jakarta. Indonesia. 11hlm. din, A. Muzrini, dan E. Muttqien.
Krebs, C.H.J. 1989 Ecological methodology. 2015. Status ekosistem terumbu ka-
Univ. of British Columbia. Harper rang Taman Nasional Taka Bonerate
Collins Publisher. 645p 2015. WCS. Bogor. Indonesia.72hlm.
Kuiter, R.H. dan T. Tonozuka.2001. Pictorial Salim, D., Y. Wardiatno, dan L. Adrianto.
guide to Indonesian reef fishes. 2014. Efektifitas pengelolaan daerah
Zoonetics. Seaford Vic 3198. Aus- perlindungan laut (studi kasus desa
tralia. 1, 2, and 3:865. Mattiro Labangeng, Kab. Pangkep). J.
Kulbicki, M, N. Guillemot dan M. Amand. Kelautan, 7(2):94-102.
2005. A general aproach to length-

70 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt81
Setiawan et al.

Setiawan, F. 2013. Kajian keefektifan zonasi Kab. Minahasa Utara. Aquatic Scien-
berdasarkan komunitas ikan karang di ce and Management, Edisi Khusus.
Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Pascasarjana - Universitas Samratula
Utara. 11hlm. ngi. Hlm.:10-16.
Setiawan, F dan T. Tasidjawa. 2013. Laporan Wilson R.J., A. Darmawan, and J. Subijanto.
survey ekologi daerah perlindungan 2009. Rancangan ilmiah jejaring ka-
laut di Minahasa Utara. WCS. 38hlm. wasan konservasi laut yang tangguh
Setiawan, F., J.D. Kusen dan G.F. Kaligis. di ekoregion Sunda Kecil. Laporan
2013. Struktur komunitas ikan karang akhir. Laporan TNC Indonesia mari-
di perairan terumbu karang Taman ne program No. 2B/09. Bali. 27hlm.
Nasional Bunaken, Sulawesi Utara. J. Wiryawan, B. dan A. Dermawan. 2006. Pan-
Perikanan dan Kelautan Tropis. 9:6. duan pengembangan kawasan konser-
Setiawan.F, T.B. Razak, Idris dan Estra- vasi laut daerah (marine management
divari. 2013. Komposisi spesies dan area/MMA) di wilayah COREMAP
perubahan komunitas ikan karang di II-Indonesia bagian barat. CORE-
wilayah rehabilitasi ecoreef Pulau MAP II. 96hlm.
Manado Tua, Taman Nasional Buna- Yulianto, I., R. Prasetia, E. Muttaqin., T.
ken. J. Ilmu dan teknologi Kelautan Kartawijaya, S.T. Paredede, Y. Her-
Tropis, 5(2):377-389. diana, F. Setiawan, R.L. Ardiwijaya,
Tarigan, S., Setiawan ,F., Pardede, S., dan M. Syahrir. 2012. Panduan teknis
Muhidin, dan Muzrini, A. 2015 Status pemantauan ekosistem terumbu ka-
ekosistem terumbu karang Kabupaten rang, padang lamun dan mangrove.
Bima dan Domp 2015. Wildlife Con- Wildlife Conservation Society. Bo-
servation Society Indonesia Program. gor. Indonesia. 143hlm.
Bogor. Indonesia.75hlm.
Tasidjawa, S., S.V. Mandagi dan R. Lasa- Diterima : 5 Maret 2015
buda. 2013. Penentuan zona inti dae- Direview : 9 Maret2015
rah perlindungan laut di Desa Bahoi, Disetujui : 5 Juni 2015

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 1, Juni 2016 71
72

Вам также может понравиться