Вы находитесь на странице: 1из 34

 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

REFERAT

NEURITIS
OPTICUS

Dipresentasikan oleh:
Irvan Zulvikar 110.2004.122

Pembimbing:
Dr. Wawin Wilman Sp.M
Dr. Juniani Sunarjo

Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Fakultas


Kedokteran Universitas YARSI Bagian Ilmu
Penyakit Mata BRSUD Arjawinangun
2011

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 1/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

K ATA PENGANTAR 

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil¶alamin segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya, shalawat serta salam atas nabi besar Muhammad SAW. Terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Dr. Wawin Wilman Sp.M dan Dr. Juniani Sunarjo, atas

kesediaan, waktu dan kesempatan yang diberikan sebagai pembimbing referat ini, kepada

teman sesama kepaniteraan ilmu penyakit mata dan para perawat yang selalu mendukung,

memberi saran, motivasi, bimbingan dan kerjasama yang baik sehingga dapat
terselesaikannya referat ini.

Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan bagian Ilmu Penyakit

Mata di BRSUD Arjawinangun. Referat ini membahas dan menganalisa berbagai hal

mengenai ³Neuritis Optik´. Bahasan referat ini diambil dari berbagai macam sumber.

Penyusun sadar bahwa dalam penyusunan referat ini masih banyak sekali

kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan, demi

  perbaikan referat ini. Akhir kata dengan mengucap Alhamdulillah, semoga Allah SWT

selalu meridhoi kita semua dan semoga referat ini bermanfaat bagi semua pihak yang

terkait.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, Juli 2011

Penyusun 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 2/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

DAFTAR ISI

K ATA PENGANTAR «««««««««««««««««««««««« i 

DAFTAR ISI««««««««««« .«««««««.««««««««« .ii 

DAFTAR GAMBAR «««««««««««««««« .««««««««iii 

BAB I PENDAHULUAN«««««««««««««««««««««« ...1 

BAB II TINJAUAN PUSTAK A«««««««««««««« .«««««...3 

««««««««« ««««««««
2.1. Anatomi dan Fisiologi Saraf Optik  . ..3
2.2. Anatomi dan Fisiologi Jaras Visual«««««««««.««.««««««6 

2.3. Pemeriksaan Sistem Visual«««««««««««««««««««« .11

2.4.Neuritis Optik ««««««««««««««««««««.«««««..14

2.4.1.Etiologi«««««««««««««««««««« .««««.15

2.4.2. Faktor Resiko ««««««««.««««««««««.«««.17

2.4.3. Klasifikasi««««««««««««« ...««««««.««.«17

2.4.4. Diagnosis«««««««««««««««...«««««.««..20

2.4.5. Diagnosis Banding««««««««««««««..«....««.«23

2.4.6. Penatalaksaan««««««««««««««««««.«.....«.25

2.4.7. Prognosis«««««««««««««««««««..««.«...28

K  ««««««««««««««««««««« «
BAB III ESIMPULAN . .29
DAFTAR PUSTAK A«««««««««««««««««««««« ..«.30

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 3/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

DAFTAR GAMBAR 

Gambar 1. Nervus Optik .........................................................................................3

Gambar 2. Perdarahan pada Nervus Optik .............................................................5

Gambar 3. PerjalananSerabut Saraf optik (tampak basal)......................................8

Gambar 4. Lapisan Neuron pada Retina.................................................................9

Gambar 5. Radiatio Optik......................................................................................10

Gambar 6. Jaras Reflek Pupil.................................................................................11

Gambar 7. Lintas impuls visual dan gangguan lapang pandang akibat berbagai lesi di

lintasan Visual.................................................................................13

Gambar 8. Gambaran Funduskopi Normal...........................................................14

Gambar 9. Gambaran Funduskopi pada Papilitis..................................................18

Gamabr 10. Tanda Papil Marcus Gunn...................................................................19

Gambar 11. Lesi white matter   pada MRI.................................................................22

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 4/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

BAB I

PENDAHULUAN

 Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf optikus akibat berbagai
1
macam penyakit. Neuritis optik diklasifikasikan menjadi dua yaitu papilitis dan neuritis

retrobulbar. Papilitis adalah pembengkakan diskus yang disebabkan oleh peradangan

lokal di nervus saraf optik dan dapat terlihat dengan pemeriksaan funduskopi. Tipe

neuritis retrobulbar merupakan suatu neuritis optikus yang terjadi cukup jauh di belakang

diskus optikus sehingga tidak tampak kelainan diskus optik dengan oftalmoskop, tetapi

1,2
terjadi penurunan tajam penglihatan.

neuritis optikus dalam populasi per tahun diperkirakan 5 per 100.000 sedangkan

  prevalensinya 115 per 100.000. Berdasarkan data T he Optic Neuritis T reatment  T rial 

(ONTT) lebih dari 77% pasien adalah wanita, 85% berkulit putih dan usia rata-rata 32

tahun. Di berbagai kelompok populasi di seluruh dunia, neuritis retrobulbaris berkaitan

dengan sklerosis multipel pada 13-85% pasien. Persentase perkembangan menjadi

sklerosis multipel setelah suatu episode neuritis optikus cenderung lebih tinggi seiring

1,3
dengan peningkatan tindak lanjut pasien.

Etiopatogenesis terjadinya papilitis adalah adanya peradangan pada serabut retina

saraf optik yang masuk pada papil saraf optik yang berada dalam bola mata. Neuritis

retrobulbar dapat disebabkan oleh sklerosis multipel, penyakit mielin saraf, anemia

  pernisiosa, diabetes melitus, dan intoksikasi yang nantinya menyebabkan peradangan

saraf optik dibelakang bola mata, biasanya berjalan akut yang mengenai satu atau kedua

2
mata.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 5/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

Pada neuritis optik pasien mengeluhkan penurunan tajam penglihatan yang

mendadak dan disertai dengan nyeri pada mata. Pada papilitis pemeriksaan oftalmoskopi

dapat ditemukan tanda-tanda disfungsi nervus optikus seperti hiperemi papil saraf optik 

dengan batas papil yang kabur, pelebaran vena retina sentral dan edema papil , sedangkan

  pada neuritis retrobulbaris tidak ditemukan tanda-tanda kelainan tersebut. Ditemukan

  pula kelainan relative afferent pupillary defect  (RAPD) dengan pemeriksaan  swinging 

3
 flashlight test. 

Penatalaksanaan pada neuritis optik yaitu kortikosteroid (berdasarkan ONTT) atau

ACTH (  Adrenocorticotropic hormone


). Selain itu diberikan juga terapi penyakit

2
 penyebabnya.

Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum mengenai definisi,

anatomi fisiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, serta penatalaksanaan pada

neuritis optik.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 6/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

BAB II

TINJAUAN PUSTAK A

2.1. Anatomi dan Fisiologi Saraf Optik 

  Nervus optikus adalah saraf yang membawa rangsang dan retina menuju otak.

Saraf optik terdiri dari 1 juta lebih akson-akson yang berasal dari lapisan sel ganglion

retina yang memanjang ke arah korteks oksipital. Panjang saraf optik berkisar antara 35-

55 mm (rata-rata 40 mm) dan secara anatomis terbagi menjadi segmen intaokular,

4
intraorbital, intrakanalikular dan intakranial yang berakhir sebagai kiasma optik.

5
Gambar 1. Nervus Optik 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 7/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

Segmen intraokular saraf optik sepanjang 1 mm terbagi menjadi lapisan serabut-

serabut saraf superfisial, bagian prelaminar, laminar (lamina kribosa) dan retrolaminar.

Papil saraf optik (diskus optik) merupakan bagian prelaminar saraf optik berbentuk oval,

1,5 mm horizontal dan 1,75 mm vertikal dengan cekungan (cup shaped depression) agak 

ke temporal. Papil saraf optik merupakan daerah keluarnya akson-akson sel ganglion

terletak sekitar 3-4 mm sebelah nasal fovea. Bagian prelaminar dan laminar terdiri dari

akson-akson sel ganglion retina tak bermielin, astrosit dan arteri-vena retina sentralis

yang keluar dari bagian tengah papil saraf optik. Akson-akson bergabung menjadi

fasikulus dan menembus sklera 200-300 lubang pada lamina kribosa. Setelah melewati
lamina kribosa (bagian retrolaminar) diameter saraf optik bertambah menjadi 3-4 mm

akibat pembentukan mielin akson-akson sel ganglion retina, adanya oligodendroglia

(yang membentuk mielin akson) dan selubung meningeal yang terdiri dari piamater,

arakhnoid dan duramater. Bagian prelaminar dan laminar diperdarahi terutama oleh arteri

siliaris posterior brevis yang beranastomosis dengan pleksus pial dan pembuluh darah

4,6 
koroid peripapilar membentuk siklus Zinn-Haller.

Segmen intraorbita saraf optik berukuran panjang 25-30 mm, lebih panjang dari

  jarak antara belakang bola mata dan apeks orbita sehingga dapat bebas bergerak pada

 pergerakan bola mata. Pada apeks orbita segmen saraf optik dikelilingi oleh anulus Zinn

sebelum berlanjut ke kanal optik. Saraf optik berjalan kearah porteromedial dan

meninggalkan orbita melalui foramen optik (optic ring) menuju kanal optik. Nervus

optikus pars intraorbita diperdarahi oleh cabang-cabang intraneural dan cabang-cabang

4,6 
 pial dari arteri retina sentral.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 8/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

Segmen intrakanalikular yang terdapat di dalam kanalis optik memiliki panjang 4-

10 mm. Kanalis optik dibentuk oleh tulang sphenoid parva minor. Bagian ini diperdarahi
4,6 
oleh cabang pial arteri oftalmika.

Segmen Intrakranial memiliki panjang sekitar 10 mm, antara kanalis optik sampai

kiasma optikum. Bagian ini berjalan di atas arteri oftalmika, sebelah superomedial arteri

karotis interna sehingga diperdarahi langsung oleh cabang-cabang arteri tersebut.4,6 

Gambar 2:Schematic representation of blood supply of: (A) the optic nerve head and (B) 

the optic nerve. Abbreviations : A = arachnoid; C = choroid; CRA = central retinal

artery; Col. Br. = Collateral branches; CRV = central retinal vein; D = dura; LC =

lamina cribrosa; NFL = surface nerve fiber layer of the disc; OD = optic disc; ON = optic
nerve; P = pia; PCA = posterior ciliary artery; PR  and PLR  = prelaminar region; R  =

5
retina; RA = retinal arteriole; S = sclera; SAS = subarachnoid space.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 9/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

Jika satu ataupun semua serabut saraf mengalami peradangan dan tak berfungsi

sebagaimana mestinya maka penglihatan akan menjadi kabur. Jika terjadi inflamasi

ataupun demielinisasi nervus optikus, keadaan ini disebut dengan neuritis optikus. Pada

neuritis optikus, serabut saraf menjadi bengkak dan tak berfungsi sebagaimana mestinya.

Penglihatan dapat saja normal atau berkurang, tergantung pada jumlah saraf yang

4,6 
mengalami peradangan.

2.2. Anatomi dan Fisiologi Jaras Visual

Secara fungsional rangsang visual ditangkap oleh retina (sebagai stasiun I).

kemudian diteruskan melalui serabut saraf otak kedua (saraf optik). Saraf optik yang

  berasal dan sisi nasal kedua mata akan menyilang di daerah kiasma opikum sedangkan

yang berasal dari sisi temporal tidak bersilangan di daerah kiasmaini. Selanjutnya serabut

saraf ini akan melanjutkan perjalanannya sebagai traktus optikum. Traktus optikus ini

selanjutnya menuju ke thalamus sebagai kumpulan sel-sel saraf yang mengolah dan

  bertindak sebagai stasiun informasi ke II. Bagian thalamus yang berhubungan dengan

fungsi visual disebut C orpus Geniculaturn Laterale (CGL). Stasiun ke II ini bertugas

menyampaikan informasi ke korteks serebri bagian oksipital. Dengan sampainya

informasi ke korteks penglihatan akan hal-hal yang terlihat oleh mata dapat disadari. Dari

stasiun ke II ini informasi visual juga disebarkan ke seluruh SSP yang mempunvai

hubungan dengan indera   penglihatan. ke pusat keseimbangan motorik, medulla spinalis,

 pendengaran, dan sebagainya.3

C orpus geniculatum laterale ( CGL ) merupakan terminal dan seluruh serabut

saraf aferen jaras visual. CGL merupakan bagian dari thalamus. Pada CGL terjadi rotasi

10

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 10/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

90° dari serabut saraf, sehingga serabut saraf yang berasal dari retina bagian superior 

akan berada di bagian medial CGL, sedangkan yang berasal dan bagian inferior retina

akan berada di bagian lateral. Perputaran akan terjadi lagi serabut meninggalkan C GL

sehingga retina bagian superior dan inferior terletak superior dan inferior dalam radiasio

3
optika dan korteks serebri.

Radiasio optika mengandung 3 kelompok besar serabut yaitu (1) bagian superior 

(berisi serabut yang mengurus lapangan pandang inferior), (2) bagian inferior (berisi

serabut yang mengurus lapang pandang superior), (3) bagian sentral (berisi serabut

makula).3

Jadi pada radiasio optika (traktus genikulo-kalkarina) terjadi pemutaran, sehingga

  posisi serabut penglihatan kembali seperti sebelum memasuki CGL yaitu bagian atas

retina berjalan dan diproyeksikan di bagian atas korteks serebri dan sebaliknya. Korteks

  proyeksi penglihatan disebut juga korteks striata (area 17), berada di sepanjang bibir 

superior dan fissure kalkarina. Ketika impuls sampai di area 17, maka akan terbentuk 

sensasi visual sederhana. Impuls ini akan rnempunyai arti dan bentuk dengan perantaraan
3
korteks asosiasi area 18 dan 19.  

11

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 11/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

3
Gambar 3. Perjalanan Serabut Saraf Nervus Optikus (tampak basal)

Retina merupakan reseptor permukaan untuk informasi visual. Sebagaimana

halnya nervus optikus, retina merupakan bagian dari otak meskipun secara fisik terletak 

di perifer dari sistem saraf pusat (SSP). Komponen yang paling utama dari retina adalah

sel-sel reseptor 

sensoris atau fotoreseptor dan beberapa jenis neuron dari jaras penglihatan. Lapisan

terdalam (neuron pertama) retina mengandung fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut)

dan dua lapisan yang lebih superfisial mengandung neuron bipolar (lapisan neuron

kedua) serta sel-sel ganglion (lapisan neuron ketiga). Sekitar satu juta akson dari sel-sel

ganglion ini berjalan pada lapisan serat retina ke papila atau kaput nervus optikus. Pada

  bagian tengah kaput nervus optikus tersebut keluar cabang-cabang dari arteri centralis

7
retina yang merupakan cabang dari arteri oftalmika.  

12 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 12/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

7
Gambar 4. Lapisan Neuron pada Retina

 Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di depan

tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung menjadi satu

  berkas membentuk kiasma optikum. Di depan tuber sinerium nervus optikus kanan dan

kiri bergabung menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian

nasal dari masing-masing mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut

temporal mata yang lain membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke

korpus genikulatum lateral dan kolikulus superior. Kiasma optikum terletak di tengah

anterior dari sirkulus Willisi. Serabut saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral

merupakan jaras visual sedangkan serabut saraf yang berakhir di kolikulus superior 
menghantarkan impuls visual yang membangkitkan refleks opsomatik seperti refleks

 pupil. Setelah sampai di korpus genikulatum lateral, serabut saraf yang membawa impuls

 penglihatan akan berlanjut melalui radiatio optika (optic radiation) atau traktus genikulo

13 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 13/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

kalkarina ke korteks penglihatan primer di girus kalkarina. Korteks penglihatan primer 

tersebut mendapat vaskularisasi dari arteri kalkarina yang merupakan cabang dari arteri

serebri posterior. Serabut yang berasal dari bagian medial korpus genikulatum lateral

membawa impuls lapang pandang bawah sedangkan serabut yang berasal dari lateral

7,8
membawa impuls dari lapang pandang atas (gambar 5).

8
Gambar 5. Radiatio Optika

Pada refleks pupil, setelah serabut saraf berlanjut ke arah kolikulus superior, saraf 

akan berakhir pada nukleus area pretektal. Neuron interkalasi yang berhubungan dengan

nukleus Eidinger-Westphal (parasimpatik) dari kedua sisi menyebabkan refleks cahaya

menjadi bersifat konsensual. Saraf eferen motorik berasal dari nukleus Eidinger-Westphal

dan menyertai nervus okulomotorius (N.III) ke dalam rongga orbita untuk 

4,9
mengkonstriksikan otot sfingter pupil (gambar 6).

14 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 14/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

10
Gambar 6. Jaras Refleks Pupil

2.3. Pemeriksaan Sistem Visual

4,11
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi fungsi nervus II, yaitu:  

1.  Pemeriksaan visus

Pemeriksaan visus dilakukan dengan membaca kartu Snellen pada jarak  6 meter.

Masing-masing mata diperiksa secara terpisah, diikuti dengan pemeriksaan menggunakan

 pinhole untuk menyingkirkan kelainan visus akibat gangguan refraksi. Penilaian diukur 

dari barisan terkecil yang masih dapat dibaca oleh pasien dengan benar, dengan nilai

normal visus adalah 6/6. Apabila pasien hanya bisa membedakan gerakan tangan

  pemeriksa maka visusnya adalah 1


/300, sedangkan apabila pasien hanya dapat

membedakan kesan gelap terang (cahaya) maka visusnya 1 /’.

15 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 15/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

2.  Pemeriksaan refleks pupil

Pemeriksaan refleks pupil atau refleks cahaya terdiri dari reaksi cahaya langsung

dan tidak langsung (konsensual). Refleks cahya langsung maksudnya adalah mengecilnya

 pupil (miosis) pada mata yang disinari cahaya. Sedangkan refleks cahaya tidak langsung

atau konsensual adalah mengecilnya pupil pada mata yang tidak disinari cahaya.

3.  Pemeriksaan lapang pandang

Dua jenis cara pemeriksaan lapang pandang yaitu pemeriksaan secara kasar (tes

konfrontasi) dan pemeriksaan yang lebih teliti dengan menggunakan kampimeter atau
  perimeter. Pemeriksaan lapang pandang bertujuan untuk memeriksa batas perifer 

  penglihatan, yaitu batas dimana benda dapat dilihat bila mata difiksasi pada satu titik.

Lapang pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu dan tidak sama ke semua

 jurusan, misalnya ke lateral kita dapat melihat 90 ± 100  dari titik fiksasi, ke medial 60

, ke atas 50 ± 60  dan ke bawah 60 ± 75 .

Jika terdapat lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks

sensorik, akan menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandag. Lesi

  pada nervus optikus akan mengakibatkan kebutaan atau anopsia pada mata yang

disarafinya. Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri centralis retina yang

mendarahi retina tanpa kolateral, ataupun arteri karotis interna yang akan bercabang

menjadi arteri oftalmika yang kemudian menjadi arteri centralis retina. Kebutaan tersebut

terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugax. Lesi pada bagian medial kiasma akan

menghilangkan medan penglihatan temporal yang disebut hemianopsia bitemporal,

sedangkan lesi pada kedua bagian lateralnya akan menimbulkan hemianopsia binasal.

16 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 16/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan hemianopsia homonim kontralateral. Lesi

 pada radiasio optika bagian medial akan menyebabkan quadroanopsia inferior homonim

kontralateral, sedangkan lesi pada serabut lateralnya akan menyebabkan quadroanopsia

superior homonim kontralateral.

Gambar 7. Lintasan Impuls

visual dan Gangguan Lapang

Pandang Akibat Berbagai Lesi

10
di Lintasan Visual

4. Pemeriksaan funduskopi

Pemeriksaan funduskopi di bidang neurologi bertujuan untuk menilai keadaan

fundus okuli terutama papil dan retina nervus optikus. Pemeriksaan dilakukan dengan

menggunakan alat berupa oftalmoskop. Papil normal berbentuk bulat, warna merah
kekuningan, di bagian temporal sedikit pucat, batas dengan sekitarnya tegas, hanya di

 bagian nasal agak kabur serta terdapat lekukan fisiologis (cup fisiologis). Pembuluh darah

17 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 17/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

keluar dari cup disk danbercabang keatas. Jalannya arteri agak lurus, sedangkan vena

 berkelok-kelok.

Gambar 8. Gambaran funduskopi normal

2.4.Neuritis Optik 

  Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf optik akibat berbagai

1
macam penyakit. Insidensi neuritis optikus dalam populasi per tahun diperkirakan 5 per 

100.000 sedangkan prevalensinya 115 per 100.000. Sebagian besar mengenai usia 20

sampai dengan 40 tahun. Wanita lebih umum terkena dari pada pria. Berdasarkan data
T he Optic Neuritis T reatment T rial (ONTT) 77% adalah wanita, 85% kulit putih dan usia

rata-rata 32 7 tahun. Sebagian besar kasus patogenesisnya disebabkan inflamasi

18 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 18/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

demielinisasi dengan atau tanpa sklerosis multipel. Pada sebagian besar kasus neuritis

3
optikus monosimptomatik merupakan manifestasi awal sklerosis multipel.

2.4.1.  Etiologi

6,12
Etiologi neuritis optikus termasuk:

1.  Inflamasi lokal

a.  Uveitis dan retinitis

 b.  Oftalmia simpatika

c.  Meningitis

d.  Penyakit sinus dan infeksi orbita

2.  Inflamasi general yaitu:

a.  Infeksi syaraf pusat

 M ultiplel sklerosis

Diberbagai kelompok populasi diseluruh dunia, neuritis retrobulbar berkaitan

dengan sklerosis multipel pada 13-85% pasien (Chavis dan Hoyt, 2000). Data dari Mayo

clinic pada tahun 1933 didapatkan dari 255 kasus sebanyak 155 disebabkan oleh sklerosis

multipel.

 Acute disseminated encephalomyelitis

 Neuromyelitis optic (Devic disease)

19 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 19/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

Merupakan suatu proses demielinisasi yang mengenai saraf optik. Penyakit ini

sering salah didiagnosis dengan dibedakan berdasarkan derajat keparahan, optikus,

medulla spinalis) dan (polymorphonuclear pleocytosis).

 b.  Syphilis

c.  Tuberkulosis

3.   Leber's disease

Merupakan suatu penyakit herediter pada laki-laki muda, manifestasinya sebagai

  perubahan mendadak pada penglihatan sentral, pertama kali mengenai satu mata dan

selanjutnya kedua mata. Karakteristiknya terdapat skotoma sentral dengan dercce central 

nucleus. Pada beberapa kasus inflamasi mengenai nervus di dalam bola mata sehingga

menyebabkan papilitis ringan. Pada kasus yang lain mengenai nervus di belakang mata.

4.  Toksin endogen

a.  Penyakit infeksi akut, seperti influenza, malaria, measles, mumps, pneumonia

 b.  Fokus septik pada gigi, tonsil, infeksi fokal

c.  Penyakit metabolik: diabetes, anemia, kehamilan, avitaminosis

5.  Intoksikasi racun eksogen seperti tobacco, etil alcohol, metil alkohol.

20

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 20/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

2.4.2.  Faktor Resiko

3,12
Faktor resiko neuritis optikus termasuk:

1.  Usia

  Neuritis optikus sering mengenai dewasa muda usia 20 sampai 40 tahun; usia rata-rata

terkena sekitar 30 tahun. Usia lebih tua atau anak-anak dapat terkena juga tetapi

frekuensinya lebih sedikit.

2.  Jenis kelamin

Wanita lebih mudah terkena neuritis optikus dua kali daripada laki-laki.

3.  Ras

 Neuritis optikus lebih sering terjadi pada orang kulit putih dari pada ras yang lain

2.4.3.  K lasifikasi

Berdasarkan klasifikasinya neuritis optik terbagi menjadi dua, yaitu:

-  Papilitis

Papilitis adalah pembengkakan diskus yang disebabkan oleh peradangan lokal di nervus

2
saraf optik dan dapat terlihat dengan pemeriksaan funduskopi.

21

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 21/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

Gambar 9. Gamabaran Funduskopi pada Papilitis

Patogenesis

 Nervus optikus mengandung serabut-serabut syaraf yang mengantarkan informasi

visual dari sel-sel nervus retina ke dalam sel-sel nervus di otak. Retina mengandung sel

fotoreseptor, merupakan suatu sel yang diaktivasi oleh cahaya dan menghubungkan ke

sel-sel retina lain disebut sel ganglion. Kemudian mengirimkan sinyal proyeksi yang

disebut akson ke dalam otak. Melalui rute ini, nervus optikus mengirimkan impuls visual

ke otak. Inflamasi yang terjadi pada neuritis optik yang akan menyebabkan sinyal visual

2
terganggu dan pandangan menjadi lemah.

Gejala dan Tanda

Dalam waktu yang cepat visus akan sangat menurun, kadang-kadang sampai buta.

Keluhan ini disertai dengan rasa sakit dimata terutama saat penekanan. Kadang-kadang

22 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 22/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

disertai demam atau setelah demam biasanya pada anak yang menderita infeksi virus atau

3,6 
infeksi saluran napas bagian atas.

Pada pemeriksaan pupil ditemui adanya RAPD yaitu kelainan pupil yang sering

3
dijumpai dengan adanya tanda pupil Marcus Gunn. Cara pemerikasaan, mata pasien

secara bergantian diberi sinar, pada sisi mata yang sakit pupil tidak mengecil tetapi malah

membesar. Kelainan ini menunjukan adanya lesi N.II pada sisi tersebut.4

4
Gambar 10. Tanda pupil Marcus Gunn

Pada pemeriksaan fundus ditemukan hiperemi papil saraf optik dengan batas yang

kabur, pelebaran vena retina sentralis dan edema papil. Kadang-kadang sekitar papil


terlihat bergaris-garis disebabkan edema, sehingga serabut saraf menjadi renggang.

Gangguan lapang pandang dapat terjadi pada penglihatan perifer dan menyempit

 
secara konsentris, didapatkan juga skotoma sentral, sekosentral atau para sentral.

23 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 23/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

-  Neuritis Retrobulbar

  Neuritis retrobulbarmerupakan peradangan saraf optik yang terdapat dibelakang bola

mata sehingga tidak menimbulkan kelainan fundus mata. 1,2

Gejala dan Tanda

Visus sangat terganggu dan disertai dengan amaurosis fugax   pasien juga

mengeluhkan bola mata bila digerakkan akan terasa berat dibagian belakang bola mata.

2
Rasa sakit akan bertambah bila bola mata ditekan yang disertai dengan sakit kepala.

Pada neuritis gambaran fundus normal pada awal, namun lama kelamaan akan terlihat
kekaburan batas papil saraf optik dan degenerasi saraf optik akibat degenerasi serabut

2
saraf, disertai atrofi desenden akan terlihat papil pucat dengan batas tegas.

Gangguan lapang pandang pada neuritis retrobulbar dapat terjadi sepanjang

segmen intraorbita sampai segmen intracranial dan sesuai dengan lokasinya. Gangguan

tersebut dapat berupa skotoma sentral, skotoma sentral unilateral, skotoma sentral

  bilateral, skotoma sentral pada mata homolateral dan defek superior temporal pada
3,4
kampus kontralateral dan hemiopia bitemporal bila mengenai kiasma optika.

 
2.4.4. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, tanda dan gejala klinis, namun pada

neuritis retrobulbar yang kelainannya cukup jauh di belakang diskus optik dan pada
  pemeriksaan oftalmoskopi tidak ditemukan apa-apa, maka perlu dilakukan pemeriksaan

  penunjang seperti MRI, analisis cairan serebrospinal, V isually Evoked Potensials T est 

12
(VEP) dan serologi.

24 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 24/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

Dasar perlunya dilakukan pemeriksaan penunjang diatas pada kasus neuritis optik adalah:

1.  Untuk menentukan penyebabnya apakah suatu proses inflamasi atau non

inflamasi, idiopatik, dan infeksi.

2.  Untuk menentukan prognosisnya, apakah akan berkembang secara klinis menjadi

multipel sklerosis.

a.   M agnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI penting untuk memutuskan apakah daerah di otak telah terjadi kerusakan

myelin, yang mengindikasikan resiko tinggi berkembangnya sklerosis multipel. MRI juga

dapat membantu menyingkirkan kemungkinan tumor atau kondisi lain. Pada pasien yang

dicurigai menderita neuritis optikus, pemeriksaan MRI otak dan orbita dengan  fat 

 suppression dan gadolinium sebaiknya dilakukan dengan tujuan untuk konfirmasi

diagnosis dan menilai lesi white matter . MRI dilakukan dalam dua minggu setelah gejala

timbul. Pada pemeriksaan MRI otak dan orbita dengan  fat suppression dan gadolinium

menunjukkan peningkatan dan pelebaran nervus optikus. Lebih penting lagi, MRI dipakai

dengan tujuan untuk memutuskan apakah terdapat lesi ke arah sklerosis multipel. Ciri-ciri

resiko tinggi mengarah ke sklerosis multipel adalah terdapat lesi white matter  dengan

diameter 3 atau lebih, bulat, lokasinya di area periventrikular dan menyebar ke ruangan

ventrikular.

25 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 25/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

13
Gambar 11. Lesi white matter  pada MRI

 b.  Pemeriksaan cairan serebrospinal

Protein ologinal banding pada cairan serebrospinal merupakan penentu sklerosis

multipel. Terutama dilakukan terhadap pasien-pasien dengan pemeriksaan MRI normal.

c.  T est V isually Evoked Potentials

T est  V isually evoked potentials adalah suatu test yang merekam sistem visual,

auditorius dan sensoris yang dapat mengidentifikasi lesi subklinis. T est  V isually evoked 

 potentials menstimulasi retina dengan pola papan catur, dapat mendeteksi konduksi

sinyal elektrik yang lambat sebagai hasil dari kerusakan daerah nervus.

d.  Pemeriksaan darah

Pemeriksaan tes darah NMO-IgG untuk memeriksa antibodi neuromyelitis optica.

Pasien dengan neuritis optikus berat sebaiknya menjalani pemeriksan ini untuk 

mendeteksi apakah berkembang menjadi neuromyelitis optica. Pemeriksaan tingkat

sedimen eritrosit (erythrocyte sedimentation rate (ESR)) dipakai untuk mendeteksi

26 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 26/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

inflamasi pada tubuh, tes ini dapat menentukan apakah neuritis optikus disebabkan oleh

inflamasi arteri kranialis.

2.4.4.  Diagnosis Banding 

2,3
Diagnosis banding mata tenang visus turun mendadak, adalah:

1.   Nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy

Terdapatnya nyeri terutama pada pergerakan mata (meskipun tidak mutlak) secara

klinis dapat membedakan neuritis optikus dengan nonarteritic anterior ischemic optic
 
neuropathy.

2.  S  yndrom viral dan post viral 

 Parainfectious optic neuritis umumnya mengikuti onset infeksi virus selama 1-3

minggu, tetapi dapat juga sebagai fenomena post vaksinasi. Umumnya mengenai anak-
anak daripada dewasa dan terjadi karena proses imunologi yang menghasilkan

demielinisasi nervus optikus.  Post viral atau parainfeksius neuritis optikus dapat terjadi

unilateral tetapi sering bilateral. Diskus optikus dapat normal atau terjadi pembengkakan.

3.  Ablasio Retina

Keadaan dimana terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel epitel pigmen

retina. Ablasio retina akan memeberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang

kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup. Terdapat riwayat adanya pijar api

(fotopsia) pada lapang penglihatan. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina

27 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 27/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

yang terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya

 
robekan retina berwarna merah.

4.  Oklusi Arteri Vena Sentralis

Gangguan vaskular retina dengan potensial menimbulkan kebutaan yang sering

terjadi dan mudah didiagnosis. Pasien datang dengan penurunan penglihatan mendadak 

yang tidak nyeri. Biasanya pada usia lebih dari 50 tahun dan mengidap penyakit

kardiovaskular terkait lainnya.

5.  Papil Edema

Kongesti non inflamasi diskus optik yang berkaitan dengan peningkatan tekanan

intrakranium. Keluhan yang dirasakan pasien biasanya nyeri kepala hebat, mual, muntah

namun ketajaman penglihatan masih normal. Pada funduskopi didapatkan papil sembab,

 batas kabur, kapiler dan vena retina melebar dan berkelok, terdapat perdarahan, eksudat

dan terdapat penonjolan papil yang melebihi 3 dioptri. Tidak terdapat gangguan pada

lapang pandang. Keadaan ini biasanya ditemukan bilateral.

2.4.6. Penatalaksanaan

28 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 28/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

1.  Terapi jangka pendek 

T he Optic Neuritis T reatment  T rial  (ONTT) telah meneliti secara komprehensif 

tentang penatalaksanaan neuritis optikus dengan menggunakan steroid. Dalam

 penelitiannya ONTT melibatkan sebanyak 457 pasien, usia 18-46 tahun dengan neuritis

optikus akut unilateral. Data follow up didapatkan dari kohort ONTT ( Longitudinal Optic

 Neuritis S tudy (LONS)) menghasilkan informasi penting tentang gejala klinis,

  penglihatan jangka panjang, penglihatan yang berkaitan dengan kualitas hidup dan

  peranan MRI otak dalam memutuskan resiko berkembang menjadi C linically Definite

 M ultiple S clerosis (CDMS).12

Pasien yang terlibat pada penelitian ini diacak menjadi 3 kelompok perlakuan

12
terapi, yaitu:

a.  Mendapatkan terapi prednison oral (1 mg / kg BB/ hari) selama 14 hari dengan 4 hari

tappering off ( 20 mg hari l, 10 mg hari ke 2 dan 4) (kelompok terapi oral).

 b.  Mendapatkan terapi dengan metilprednisolon sodium suksinat IV 250 mg tiap 6 jam

selama 3 hari, diikuti dengan prednison oral (1 mg /kg BB/ hari) selama 11 hari

dengan 4 hari tappering off (kelompok terapi dengan metilprednisolon IV).

c.  Mendapatkan terapi dengan placebo selama 14 hari.

Dalam penelitian ini yang dinilai terutama tajam penglihatan dan sensitifitas
terhadap kontras sedangkan berkembangnya menjadi CDMS adalah hal kedua yang

dinilai.

29 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 29/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

MRI otak dan orbita dengan menggunakan gadolinium telah dilakukan untuk 

12
semua pasien. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah:  

a.  Terapi dengan menggunakan metilprednisolon IV mempercepat pulihnya penglihatan

tetapi tidak untuk jangka panjang setelah 6 bulan sampai dengan 5 tahun bila

dibandingkan dengan terapi menggunakan placebo atau prednison oral. Keuntungan

terapi dengan menggunakan metilprednisolon IV ini baik dalam 15 hari pertama saja.

 b.  Pasien yang mendapatkan terapi dengan menggunakan prednison oral saja didapatkan

terjadi resiko rekurensi neuritis optiknya (30% setelah 2 tahun dibandingkan dengan

kelompok placebo 16% dan kelompok yang mendapatkan steroid IV 13%) sampai

dengan follow up 5 tahun.

c.  Pasien dengan monosymptomatik yang mendapatkan terapi dengan menggunakan

metilprednisolon intra vena didapatkan penurunan tingkat perkembangan ke arah

CDMS selama 2 tahun pertama   follow up, tetapi tidak bermanfaat setelah 2 tahun

karena persentase perkembangan menjadi CDMS hampir sama dengan kelompok 

 prednison oral dan placebo.

2.  Terapi jangka panjang

Di antara pasien dengan resiko tinggi berkembang menjadi CDMS yang

ditetapkan dengan kriteria MRI oleh ONTT (dua atau lebih lesi white matter ), telah

dilakukan penelitian 383 pasien oleh (T he C ontrolled High-Risk Avonex  MS  Prevention

S tudy (CHAMPS)) menunjukkan terapi dengan interferon  1a pada pasien acute

monosymptomatic demyelinating optic neuritis berkurang secara signifikan dalam 3 tahun

dibandingkan dengan kelompok placebo, juga terdapat pengurangan tingkat lesi baru

30

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 30/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

  pada MRI otak. Hasil yang sama juga didapatkan pada pasien dengan neuritis optikus.

Semua pasien kelompok terapi dengan interferon -1a dan kelompok placebo juga

mendapatkan terapi dengan metilprednisolon IV selama 3 hari diikuti dengan prednison

oral selama 11 hari sesuai dengan protokol ONTT. Meskipun terapi dengan interferon -

1a pada pasien neuritis optikus dan pada pasien yang beresiko menurut pemeriksaan MRI

manfaat jangka panjangnya tidak diketahui, tetapi hasil dari CHAMPS memberikan suatu

terapi awal yang rasional. Ini didukung oleh hasil penelitian dari  Early T reatment of 

 M ultiple S clerosis S tudy, (ETOMS)) yang menghasilkan selama 2 tahun follow up terjadi

  penurunan yang signifikan jumlah pasien yang berkembang menjadi CDMS dengan
3
terapi awal interferon 13-1a (34%) bila dibandingkan dengan kelompok placebo (45%).

Pada model eksperimen sklerosis multipel, dengan menggunakan terapi

immunoglobulin intravena telah menunjukan terjadinya remielinisasi pada sistem syaraf 

sentral. Penelitian lain (1992) menyarankan bahwa terapi dengan immunoglobulin

  bermanfaat pada pasien neuritis optikus dengan penurunan penglihatan yang bermakna.

Akan tetapi dalam penelitian terbaru tentang immunoglobulin intravena dengan placebo

 pada 55 pasien sklerosis multipel dengan kehilangan penglihatan tetap (20/40 atau lebih

rendah) yang disertai neuritis optikus tidak menunjukkan pemulihan yang signifikan

terhadap tajam penglihatan.

Jika pada pemeriksaan dengan MRI ditemukan lesi white matter  dua atau lebih

(diameter 3 atau lebih) diterapi berdasarkan rekomendasi dari ONTT, CHAMPS, dan

3
ETOMS, yaitu:

31

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 31/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

1.  Metilprednisolon IV (1 g per hari, dosis tunggal atau dosis terbagi selama 3 hari)

diikuti dengan prednison oral (1 mg/ kg BB/ hari selama 11 hari kemudian 4 hari

tappering off ).

2.  Interferon -1a intramuskular satu kali seminggu.

Pada pasien monosymptomatik dengan lesi white matter pada MRI kurang dari 2,

dan yang telah didiagnosis CDMS, diberikan terapi metilprednisolon (diikuti prednison

oral) dapat dipertimbangkan untuk memulihkan penglihatan, tetapi ini tidak memperbaiki

untuk jangka panjang. Berdasarkan hasil penelitian dari ONTT, penggunaan prednison

oral saja (sebelumnya tidak diterapi dengan metilprednisolon IV ) dapat meningkatkan

 
resiko rekurensi.

2.4.7. Prognosis

Sebagian besar pasien sembuh sempurna atau mendekati sempurna setelah 6-12

minggu. Sembilan puluh lima persen penglihatan pasien pulih mencapai visus 20/40 atau

lebih baik. Dan sebagian besar pasien mencapai perbaikan maksimal dalam 1-2 bulan,

meskipun pemulihan dalam 1 tahun juga memungkinan. Derajat keparahan kehilangan

 penglihatan awal menjadi penentu terhadap prognosis penglihatan. Meskipun penglihatan

dapat pulih menjadi 20/20 atau bahkan lebih baik, banyak pasien dengan acute

demyelinating optic neuritis berlanjut menjadi kelainan pada penglihatan yang

mempengaruhi fungsi harian dan kualitas hidupnya. Kelainan tajam penglihatan (15-

30%), sensitivitas kontras (63-100%), penglihatan warna (33-100%), lapang pandang

(62-100%), stereopsis (89%), terang gelap (89-100%), reaksi pupil afferent  (55-92%),

12
diskus optikus (60-80%), dan visual-evoked potensial (63-100%).

32 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 32/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

BAB III

K ESIMPULAN

 Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf optikus akibat berbagai

macam penyakit. Neuritis optik diklasifikasikan menjadi dua yaitu papilitis dan neuritis

retrobulbar. Papilitis adalah pembengkakan diskus yang disebabkan oleh peradangan

lokal di kepala saraf (saraf optikus intraokular) dan dapat terlihat dengan pemeriksaan

funduskopi. Sedangkan neuritis retrobulbar adalah suatu neuritis optikus yang terjadi

cukup jauh di belakang diskus optikus.

Pasien pada neuritis optik memiliki keluhan penurunan ketajaman penglihatan

secara mendadak, kadang-kadang bisa sampai buta. Selain itu keluhan disertai rasa sakit

di mata terutama pada saat penekanan. Pada papilitis pada funduskopi didapati papil

merah, batasnya tidak tegas dan terjadi papil edema. Namun, pada neuritis retrobulbar 

tidak didapat kelainan pada funduskopi oleh karena kerusakkan yang cukup jauh di

 belakang diskus optik. Oleh karenanya dilakukanlah pemeriksaan penunjang seperti MRI,

analisis cairan serebrospinal dan serologi.

Penatalaksanaan pada papilitis dan neuritis retrobulbar adalah sama, yaitu

kortikosteroid atau ACTH ( Adrenocorticotropic hormone) dalam jangka pendek maupun

  jangka panjang. Bersama-sama dengan kortikosteroid diberikan juga antibiotik untuk 

menahan infeksi sebagai penyebab. Selain daripada itu diberikan juga vasodilatasi dan
 
vitamin.

33 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 33/34


 

5/8/2018 Ne ur itis Optic us IRVAN - slide pdf.c om

DAFTAR PUSTAK A

1.  Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,
2000.Hall 274-287.

2.  Ilyas Sidharta, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Edisi

ke tiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006. Hall 179-188.

3.  American Academy of Ophtalmology Staff. Neuro-Ophtalmology : American

Academy of Ophtalmology staff, editor. Neuro-Ophtalmology. Basic and Clinical

Science Course sec. 5. San fransisco The Foundation of American Academy of 

Ophtalmology, 2009-2010. P 28-31, 128-146.

4.  Misbach Jusuf. Neuro-Oftalmologi Pemeriksaan Klinis dan Interpretasi. Balai


Penerbit FKUI, Jakarta, 1999. Hall 1-14, 18-23.

5.  http:/www.google.co.id/images?hl=en&q=optic nerve branch (diakses tanggal 5


 juni 2010).

6.  Wijana Nana S,D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke 6, Abdi Tegal.Jakarta 1993.
Hall 332-342.

7.  Mardjono Mahar, Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke sepuluh, Dian Rakyat.
Jakarta.2004. Hall 116-126.

8.  Optic Nerve. Sumber: http://www.thebrain.mcgill.ca/splash/ jpg. Diakses tanggal


9 Juni 2010.

9.  Guyton AC, Hall JE. Neurofisiologi penglihatan sentral: Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran, edisi 9. Jakarta 1997. Hall 825.

10. Saiful Muhammad, Neuroanatomi Fungsional. Bag. Ilmu Penyakit Syaraf FK.


Unair. Surabaya. 1996. Hall 54-57.

11. Lumbantobing S, Neurologi Klinis Pemeriksaan Fisik dan mental. Balai Penerbit


FKUI 1006. Hall 25-46.

12. http://medlinux.blogspot.com/2007/08/neuritis-retrobulbar.html (diakses tanggal 5


Juni 2010).

13. http://www.djo.harvard.edu/site.php?url=/ physicians/oa/390 (diakses tanggal 5


Juni 2010).

34 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ne ur itis-optic us-ir va n 34/34

Вам также может понравиться

  • Pedoman Tatalaksana Sifilis Puskesmas - Merah Ok
    Pedoman Tatalaksana Sifilis Puskesmas - Merah Ok
    Документ24 страницы
    Pedoman Tatalaksana Sifilis Puskesmas - Merah Ok
    raddhi
    100% (1)
  • Anestesi Regional Al Fattah
    Anestesi Regional Al Fattah
    Документ25 страниц
    Anestesi Regional Al Fattah
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Promkes Gangguan Panik
    Promkes Gangguan Panik
    Документ8 страниц
    Promkes Gangguan Panik
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • PROPOSAL
    PROPOSAL
    Документ54 страницы
    PROPOSAL
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Bab III. Tinjauan Pustaka
    Bab III. Tinjauan Pustaka
    Документ18 страниц
    Bab III. Tinjauan Pustaka
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka
    Документ41 страница
    Tinjauan Pustaka
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ3 страницы
    Daftar Isi
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • BAB I Dan BAB V
    BAB I Dan BAB V
    Документ31 страница
    BAB I Dan BAB V
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Kti Siska
    Kti Siska
    Документ27 страниц
    Kti Siska
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • PROMKES Baby Blues
    PROMKES Baby Blues
    Документ10 страниц
    PROMKES Baby Blues
    Aditya Chandra Foresta
    Оценок пока нет
  • Promkes Gad JJ
    Promkes Gad JJ
    Документ10 страниц
    Promkes Gad JJ
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Modul Perubahan Fisiologis Masa Nifas
    Modul Perubahan Fisiologis Masa Nifas
    Документ20 страниц
    Modul Perubahan Fisiologis Masa Nifas
    RISKI APRIANTI SARI
    Оценок пока нет
  • Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.: Daftar Pustaka
    Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.: Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.: Daftar Pustaka
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Neuropati Optik
    Neuropati Optik
    Документ35 страниц
    Neuropati Optik
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Gangguan Waham Menetap
    Gangguan Waham Menetap
    Документ14 страниц
    Gangguan Waham Menetap
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Neuropati Optik
    Neuropati Optik
    Документ35 страниц
    Neuropati Optik
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • 36 1106 1 PB
    36 1106 1 PB
    Документ10 страниц
    36 1106 1 PB
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Leaflet Etika Batuk RSJKA Kalawa Atei
    Leaflet Etika Batuk RSJKA Kalawa Atei
    Документ2 страницы
    Leaflet Etika Batuk RSJKA Kalawa Atei
    Aditya Chandra Foresta
    Оценок пока нет
  • Peritonitis
    Peritonitis
    Документ23 страницы
    Peritonitis
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Proposal 1
    Proposal 1
    Документ81 страница
    Proposal 1
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Neuropati Optik
    Neuropati Optik
    Документ35 страниц
    Neuropati Optik
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Tumor Laring
    Tumor Laring
    Документ27 страниц
    Tumor Laring
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • 2728 5196 1 SM
    2728 5196 1 SM
    Документ7 страниц
    2728 5196 1 SM
    Dewi Sekar Miasih
    Оценок пока нет
  • Retinopati Diabetik
    Retinopati Diabetik
    Документ14 страниц
    Retinopati Diabetik
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Referat Gangguan Waham Menetap, Suksess!
    Referat Gangguan Waham Menetap, Suksess!
    Документ17 страниц
    Referat Gangguan Waham Menetap, Suksess!
    Murti Putri Utami
    100% (3)
  • Leaflet LBP
    Leaflet LBP
    Документ2 страницы
    Leaflet LBP
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Документ2 страницы
    Presentation 1
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Several Brain Imaging and Neuro
    Several Brain Imaging and Neuro
    Документ2 страницы
    Several Brain Imaging and Neuro
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет
  • Book Reading
    Book Reading
    Документ8 страниц
    Book Reading
    Anonymous izCYCjLoM
    Оценок пока нет