Вы находитесь на странице: 1из 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan profil Kabuoaten tahun 005 angka kasus kesakitan anak

mencapai orang dan angka kasus kematian anak mencapai 39 orang

dengan kasus bronchepneumoni.

Adapun data yang diperoleh dari Medikal Record RSU dr. Slamet Garut

mengenai angka kesakitan yang terjadi di Unit Rawat Inap Gedung Mirah

adalah

Tabel 1.1

Sepuluh Penyakit terbanyak di Gedung Mirah

RSU dr. Slamet Garut tahun 2003

No. Jenis Penyakit Jumiah Presentase

1 Bronchopneumonia 643 30,69 %


2 GED 470 22,43 %
3 Diare Acut 424 20,25 %
4 Febris 231 11,68 %
5 Febris (confulsif) 126 5,90 %
6 Vomitus 92 4,40 %
7 Ikterus 33 1,60 %
8 Meningitis 30 1,45 %
9 Typhoid 29 1,30 %
10 Bronkhitis 18 0,90 %
Jumlah 2096 100 %

Dari tabel 1.1 di atas terlihat bahwa Bronchopneumonia berada diurutan ke satu

sepuluh penyakit terbanyak yang ada di Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut

dari Periode bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2005

Tabel 1.2

Jumlah Klien Rawat lnap dengan Brochopneumonia

di Gedung Mirah RSU dr. Slamet Garut

Periode Bulan ,Januari s/d Juli 2005

No Bulan Frekwensi Presentase

1 Januari 64 9,96 %

2 Pebruari 115 17,90 %

3 Maret 130 20,23 %

4 April 99 15,34 %

5 Mei 71 11,05 %

6 Juni 66 10,27 %
98 15,25 %
7 Juli
643 100 %
Jumlah

Dari tabel 1.2 di atas menunjukan bahwa tingginya kasus Bronchopneumonia

khususnya pada anak-anak, hal ini sangat berbahaya Bila tidak segera

mendapakan perawatan yang cepat dan tepat.


Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis merasa terpanggil untuk

membuat karya tulis dengari judul "Asuhan Keperawatan pada An. A Usia Bayi

dengan Bronchopneumonia di Gedung Mirah RSU dr. Slamet Garut".

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien

yang mengalami bronchopneumonia melalui pendekatan proses

keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Adapun tujuan daripada penulisan karya tulis ini adalah ; Mampu

melaksanakan pengkajian pada pasien bronchopneumonia.

b. Mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada pasien

Bronchopneumonia

c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien

Bronchopneumonia

d. Mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah ditetapkan

kepada pasien Bronchopneumonia

e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang dilakukan pada

pasien Bronchopneumonia

C. Metode Penulisan dan Tekhnik Pengumpulan Data


Dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode deskriptif

dengan pendekatan studi kasus. Adapun tekhnik dalam pengumpulan data

yang digunakan adalah

1. Wawancara

Dimana penulis melakukan percakapan langsung kepada pasien keluarga

dan perawat di ruangan untuk mendapatkan data yang perlukan mengenai;

Identitas pasien, identitas keluarga/ penanggung jawab, keluhan utama

pasien. Riwayat Kesehatan, faktor Psikologis serta data penunjang lainnya

yang berhubungan dengan pasien.

2. Observasi

Dimana penulis secara langsung memperhatikan keluhan atau masalah

yang terjadi pada pasien dengan bronchopneumonia melalui pengkajian

fisik.

3. Study Dokumentasi

Dimana penulis membaca dan mengumpulkan data dari status pasien

terdahulu yang menderita penyakit dengan gangguan yang sama serta

menerapkan pada pasien,untuk pemecahannya.

4. Study Kepustakaan

Penulis membaca berbagai literatur yang berkaitan erat dengan penyakit

yang dialami pasien.

D. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami karya tulis ini, penulis

menyusun dalam sistematika sebagai berikut

BAB I : Pendahuluan yang meliputi

A. Latar Belakang Masalah

B. Tujuan Penulisan

C. Metode Penulisan dan Pengumpulan Data

D. Sistematika Penulisan

BAB II : Tinjauan Teoritis yang meliputi

A. Konsep Dasar

1. Definisi

2. Anatomi dan Pisiologi Pernafasan

3. Penyebab/Etiologi

4. Patofisiologi

5. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia

B. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

2. Diagnosa Keperawatan

3. Perencanaan

4. Implementasi

5. 5. Evaluasi
BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan yang meliputi

A. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

2. Diagnosa Keperawatan

3. lntervensi, Implementasi dan Evaluasi

4. Catatan Perkembangan

B. Pembahasan yang meliputi

1. Pengkajian

2. Diagnosa Keperawatan

3. Perencanaan

4. Pelaksanaan

5. Evaluasi

BAB IV : Kesimpulan dan Saran


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Definisi Bronchopneumonia

Pneumonia adalah proses inflamasi pada parenkim paru. Hal ini

terjadi sebagai akibat adanya invasi agen infeksius atau adanya kondisi

yang mengganggu tahanan saluran trakeobrokialis sehingga flora endogen

yang normal berubah menjadi patogen ketika memasuki saluran jalan

nafas. (Engram, 1999 : 60).

Bronchopneumonia adalah suatu peradangan pada paruparu

dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli

(Pusdik Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 1993 : 105)

2. Anatomi dan Fisiologi Pernafasan

a. Anatomi Sistem Pernafasan Dr. Jan Tambayong (2001 : 79)

1). Hidung

Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat

dinamakan konkanalis yang mengandung sel-sel pencium. Hidung

dibatasi oleh epitel yang kaya akan pembuluh darah serta bersilia.

2). Farinx

Farinx adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai

persambungan dengan usofagus pada ketinggian tulang rawan

krikoid, maka letaknya dibelakang hidung (Naso Farinx), dibelakang

mulut (Oro Farinx) dan dibelakang larinx (Laringo Farinx).


3). Larinx

Terletak didepan bagian terendah farinx yang memisahkan dari

kolumna vertebra, berjalan dari farinx sampai ketinggian vertebra

servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya.

4). Trakea

Trakea dimulai pada batas bagian bawah dari larinx melintas

dibelakang sternum ke dalam torak, mempunyai tulang rawan di

dalam dindingnya, tetapi relatif sedikit otot polosnya.

5). Bronkus

Bronkus mempunyai tulang rawan di dalam dindingnya dilapisi oleh

epitel bersilia serta kadang-kadang sel goblet, setelah memasuki

torak trakea menjadi 2 cabang bronkus, yaitu bronkus kanan dan

bronkus kiri, dinding bronkus dipersyarafi oleh susunan syaraf

otonom. Banyak reseptor muskarinis dan pelepasan kolinergik

menyebabkan broncho kontriksi.

6). Bronkiolus

Dalam substansi dari paru-paru bronki membagi diri menjadi dua

yaitu bronki kanan dan bronki kiri. Dimana bronki kanan terdiri dari

tiga cabang dan bronki kiri terdiri dari dua cabang terkecil yang

dinamakan dengan bronkiolus terminalis. Fungsi utamanya sebagai

penghantar.
7). Alveolus

Alveolus merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh

jaringan yang sangat penting untuk mengurangi tegangan permukaan

dan mengurang asistensi terhadap pengembangan paru pada waktu

inspirasi pada pembentukan surfoktan dipengaruhi oleh ventilasi

yangmemadai dan aliran darah ke dinding alveolus.

b. Fisiologi Pernafasan Guyton (1991)

Fungsi paru-paru adalah sebagai pertukaran gas oksigen dan

karbon dioksida, empat proses yang berhubungan dengan pernafasan

pulmoner, diantaranya

1). Ventilasi pulmoner/gerakan pernafasan yang menukar udara

dalam alveoli dengan udara luar.

2). Arus darah melalui paru-paru.

3). Distribusi arus udara dan arus darah.

4). Difusi gas yang membatasi membran pemisah alveoli dan kapiler.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang

meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat C02 dan 02.

3. Penyebab/Etiologi

Bronchopneumonia dapat disebabkan oleh :

a. Bakteri misalnya : staphilococus, Streptococcus

b. Virus misalnya : Virus Influenza

c. Jamur misalnya : Candida Albicans

d. Aspirasi karena makanan, benda asing


Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopneumonia adalah

penyakit menahun, trauma paru, berat badan anak yang turun karena

KKP (Kurang Kalori Protein).

4. Patofisiologi.

Menurut Guyton (Edisi III 1987;371) Bronchopneumonia biasanya

didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas yang lama dan tidak

sembuh, seperti influenza. Dimana kuman yang menyerang saluran

bronchiolus dan akhirnya menimbulkan peradangan pada alveolus,

sehingga membran paru menjadi meradang dan pori-pori membesar yang

mengakibatkan cairan dan sel darah merah serta sel darah putih keluar

masuk ke alveolus. Kemudian alveolus terinfeksi berisi cairan radang dan

cairan serosa (transudat dan exsudat) purulen (nanah), chife (seperti bubur)

serta darah (hemin) lama kelamaan dinding paru akan meradang dan akan

mengalami kekakuan pada dindingnya sehingga mengganggu proses difusi

gas, dan kerusakan ini dapat meluas pada paru-paru bahkan seluruh lobus.

Alveoli yang mengalami peradangan dan mengalami penebalan

pada dinding membran, dan pori-pori mengalami pembesaran sehingga

cairan sel-sel darah merah dan sel-sel darah putih terisi dengan cairan dan

sel dan infeksi tersebut menyebar dengan perluasan bakteri dan alveolus.

Disamping itu aktifitas mukus semakin meningkat, terutama pada bayi

belum bisa meludah.


Peradangan pada paru-paru juga dapat menimbulkan terjadinya

peningkatan metabotisme tubuh serta pengaruh toksin yang dikeluarkan

dapat menimbulkan gejala mual, muntah, dan anorexia.

Dispnoe yang terjadi akibat pada pasien dengan peradangan pada

bronchus adalah sebagai akibat berkurangnya ventilasi alveolar karena

peradangan yang mengakibatkan peningkatan C02 di dalam tubuh.

Sianosis (kebiruan pada kulit)pada kasus pasien

Bronchopneumonia disebabkan oleh jumlah hemoglobin deogsigenasi

yang berlebihan di dalam pembuluh darah kulit, tanda sianosis ini paling

mudah dilihat pada daerah jari tangan (kuku), membran mukosa, serta di

dalam lobus telinga, bibir dan pada kulit tipis.

Hipoksemia pada kasus ini menggambarkan dimana nilai Pa0 2

yang rendah, kekurangan O2 di dalam darah termasuk di dalam otak akan

menimbulkan anorexia, mual, muntah dan takikardia.

Batuk merupakan refleks perlindungan yang disebabkan karena

adanya benda asing atau iritasi percabangan bronchus dan trachea yang

sangat sensitif. Dan imfuls aferen yang sangat sensitif, lmfuls aferen dan

jalan pernafasan, terutama melalui nervus vagus ke modula oblongata.

Pada pneumonia dapat mengurangi pertukaran C02 dan 02 karena

terjadinya penumpukan sputum di alveoli sehingga proses ventilasi dan

difusi terjaga.

Hipoventilasi alveolar akan mengakibatkan retensi atau

penumpukan C02 di dalam darah begitu juga ion hidrogen, Pa0 2 meningkat
sampai 50% dan mempengaruhi PH darah, menjadi menurun sampai

kurang dari 7,8. Akibatnya merangsang pusat pernafasan untuk menurun

karena peningkatan pengeluaran C02, sehingga menimbulkan hipoksemia

ion hidrogen menurun, terjadilah alkalosis respiratorik dan pengaruh pada

PH darah menjadi meningkat sampai 7,5 atau 7,6, PaCO2 menurun sampai

15 mmHg sedangkan PO2 meningkat 120 - 140 mmHg, curah jantung

meningkat, pembuluh darah kontraksi dan menekan vasometer.

Pa CO2 menurun, dijaringan otak kekurangan O2 terjadi

metabolisme anerob dan menghasilkan asam laktat dan terjadi

penumpukan asam laktat sehingga merangsang reseptor nyeri sehingga

menghasilkan sakit kepala, kebingungan dan kadangkadang koma,

komplikasi pada penyakit ini baisanya adalah pleuritis, abses paru, artritis,

emphisema paru, meningitis dan perikarditis.

5. Dampak penyakit Bronchopneumonia terhadap kebutuhan manusia

a. Kebutuhan Oksigen

Dengan adanya peradangan pada bronchus dan alveolus, maka

pertukaran oksigen antara udara bebas dan udara di paru-paru kurang

efektif disebabkan oleh akumulasi sekret dan penyempitan lumen

bronchiolus. Selain itu sekret juga menumpuk di alveoli sehingga

pertukaran O2 dialveoli menjadi kurang efektif. Karena kurang

efektifnya jalan napas tersebut maka kebutuhan oksigen kurang

adekuat.
b. Rasa Nyaman

lnsupisiensi oksigen kejaringan dapat menyebabkan iskemik

jaringan akibatnya pada sel-sel terjadi metabolisme anaerob yang

mengahasilkan asam laktat sebagai hasil metabolisme. Asam laktat dan

zat-zat lain hasil metabolisme Rangsangan nyeri ini akan dihantarkan

ke pusat nyeri dithalamus sehingga menimbulkan persepsi nyeri, rasa

nyeri juga timbul akibat proses peradangan yang menyebabkan iritasi

beda jalan napas. Pada anak rasa nyeri ini biasanya dipersepsikan

dengan cara menangis, meringis dan iritabitas.

c. Pemenuhan Nutrisi

Kebanyakan anak dengan gangguan respiratori mengalami

kesulitan makan. Anak dengan gangguan respiratori kronik

membutuhkan peningkatan kalori untuk mempertahankan kebutuhan

energinya, selain itu intake protein juga diperlukan khususnya ketika

metabolisme tubuh sedang meningkat. Kondisi respiratorik kronik

dapat mengakibatkan kebutuhan kaloru tidak dipenuhi karena terjadi

gangguan pada proses energi.

d. Cairan Elektrolit

Dengan adanya peradangan pada saluran pernapasan bawah,

maka metabolisme tubuh akan meningkat. Denganakan merangsang

ujung-ujung saraf reseptor nyeri. meningkatnya metabolisme tubuh,

bagi bayi dan anak merupakan salah satu faktor untuk mendukung
terjadinya kekurangan cairan dan eletrolit tubuh. Hal ini dapat

diperberat oleh adanya naorexia (muntah) diare serta demam sehingga

menimbulkan dehidrasi.

Dehidrasi bisa juga disebabkan oleh peningkatan kecepatan

respirasi tepatnya 2/3 dari total kehilangan cairan secara normal pada

anak adalah pernapasa. Bernapas melalui mulut dan demam dapat

menambah kehilangan cairan secara tidak disadari.

Dehidrasi yang adekuat merupakan prioritas pada anak

dengan gangguan produksi mukus yang berlebihan.

e. Eliminasi

Berkurangnya 02 kejaringan akan mengakibatkan kontraksi

otot berkurang. Hal ini dapat menimbulkan keterbatasan aktifitas.

Apabila berlangsung lama peristaltik usus akan berkurang sehingga

kontraksi dan dilatasi otot polos pada usus akan menurun. Dengan

demikian kemampuan usus besar dalam mendorong sisa makanan

menuju rektum menjadi berkurang. Feces dalam usus bertahan

menimbulkan pengerasan dan menyebabkan konstipasi.

f. Aktifitas

Tidak tebentuknya ATP di dalam mitokondria akibat penurunan

perfusi oksigen ke sel, akan menimbulkan kelemahan (weaknes) dan

kelelahan (fatigue). Hal ini karena ATP merupakan bahan untuk

melakukan aktifitas .
g. Istirahat Tidur

Adanya peningkatan PC02 dan H+ darah arteri atau penurunan

darah arteri P02 merupakan imfuls yang merangsang pusat pernafasan

di medula oblongata dan pons imfuls-imfuls motoris dari sistem

medula oblongata dan pons merangsang neuron motoris pernafasan

pada lateral dan ventral medula spinalis, impuls-impuls tersebut

kemudian akan merangsang RAS di formatio retikularis sehingga

menimbulkan keadaan waspada dan terjaga.

B. Proses Keperawatan

Proses keperawatan adal.ah metode sistematika dimana secara langsung

perawat bersama pasien menentukan masalah keperawatan sehingga

membutuhkan asuhan keperawatan, membuat perencanaan dan rencana

implementasi, serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan (Taylor, Lilis,

lemone, 1989 : 54-55). Menurut Gaffar (1999 54-55), proses keperawatan

meliputi lima tahapan, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

a. Biodata

1). Biodata Pasien

Yang meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama, suku

bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor CM.


2). Biodata Orang Tua/Penanggung Jawab

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, Pendidikan,

Pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.

b. Keluhan Utama

Pada kasus bronchopneumonia umumnya pasien mengeluh, sesak

nafas adanya batuk-batuk yang produktif, adanya peningkatan suhu

tubuhn 39-40°C, kadang disertai kejang karena demam tinggi, anak

gelisah kadang-kadang disertai muntah-muntah dan penurunan nafsu

makan.

c. Riwayat Kesehatan

1). Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada umumnya pasien dibawa kerumah sakit dengan

adanya keluhan sesak nafas, sesak nafas ini biasanya timbul karena

terjadinya penumpukan sekret pada jalan nafas sehingga terdengar

ronchi dan stridor, batuk-batuk yang disertai pengeluaran sekret,

kadang disertai rasa nyeri pada saat batuk, dan adanya peningkatan

suhu tubuh.

2). Riwayat Kesehatan Dahulu

Pada kasus bronchopneumonia banyak faktor yang dapat

menjadi latar belakang terjadinya penyakit tersebut, maka yang

perlu dikaji hal-hal sebagai berikut:


(a). Biasanya pasien bronchopneumonia sebelumnya mempunyai

riwayat infeksi traktus respiratorius bagian atas selama

beberapa hari, seperti flu, pilek, batuk-batuk, bila ada perlu

dikaji penyakit apa yang diderita serta proses pengobatannya.

(b). Perlu dikaji pula pada lingkungan pasien di rumah, apakah

ada keluarga perokok, lingkungan rumah yang cukup

ventilasi, adanya polusi yang berlebihan, dan tetangga dekat

yang menderita penyakit saluran pernafasan.

3). Riwayat Kesehatan Keluarga

Hal yang perlu dikaji adanya anggota keluarga yang menderita

penyakit yang sama. Dan penyakit keturunan, misalnya ; asma,

perlu untuk dipertanyakan perlu juga untuk ditanyakan apakah

saudara sedarah ada yang mempunyai stigma alergi.

d. Riwayat Kehamilah dan Persalinan

1). Prenatal

Kondisi ibu pada saat hamil dapat mempengaruhi keadaan janin.

Seorang ibu hamil dengan menderita penyakit traktus respiratorius

berpotensial menularkan penyakit, pada janinnya.

2). lntranatal

Pada proses persalinan dapat menyebabkan respirasi dystress

mekonium, aspirasi syndrom merupakan predisposisi terjadinya

infeksi traktus respiratorius pada anak. Selain itu kesterilan alat

pun mendukung terjadinya infeksi pada anak.


3). Postnatal

Pada waktu lahir bayi mempunyai kekebalan yang diperoleh dari

ibunya, kekebalan tersebut lama kelamaan akan berkurang, dan

hilang bila setelahlahir tidak diberi ASI. Hal ini dapat memperberat

pada kondisi infeksi saluran nafas, hal tersebut dapat dicegah

dengan immunisasi.

e. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

1). Pertumbuhan

Anak dengan penyakit pada saluran pernafasan pada umumnya

mempunyai latar belakang keterlambatan pertumbuhan, dimana

mengalami penurunan berat badan karena adanya penurunan nafsu

makan sehingga Sulit untuk makan dan karenanya anak selalu

tampak lemah.

2). Perkembangan

Anak dengan penyakit pada saluran nafas, dan adanya latar

belakang devisit masukkan nutrisi dapat mengakibatkan anak

menjadi lambat dalam tumbuh kembang, terutama perkembangan

motorik dan intelektualnya. Bertambahnya kemampuan (skill)

dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola

yang teratur dan dapat diramalkan. Sebagai hasil proses

pematangan, disini menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel

tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang

berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat


memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual

dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

f. Riwayat Nutrisi

Pada anak dengan gangguan saluran pernafasan memiliki riwayat

nutrisi yang kurang karena tidak adekuatnya masukan nutrisi, dengan

demikian zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi, sehingga

tubuh anak menjadi lemah dan rentan terhadap penyakit.

g. Riwayat Immunisasi

Penyakit infeksi penafasan pada anak sebenarnya dapat dicegah

dengan immunisasi kebanyakan kasus penyakit infeksi saluran

pernafasan belum mendapatkan immunisasi BCG dan DPT.

- Immunisasi BCG untuk mencegah penyakit paru-paru

- Immunisasi DPT untuk mencegah penyakit dikteri pertusisi

tetanus.

h. Pemeriksaan Fisik

1). Keadaan Umum

Penampilan : Pada umumnya pasien lemah

Kesadaran : Compos mentis, kemungkinan ditemukan terjadinya

penurunan kesadaran.

Tanda-tanda vital :

Pada kasus bronchopneumonia memungkinkan terjadinya:

hipertensi (pada saluran stadium awal 0 dan hifotensi pada stadium


lanjut). Peningkatan suhu tubuh, respirasi tachipnoe, dan denyut

nadi tachicardia.

2). Sistem Intergumen

Dapat dikaji adanya sianosis pada bagian ujung ekstremitas

(periver), seperti ujung jari tangan dan kaki, warna kulit/membran

mukosa sianosis.

3) Sistem Respirasi

Pada kasus ini pada umumnya terdapat kesulitan bernafas

(dispnoe) yang ditandai dengan adanya pergerakan cuping hidung,

retraksi intercostral suprasternal dan efigastrium, adanya batuk

yang -disertai dengan pengeluaran lendir, pada auskultasi t-

erdengar suara ronchi, selain itu pernafasan cepat dan dalam

(tachipnoe) sering kali mencapai 80 x/menit.

4). Sistem Cardiovasculer

Kemungkinan dapat terjadi hifertensi atau hipotensi, sianosis,

penginggian JVP tachicardia.

5). Sistem Gastrointastinal

Pada sistim ini dapat ditemukan kemungkian adanya letargi mual-

mual, muntah, nafsu makan buruk, ptnurunan berat badan.

6). Sistem Muskuloskeletal

Kemungkinan dijumpai adanya kehilangan massa otot pergerakan,

otot lemah, keletihan/kelelahan.


7). Sistem Genitourinaria

Pada sistim ini kemungkinan kelainan sangat kecil, selama fungsi

ginjal masih bagus.

8). Neurosensoris

Kemungkinan pasien mengeluh pusing, perubahan mental

(bingung, somnelon).

9). Aktivitas dan Istirahat

Biasanya pada kasus ini dapat ditemukan adanya gangguan pola

isitirahat tidur gelisah dan kelelahan.

10).Tes Diagnotik

Pada pemeriksaan laboratorium gambaran darah tepi menunjukan

leukositosis dapat mencapai 15.000 - 40.000/mm3, analisis gas

darah dapat menunjukan asidosis metabolik dengan atau tanpa

retensi C02.

Pada photo thorax : terdapat adanya bercak-bercak inflasi pada satu

atau beberapa lobus.

11).Pengkajian Psikologis

Pada pasien mungkin dihadapkan rasa nyeri, perubahan tingkah

laku, dan cemas akibat timbulnya sesak nafas. Bagi orang tua bisa

timbul karena melihat kondisi anaknya dan ketidaktahuan tentang

penyakit serta perawatannya.

12).Diet dan Therapy


a). Diet

Pemberian ASI

b). Therapy

(1).Pemberian penisilin 50.000 U/kh/BB/hari, ditambah dengan

kloramfenikol 50-70 mg/kg/BB/hari atau diberikan

antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin

dan Cefotaxim.

(2). Pemberian oksigen

Tidal volume = 10-15 cc/kg/BB

=10ccx3,5

= 35 cc

Menit volume = Tidak volume x 24 /menit

= 840cc/menit

= 0,840 It/menit

Kebutuhan oksigen normal setiap menit

= Menit volume x konsentrasi udara 02 di udara

= 0,840 x 20%

= 0,0084 It/menit

(3).Pemberian cairan intravena biasanya campuran glukosa 5%

dan NaCI 0,9% dalam perbandingan 3 1 ditambah larutan

KCI 10 mEg/500 ml / botol infus.


2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau

masalah kesehatan aktual atau potensial (Gaffar, 1999:61).

Diagnosa keperawatan merupakan kasimpulan yang dibuat

berdasarkan data yang telah dikumpulkan mengenai respon klien terhadap

penyakit dan perawatannya. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada

kasus bronchopneumonia, sebagai berikut:

a. Bersihan jalan napas tidak efektif

Suatu keadaan dimana individu tidak mampu membersihkan lendir atau

sumbatan pada saluran pernafasan untuk mempertahankan potensi jalan

nafas.

a). Dapat dihubungkan

Inflamasi trakheobronchial, pembentukan edema,

peningkatan produksi sputum dan nyeri pleuritik.

b). Kemungkinan dibuktikan oleh ;

Perubahan frekwensi, kedalaman, bunyi nafas tidak normal,

penggunaan otot aksesoris, dispnoe, sianosis, dengan atau tampak

produksi sputum.

b. Gangguan Pertukaran Gas

Suatu keadaan dimana individu mengalami ketidak seimbangan

antara ambilan oksigen dan eliminasi karbondioksida pada area pertukaran

gas selaput kapiler alveolar.


a). Dapat dihubungkan dengan:

Perubahan membran alveolar kapiler (efek imflamasi), gangguan

kapasitas pembawa oksigen darah (demarn, perpindahan aksi

hemoglobin), gangguan pengiriman oksigen.

b). Kemungkinan dibuktikan oleh

Dispnea, sianosis, tachicardi, gelisah atau perubahan mental, hipoksia.

c. Intoleransi Aktivitas

Suatu keadaan dimana individu mengalami insufisiensi energi fisiologi

atau psikologis untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan

atau diinginkan

a). Dapat dihubungkan dengan

Ketidakseimbangan kebutuhan antara suplai dan kebutuhan oksigen,

kelemahan umum, kelelahan berhubungan dengan gangguan

ketidaknyamanan, batuk berlebihan dan dispnea.

b). Kemungkinan dibuktikan oleh

Laporan verbal kelemahan, kelelahan,keletihan dispnea dan taktipnea,

takikardia sebagai respon terhadap aktivitas, terjadlnya pucat atau

siamosis.

d. Nyeri (akut)

Suatu keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa

tidak nyaman yang berat atau perasaan yang tidak menyenangkan.


a). Dapat dihubungkan dengan:

Inflasi, parenkin paru, reaksi selular, terhadap sirkulasi, toksin batuk

menetap.

b). Kemungkinan dibuktikan oleh

Nyeri dada pleuritik, sakit kepala, nyeri otot/nyeri sendi, melindungi

area yang sakit, prilaku distrasi, gelisah.

e. Nutrisi dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi.

suatu keadaan dimana individu resiko untuk mengalami asupan nutrisi

yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

a). Faktor resiko meliputi

Peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan

dispnea infecsi, anoreksia, yang berhubungan dengan toksin bakteri,

bau dan rasa sputum, pengobatan aerosol, distensi abdomen/gas yang

berhubungan dengan menelan udara selama periode dispnea.

b). Kemungkinan dibuktikan oleh

Tidak dapat diterapkan, adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat

diagnosa aktual.

f. Resiko Tinggi kekurangan volume cairan

Suatu keadaan dimana individu beresiko untuk mengalami kekurangan

dehidrasi vaskuler, seluler dan intraseluler.

a). Faktor resiko meliputi

Kehilangan cairan berlebihan (demam, keringat.,banyak, nafas mulut),

hiperfentilasi, muntah, penurunan masukan peroral.


b). Kemungkinan dibuktikan oleh :

Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala gejala membuat

diagnosa aktual.

g. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar mengani kondisi dan kebutuhan

tindakan).

Suatu keadaan dimana informasi-informasi khusus, sangat kurang.

a). Dapat dihubungkan dengan

Kurang terpajang, kesalahan interprstasi, kurang mengingat.

b). Kemungkinan dibuktikan oleh permintaan informasi, pernyataan salah

konsep kegagalan memperbaiki/berulang.

3. Perencanaan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif

a). Tujuan

Mengidentifikasi/menunjukan prilaku mencapai bersihan jalan nafas.

b) Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONALISASI
1. Mandiri
a. Kaji frekwensi a. Takipnea, pernafasan dangkal dan
Intervensi dan rasional pernafasan dan gerakan dada tak simetris sering
gerakan dada terjadi karena ketidaknyamanan
-gerakan dinding dada atau cairan
paru (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 167).
b. Auskultasi area paru, catat area b. Penurunan aliran udara terjadi
penurunan /tidak ada aliran udara pada area konsolidasi dengan
dan bunyi nafas; krekels, ronchi, dan cairan, bunyi nafas bronchial
mengi. (normal pada bronchus) juga
terjadi pada area konsolidasi
ronchi dan mengi, terdengar pada
inspirasi dan atau ekspirasi pada
respon terhadap pengumpulan
cairan, sekret kental dan spasme
jalan nafas/obstruksi (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999;
167).
b. Penghisapan sesuai indikasi Berikan c. Merangsang batuk atau
cairan sedikitnya 2500 ml/hari membersihkan jalan nafas secara
(kecuali kontraindikasi). mekanik kepada pasien yang tidak
rnampu melakukan karena batuk
tak efektif atau penurunan tingkat
kesadaran (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 167).
d. Tawarkan air hanyat daripada dingin. d. Cairan khususnya yang hangat
memobilisasi dan mengeluarkan
secret. (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 167)

2. Kolaborasi
a. Bantu mengawasi efek a. Memudahkan pengenceran dan
pengobatan, nebulizer, dan pembuangan secret postural
fisiotherapi lain seperti spirometer drainase tidak efektif pada
insentif, tiupan botol, perkusi pneumonia intersitisal atau
postural drainase, lakukan menyebabkan eksudasi
tindakan diantara waktu makan dan alveolar/kerusakan koordinasi
batasi cairan bila mungkin. pengobatan / jadwal dan masukan
oral menurunkan muntah karena
batuk menekan pernafasan
(Rencana Asuhan Keperawatan III,
1999; 167).
b. Berikan obat sesuai indikasi b Alat untuk menurunkan spasme
mukolitik ekspektoran bronchus dengan mobilisasi sekret.
bronkodilator, analgetik. Analgetik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidak nyarrianan
tetapi harus digunakan secara hati
hati, karena dapat menurunkan
upaya batuk/menekan pernafasan
(Rencana Asuhan Keperawatan III,
1999; 167).
c. Berikan cairan tambahan missal: c. Cairan diperlukan untuk
i.v, Oksigen humudifikasi dan menggantikan kehilangan
ruangan humudifikasi. (termasuk yang tak tampak) dan
memobilisasi secret (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999;
167).
d. Bantu bronkoskopi / torasentesis d. Kadang-kadang diperlukan
bila diindikasikan. untuk membuang perlengketan,
mengeluarkan sekresi purulen dan
atau mencegah atelektasis
(Rencana Asuhan Keperawatan III,
1999; 167)
b. Gangguan pertukaran gas, kerusakan

a). Tujuan

Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan

dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada- gejala destress

pernafasan.

b). Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONALISASI
1. Mandiri
a. Kaji Frekuensi kedalam dan
kemudahan bernafas a. Manifestasi distress pernafasan
tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status keshatan
umum (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 168).
b. Observasi warna kulit b. Sianosis kuku menunjukan vaso
membran mukosa dan kuku, Catat kontriksi respon tubuh terhadap
adanya sianosis perifer (Kuku) atau demam atau menggigil namun
sianosis sentral. sianonis daun telinga, membran
mukosa dan kulit sekitar mulut
(Membran hangat) menunukan
hipoxemia sistemik (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999; 168).
c. Kaji status normal c. Demam tinggi (umumnya pada
pneumonia bakterial dan influenza
sangat meningkatkan kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen
dan mengganggu oksigenisasi selular
(Rencana Asuhan Keperawatan III,
1999; 168).
d. Awasi frekuensi jantung d. Gelisah mudah terangsang,
bingung dan samnolen dapat
menunjukan hiposekmia/penurunan
oksigen serebral (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 168).
e. Observasi suhu tubuh sesuai e. Takikardia biasanya ada akibat
indikasi Bantu tindakan demam/dehidrasi tetapi dapat sebagai
kenyamanan untuk menurunkan respon terhadap hipoksemia
demam dan mengigil: missal (Rencana Asuhan Keperawatan III,
selimut tambahan atau 1999; 168).
menghilangkannya suhu
ruangan nyaman, kompres hangat
atau dingin.
f. Pertahankan istirahat tidur, dorong f. Mencegah terlalu lelah dan
menggunakan teknik relaksasi dan menurunkan kebutuhan oksigen atau
menggunakan aktivitas senggang. konsumsi obat untuk memudahkan
perbaikan infeksi (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 168).
g. Tinggikan kepala dan dorong, g. Tindakan ini meningkatkan
sering mengubah posisi, nafas inspirasi maksimal, meningkatkan
dalam dan batuk efektif pengeluaran secret untuk
memperbaiki ventilasi (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999; 168).
h. Observasi penyimpangan kondisi, h. Syok dan edema paru adalah
catat hipotensi, banyaknya jumlah penyebab umum kematian pada
sputum, dan warna pucat, sianosis, pneumonia dan membutuhkan
perubahan tingkat kesadaran, intervensi medik segera (Rencana
dispnea berat dan gelisah. Asuhan Keperawatan III, 1999; 168).
i. Siapkan untuk pemindahan ke unit i. Intubasi dan ventilasi mekanik
perawatan kritis bila diindikasikan mungkin diprelukan pada kejadian
kegagalan pernafasan (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999; 168).
2. Kolaborasi
a. Berikan terapi oksigen dengan benar a. untuk mempermudah PaO2 di
misalnya : dengan nasal canule, atas 60 mmHg, oksigen diberikan
masker atau venturi dengan metode yang memberikan
pengiriman tepat dalam toleransi
pasien (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 168).

c. Intoleransi Aktivitas

a). Tujuan

Melaporkan atau menunjukkan peningakatan toleransi terhadap

aktivitas yang dapat diukur.

b) Intervensi dan Rasionalisasi

INTERVENSI RASIONALISASI
1. Mandiri
a. Evaluasi respon pasien terhadap a. Menetapkan kemampuan/
aktivitas, catat laporan dispnea, kebutuhan pasien dan memudahkan
peningkatan kelamahan dan pemilihan intervensi (Rencana
perubahan tanda vital dan setelah Asuhan Keperawatan III, 1999; 170)
aktivitas b. Menurunkan stress dan
b. Berikan lingkungan tenangn dan rangsangan berlebihan,
batasi pengunjung selama fase akut meningkatkan istirahat (Rencana
sesuai indikasi, dorong penggunaan Asuhan Keperawatan III, 1999; 170).
manajemen stress dan pengalihan
yang tepat.
c. Menjelaskan pentingnya istirahat c. Tirah baring dipertahankan
dalam rencana pengobatan dan selama fase akut untuk menurunkan
perlunya keseimbangan aktivitas dan kebutuhan metabolic, menghemat
istirahat. energi untuk penyembuhan .
Pembatasan aktivitas ditentukan
dengan respons individual pasien
terhadap aktivitas dan perbaikan
d. Bantu pasien memilih posisi kegagalan pernafasan (Rencana
nyaman untuk istirahat dan tidur. Asuhan Keperawatan III, 1999; 170).
d. Pasien mungkin nyaman
dengan kepala tinggi, tidur dikursi
atau menunduk ke depan meja atau
e. Bantu aktivitas perawatan diri yang bantal (Rencana Asuhan
diperlukan. Berikan kemajuan Keperawatan III, 1999; 170).
kedekatan aktivitas selama fase e. Meminimalkan kelelahan dan
penyembuhan. membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 170).

d. Nyeri (Akut)

a). Tujuan

Nyeri hilang atau terkontrol

b). Intervensi dan Rasionalisasi

INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri
a. Tentukan selidik perubahan a. Nyeri dada, biasanya ada
karakteristik terhadap nyeri dalam beberapa derajat, pada
pneumonia, juga dapat timbul
komplikasi pneumonia seperti
perikarditis dan endokarditis
(Rencana Asuhan Keperawatan
III, 1999; 171)
b. Pantau tanda vital b. Perubahan frekuensi jantung
atau TD, menunjukan bahwa pasien
mengalami nyeri, khususnya bila
alasan lain untuk perubahan tanda
vital telah terlihat (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 171).
c. Tindakan non analgetik
c. Berikan tindakan nyaman missal diberikan dengan sentuhan lemb.ut
pijat punggung, perubahan posisi, dapat menghilangkan
dan relaksasi. ketidaknyamanan dan memperbesar
efek terapi analgetik (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999;
171).
2. Kolaborasi
a. Berikan analgetik dan antitusif a. Obat ini dapat digunakan
sesuai indikasi untuk menekan batuk non
produktif / paroksimal atau
menurunkan mukosa berlebihan,
meningkatkan kenyamanan/istirahat
umum (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 171)

e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi

a). Tujuan

Menunjukan peningkatan nafsu makan

b). Intervensi dan Rasionalisasi

INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri
a. Identifikasi factor yang a. Pilih intervensi tergantung pada
menimbulkan mual / muntah, misal; penyebab masalah (Rencana
sputum banyak pengobatan aerosol, Asuhan Keperawatan III, 1999;
dispnea berat, nyeri. 172)
b. erikan/bantu, kebersihan mulut b. Menurunkan efek mual yang
setelah muntah, setelah tindakan berhubungan dengan pengobatan
aerosol dan drainase postural, dan ini (Rencana Asuhan Keperawatan
sebelum makan. III, 1999; 172).
c. Auskultasi bunyi usus, observasi / c. Bunyi usus mungkin
palpasi ditensi abdomen menurun/tak ada bila proses
enfeksi berat memanjang, distensi
abdomen terjadi sebagai akibat
menelan udara atau menunjukan
pengaruh toksin bakteri pada
saluran GI (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 172).
d. Berikan makanan/ASI dalam porsi d. Tindakan ini meningkatkan
kecil dan sering. masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali
(Rencana Asuhan Keperawatan III,
1999; 172).
e. Evaluasi status nutrisi umum ukur e. Adanya kondisi kronis atau
berat badan dasar keterbatasan keuangan dapat
meimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap
infeksi dan atau lambatnya respon
terhadap nyeri (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 172).

f. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap :

a). Tujuan

Menunjukan keseimbangan cairan

b). Intervensi dan Rasionalisasi

INTERVENSI RASIONALISASI
1. Mandiri
a. Kaji perubahan tanda vital, a. Peningkatan suhu memanjangnya
peningkatan suhu/demam memanjang, demam meningkatkan laju
takikardia hifotensi ortostatik. metabolik dan kehilangan cairan
melalui evaforsi, TD ontostatik
berubah dan peningkatan
takikarida menunjukan
kekurangan cairan sistematis
(Rencana Asuhan Keperawatan III,
1999; 172).
b. Kaji turgor kulit, kelembaban b.Indikator-langsung keadekuatan
membran mukosa (bibir, lidah) volume cairan, meskipun
membran mukosa mulut kering
karena nafas mulut dan oksigen
tamabahan (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 172).
c. Catat laporan mual dan muntah c. Adanya gejala ini menurunkan
masukan oral (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 172)
d. Pantau masukan dan keluaran ukur d.Memberikan informasi tentang
berat badan sesuai indikasi keadekuatan volume cairan dan
kebutuhan penggantian (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999;
173).
e. Tekankan cairan sedikitnya 2500 e. Pemenuhan kebutuhan dasar
ml/hari atau sesuai kondisi individual cairan menurunkan resiko
dehidrasi (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 173).
1. Kolaborasi
a. Beri Obat sesuai indikasi, a. berguna untuk kehilangan cairan
missal: antipiretik dan antiemetik
b. Berikan cairan i.v sesuai b. pada dasarnya penurunan masukan
keperluan banyaknya kehilangan
penggunaan parenteral dapat
memperbaiki/mencegah
kekurangan.

g. Kurang pengetahuan (Kebutuhan belajar menganai kondisi dan kebutuhan

tindakan)

a). Tujuan Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan

pengobatan

b). Intervensi dan Rasionalisasi

INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri
a. Kaji Fungsi Normal Paru, patologi a. Meningkatkan pemahaman nutrisi
kondisi. yang ada penting mengbubungkan
program pengobatan (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999;
173)
b. Diskusikan aspek-aspek b. Bantu menurunkan ansietas dan
ketidakmampuan dari penyakit, masalah berlebihan. Gejala
lamanya penyembuhan, identifikasi pernafasan lambat untuk
perawatan dan kebutuhan / sumber membaik, kelemahan dan
pemeliharaan Rumah. kelelahan dapat menetap selama
periode yang panjang dan factor
ini dapat berhubungan dengan
depresi dan kebutuhan untuk
berbagai bentuk dukungan dan
bantuan (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 173).
c. Tekankan pentingnya melanjutkan c. Selama awal 6 – 8 minggu
latihan nafas dan batuk efektif. setelah pulang pasien beresiko
besar untuk kambuh kembali
(Rencana Asuhan Keperawatan
III, 1999; 173).
d. Tekankan perlunya terapi anti biotic d. Penghematan dini antibiotik
selama periode yang diajarkan. dapat mengakibatkan iritasi
mukosa bronchus dan
menghambat makropag alveolar,
mempengaruhi pertahanan alami
tubuh melawan infeksi (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999; 173).
e. Tekankan pentingnya melanjutkan e. Dapat mencegah kambuhnya
evaluasi medik dan paksin imunisasi bronchopneumonia atau komplikasi
dengan tepat yang berhubungan.

4. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan perencaanan keperawata oleh

perawat dan klien. Hal.-hal yang harus melakukan implementasi adalah

intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan

validasi, penguasaan keterampilan interpersonal intelektual dan teknikal,

intervensi harus dilakukan dengan dan efisien pada situasi y;ang tepat,

keamanan fisik dan spikologis dilindungi dan didokumentasi keperawatan

berupa pencatatan dan pelaporan. (La Ode Jumadi Gaffar, S. Kp. "Pengantar

Keperawatan Profesional". Hal ; 65-66)

5. Evaluasi

Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan,

kelengkapan, dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien.

Adapun kriteria evaluasi dari kasus bronchopneumonia, sebagai

berikut :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif

Dimana kriteria evaluasinya menunjukan bersihan jalan nafas dan

menunjukan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada

dispnea, sianosis
b. Gangguan pertukaran gas. Dimana kriteria evaluasinya menunjukan

oksigenisasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak

ada gejala distress pernafasan dan berfartisifasi pada tindakan untuk

memaksialkan oksigenisasi

c. Intoleransi Aktifitas.

Dimanan kriteria evaluasinya tidak adanya dispnea dan tandatanda

vital dalam rentang moral.

d. Nyeri.

Dimana kriteria evaluasinya menunjukan rileks, istirahat/tidur, dan

peningkatan aktivitas dengan tepat.

e. Nutrisi Kurang dari kebutuhan, resiko terhadap.

Dimana kriteria evaluasinya menunjukkan peningkatan nafsu makan dan

mempertahankan / meningkatkan berat badan.

a. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap.

Dimana Kriteria evaluasinya membran mukosa lembab, turgor kulit baik

dan tanda-tanda vital stabil

b. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar, mengenai kondisi dan kebutuhan

tindakan).

Dimana Kriteria evaluasinya menyatakan pemahaman kondisi, proses

penyakit dan pengobatan. Serta melakukan perubahan pola hidup dan

berpartisipasi dalam program pengobatan.

Вам также может понравиться

  • Gangguan Hiperemesis Gravida
    Gangguan Hiperemesis Gravida
    Документ13 страниц
    Gangguan Hiperemesis Gravida
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Hordeolum
    Hordeolum
    Документ4 страницы
    Hordeolum
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Senam Pada Ibu Hamil
    Senam Pada Ibu Hamil
    Документ19 страниц
    Senam Pada Ibu Hamil
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Maternitas G5P3A1
    Maternitas G5P3A1
    Документ17 страниц
    Maternitas G5P3A1
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • KEGANASAN
    KEGANASAN
    Документ18 страниц
    KEGANASAN
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Askep Aps Katarak
    Askep Aps Katarak
    Документ10 страниц
    Askep Aps Katarak
    Iman Nurjaman
    Оценок пока нет
  • KMB III KAtarak
    KMB III KAtarak
    Документ14 страниц
    KMB III KAtarak
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • KMB III Askep BPH2
    KMB III Askep BPH2
    Документ15 страниц
    KMB III Askep BPH2
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Askep Jiwa Uson 2
    Askep Jiwa Uson 2
    Документ11 страниц
    Askep Jiwa Uson 2
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Askep Post Op Kanker Prostat-Gerontik
    Askep Post Op Kanker Prostat-Gerontik
    Документ10 страниц
    Askep Post Op Kanker Prostat-Gerontik
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Pemeriksaan Antropometri
    Pemeriksaan Antropometri
    Документ1 страница
    Pemeriksaan Antropometri
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Askep Anak BBLR
    Askep Anak BBLR
    Документ16 страниц
    Askep Anak BBLR
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Benigna Prostat Hiperplasia
    Benigna Prostat Hiperplasia
    Документ8 страниц
    Benigna Prostat Hiperplasia
    Adhiia Sriingatii
    Оценок пока нет
  • Baruu
    Baruu
    Документ46 страниц
    Baruu
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Pemberian Asi Ekslusif Dan Faktor
    Pemberian Asi Ekslusif Dan Faktor
    Документ10 страниц
    Pemberian Asi Ekslusif Dan Faktor
    Susy Say
    Оценок пока нет
  • Leaflet Nutrisi Pada Ibu Hamil
    Leaflet Nutrisi Pada Ibu Hamil
    Документ1 страница
    Leaflet Nutrisi Pada Ibu Hamil
    Situraja
    Оценок пока нет
  • Infeksi Alat Kandungan
    Infeksi Alat Kandungan
    Документ15 страниц
    Infeksi Alat Kandungan
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan BPH
    Laporan Pendahuluan BPH
    Документ14 страниц
    Laporan Pendahuluan BPH
    Ayu Zibolobolo
    Оценок пока нет
  • Tumor Kandungan
    Tumor Kandungan
    Документ12 страниц
    Tumor Kandungan
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Tumor Kandungan
    Tumor Kandungan
    Документ12 страниц
    Tumor Kandungan
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • EPIDEMIOLOGI
    EPIDEMIOLOGI
    Документ24 страницы
    EPIDEMIOLOGI
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Cover Askep Kti
    Cover Askep Kti
    Документ1 страница
    Cover Askep Kti
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Dokep
    Dokep
    Документ10 страниц
    Dokep
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Proses Patologis Pada Stroke
    Proses Patologis Pada Stroke
    Документ24 страницы
    Proses Patologis Pada Stroke
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Komunitas Terapetik Bumil
    Komunitas Terapetik Bumil
    Документ13 страниц
    Komunitas Terapetik Bumil
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Format Penilaian Suction
    Format Penilaian Suction
    Документ3 страницы
    Format Penilaian Suction
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Makalah Dampak Formalin, YOPI
    Makalah Dampak Formalin, YOPI
    Документ11 страниц
    Makalah Dampak Formalin, YOPI
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • COVER
    COVER
    Документ2 страницы
    COVER
    pamungkas
    Оценок пока нет
  • Askep Aps Katarak
    Askep Aps Katarak
    Документ10 страниц
    Askep Aps Katarak
    Iman Nurjaman
    Оценок пока нет
  • Askep Aps Katarak
    Askep Aps Katarak
    Документ10 страниц
    Askep Aps Katarak
    Iman Nurjaman
    Оценок пока нет