Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adapun data yang diperoleh dari Medikal Record RSU dr. Slamet Garut
mengenai angka kesakitan yang terjadi di Unit Rawat Inap Gedung Mirah
adalah
Tabel 1.1
Dari tabel 1.1 di atas terlihat bahwa Bronchopneumonia berada diurutan ke satu
sepuluh penyakit terbanyak yang ada di Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut
Tabel 1.2
1 Januari 64 9,96 %
4 April 99 15,34 %
5 Mei 71 11,05 %
6 Juni 66 10,27 %
98 15,25 %
7 Juli
643 100 %
Jumlah
khususnya pada anak-anak, hal ini sangat berbahaya Bila tidak segera
membuat karya tulis dengari judul "Asuhan Keperawatan pada An. A Usia Bayi
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Penulisan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Bronchopneumonia
Bronchopneumonia
pasien Bronchopneumonia
1. Wawancara
2. Observasi
fisik.
3. Study Dokumentasi
4. Study Kepustakaan
D. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami karya tulis ini, penulis
B. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan
A. Konsep Dasar
1. Definisi
3. Penyebab/Etiologi
4. Patofisiologi
B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. 5. Evaluasi
BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan yang meliputi
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
4. Catatan Perkembangan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Definisi Bronchopneumonia
terjadi sebagai akibat adanya invasi agen infeksius atau adanya kondisi
dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli
1). Hidung
dibatasi oleh epitel yang kaya akan pembuluh darah serta bersilia.
2). Farinx
Farinx adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
4). Trakea
5). Bronkus
6). Bronkiolus
yaitu bronki kanan dan bronki kiri. Dimana bronki kanan terdiri dari
tiga cabang dan bronki kiri terdiri dari dua cabang terkecil yang
penghantar.
7). Alveolus
pulmoner, diantaranya
4). Difusi gas yang membatasi membran pemisah alveoli dan kapiler.
3. Penyebab/Etiologi
penyakit menahun, trauma paru, berat badan anak yang turun karena
4. Patofisiologi.
didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas yang lama dan tidak
mengakibatkan cairan dan sel darah merah serta sel darah putih keluar
cairan serosa (transudat dan exsudat) purulen (nanah), chife (seperti bubur)
serta darah (hemin) lama kelamaan dinding paru akan meradang dan akan
gas, dan kerusakan ini dapat meluas pada paru-paru bahkan seluruh lobus.
cairan sel-sel darah merah dan sel-sel darah putih terisi dengan cairan dan
sel dan infeksi tersebut menyebar dengan perluasan bakteri dan alveolus.
yang berlebihan di dalam pembuluh darah kulit, tanda sianosis ini paling
mudah dilihat pada daerah jari tangan (kuku), membran mukosa, serta di
adanya benda asing atau iritasi percabangan bronchus dan trachea yang
sangat sensitif. Dan imfuls aferen yang sangat sensitif, lmfuls aferen dan
difusi terjaga.
penumpukan C02 di dalam darah begitu juga ion hidrogen, Pa0 2 meningkat
sampai 50% dan mempengaruhi PH darah, menjadi menurun sampai
PH darah menjadi meningkat sampai 7,5 atau 7,6, PaCO2 menurun sampai
komplikasi pada penyakit ini baisanya adalah pleuritis, abses paru, artritis,
a. Kebutuhan Oksigen
adekuat.
b. Rasa Nyaman
beda jalan napas. Pada anak rasa nyeri ini biasanya dipersepsikan
c. Pemenuhan Nutrisi
d. Cairan Elektrolit
bagi bayi dan anak merupakan salah satu faktor untuk mendukung
terjadinya kekurangan cairan dan eletrolit tubuh. Hal ini dapat
menimbulkan dehidrasi.
respirasi tepatnya 2/3 dari total kehilangan cairan secara normal pada
e. Eliminasi
kontraksi dan dilatasi otot polos pada usus akan menurun. Dengan
f. Aktifitas
melakukan aktifitas .
g. Istirahat Tidur
B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
b. Keluhan Utama
makan.
c. Riwayat Kesehatan
adanya keluhan sesak nafas, sesak nafas ini biasanya timbul karena
kadang disertai rasa nyeri pada saat batuk, dan adanya peningkatan
suhu tubuh.
1). Prenatal
2). lntranatal
hilang bila setelahlahir tidak diberi ASI. Hal ini dapat memperberat
dengan immunisasi.
1). Pertumbuhan
tampak lemah.
2). Perkembangan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola
f. Riwayat Nutrisi
g. Riwayat Immunisasi
tetanus.
h. Pemeriksaan Fisik
penurunan kesadaran.
Tanda-tanda vital :
nadi tachicardia.
mukosa sianosis.
3) Sistem Respirasi
8). Neurosensoris
(bingung, somnelon).
10).Tes Diagnotik
retensi C02.
11).Pengkajian Psikologis
laku, dan cemas akibat timbulnya sesak nafas. Bagi orang tua bisa
Pemberian ASI
b). Therapy
dan Cefotaxim.
=10ccx3,5
= 35 cc
= 840cc/menit
= 0,840 It/menit
= 0,840 x 20%
= 0,0084 It/menit
nafas.
produksi sputum.
c. Intoleransi Aktivitas
atau diinginkan
siamosis.
d. Nyeri (akut)
menetap.
diagnosa aktual.
diagnosa aktual.
tindakan).
3. Perencanaan
a). Tujuan
INTERVENSI RASIONALISASI
1. Mandiri
a. Kaji frekwensi a. Takipnea, pernafasan dangkal dan
Intervensi dan rasional pernafasan dan gerakan dada tak simetris sering
gerakan dada terjadi karena ketidaknyamanan
-gerakan dinding dada atau cairan
paru (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 167).
b. Auskultasi area paru, catat area b. Penurunan aliran udara terjadi
penurunan /tidak ada aliran udara pada area konsolidasi dengan
dan bunyi nafas; krekels, ronchi, dan cairan, bunyi nafas bronchial
mengi. (normal pada bronchus) juga
terjadi pada area konsolidasi
ronchi dan mengi, terdengar pada
inspirasi dan atau ekspirasi pada
respon terhadap pengumpulan
cairan, sekret kental dan spasme
jalan nafas/obstruksi (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999;
167).
b. Penghisapan sesuai indikasi Berikan c. Merangsang batuk atau
cairan sedikitnya 2500 ml/hari membersihkan jalan nafas secara
(kecuali kontraindikasi). mekanik kepada pasien yang tidak
rnampu melakukan karena batuk
tak efektif atau penurunan tingkat
kesadaran (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 167).
d. Tawarkan air hanyat daripada dingin. d. Cairan khususnya yang hangat
memobilisasi dan mengeluarkan
secret. (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 167)
2. Kolaborasi
a. Bantu mengawasi efek a. Memudahkan pengenceran dan
pengobatan, nebulizer, dan pembuangan secret postural
fisiotherapi lain seperti spirometer drainase tidak efektif pada
insentif, tiupan botol, perkusi pneumonia intersitisal atau
postural drainase, lakukan menyebabkan eksudasi
tindakan diantara waktu makan dan alveolar/kerusakan koordinasi
batasi cairan bila mungkin. pengobatan / jadwal dan masukan
oral menurunkan muntah karena
batuk menekan pernafasan
(Rencana Asuhan Keperawatan III,
1999; 167).
b. Berikan obat sesuai indikasi b Alat untuk menurunkan spasme
mukolitik ekspektoran bronchus dengan mobilisasi sekret.
bronkodilator, analgetik. Analgetik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidak nyarrianan
tetapi harus digunakan secara hati
hati, karena dapat menurunkan
upaya batuk/menekan pernafasan
(Rencana Asuhan Keperawatan III,
1999; 167).
c. Berikan cairan tambahan missal: c. Cairan diperlukan untuk
i.v, Oksigen humudifikasi dan menggantikan kehilangan
ruangan humudifikasi. (termasuk yang tak tampak) dan
memobilisasi secret (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999;
167).
d. Bantu bronkoskopi / torasentesis d. Kadang-kadang diperlukan
bila diindikasikan. untuk membuang perlengketan,
mengeluarkan sekresi purulen dan
atau mencegah atelektasis
(Rencana Asuhan Keperawatan III,
1999; 167)
b. Gangguan pertukaran gas, kerusakan
a). Tujuan
dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada- gejala destress
pernafasan.
INTERVENSI RASIONALISASI
1. Mandiri
a. Kaji Frekuensi kedalam dan
kemudahan bernafas a. Manifestasi distress pernafasan
tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status keshatan
umum (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 168).
b. Observasi warna kulit b. Sianosis kuku menunjukan vaso
membran mukosa dan kuku, Catat kontriksi respon tubuh terhadap
adanya sianosis perifer (Kuku) atau demam atau menggigil namun
sianosis sentral. sianonis daun telinga, membran
mukosa dan kulit sekitar mulut
(Membran hangat) menunukan
hipoxemia sistemik (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999; 168).
c. Kaji status normal c. Demam tinggi (umumnya pada
pneumonia bakterial dan influenza
sangat meningkatkan kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen
dan mengganggu oksigenisasi selular
(Rencana Asuhan Keperawatan III,
1999; 168).
d. Awasi frekuensi jantung d. Gelisah mudah terangsang,
bingung dan samnolen dapat
menunjukan hiposekmia/penurunan
oksigen serebral (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 168).
e. Observasi suhu tubuh sesuai e. Takikardia biasanya ada akibat
indikasi Bantu tindakan demam/dehidrasi tetapi dapat sebagai
kenyamanan untuk menurunkan respon terhadap hipoksemia
demam dan mengigil: missal (Rencana Asuhan Keperawatan III,
selimut tambahan atau 1999; 168).
menghilangkannya suhu
ruangan nyaman, kompres hangat
atau dingin.
f. Pertahankan istirahat tidur, dorong f. Mencegah terlalu lelah dan
menggunakan teknik relaksasi dan menurunkan kebutuhan oksigen atau
menggunakan aktivitas senggang. konsumsi obat untuk memudahkan
perbaikan infeksi (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 168).
g. Tinggikan kepala dan dorong, g. Tindakan ini meningkatkan
sering mengubah posisi, nafas inspirasi maksimal, meningkatkan
dalam dan batuk efektif pengeluaran secret untuk
memperbaiki ventilasi (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999; 168).
h. Observasi penyimpangan kondisi, h. Syok dan edema paru adalah
catat hipotensi, banyaknya jumlah penyebab umum kematian pada
sputum, dan warna pucat, sianosis, pneumonia dan membutuhkan
perubahan tingkat kesadaran, intervensi medik segera (Rencana
dispnea berat dan gelisah. Asuhan Keperawatan III, 1999; 168).
i. Siapkan untuk pemindahan ke unit i. Intubasi dan ventilasi mekanik
perawatan kritis bila diindikasikan mungkin diprelukan pada kejadian
kegagalan pernafasan (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999; 168).
2. Kolaborasi
a. Berikan terapi oksigen dengan benar a. untuk mempermudah PaO2 di
misalnya : dengan nasal canule, atas 60 mmHg, oksigen diberikan
masker atau venturi dengan metode yang memberikan
pengiriman tepat dalam toleransi
pasien (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 168).
c. Intoleransi Aktivitas
a). Tujuan
INTERVENSI RASIONALISASI
1. Mandiri
a. Evaluasi respon pasien terhadap a. Menetapkan kemampuan/
aktivitas, catat laporan dispnea, kebutuhan pasien dan memudahkan
peningkatan kelamahan dan pemilihan intervensi (Rencana
perubahan tanda vital dan setelah Asuhan Keperawatan III, 1999; 170)
aktivitas b. Menurunkan stress dan
b. Berikan lingkungan tenangn dan rangsangan berlebihan,
batasi pengunjung selama fase akut meningkatkan istirahat (Rencana
sesuai indikasi, dorong penggunaan Asuhan Keperawatan III, 1999; 170).
manajemen stress dan pengalihan
yang tepat.
c. Menjelaskan pentingnya istirahat c. Tirah baring dipertahankan
dalam rencana pengobatan dan selama fase akut untuk menurunkan
perlunya keseimbangan aktivitas dan kebutuhan metabolic, menghemat
istirahat. energi untuk penyembuhan .
Pembatasan aktivitas ditentukan
dengan respons individual pasien
terhadap aktivitas dan perbaikan
d. Bantu pasien memilih posisi kegagalan pernafasan (Rencana
nyaman untuk istirahat dan tidur. Asuhan Keperawatan III, 1999; 170).
d. Pasien mungkin nyaman
dengan kepala tinggi, tidur dikursi
atau menunduk ke depan meja atau
e. Bantu aktivitas perawatan diri yang bantal (Rencana Asuhan
diperlukan. Berikan kemajuan Keperawatan III, 1999; 170).
kedekatan aktivitas selama fase e. Meminimalkan kelelahan dan
penyembuhan. membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 170).
d. Nyeri (Akut)
a). Tujuan
INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri
a. Tentukan selidik perubahan a. Nyeri dada, biasanya ada
karakteristik terhadap nyeri dalam beberapa derajat, pada
pneumonia, juga dapat timbul
komplikasi pneumonia seperti
perikarditis dan endokarditis
(Rencana Asuhan Keperawatan
III, 1999; 171)
b. Pantau tanda vital b. Perubahan frekuensi jantung
atau TD, menunjukan bahwa pasien
mengalami nyeri, khususnya bila
alasan lain untuk perubahan tanda
vital telah terlihat (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 171).
c. Tindakan non analgetik
c. Berikan tindakan nyaman missal diberikan dengan sentuhan lemb.ut
pijat punggung, perubahan posisi, dapat menghilangkan
dan relaksasi. ketidaknyamanan dan memperbesar
efek terapi analgetik (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999;
171).
2. Kolaborasi
a. Berikan analgetik dan antitusif a. Obat ini dapat digunakan
sesuai indikasi untuk menekan batuk non
produktif / paroksimal atau
menurunkan mukosa berlebihan,
meningkatkan kenyamanan/istirahat
umum (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 171)
a). Tujuan
INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri
a. Identifikasi factor yang a. Pilih intervensi tergantung pada
menimbulkan mual / muntah, misal; penyebab masalah (Rencana
sputum banyak pengobatan aerosol, Asuhan Keperawatan III, 1999;
dispnea berat, nyeri. 172)
b. erikan/bantu, kebersihan mulut b. Menurunkan efek mual yang
setelah muntah, setelah tindakan berhubungan dengan pengobatan
aerosol dan drainase postural, dan ini (Rencana Asuhan Keperawatan
sebelum makan. III, 1999; 172).
c. Auskultasi bunyi usus, observasi / c. Bunyi usus mungkin
palpasi ditensi abdomen menurun/tak ada bila proses
enfeksi berat memanjang, distensi
abdomen terjadi sebagai akibat
menelan udara atau menunjukan
pengaruh toksin bakteri pada
saluran GI (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 172).
d. Berikan makanan/ASI dalam porsi d. Tindakan ini meningkatkan
kecil dan sering. masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali
(Rencana Asuhan Keperawatan III,
1999; 172).
e. Evaluasi status nutrisi umum ukur e. Adanya kondisi kronis atau
berat badan dasar keterbatasan keuangan dapat
meimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap
infeksi dan atau lambatnya respon
terhadap nyeri (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 172).
a). Tujuan
INTERVENSI RASIONALISASI
1. Mandiri
a. Kaji perubahan tanda vital, a. Peningkatan suhu memanjangnya
peningkatan suhu/demam memanjang, demam meningkatkan laju
takikardia hifotensi ortostatik. metabolik dan kehilangan cairan
melalui evaforsi, TD ontostatik
berubah dan peningkatan
takikarida menunjukan
kekurangan cairan sistematis
(Rencana Asuhan Keperawatan III,
1999; 172).
b. Kaji turgor kulit, kelembaban b.Indikator-langsung keadekuatan
membran mukosa (bibir, lidah) volume cairan, meskipun
membran mukosa mulut kering
karena nafas mulut dan oksigen
tamabahan (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 172).
c. Catat laporan mual dan muntah c. Adanya gejala ini menurunkan
masukan oral (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 172)
d. Pantau masukan dan keluaran ukur d.Memberikan informasi tentang
berat badan sesuai indikasi keadekuatan volume cairan dan
kebutuhan penggantian (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999;
173).
e. Tekankan cairan sedikitnya 2500 e. Pemenuhan kebutuhan dasar
ml/hari atau sesuai kondisi individual cairan menurunkan resiko
dehidrasi (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 173).
1. Kolaborasi
a. Beri Obat sesuai indikasi, a. berguna untuk kehilangan cairan
missal: antipiretik dan antiemetik
b. Berikan cairan i.v sesuai b. pada dasarnya penurunan masukan
keperluan banyaknya kehilangan
penggunaan parenteral dapat
memperbaiki/mencegah
kekurangan.
tindakan)
pengobatan
INTERVENSI RASIONAL
1. Mandiri
a. Kaji Fungsi Normal Paru, patologi a. Meningkatkan pemahaman nutrisi
kondisi. yang ada penting mengbubungkan
program pengobatan (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999;
173)
b. Diskusikan aspek-aspek b. Bantu menurunkan ansietas dan
ketidakmampuan dari penyakit, masalah berlebihan. Gejala
lamanya penyembuhan, identifikasi pernafasan lambat untuk
perawatan dan kebutuhan / sumber membaik, kelemahan dan
pemeliharaan Rumah. kelelahan dapat menetap selama
periode yang panjang dan factor
ini dapat berhubungan dengan
depresi dan kebutuhan untuk
berbagai bentuk dukungan dan
bantuan (Rencana Asuhan
Keperawatan III, 1999; 173).
c. Tekankan pentingnya melanjutkan c. Selama awal 6 – 8 minggu
latihan nafas dan batuk efektif. setelah pulang pasien beresiko
besar untuk kambuh kembali
(Rencana Asuhan Keperawatan
III, 1999; 173).
d. Tekankan perlunya terapi anti biotic d. Penghematan dini antibiotik
selama periode yang diajarkan. dapat mengakibatkan iritasi
mukosa bronchus dan
menghambat makropag alveolar,
mempengaruhi pertahanan alami
tubuh melawan infeksi (Rencana
Asuhan Keperawatan III, 1999; 173).
e. Tekankan pentingnya melanjutkan e. Dapat mencegah kambuhnya
evaluasi medik dan paksin imunisasi bronchopneumonia atau komplikasi
dengan tepat yang berhubungan.
4. Implementasi
intervensi harus dilakukan dengan dan efisien pada situasi y;ang tepat,
berupa pencatatan dan pelaporan. (La Ode Jumadi Gaffar, S. Kp. "Pengantar
5. Evaluasi
berikut :
menunjukan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada
dispnea, sianosis
b. Gangguan pertukaran gas. Dimana kriteria evaluasinya menunjukan
memaksialkan oksigenisasi
c. Intoleransi Aktifitas.
d. Nyeri.
tindakan).