Вы находитесь на странице: 1из 2

RINGKASAN

Fernando Esa Roeswana. 49121110154. Studi tentang Hasil Tangkapan


Pukat Cincin (Purse Seine) ditinjau dari Waktu dan Karakteristik Daerah
Penangkapan Ikan pada KM. Harapan Sri Jaya – Juwana – Pati – Jawa
Tengah. Dibawah bimbingan Suharyanto dan Jerry Hutajulu

Indonesia sangat kaya akan sumberdaya perikanan. Potensi lestari


sumberdaya ikan laut Indonesia sebanyak 7,3 juta ton per tahun yang tersebar di
perairan wilayah Indonesia dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
(ZEEI) (Komnas Kajiskan 2003 dalam PERMEN-KP/NO.45 Tahun 2015). Jumlah
tangkapan yang di perbolehkan (JTB) sebanyak 5,8 juta ton per tahun atau 80 %
dari potensi lestari, dan baru dimanfaatkan sebanyak 5,4 juta ton pada tahun
2013 atau 93% dari JTB, sementara total produksi perikanan tangkap (di laut dan
di danau) adalah 5,863 juta ton (PERMEN-KP/NO.45 Tahun 2015).
Salah satu alat penangkap ikan yang dapat meningkatkan produksi
perikanan guna pemenuhan permintaan konsumen adalah pukat cincin.
Ayodhyoa (1981) menyatakan bahwa untuk mencapai hasil tangkapan yang
menguntungkan, penentuan fishing ground yang tepat haruslah didasari
pengetahuan tentang fish behaviour dan keadaan perairan. Sehingga,
pentingnya pengetahuan tentang kapan suatu jenis ikan target tangkapan
membentuk kelompok yang besar sehingga hasil tangkapan yang didapat
menjadi lebih banyak dan maksimal.
Tujuan dari studi ini adalah memahami pengoperasian pukat cincin,
menganalisis pengaruh waktu dan karakteristik daerah penangkapan ikan terhadap
hasil tangkapan.
Pokok bahasan yang dibatasi dalam studi ini adalah teknis pengoperasian
pukat cincin, karakteristik daerah penangkapan ikan, mencakup : daerah
penangkapan ikan, kedalaman perairan dan suhu permukaan laut (SPL) dan studi
hasil tangkapan pukat cincin.
Metode pengumpulan data dilaksanakan dengan mengikuti semua
kegiatan operasi penangkapan ikan pada KM. Harapan Sri Jaya serta mengikuti
kegiatan pelayanan pelabuhan perikanan di PPP Bajomulyo Unit I. Hasil
pengamatan dan pengumpulan data dicatat dalam jurnal dan buku catatan serta
dilakukan pengambilan gambar terhadap obyek pegamatan. Metode pengolahan
data dilakukan dengan tahapan yaitu mengelompokkan data, mengklasifikasikan
data, mempresentasikan data (tabel dan grafik) selanjutnya proses analisis
(analyting) data dan penyajian. Metode analisis data yang digunakan yaitu
metode analisis deskriptif dan analisis inferensia.
Kegiatan pelaksanaan Praktik Akhir dilaksanakan selama 6 bulan
terhitung dari tanggal 5 November 2016 s/d 5 Mei 2017. Tempat pelaksanaan
praktik terbagi menjadi 2, meliputi : Praktik Laut yaitu mengikuti kegiatan operasi
penangkapan ikan dengan pukat cincin pada KM. Harapan Sri Jaya dan Praktik
Darat di PPP Bajomulyo Unit I, Juwana, Pati, Jawa Tengah.
Kegiatan pengoperasian pukat cincin terbagi menjadi 3, meliputi :
kegiatan sebelum operasi penangkapan ikan, kegiatan operasi penangkapan
ikan dan kegiatan setelah operasi penangkapan ikan. Kegiatan operasi
penangkapan ikan di lakukan melalui beberapa tahapan yaitu : persiapan
pengoperasian, setting, purshing, hauling, brailling dan penanganan ikan hasil
tangkapan.
Setelah musim peralihan II, hasil tangkapan terus mengalami penurunan
dan nilai terendah di capai pada musim peralihan I. Menginjak musim Timur,
hasil tangkapan mengalami kenaikan lagi dan kembali mencapai puncaknya
pada musim peralihan II.
Persentase ikan hasil tangkapan pada KM. Harapan Sri Jaya, meliputi:
Layang sebanyak 31,9 %, Layang Deles sebanyak 26,4 %, Lemuru sebanyak
22,9 %, Kembung sebanyak 8,3 %, Selar Bentong sebanyak 5,7 %, Cumi-cumi
sebanyak 1,4 %, Tongkol sebanyak 1,0 % dan Lainnya sebanyak 1.9 %. ABK
KM. Harapan Sri Jaya dalam sortir ikan menggolongkan hasil tangkapan menjadi
2 ukuran, meliputi : Ukuran Besar dan Ukuran Kecil. Adapun hasil tangkapan
sesuai ukuran yaitu: Layang (Besar : 19.390 kg / Kecil : 12.703 kg), Layang
Deles (Besar : 22.269 kg / Kecil : 4.319 kg), Lemuru (Besar : 22.905 kg / Kecil :
217 kg), Kembung (Besar : 8.135 kg / Kecil : 260 kg), Selar Bentong (Besar :
5.693 kg / Kecil : 134 kg), Cumi-cumi (Besar : 146 kg / Kecil : 1.350 kg) dan
Tongkol (Besar : 1.038 kg / Kecil : 66 kg).
Terdapat perbedaan rata-rata antar daerah penangkapan ikan. Rata-
rata hasil tangkapan tertinggi yaitu pada Perairan Utara Pulau Kangean (3.549
kg), disusul Perairan antara Pulau Matasiri dan Pulau Kangean (1.078 kg),
kemudian Perairan Pulau Lumu-lumu (702 kg) dan terendah yaitu di Perairan
Pulau Matasiri (650 kg). Perairan Utara Pulau Kangean merupakan daerah
penangkapan ikan yang terbaik. Keberhasilan hasil tangkapan disebabkan oleh
nutrient yang disuplai dari Laut Banda dan Selat Makassar telah menyuburkan
Laut Jawa dan menjadikan plankton yang merupakan makanan pokok ikan hidup
dengan subur, serta dimungkinkan terjadi pergerakan migrasi ikan dari arah
Barat yaitu ke Perairan Utara Jawa sampai ke Selatan Selat Makassar yang
ujung dari pergerakan migrasi tersebut yaitu pada Perairan Utara Pulau
Kangean.
Rata-rata tertinggi hasil tangkapan yaitu pada kisaran kedalaman 69,6 -
77,5 m yaitu 2.880 kg/setting. Dengan kedalaman 69,6 - 77,5 m maka, efektifitas
pukat cincin dalam mengurung ikan sangat baik. Artinya, pukat cincin mampu
membentang ke dalam perairan secara maksimal tanpa tersangkut dasar
perairan sehingga pukat cincin mampu mengurung gerombolan ikan yang berada
pada areal penangkapan dengan baik sehingga dapat dikatakan bahwa
kedalaman perairan mempengaruhi hasil tangkapan
Rata-rata tertinggi hasil tangkapan yaitu pada kisaran waktu 19:00 –
19:59 yaitu 2.022 kg/setting. Kedatangan ikan yaitu sekitar 30 menit sampai 50
menit setelah dinyalakan dengan jarak yang dekat, kemudian perlahan menjauh
dari sumber cahaya seiring waktu menjelah dini hari. Pergerakan tersebut di
pengaruhi oleh faktor pemenuhan akan kebutuhan fisiologis untuk beraktivitas,
faktor makanan yang membuat ikan bergerak mencari makanan. Artinya bahwa,
waktu penangkapan ikan mempengaruhi hasil tangkapan.
Terdapat fenomena upwelling di Perairan Pulau Matasiri. Hal tersebut
terlihat jelas terdapat cekungan di daerah Perairan Pulau Matasiri serta di
buktikan bahwa suhu permukaan laut di daerah tersebut lebih dingin
dibandingkan dengan suhu permukaan laut di daerah yang lain. Rata-rata
tertinggi hasil tangkapan yaitu pada kisaran antara 26,0 0C sampai dengan 26,9
0
C. Hal ini, dimungkinkan karena ikan mempunyai kemampuan untuk mengenali
dan memilih kisaran suhu tertentu yang memberikan kesempatan untuk
melakukan aktivitas secara maksimum dan pada akhirnya mempengaruhi
kelimpahan dan distribusinya.

Вам также может понравиться