Вы находитесь на странице: 1из 24

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

TEKNIK LABORATORIUM

Disusun Oleh :

1. MILADITA ILMANDA SYAHER ( 22030115130132 )

2. TRI ULFATUL QURRO ( 22030115140134 )

3. NURUL ARAFAH ( 22030115100136 )

4. ZAHIDA NAHDHIYATUZZULFA ( 22030115140138 )

5. DIVA NIDIAZALEA ( 22030115130140 )

6. RIZA ISKA JUWITA ( 220301151oo142 )

Tanggal Praktikum : 29 September 2015

UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS KEDOKTERAN
LABORATORIUM KIMIA KEDOKTERAN

2015
TEKNIK LABORATORIUM

I. Tujuan Percobaan
Mengenal beberapa alat laboratorium kimia sederhana dan cara
penggunaannya.
II. Dasar Teori

1. Laboratorium Kimia dan Peralatan Gelas

Secara umum seluruh bahan kimia yang tersedia di laboratorium


adalah berbahaya, disamping manfaat yang sangat besar pada
penggunaannya. Akan tetapi, selanjutnya secara khusus disebut berbahaya
apabila bahan kimia tersebut memiliki salah satu atau beberapa sifat
berikut: beracun, iritatif/korosif, mudah terbakar (​flammable​), eksplosif,
oksidatif, reaktif terhadap air, udara, atau bahan tertentu, radioaktif, dan
bahan-bahan yang di simpan dan/atau memiliki tekanan tinggi. Dari aspek
kesehatan manusia, bahan kimia tersebut memiliki tingkat berbahaya
tertentu sehingga diusahakan sejauh mungkin untuk menghindari kontak
langsung. Tingkat bahaya tersebut dapat langsung dirasakan setelah kontak
atau terakumulasi menjadi bahaya yang kelak akan muncul. Waktu kontak
juga merupakan faktor yang turut menyumbang tingkat bahaya bahan
kimia (Widodo dan Lusiana, 2010).

Alat-alat gelas yang berada dalam laboratorium berdasarkan


https://wanibesak.wordpress.com/2010/10/10/beberapa-alat-dalam-laborat
orium/ yaitu:

a) Druple plate digunakan untuk mereaksikan zat dalam jumlah yang


sangat sedikit.
b) Erlenmeyer berfungsi sebagai ​tempat membuat larutan.
c) Gelas beker berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan dan
membuat larutan. Gelas beker memiliki takaran namun jarang
bahkan tidak diperbolehkan untuk mengukur volume suatu zat
cair.
d) Corong berfungsi sebagai tempat untuk memasukan atau
memindah larutan dari satu tempat ke tempat lain dan digunakan
pula untuk proses penyaringan setelah diberi kertas saing pada
bagian atas.
e) Buret digunakan untuk titrasi, tapi pada keadaan tertentu dapat
pula digunakan untuk mengukur volume suatu larutan.
f) Labu ukur berfungsi untuk membuat dan atau mengencerkan
larutan dengan ketelitian yang tinggi.
g) Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume larutan. Pada saat
praktikum dengan ketelitian tinggi gelas ukur tidak diperbolehkan
untuk mengukur volume larutan. Pengukuran dengan ketelitian
tinggi dilakukan menggunakan pipet volume.
h) Pipet ukur untuk mengukur volume larutan.
i) Pipet volume digunakan untuk mengambil larutan dengan volume
tertentu sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang
menggembung.
j) Pipet tetes digunakan untuk meneteskan atau mengambil larutan
dengan jumlah kecil.
k) Pengaduk digunakan untuk mengocok atau mengaduk suatu zat
baik yang akan direaksikan mapun ketika reaksi sementara
berlangsung.
l) Tabung reaksi digunakan untuk mereaksikan dua atau lebih zat.
m) Gelas arloji digunakan sebagai penutup saat melakukan
pemanasan terhadap suatu bahan kimia, menimbang bahan-bahan
kimia, dan mengeringkan suatu bahan dalam desikator.
n) Kaki tiga sebagai penyangga pembakar spirtus.
o) Kawat kasa digunakan sebagai alas atau untuk menahan labu atau
beaker pada waktu pemanasan menggunakan pemanas spiritus
atau pemanas bunsen.
p) Botol timbang digunakan untuk menimbang zat, baik berupa
cairan, padatan, maupun gas.
q) Penjepit untuk menjepit tabung reaksi.
r) Tabung spiritus digunakan untuk membakar zat atau memanaskan
larutan.
s) Pipa bengkok ​untuk mengalirkan gas kedalam suatu tempat
tertutup atau kedalam larutan.
t) Botol semprot digunakan untuk membilas beaker, erlenmeyer,
ujung buret dan sebagainya.

2. Reaksi Kimia dan Stoikiometri

Reaksi kimia adalah proses yang mengubah beberapa zat kimia


menjadi bentuk lain. Sebuah zat yang memulai reaksi kimia disebut
reaktan, dan zat yang terbentuk sebagai hasil dari reaksi kimia yang
disebut produk. Selama reaksi kimia, reaktan akan digunakan untuk
membuat produk.
Bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitatif unsur dalam
suatu senyawa atau reaksi disebut stoikiometri yang berasal dari Bahasa
Yunani yaitu ​stoicheon​ yang berarti unsur dan ​metrain ​yang berarti
mengukur. Dengan kata lain, stoikiometri adalah perhitungan kimia yang
menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi.
Penelitian yang cermat terhadap pereaksi dan hasil reaksi telah
melahirkan hukum-hukum dasar kimia yang menunjukkan hubungan
kuantitatif itu. Hukum tersebut antara lain: hukum kekekalan massa,
hukum perbandingan tetap, hukum perbandingan berganda, hukum Boyle,
dan hukum Boyle-Gay Lussac.
a)​ Hukum Kekekalan Massa ( Lavoiser )

“ Massa total suatu bahan sesudah reaksi kimia sama dengan massa
total suatu bahan sebelum reaksi “.

b)​ Hukum perbandingan tetap ( Joseph Proust )


“ Perbandingan massa unsur - unsur penyusun suatu senyawa selalu


tetap.“

c)​ Hukum perbandingan berganda ( Jhin Dalton )


“ Bila dua ​unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa, maka
perbandingan massa ​unsur ​yang sat, yang bersenyawa dengan ​unsur
lain yang tertentu massanya, merupakan bilangan buat dan
sederhana.“

d)​ Hukum Boyle


“ Pada suhu tetap hasil kali tekanan dan volume gas selalu tetap. “

P​1​. V​1 =
​ P​2​. V​2

Dengan : P = tekanan gas ( atm )

V = volume gas ( liter )

e)​ Hukum Boyle – Gay Lussac


“ Hasil kali tekanan dan volume dibagi uhu mutak pada suatu gas
selalu tetap”.

Dalam stoikiometri banyak hal yang harus dipahami, antara lain :


a.​ Massa atom relatif ( Ar )

➢​ ​Perbandingan massa suatu atom dengan 1/12 x massa suatu isotop


karbon-12 ( massa atom standar ).

b.​ Massa molekul relative ( Mr )


➢​ ​Perbandingan massa suatu atom dengan 1/12 x massa suatu isotop


karbon-12 ( massa standar ).

c.​ Konsep Mol


Stu mol suatu zat adalah banyaknya zat tersebut ang mengandung 6,02
x 10​23​ buah partikel. Massa satu mol suatu zat = Ar atau Mr zat
tersebut yang dinyatakan dalam garam.

- Mol unsure ( n )
- Mol senyawa ( n)

d.​ M
​ olaritas ( M )

Yaitu jumlah mol zat terlarut dalam setiao satu liter larutan.

3. Larutan Standard dan Penentuan Konsentrasi Larutan

Menurut Darlina (1998), larutan standar primer merupakan larutan


standar yang dibuat dari zat standar dengan kemurnian sangat tinggi yang
umumnya dipasok oleh NIST, NIBCS yang dipakai untuk kalibrasi larutan
standar yang dibuat. Larutan standar sekunder merupakan larutan yang
konsentrasinya ditentukan dengan metode analitik yang dapat dipercaya.
Menurut Ika (2009), zat yang ditambahkan tepat bereaksi dengan zat yang
ditambahi. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut “titrant” dan
biasanya diletakkan di dalam erlenmeyer. Sedangkat zat yang telah
diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di
dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Bassett et.
Al., (1994), menyatakan bahwa larutan yang kekuatan (konsentrasi) yang
diketahui tepat itu disebut larutan standar. Bobot zat yang hendak
ditetapkan, dihitung dari volume larutan standar yang digunakan dan
hukum-hukum stoikiometri yang diketahui.

Menurut Chang (2003), larutan sering di simpan di laboratorium


dalam ruang penyimpanan stok bahan kimia untuk digunakan sesuai
keperluan. Seringkali kita mengencerkan larutan stok ini sebelum bekerja
dengan larutan tersebut. Prosedur untuk penyiapan larutan yang kurang
pekat dari larutan yang lebih pekat disebut pengenceran (​dilution)​ . Dalam
melakukan proses pengenceran, perlu diingat bahwa penambahan lebih
banyak pelarut ke dalam sejumlah tertentu larutan dapat mengubah jumlah
mol zat terlarut yang terdapat dalam larutan. Widodo dan Lusiana (2010),
menyatakan bahwa untuk larutan yang telah diketahui konsentrasinya,
pengenceran dengan persamaan

V​1 x​​ N​
​ 1​ = V​2 x​
​ N​
​ 2

Dengan V​1 dan


​ V​2 adalah volume larutan pekat dan volume setelah
pengenceran, N​1 dan N​2 berturut-turut adalah normalitas larutan pekat dan
setelah pengenceran. Pengenceran pelarut ditambahkan ke dalam larutan
pekat yang akan diencerkan.

4. Titrasi

Titrasi asam basa sebagai penambah secara hati-hati sejumlah


larutan basa dengan konsentrasi yang diketahui ke dalam larutan asam
dengan konsentrasi yang tidak diketahui (atau penambahan asam ke basa)
untuk mencapai titik akhir. Titik akhir ditandai dengan perubahan warna
indikator atau kenaikan atau penurunan pH tiba-tiba, walaupun pH larutan
campuran reaksi berubah secara kontinu selama proses titrasi asam-basa.
Grafik pH versus volume dari larutan titrasi V disebut kurva titrasi
(Oxtoby ​et al​., 2001).

Proses titrasi asam basa sering dipantau dengan penggambaran pH


larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan.
Gambar yang diperoleh disebut kurva pH atau kurva titrasi yang di
dalamnya terdapat titik ekuivalen, yaitu titik dimana titrasi dihentikan (Ika,
2009).

5. Indikator Asam-Basa

Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH


lingkungannya berubah. Indikator asam-basa dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu indikator satu warna dan indikator dua warna. Indikator satu
warna yaitu indikator yang hanya mempunyai satu macam warna seperti
fenolftalein yang hanya akan berwarna merah bila dalam lingkungan asam.
Sedangkan indikator dua warna yaitu indikator yang mempunyai dua
warna, warna asam dan warna basa. Indikator kuning altzartin mempunyai
warna kuning dalam lingkungan asam (warna asam) dan berwarna ungu
dalam lingkungan basa (staff.uny.ac.id)

6. Analisa Bahan

Natrium Hidroksida yang bebas-karbonat dapat paling mudah


disiapkan dari suatu larutan pekat basa itu, karena natrium karbonat tidak
larut dalam larutan semacam itu.

Aquades adalah air hasil destilasi / penyulingan sama dengan air


murni atau H​2​O, kerena H​2​O hampir tidak mengandung mineral.
Sedangkan air mineral adalah pelarut yang universal. Oleh karena itu air
dengan mudah menyerap atau melarutkan berbagai partikel yang
ditemuinya dan dengan mudah menjadi tercemar. Jadi, air mineral bukan
aquades (H​2​O) karena mengandung banyak mineral
(​http://prasetyowahyueko.blogspot.co.id/​).

Indikator phenol ptialin (PP) adalah suatu senyawa asam lemah


yang dalam bentuk molekul tidak berwarna dan dalam bentuk terion
berwarna merah. Pada penambahan asam, reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke kiri dan warna akan memudar (menjadi tidak berwarna)
(Salirawati dan Padmaningrum, 2007).

Menurut Fessenden dan Fessenden (1986), disakarida laktosa (gula


susu) berbeda dari maltosa atau selobiosa dalam hal laktosa terdiri dari dua
monosakarida yang berlainan, D-glukosa dan D-galaktosa. Laktosa
merupakan suatu disakarida alamiah yang dijumpai hanya pada binatang
menyusui; air susu sapi dan manusia mengandung kira-kira 5% laktosa.
Laktosa diperoleh secara komersial sebagai hasil samping pabrik keju.

Glukosa dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas


di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung,
sari pohon, dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Glukosa
merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada
hewan dan manusia. Glukosa dalam bentuk bebas hanya terdapat dalam
jumlah terbatas dalam bahan makanan. Glukosa dapat dimanfaatkan untuk
diet tinggi energi (Almatsier, 2009).

Pereaksi Fehling adalah oksidataor lemah yang merupakan pereaksi


khusus untuk mengenali aldehida. Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian,
yaitu Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO​4​,
sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium
natrium tartrat. Pereaksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua
larutan tersebut sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua.
Dalam pereaksi Fehling, ion Cu​2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi
Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO
(http://mayayellow.blogspot.co.id/2011/03/pereaksi-fehling.html).

Asam klorida adalah asam kuat yang berisi atom hidrogen dan klorin
per molekul. Ini adalah asam komersial dan biologis yang penting. HCl
bening dan tidak berwarna ketika ditambahkan ke air. Namun, asam
klorida memiliki bau yang kuat, dan mengandung rasa asam yang khas
dari kebanyakan asam. Asam klorida mudah larut dalam air pada semua
konsentrasi, dan memiliki titik didih sekitar 110 derajat Celcius
(http://www.sridianti.com)

III. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Neraca analitis
2. Tabung reaksi
3. Penjepit
4. Druple plate
5. Pengaduk gelas
6. Pipa bengkok
7. Corong
8. Gelas arloji
9. Gelas beker
10. Gelas ukur
11. Labu takar
12. Pipet paseur
13. Pipet ukur
14. Pipet volume
15. Buret
16. Erlenmeyer
B. Bahan
1. Reagen Fehling A dan B
2. NaOH
3. Glukosa
4. Laktosa
5. Akuades
6. HCl
7. Indikator pp

IV. Cara Kerja


1. Mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi
Sediakan 2 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan larutan
glukosa dan laktosa, kemudian ditambahkan kepada masing-masing
tabung dengan larutan Fehling A dan Fehling B kemudian dipanaskan
dengan spiritus. Amati perubahan yang terjadi dan tulis hasilnya pada
laporan sementara. Jika dimungkinkan, lakukan penyaringan terhadap
endapan yang terjadi.
2. Pengenceran larutan NaOH dan penentuan konsentrasi

Ambil sejumlah larutan baku NaOH 1,000 N (sesuai dengan


perhitungan) dengan pipet volume (miniskus bawah tepat pada skala).
Masukkan ke dalam labu takar 100 mL, kemudian encerkan dengan
akuades sampai batas skala volume. Perhatikan bahwa volume hasil
pengenceran tidak boleh melebihi atau kurang dari batas skala, karena
mempengaruhi nilai normalitas hasil.

3. Titrasi
Cuci buret yang akan digunakan dengan larutan pencuci sampai
bersih, kemudian bilas dengan akuades. Lalu masukkan larutan standar
(titran) sampai tanda batas skala nol. Pada percobaan ini digunakan larutan
standar HCl 0,1000 N.

Dengan menggunakan pipet volume, ambil larutan NaOH hasil


proses pengenceran sebanyak 20 mL, masukkan ke dalam erlenmeyer
yang sudah bersih, lalu tambahkan indikator fenolftalein.

Lakukan titrasi larutan NaOH tersebut dengan larutan standar HCl


sambil digoyang-goyang hingga terjadi perubahan warna (warna pink tepat
hilang). Catat volume HCl yang digunakan pada laporan sementara.

V. Hasil Pengamatan dan Perhitungan


1. Mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi

N
NAMA PERCOBAAN PERLAKUAN HASIL (WARNA)
O
Fehling A (5 tetes) +
Identifikasi Aldehid dan Fehling B (5 tetes) +
1 Endapan oranye
Keton Glukosa (5 tetes) +
Panaskan
Fehling A (5 tetes) +
Identifikasi Aldehid dan Fehling B (5 tetes) + Endapan merah
2
Keton Laktosa (5 tetes) + bata
Panaskan

2. Pengenceran larutan NaOH dan penentuan konsentrasi


a. Perhitungan pengenceran volume NaOH

Rumus : V​1 ​x N​1​ = V​2 ​x N​2

Diketahui : Volume NaOH 0,100 N ( V​2​ ) = 100 mL

: Normalitas NaOH 1,000 N ( N​1​ ) = 1,000 N

: Normalitas NaOH 0,100 N ( N​2​ ) = 0,100 N

Ditanya : Volume NaOH 1,000 N (V​1​) = . . . . ?

Jawab : V​1 x​ N​1​ = V​2 x​ N​2


: V​1 x​ 1,000 N = 100 mL​ x​ 0,100 N
100 mL x 0,100 N
: V​1 =
​ 1,000 N

: V​1​ = 10 mL

3. Titrasi

N VOLUME
VOLUME NaOH KETERANGAN
O HCl
Perubahan warna larutan dari
1 20 mL 1, 45 mL larutan berwarna merah muda
menjadi larutan bening
Perubahan warna larutan dari
2 20 mL 1, 45 mL larutan berwarna merah muda
menjadi larutan bening
a. Perhitungan konsentrasi NaOH

Rumus : V​1 x​ N​1​ = V​2 x​ N​2

Diketahui : Volume NaOH ( V​1​ ) = 20 mL

: Normalitas HCl ( N​2​ ) = 0,100 N

: Volume HCl ( V​2​ ) = 1, 45 mL

Ditanya : Normalitas NaOH (N​1​) = . . . . ?

Jawab : V​1 ​x N​1​ = V​2 ​x N​2


: 20 mL​ x​ N​1​ = 1, 45 mL​ x​ 0,100 N
1,45 mL x 0,100 N
: N​1 ​= 20 mL

: N​1​ = 7,25 X 10​-3​ N

b. Perhitungan kadar NaOH

Rumus Kadar : V x N x Valensi

Diketahui : Volume NaOH ( V ) = 20 mL

: Normalitas NaOH (N) = 7,25 X 10​-3​ N

: Valensi = 1

Ditanya : Kadar NaOH = . . . . ?

Kadar NaOH = V​NaOH​ x N​NaOH​ x Valensi

= 20 mL x 7,25 X 10​-3​ N x 1

= 0, 145
c. Perhitungan % kadar NaOH

kadar zat
Rumus % Kadar = BM zat x 100%

Diketahui : Kadar NaOH = 0, 145

: Berat molekul NaOH = 40

Ditanya : % Kadar NaOH = . . . . ?

0, 145
% ​ Kadar NaOH = 40
x 100%

= 0,3625 %

VI. Pembahasan

1. Mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi

Berdasarkan praktikum dengan topik mereaksikan suatu zat dalam


tabung reaksi dilakukan dua percobaan reaksi mengidentifikasikan aldehid
dan keton dengan bahan berbeda. Reaksi pertama menggunakan bahan
Glukosa dan reaksi kedua menggunakan bahan Laktosa. Cara
merekasikannya yaitu dengan mencampurkan 5 tetes pereaksi fehling A
dengan 5 tetes pereaksi fehling B pada masing-masing tabung, lalu
masukkan laktosa dan glukosa pada masing-masing tabung, kemudian
kedua tabung tersebut dipanaskan. Hasil reaksi identifikasi aldehid dan
keton menggunakan bahan glukosa menghasilkan warna endapan oranye,
sedangkan hasil reksi identifikasi aldehid dan keton menggunakan bahan
laktosa menghasilkan warna endapan merah bata. Pada halaman
https://kimiamipa.wordpress.com tertulis bahwa pereaksi Fehling terdiri
atas dua larutan, yaitu larutan Fehling A dan larutan Fehling B. Larutan
Fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air sedangkan larutan Fehling B
adalah larutan garam Kalium-Natrium tartrat dalam air. Kedua macam
larutan ini disimpan terpisah baru dicampur menjelang digunakan untuk
memeriksa suatu karbohidrat. Aldehid dengan pereaksi Fehling dapat
bereaksi menghasilkan endapan Cu​2​O yang berwarna merah bata. Reaksi
yang terjadi sebagai berikut:

2. Pengenceran larutan NaOH dan penentuan konsentrasi

Berdasarkan praktikum pengenceran larutan NaOH dengan


memasukkan rumus V​1 x N​1 = V​2 x N​2 dapat diketahui nilai volume NaOH
1,000 N yang digunakan untuk membuat larutan NaOH 0,100 N yaitu
sebanyak 10 mL. ​Pengenceran adalah menurunkan atau memperkecil
konsentrasi larutan dengan menambahkan pelarut. Pada proses
pengenceran, volume dan molaritas berubah sedangkan jumlah molnya
tetap. Dalam kimia, pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat
homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Zat yang jumlahnya
lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan
zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven. Pengenceran yaitu suatu cara atau metode
yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut
yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu.
Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya
kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang
dilarutkan/diencerkan. ​Fungsi dari penggojogan adalah agar larutan
merata. ​Menurut Widodo dan Lusiana (2010), untuk larutan yang telah
diketahui konsentrasinya, pengenceran dengan persamaan

V​1 x​​ N​
​ 1​ = V​2 x​
​ N​
​ 2

Dengan V​1 dan


​ V​2 adalah volume larutan pekat dan volume setelah
pengenceran, N​1 dan N​2 berturut-turut adalah normalitas larutan pekat dan
setelah pengenceran. Pengenceran pelarut ditambahkan ke dalam larutan
pekat yang akan diencerkan.

3. Titrasi

Berdasarkan praktikum titrasi diketahui bahwa larutan yang


bertindak sebagai titrat yang di tempatkan dalam erlenmeyer yaitu larutan
NaOH, sedangkan larutan yang bertindak sebagai titran yang di tempatkan
dalam buret yaitu HCl. Titrasi dilakukan untuk mencari berapa banyak
volume HCl yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi. Titi akhir
titrasi dicapai saat volume HCl tepat bernilai 1,45 mL. Titrasi dilakukan
sebanyak dua kali dan menghasilkan nilai volume HCl yang sama.
Perubahan warna yang terjadi saat proses titrasi mencapai titik akhir titrasi
yaitu perubahan warna larutan dari berwarna merah muda menjadi laruran
bening. Setelah menemukan volume HCl dapat diketahui normalitas
NaOH yaitu 7,25 x 10​-3 N. Setelah mendapatkan normalitas NaOH dapat
ditentukan kadar NaOH yaitu 0,145 dengan persen kadar bernilai
0,3625%. Pada proses terjadinya warna pink pada titrasi, larutan baku atau
titran yang digunakan adalah basa. Pada proses ini yang menjadi sebagai
titer (larutan yang dititrasi) adalah larutan yang bersifat asam dan yang
menjadi titran (larutan yang menitrasi) adalah larutan yang bersifat basa.
Titrasi dilakukan lebih dari ​satu kali agar dapat membandingkan hasil
yang didapatkan. Pada proses titrasi asam basa digunakan ​indikator PP
Karena indikator PP tidak mempengaruhi titrasi itu sendiri, tetapi hanya
mempengaruhi proses titrasi yaitu menjadi warna pink jika telah mencapai
titik titrasi. ​Indikator terkenal phenoftalein merupakan asam diprotik
dan tak berwarna. Ia mula-mula berdisosiasi menjadi suatu bentuk
tak berwarna dan kemudian, dengan kehilangan hidrogen ke dua,
menjadi ion dengan sistem terkonjugasikan, maka dihasilakanlah
warna merah​. ​Metil oranye, indikator lain yang secara luas digunakan,
merupakan basa dan berwarna kuning dalam bentuk molekular​. Karena
sifatnya yang basa, maka indikator pp tidak dapat digantikan dengan
indikator MO pada percobaan ini. Penambahan ion hidrogen menghasilkan
suatu kation yang berwarna merah muda. ​Menurut Oxtoby ​et al.​ , (2001),
titik akhir ditandai dengan perubahan warna indikator atau kenaikan atau
penurunan pH tiba-tiba, walaupun pH larutan campuran reaksi berubah
secara kontinu selama proses titrasi asam-basa. Grafik pH versus volume
dari larutan titrasi V disebut kurva titrasi.

4. Gambar Alat- alat Laboratorium

N
GAMBAR NAMA FUNGSI
O

Untuk mereaksikan
1 Tabung reaksi
dua atau lebih zat

Penjepit tabung Untuk menjepit tabung


2
reaksi reaksi
Untuk membakar zat
3 Tabung spiritus atau memanaskan
larutan

Untuk mereaksikan
4 Druple plate
za-zat dalam jumlah
yang sangat sedikit

Sebagai alas atau


untuk menahan labu
atau beaker pada
5 Kasa asbes waktu pemanasan
menggunakan
pemanas spiritus atau
pemanas bunsen.

Sebagai penyangga
6 Kaki tiga
pembakar spirtus

Untuk mengocok atau


mengaduk suatu baik
7 Pengaduk gelas akan direaksikan
mapun ketika reaksi
sementara berlangsung
Untuk mengalirkan
gas kedalam suatu
8 Pipa bengkok
tempat tertutup atau
kedalam larutan.

Sebagai tempat untuk


memasukan atau
memindah larutan ai
satu tempat ke tempat
9 Corong lain dan digunakan
pula untuk proses
penyaringan setelah
diberi kertas saing
pada bagian atas.

Sebagai penutup saat


melakukan pemanasan
terhadap suatu bahan
kimia, menimbang
10 Gelas Arloji
bahan-bahan kimia,
dan mengeringkan
suatu bahan dalam
desikator

Untuk mengambil
larutan dengan volume
tertentu sesuai dengan
11 Pipet volume
label yang tertera pada
bagian pada bagian
yang menggembung.
Untuk titrasi, tapi pada
keadaan tertentu dapat
12 Buret pula digunakan untuk
mengukut volume
suatu larutan.

Untuk menimbang zat,


13 Botol timbang baik berupa cairan,
padatan, maupun gas

Untuk membilas
beaker, erlenmeyer,
14 Botol semprot
ujung buret dan
sebagainya

Sebagai ​tempat
15 Erlenmeyer
membuat larutan

Sebagai tempat untuk


menyimpan dan
membuat larutan.
Gelas beker memiliki
16 Gelas beker takaran namun jarang
bahkan tidak
diperbolehkan untuk
mengukur volume
suatu zat cair.
Untuk mengukur
volume larutan. Pada
saat praktikum dengan
ketelitian tinggi gelas
ukur tidak
diperbolehkan untuk
17 Gelas ukur
mengukur volume
larutan. Pengukuran
dengan ketelitian
tinggi dilakukan
menggunakan pipet
volume.

Untuk membuat dan


atau mengencerkan
18 Labu takar
larutan dengan
ketelitian yang tinggi

Untuk meneteskan
atau mengambil
19 Pipet tetes
larutan dengan jumlah
kecil

Untuk mengukur
20 Pipet ukur
volume larutan
VII. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kimia dasar


percobaan 1 teknik laboratorium yaitu

1. Tidak semua alat-alat laboratorium dapat tahan panas, hanya


beberapa saja yang bisa, yaitu tabung reaksi, kasa asbes, kaki tiga,
gelas beker, dan pengaduk gelas.

2. Glukosa dan laktosa menghasilkan warna merah bata setelah


direaksikan dengan pereaksi fehling A dan B.

3. Pada titrasi, volume HCl yang dibutuhkan untuk mentitrasi NaOH


0,1 N yaitu sebanyak 1,45 mL.

VIII. Daftar Pustaka


Almatsier, Sunita. 2009. ​Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Bassett, J, R. C. Danney, G. H. Jeffery, dan J. Mendham. 1994. ​Vogel


Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Buku Kedokteran. Jakarta:
EGC.

Chang, R. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.

Darlina. 1998. ​Pembuatan Larutan Standar dan Pereaksi Pemisah KIT


RIA T​3​.​ Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka. 1(2): 78-91.

Fessenden, Ralp J. dan Joan S. Fessenden. 1986. ​Kimia Organik.​ Ed. 3.


Jakarta: Erlangga.

http://prasetyowahyueko.blogspot.co.id/

http://mayayellow.blogspot.co.id/2011/03/pereaksi-fehling.html

https://wanibesak.wordpress.com/2010/10/10/beberapa-alat-dalam-laborat
orium/

http://www.sridianti.com/sifat-asam-klorida-fungsi-manfaat.html

Ika, D. 2009. ​Alat Otomotisasi Pengukur Kadar Vitamin C dengan Metode


Titrasi Asam Basa.​ Jurna Neotrino. 1(2): 163.

Oxtoby, Gillis, Nachtrieb, dan Suminar. 2001. ​Prinsip-Prinsip Kimia


Modern.​ Ed. 4. Jakarta: Erlangga.

Salirawati D. dan Padmaningrum R. T. 2007. ​Pengembangan Prosedur


Penentuan Kadar Asam Cuka secara Titrasi Asam Basa dengan
Berbagai Indikator Alami. FMIPA UNY:
Yogyakarta.

staff.uny.ac.id

Widodo, S. D. dan Lusiana A. R. 2010. ​Kimia Analisis Kuantitatif​.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Вам также может понравиться