Вы находитесь на странице: 1из 18

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

HEAD INJURY

diajukan untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah


Keperawatan Medikal Bedah

disusun oleh:

Dadan Noviandri 102017007


Sandy Sulaeman 1020170

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Pertama – tama mari kita panjatkan puji dan syukur kekhadirat Alloh SWT,
yang mana ia telah memberikan kepada kita karunia dan nikmat sehat khususnya
kepada saya yang telah memberikan kemudahan untuk menyusun makalah ini.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahlimpahkan kepada nabiyullah Muhammad
SAW, kepada para sohabatnya, kepada tabi’in tabi’atnya dan mudah – mudahan sampai
kepada kita selaku umat pada akhir jaman.
Makalah ini disusun bertujuan agar terpenuhinya tugas mata kuliah Medikal
Bedah pada kadus Head Injury. Dalam kesempatan ini, kami sebagai penyusun
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua orang yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang dimaksud
untuk memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat khususnya bagi kami selaku penyusun dan umumnya bagi para pembaca.

Bandung, 26 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Amerika Serikat, cedera kepala dialami kira – kira setiap 15 detik. Cedera
kepala terjadi padda sekitar 7 juta orang Amerika Serikat setiap tahunnya. Di antara
orang – orang yang mengalami cedera kepala ini, sekitar lebih dari 500.000 dirawat di
rumah sakit, 100.000 mengalami disabilitas kronis, dan sekitar 2.000 dalam keadaan
vegetative persisten. Pada lebih dari 30% kasus, karna keseriusan cedera, cedera kepala
bersifat fatal sebelum orang yang cedera kaepala tersebut tiba di rumah sakit. Sebanyak
20%meninggal kemudian karena cedera otak sekunder. Cedar otak sekunder meliputi
hiskemia karena hipoksiadan hipotensi, perdarahan sekunder,serta edema serebral
(Joice dan jane, 2009).

Pasien cedera kepala mengalami ketidakmampuan untuk beraktivitas sehingga


mengalami gangguan mobilisasi dan memungkinkan terjadinya perubahan bahkan
kerusakan neurologi berat. Ketidakmampuan pasien cedera kepala dengan gangguan
mobilisasi membuat pasien hanya berbaring saja tanpa mampu untuk mengubah posisi.
Efek dari gangguan mobilisasi akan mempengaruhi pada kondisi psikologis dan
fisiologis pasien. Salah satu pengaruh secara fisiologis adalah perubahan sistem
integument seperti terjadinya ulkus decubitus (Hidayat & Uliyah, 2013).

B. Rumusaan Masalah

Setiap persoalan yang terjadi pasti akan ada masalah yang terkandungnya.
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.

1. Apa pengertian dari Head Injury?


2. Apa saja penyeb terjadinya Head Injury?
3. Apa saja tanda dan gejala Head Injury?
4. Apa patofisiologi Head Injury?
5. Apa penatalaksanaan terhadap pasien Head Injury?

C. Tujuan

Setiap karya tulis makalah pasti terdapat tujuan yang harus disampaikan oleh
penyusun. Adapun tujuan dari penulisannya adalah sebagai berikut.

1. Dapat mengetahui pengertian dari Head Injury.


2. Dapat mengetahui penyeb terjadinya Head Injury.
3. Dapat mengetahui tanda dan gejala Head Injury.
4. Dapat mengetahui patofisiologi Head Injury.
5. Dapat mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien Head Injury.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Head Injury
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak. Cedera kepala dapat bersifat terbuka (Menembus melalui dura mater)
atau tertutup (Trauma tumpul, tanpa melalui penetrasi melalui dura) (Corwin, 2011).

B. Etiologi
1. Kecelakaan mobil
2. Perkelahian
3. Jatuh
4. Cedera Olahraga
5. Cedera kepala terbuka disebabkan oleh
peluru atau pisau (Crowin, 2009).

C. Manifestasi Klinis
1. Kesadaran sering kali menuru.
2. Pola nafas seringkali dapat menjadi abnormal secara progresif.
3. Sakit kepala dapat terjadi dengan segera atau terjadi Bersama peningkatan
tekanan intracranial.
4. Muntah dapat terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial
5. Perubahan prilaku, kognitif, dan fisik pada gerakan motorik dan berbicara dapat
terjadi dengan segera atau secara lambat. Amnesia yang behubungan dengan
kejadian ini bisa terjadi.

D. Jenis Cedera Kepala


1. Gegar otak
Gegar otak adalah cedera kepala tertutup yang tidak disertai kerusakan
jaringan otak dan biasanya ditandai dengan penurunan kesadaran. Gegar otak
menyebabkan periode apnea yang singkat. Gegar otak dapat ringan, sedang,
atau berat bergantung pada lama individu tidak sadar. Keadaan tidak sadar
dalam waktu diperkirakan menyebbkan hasil yang buruk. Akan tetapi,
baahkan gegar otak ringan dapat berkaitan dengan perubahan kognitif atau
prilaku yang tidak kentara walaupun tidak terdapat patologi otak yang jelas.
Keadaan tersebut, yang disebut sindrom pasca gegar otak dapat berlangsung
selama lebih dari setahun.
2. Hematoma epidural
Hematoma epidural adalah hematoma antara durameter dan tulang,
biasanya sumber perdarahannya adalah robeknya arteri meningea media,
dimana arteri ini berada diantara dura dan tengkorak daerah inferior menuju
bagian tipis tulang temporal, hemoragi karena arteri ini menyebabkan
penekanan pada otak. Manifestasi klinis dari hematoma epidural ini adalah
biasanya menyebabkan penurunan kesadaran.
3. Hematoma subdural
Hemaroma subdural adalah hematoma antara durameter dan otak, dapat
terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena,
pendarahan lambat dan sedikit. Manifestasi klinisnya nyeri kepala, bingung,
mengantuk, berpikir lambat, kejang, edema pupil.
Hematoma subdural akut menimbulkan gejala neurologis penting dan
serius dalam 24 sampai 48 jam setelah cedera. Gangguan neurologis
disebabkan tekanan pada jaringan otak dan herniasi batang otak dalam
foramen magnum yang selanjutnya menyebabkan tekanan pada batang otak.
Keadaan ini dengan cepat akan menimbulkan berhentinya pernapasan dan
hilangnya control atas denyut nadi.
Hematoma subdural kronik dapat terjadi karena cedera kepala minor
dan terliat paling sering pada lansia. Trauma merobek salah satu vena yang
melewati ruangan subdural. Terjadi pendarahan secara lambat dalam suangan
subdural, dalam 7 sampai 10 hari terjadi pendarahan, darah dikelilingi oleh
membrane fibrosa.
Dengan selisih tekanan osmotik yang mampu menarik cairan kedalam
hematoma, terjadi kerusakan sel-sel darah dalam hematoma, pertambahan
ukuran hematoma dapat menyebabkan pendarahan lebih lanjut dengan
merobek membrane atau pembuluh darah disekitarnya.
4. Hematoma intraserebral
Hematoma ini disebabkan oleh perdarahan perdarahan langsung ke
jaringan otak dan dapat terjadi di area cedera, sedikit lebih jauh atau lebih jauh
di dalam otak. Hematoma menyebabkan masalah dengan meningkatkan TIK.
Reaksi bedah dapat menyebabkan kerusakan sebanayak yang disebabkan oleh
bekuan itu sendiri dan biasanya tidak dilakukankecuali bekuan mudah
diakses.
5. Hemoragi subaraknoid
Hemoragi subaraknoid adalah akumulasi darah dibawah membrane
araknoid tetapi diatas pia meter. Ruangan ini normalnya hanya berisi cairan
CSS, hemoragi subaraknoid biasanya terjadi akibat pecahnya aneurisma
intracranial, hipertensi berat atau cedera kepala, darah yang berakumulasi
diatas atau dibawah meningens menyebabkan peningkatan tekanan di jaringan
otak di bawahnya.

E. Cedera Kepala berdasarkan berat ringannya berdasarkan GCS (Glasgown


Coma Scale)

1. Cedera Kepala ringan


a. GCS 14 – 15
b. Dapat kehilangan kesadaran, tetapi kurang dari 30 menit
c. Tidak ada fraktur tengkorak
2. Cedera kepala sedang
a. GCS 9-13
b. Kehilangan kesadaran lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam
c. Dapat mengalami fraktur tengkorak
3. Cedera kepala berat
a. GCS 3 – 8
b. Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam
c. Terjadi fraktur

F. Patofisiologi
Cedera memang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya
konsekuensi patofisiologis dari suatu kepala. Cedera percepatan aselerasi terjadi jika
benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat
pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan
deselerasi adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak,
seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan
bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila
posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan
pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan
robekan pada substansi alba dan batang otak. Namun bila trauma mengenai tulang
kepala akan menyebabkan robekan dan terjadi perdarahan juga. Cidera kepala intra
kranial dapat mengakibatkan laserasi, perdarahan dan kerusakan jaringan otak bahkan
bisa terjadi kerusakan susunan syaraf kranial tertama motorik yang mengakibatkan
terjadinya gangguan dalam mobilitas (Brain, 2009).

G. Penatalaksanaan
1. Observasi dan tirah baring
2. Ligasi pembuluh darah yang pecah melalui pembedahan dan evekuasi
hematoma.
3. Debridememnt melalui pembedahan (pengeluatran benda asing dan sel yang
mati), terutama pada cedera kepala terbuka.
4. Dekompresi melalui pengeboran lubang di dalam otak, yang disebut burr
hole, mungkin diperlukan.
5. Antibiotik diperlukan untuk cedera kepala terbuka guna mencegah infeksi.
6. Menurunkan tekanan intracranial dapat mencakup pemberian diuretik dan
obat anti-inflamasi
7. Pemeriksaan diagnostik
Radiograf tengkorak dapat mengidentifikasi lokasi fraktur atau perdarahan
atau bekuan darah yang terjadi. CT-Scan atau MRI dapat dengan tepat
menentukan ketak dan luas cidera.

TINJAUAN KASUS

Tn. A dibawa ke UGD RSHS dengan keadaan tidak sadar. Menurut


pengantarnya, Tn. A mengalami kecelakaan lalu lintas yaitu pada saat mengendarai
sepeda motor dengan kecepatan tinggi dan tidak menggunakan helm pelindung, tiba-
tiba menabrak truk bagian belakang karena truk tersebut mengerem mendadak
sehingga dahi terbentur cukup keras. Setelah menabrak kemudian sempat terpental dan
terjatuh kearah kiri sehingga kepalanya kembali membentur aspal. Sebelum pingsan
pasien sempat muntah 1 kali.
Hasil pemeriksaan fisik: nilai GCS 5 (E2M2V1), dahi robek dan dahi berdarah
sekitar 9 cm horisontal, memar disekitar kedua pelipis dan hidung, kedua kelopak mata
pasien agak memar kebiruan, pupil anisokor, diameter pupil sebelah kanan melebar 10
mm refleks cahaya (-) dan sebelah kiri 5 mm refleks cahaya (+). Dari telinga sebelah
kiri keluar darah dan sebagian sudah mengering.
Pada pemeriksaan TTV: TD 160/100 mmHg, nadi 60 x/menit, respirasi 30
x/menit. Dilakukan manajemen: posisi tidur head up 300, terpasang catheter, dan infus
NaCL 0,9%, 15 gtt/menit kemudian diberikan cairan Manitol 200 cc guyur tiap 6 jam
(4x200 cc). Hasil foto rongent kepala tampak adanya hematom sub dural sebelah kiri
dan temporal. Selanjutnya pasien dirawat di Neurosurgical Intensif Unit.

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Data Biografi
1) Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : Tidak terkaji
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Suku/Bangsa : Indonesia
Status Marital : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tgl Masuk : Tidak terkaji
Tgl Pengkajian : Tidak terkaji
No. Medrec : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Tidak terkaji
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak terkaji
Umur : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Hub. Dengan Klien : Tidak terkaji

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Penurunan kesadaran

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


Tn. A Dibawa ke UGD RSHS dengan keadaan tidak sadar.
Menurut pengantarnya, Tn. A mengalami kecelakaan lalu lintas yaitu
pada saat mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi dan
tidak menggunakan helm pelindung tiba-tiba menabrak truk bagian
belakang karena truk tersebut mengerem mendadak sehingga dahi
terbentur cukup keras. Sebelum pingsan pasien sempat muntah 1x.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


Tidak terkaji

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak terkaji

c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Tidak Sadar
2) Tingkat kesadaran
GCS : (E: 2 M:2 V:1) = 5
3) Tanda tanda vital :
a) TD : 160/60 mmHg
b) Nadi : 60 x/mnit
c) Respirasi : 30 x/mnit
d) Suhu : Tidak terkaji
4) Pemeriksaan fisik
a) System pernafasan
Terdapat memar disekitar hidung, RR Klien 30x/menit.
b) System kardiovaskuler
.
c) System pencernaan
Tidak Terkaji

d) System integument
Dahi robek dan berdarah sekitar 9 cm horisontal, dipaha kiri
klien terdapat luka heacting dengan 4 jahitan dan pada bagian kaki
kiri terdapat luka terbuka ± 4 cm.

e) System musculoskeletal

f) System perkemihan
Terpasang Kateter

g) Sistem Sensori/persepsi
Telinga sebelah kiri keluar darah dan sebagian sudah
mengering.

h) System persarafan
Pupil anisokor, diameter pupil sebelah kanan melebar 10 cm
reflek cahaya (-) dan sebeleh kiri 5cm reflek cahaya (+),

a. Pola Aktivitas Sehari-hari


No Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
1 Pola nutrisi :
 Makan :
- Frekuensi
- Porsi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Jenis
- Keluhan
 Minum :
- Frekuesi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Jenis
- Keluhan
2 Eliminasi
 BAB
- Frekuensi
- Kosistensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Warna
- Keluhan

 BAK
- Frekuensi
- Warna Tidak terkaji Tidak terkaji
- Keluhan
3 Personal Hygine
No Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
- Mandi
- Keramas Tidak terkaji Tidak terkaji
- Gosok Gigi
- Potong Kuku
4 Istirahat dan tidur
- Siang
- Malam Tidak terkaji Tidak terkaji
- Keluhan
5 Aktivitas
Tidak terkaji Tidak terkaji
- Keluhan

b. Data Psikologis
Tidak terkaji

c. Data Spiritual
.Tidak terkaji

d. Data Sosial

e. Data Penunjang
1) Hasil radiologi
Tidak terkaji

2) Pemeriksaan diagnostik
Tidak Terkaji
3) Program Terapi
Nama Golongan Dosis Fungi
Manitol Diuretik 200cc guyuran Menurukan tekanan dalam
tiap 6 jam kepala ketika meningkat
(4x200 cc) akibat tumor, perdarahan dan
lain-lain.
Nacl 0,9 % 15 gtt/menit Untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada
dehidrasi

B. Diagnosa Keperawatan
Data Etiologi Problem

DO: Ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
- Menurut penolong
pasien di tempat
kejadian pasien muntah
sebanyak 1x.
DS:

- TD : 160/100 mmHg
- N : 60x/mnt
- RR : 30x/mnt
- Hasil foto rontgent
kepala tampak adanya
hematom subdural
sebelah kiri dan kanan
- GCS 5
DO:
DS:

DO:

DS:

C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Proritas


1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan otak b.d Perdarahan Subdural

D. Rencana Asuhan Keperawatan


NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1 Ketidakefekti 1. 1.
fan perfusi
jaringan otak
b.d
perdarahan
subdural

1
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

DAFTAR FUSTAKA

Corwin, Elisabeth J.2009. Buku Saku Patofisiologi.Ed, 3 Revisi. Jakarta : EGC

Вам также может понравиться