Вы находитесь на странице: 1из 32

MAKALAH KELOMPOK

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CARDIAC ARREST


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pengampu: Ns. Ainnur Rahmanti, M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 3 Kelas 2A

1. Olivia Puspita Handayani 20101440117067


2. Rikma Erwinda Damayanti 20101440117073
3. Sukamto 20101440117084
4. Tolcha Amii Nurfitri 20101440117090
5. Tugas Dwi Koranto 20101440117092

PROGRAM DII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO
SEMARANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya maka Penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah untuk memenuhi salah satu tugas pada
mata kuliah Keperawatan Gawat Daruratyang membahas tentang Konsep dan Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Cardiac Arrestdan semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca.
Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bilamana isi makalah ini ada kekurangan baik dalam isi maupun penulisan.Terima kasih

Semarang, 4 April 2019

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 5
C. Tujuan.......................................................................................................................... 5
D. Manfaat ....................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 6
A. Definisi Cardiac Arrest .............................................................................................. 6
B. Etiologi ........................................................................................................................ 6
C. Patofisiologi ................................................................................................................ 9
D. Manifestasi Klinis ..................................................................................................... 11
E. Pathway ..................................................................................................................... 12
F. Pemeriksaan Diagnostic............................................................................................. 13
G. Penatalaksanaan ........................................................................................................ 14
H. Komplikasi ................................................................................................................ 17
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................... 18
A. Pengkajian ................................................................................................................. 18
B. Analisa Data .............................................................................................................. 19
C. Diagnosa Keperawatan .............................................................................................. 19
D. Intervensi ................................................................................................................... 20
E. Implementasi ............................................................................................................. 20
F. Evaluasi...................................................................................................................... 21
BAB IV JURNAL ......................................................................................................... 22
BAB V PENUTUP........................................................................................................ 32
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 32
B. Saran .......................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 33

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Belakang
Henti jantung masih merupakan penyebab kematian utama di dunia. Walau telah ada
kemajuan dalam hal tatalaksana kegawatdaruratan kardiovaskular, angka ketahanan hidup mereka
dengan henti jantung di luar rumah sakit tetap rendah (Mulia & Siswanto, 2011).
Lima dari 1000 pasien yang dirawat di rumah sakit dibeberapa negara berkembang
diperkirakan mengalami henti jantung dan kurang dari 20% dari jumlah pasien tersebut tidak
mampu bertahan hingga keluar dari rumah sakit (Goldbelger, 2012).
Data laporan di Instalasi Gawat Da- rurat RSUP Prof Dr. R.D Kandou Manado selama bulan
Januari sampai September 2017 jenis pelayanan emergency yang pal- ing sering dilakukan di
Instalasi Gawat Da- rurat adalah penanganan pasien serangan jantung atau payah jantung, terdapat
574 pasien mengalami cardiac arrest dan yang meninggal dunia sebanyak 438 pasien. Se- tiap
pasien yang mengalami cardiac arrest di lakukan tindakan diruang resusitasi dengan kapasitas
tenaga di ruang resusitasi adalah 12 perawat. Pengalaman calon peneliti selama bekerja kurang
lebih 5 ta- hun dan informasi yang didapat dari be- berapa perawat di Instalasi Gawat Darurat,
banyak sekali pasien yang datang dengan kondisi pasien yang dengan penurunan kesadaran baik
yang datang sendiri mau- pun yang dirujuk dari rumah sakit lain. Hal ini menjadi keraguan bagi
saya untuk mengembalikan kondisi pasien menjadi lebih baik. (Roifah, Ifa.2018)
Penyebab yang sering melandasi henti jantung ini adalah ventrikular fibrilasi, blok AV yang
biasanya menyebabkan irama jantung sangat rendah dimana penghantaran atau kondisi elektrik
pada rangsangan jantung ke bilik jantung diperlambat atau terganggu (Chung, 2015). Penebalan
otot jantung (Cardiomyopathy),
Seseorang yang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung, kelistrikan jantung yang
tidak normal, pembuluh darah yang tidak normal dan penyalahgunaan obat juga bisa menjadi
penyebab terjadinya henti jantung (American HeartAssociation, 2015).
Akibatnya ketika jantung berhenti berdetak, tidak akan ada aliran darah yang akan mengalir.
Jika tidak ada aliran darah, oksigen tidak dapat dialirkan ke seluruh tubuh. Saat jantung berhenti,
pasien dikatakan mengalami cardiac arrest (Aehlert, 2015). Kerusakan otak mungkin terjadi jika
cardiac arrest dalam 4-6 menit tidak ditangani. Kerusakan otak ini akan menjadi irreversible dalam
waktu 8-10 menit. (roifah,ifa 2018. Jurnal cardiac arrest stikes bina sehat PPNI Mojokerto)
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari henti jantung ?

4
2. Apa penyebab terjadinya henti jantung?
3. Bagaimana patofisiologi henti jantung?
4. Bagaimana pathway terjadinya henti jantung?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada pasien henti jantung?
6. Apa penatalaksaan medis yang dilakukan untuk pasien henti jantung?
7. Apa komplikasi dari henti jantung?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui definisi dari henti jantung
2. Agar mahasiswa mengetahui penyebab terjadinya henti jantung
3. Agar mahasiswa memahami bagaimana patofisiologi henti jantung
4. Agar mahasiswa memahami bagaimana pathway terjadinya henti jantung
5. Agar mahasiswa memahami bagaimana pemeriksaan diagnostic pada pasien henti jantung
6. Agar mahasiswa mengetahui apa penatalaksaan medis yang dilakukan untuk pasien henti
jantung
7. Agar mahasiswa mengetahui apa komplikasi dari henti jantung
D. Manfaat
1. Untuk Masyarakat
Dengan adanya pengetahuan tentang cardiac arrest ini maka masyarakat akan lebih
mengetahui tentang penyakit cardiac arrest ini dari segi penyebabnya, perfaensinya, gejala
klinik, prognosis, ekomendasi, dan cara mencegahnya sehingga akan meningkatkan mutu
kesehatan masyarakat.
2. Untuk Tenaga Medis
Untuk menambah wawasan mengenai penyakit cardiac arrest secara mendalam dan
mendetail sehingga akan membantu dalam memberikan pencehagan untuk masyarakat dan
pengobatan yang tepat untuk pasien yang menderita cardiac arrest, dengan
mempertimbangkan pengobatan yang rasional untuk pasien.

BAB II
PEMBAHASAN

5
A. Definisi
Henti jantung adalah istilah yang digunakan untuk kegagalan jantung dalam mencapai curah
jantung yang adekuat akibat terjadinya asystole atau disrtmia. Henti jantung secara sekunder
disebabkan oleh hipoksia atau anoksia secara primer disebabkan oleh gangguan mekanik (emboli
paru, tamponade jantung) atau karena kekurangan volume sirkulasi darah akibat perdarahan.
Kematian jantung mendadak merupakan kematian yang tidak terduga atau proses kematian
yang terjadi cepat, yaitu dalam waktu 1 jam sejak timbulnya gejala. Sekitar 93 persen SCD adalah
suatu kematian aritmik. Artinya, kematian terjadi akibat timbulnya gangguan irama jantung yang
menyebabkan kegagalan sirkulasi darah. Jantung tiba-tiba mati (juga disebut Sudden Cardiac
Arrest) adalah kematian yang tiba-tiba akibat hilangnya fungsi hati (perhentian jantung). Korban
mungkin atau tidak ada diagnosis penyakit jantung. Waktu dan cara kematian yang tidak terduga.
Itu terjadi beberapa menit setelah gejala muncul. Yang paling umum yang alasan pasien mati
mendadak dari perhentian jantung adalah penyakit jantung koroner (fatty buildups dalam arteries
bahwa pasokan darah ke otot jantung). (Jonatan oswari,2016)

B. Etiologi
1. Faktor-faktor Risiko
a. Usia
Insiden CD meningkat dengan bertambahnya usia bahkan pada pasien yang bebas dari CAD
simtomatik.
b. Jenis kelamin
Tampak bahwa pria mempunyai insiden SCD yang lebih tinggi dibandingkan wanita yang
bebas dari CAD yang mendasari.
c. Merokok
Merokok telah dilibatkan sebagai suatu factor yang meningkatkan insiden SCD (ada efek
aritmogenik langsung dari merokok sigaret atas miokardium ventrikel). Tetapi menurut
pengertian Framingham, peningkatan resiko akibat merokok hanya terlihat pada pria. Yang
menarik, peningkatan resiko ini menurun pada pasien yang berhenti merokok. Merokok juga
meningkatkan insiden CAD yang tampil pada kebanyakan pasien yang menderita henti
jantung.
d. Penyakit jantung yang mendasari
1) Tidak ada penyakit jatung yang diketahui
Pasien ini mempunyai pengurangan resiko SCD, bila dibandingkan dengan pasien CAD
atau pasien dengan pengurangan fungsi ventrikel kiri.
2) Penyakit arteri koronaria (CAD)

6
Data dari penelutian Framingham telah memperlihatkan pasien CAD mempunyai
frekuensi SCD Sembilan kali pasien dengan usia yang sama tanpa CAD yang jelas. The
Multicenter Post Infarction Research Group mengevaluasi beberapa variable pada pasien
yang menderita MI. Kelompok ini berkesimpulan bahwa pasien pasca MI dengan fraksi
ejeksi ventrikel kiri yang kurang dari 40%, 10 atau lebih kontraksi premature ventrikel
(VPC) per jam, sebelum MI dan ronki dalam masa periinfark mempunyai peningkatan
mortalitas (1-2 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa masalah ini. Jelas pasien CAD
(terutama yang menderita MI) dengan resiko SCD yang lebih besar.
3) Sindrom prolaps katup mitral (MVPS)
Tes elektrofisiologi (EP) pada pasien MVPS telah memperlihatkan tingginya insiden
aritmia ventrikel yang dapat di induksi, terutama pada pasien dengan riwayat sinkop atau
prasinkop. Terapi anti aritmia pada pasien ini biasanya akan mengembalikan gejalanya.
4) Hipertrofi septum yang asimetrik (ASH)
Pasien ASH mempunyai peningkatan insiden aritmia atrium dan ventrikel yang bisa
menyebabkan kematian listrik atau hemodinamik (peningkatan obstruksi aliran keluar).
Riwayat VT atau bahkan denyut kelompok ventrikel akan meningkatkan risiko SCD.
5) Sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW)
Perkembangan flutter atrium dengan hantaran AV 1:1 melalui suatu jalur tambahan atau
AF dengan respon ventrikel sangat cepat (juga karena hantaran jalur tambahan antegrad)
menimbulkan frekuensi ventrikel yang cepat, yang dapat menyebabkan VF dan bahkan
kematian mendadak.
6) Sindrom Q-T yang memanjang
Pasien dengan pemanjangan Q-T yang kongenital atau idiopatik mempunyai peningktan
resiko SCD. Kematian sering timbul selama masa kanak-kanak. Mekanisme ini bisa
berhubungan dengan kelainan dalam pernafasan simpatis jantung yang memprodisposisi
ke VF.

7
e. Lain-lainnya
1) Hipertensi: peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolic merupakan predisposisi
SCD
2) Hiperkolesteremia: tidak ada hubungan jelas antara kadar kolesterol serum dan SCD
yang telah ditemukan
3) Diabetes mellitus: dalam penelitian Framingham hanya pada wanita ditemukan
peningkatan insiden SCD yang menyertai intoleransi glukosa.
4) Ketidakaktifan fisik: gerak badan mempunyai manfaat tidak jelas dalam mengurangi
insiden SCD.
5) Obesitas: menurut data Framingham, obesitas meninggkatkan resiko SCD pada pria,
bukan wanita.
f. Riwayat aritmia
1) Aritmia supraventrikel
Pada pasien sindrom WPW dan ASH, perkembangan aritmia supraventrikel disertai
dengan peningkatan insiden SCD. Pasien CAD yang kritis juga beresiko, jika aritmia
supraventrikel menimbulkan iskemia miokardium. Tampak bahwa iskemia dapat
menyebabkan tidak stabilnya listrik, yang mengubah sifat elektrofisiologi jantung yang
menyebabkan VT terus-menerus atau VF. Tetapi sering episode iskemik ini asimtomatik.
2) Aritmia ventrikel
Pasien dengan penyakit jantung yang mendasari dan VT tidak terus-menerus menpunyai
peningkatan insiden SCD dibandingkan pasien dengan VPC tersendiri. Kombinasi VT
yang tidak terus-menerus dan disfungsi ventrikel kiri disertai tingginya resiko SCD.
Pasien CAD dan VT spontan mempunyai ambang VT yang lebih rendah dibandingkan
pasien CAD dan tanpa riwayat VT. Sehingga pasien CAD dengan fraksi ejeksi ventrikel
kiri yang rendah dan VF atau VT terus-menerus yang spontan mempunyai insiden SCD
tertinggi.
3) Faktor pencetus
a) Aktivitas
Hubungan antara SCD dan gerak badan masih tidak jelas. Analisis 59 pasien yang
meninggal mendadak memperlihatkan bahwa setengah dari kejadian ini timbul
selama atau segera setelah gerak badan. Tampak bahwa gerak badan bisa
mencetuskan SCD, terutama jika aktivitas berlebih dan selama tidur SCD jarang
terjadi.
b) Iskemia

8
Pasien dengan riwayat MI dan Iskemia pada suatu lokasi yang jauh (iskemia dalam
distribusi arteri koronaria noninfark) mempunyai insiden aritmia ventrikel yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pasien iskemia yang terbatas pada zona infark. Daerah
iskemia yang aktif disertai dengan tidak stabilnya listrik dan pasien iskemia pada
suatu jarak mempunyai kemungkinan lebih banyak daerah beresiko dibandingkan
pasien tanpa iskemia pada suatu jarak.
c) Spasme arteri koronaria
Spasme arteri koronaria (terutama arteri koronaria destra) dapat menimbulkan
brakikardia sinus, blok AV yang lanjut atau AF. Semua aritmia dapat menyokong
henti jantung. Tampak bahwa lebih besar derajat peningkatan segmen S-T yang
menyertai spasme arteri koronaria, lebih besar resiko SCD. Tetapi insiden SDC pada
pasien spasme arteri koronaria berhubungn dengan derajat CAD obsruktif yang tetap.
Yaitu pasien CAD multipembuluh darah yang kritis ditambah spasme arteri koronaria
lebih mungkin mengalami henti jantung dibandingkan pasien spase arteri koronaria
tanpa obstuksi koronaria yang tetap.

C. Patofisiologi
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya. Namun, umumnya
mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah
akan berhenti. Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh.
Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk
otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran
dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani
dalam 5 menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit (Sudden cardiac death).
Patofisiologi dari masing-masing etiologi yang mendasari terjadinya cardiac arrest adalah sebagai
berikut :
1. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner menyebabkan Infark miokard atau yang umumnya dikenal
sebagai serangan jantung. Infark miokard merupakan salah satu penyebab dari cardiac arrest.
Infark miokard terjadi akibat arteri koroner yang menyuplai oksigen ke otot-otot jantung
menjadi keras dan menyempit akibat sebuah materia(plak) yang terbentuk di dinding dalam
arteri. Semakin meningkat ukuran plak, semakin buruk sirkulasi ke jantung. Pada akhirnya,
otot-otot jantung tidak lagi memperoleh suplai oksigen yang mencukupi untuk melakukan
fungsinya, sehingga dapat terjadi infark. Ketika terjadi infark, beberapa jaringan jantung mati

9
dan menjadi jaringan parut. Jaringan parut ini dapat menghambat sistem konduksi langsung
dari jantung, meningkatkan terjadinya aritmia dan cardiac arrest.
2. Stress Fisik
Stress fisik tertentu dapat menyebabkan sistem konduksi jantung gagal berfungsi,
diantaranya:
a) perdarahan yang banyak akibat luka trauma atau perdarahan dalam
b) sengatan listrik
c) kekurangan oksigen akibat tersedak, penjeratan, tenggelam ataupun serangan asma yang
berat
d) Kadar Kalium dan Magnesium yang rendah
e) Latihan yang berlebih. Adrenalin dapat memicu SCA pada pasien yang memiliki gangguan
jantung.
f) Stress fisik seperti tersedak, penjeratan dapat menyebabkan vagal refleks
akibat penekanan pada nervus vagus di carotic sheed.
3. Kelainan Bawaan
Ada sebuah kecenderungan bahwa aritmia diturunkan dalam keluarga. Kecenderungan
ini diturunkan dari orang tua ke anak mereka. Anggota keluarga ini mungkin memiliki
peningkatan resiko terkena cardiac arrest. Beberapa orang lahir dengan defek di jantung
mereka yang dapat mengganggu bentuk(struktur) jantung dan dapat meningkatkan
kemungkinan terkena SCA.
4. Perubahan struktur jantung
Perubahan struktur jantung akibat penyakit katup atau otot jantung dapat menyebabkan
perubahan dari ukuran atau struktur yang pada akhirnrya dapat mengganggu impuls listrik.
Perubahan-perubahan ini meliputi pembesaran jantung akibat tekanan darah tinggi atau
penyakit jantung kronik. Infeksi dari jantung juga dapat menyebabkan perubahan struktur dari
jantung.
5. Obat-obatan
Antidepresan trisiklik, fenotiazin, beta bloker, calcium channel blocker, kokain,
digoxin, aspirin, asetominophen dapat menyebabkan aritmia. Penemuan adanya materi yang
ditemukan pada pasien, riwayat medis pasien yang diperoleh dari keluarga atau teman pasien,
memeriksa medical record untuk memastikan tidak adanya interaksi obat, atau mengirim
sampel urin dan darah pada laboratorium toksikologi dapat membantu menegakkan diagnosis.
6. Tamponade jantung
Cairan yang yang terdapat dalam perikardium dapat mendesak jantung sehingga tidak
mampu untuk berdetak, mencegah sirkulasi berjalan sehingga mengakibatkan kematian.

1
0
7. Tension pneumothorax
Terdapatnya luka sehingga udara akan masuk ke salah satu cavum pleura. Udara akan
terus masuk akibat perbedaan tekanan antara udara luar dan tekanan dalam paru. Hal ini akan
menyebabkan pergeseran mediastinum. Ketika keadaan ini terjadi, jantung akan terdesak dan
pembuluh darah besar (terutama vena cava superior) tertekan, sehingga membatasi aliran balik
ke jantung.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Cardiac Arrest :
1. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk
otak.
2. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran
(collapse).
3. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit, selanjutnya
akan terjadi kematian dalam 10 menit.
4. Napas dangkal dan cepat bahkan bisa terjadi apnea (tidak bernafas).
5. Tekanan darah sangat rendah (hipotensi) dengan tidak ada denyut nadi yang dapat terasa pada
arteri.
6. Tidak ada denyut jantung.

1
1
E. Phatway

Penyakit jantung Kelainan Bawaan Obat – obatan,merokok


(Hipertensi,AMI,Aritmia)

Aritmia cardiac

Jantung kekurangan O2 Aliran darah kejantung menurun

Suplai o2 kejaringan tidak adekuat 02 dan nutrient menurun

Hipoksie serebral pembuluh darah jaringan miocard iskemik

Penurunan kesadaran vasokonstriksi suplai darah 02 ke


jantung menurun

Pola nafastidak
Pola nafas tidakefektif
efektif metabolisme iskemia otot jantung

Akral Dingin Kontrak Miokardium

Gangguan Perfusi
Gangguan PerfusiJaringan
Jaringan Penurunan curah
Penurunan curahjantung
jantung

()

1
2
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrokardiogram
Biasanya tes yang diberikan ialah dengan elektrokardiogram (EKG). EKG mengukur waktu dan
durasi dari tiap fase listrik jantung dan dapat menggambarkan gangguan pada irama jantung.
Karena cedera otot jantung tidak melakukan impuls listrik normal, EKG bisa menunjukkan
bahwa serangan jantung telah terjadi. ECG dapat mendeteksi pola listrik abnormal, sep erti
interval QT berkepanjangan, yang meningkatkan risiko kematian mendadak.
2. Tes darah
a) Pemeriksaan Enzim Jantung
Enzim-enzim jantung tertentu akan masuk ke dalam darah jika jantung terkena serangan
jantung. Karena serangan jantung dapat memicu sudden cardiac arrest. Pengujian sampel
darah untuk mengetahui enzim-enzim ini sangat penting apakah benar-benar terjadi serangan
jantung.
b) Elektrolit Jantung
Melalui sampel darah, kita juga dapat mengetahui elektrolit-elektrolit yang ada pada jantung,
di antaranya kalium, kalsium, magnesium. Elektrolit adalah mineral dalam darah kita dan
cairan tubuh yang membantu menghasilkan impuls listrik. Ketidak seimbangan pada elektrolit
dapat memicu terjadinya aritmia dan sudden cardiac arrest.
1) Test Obat
Pemeriksaan darah untuk bukti obat yang memiliki potensi untuk menginduksi aritmia,
termasuk resep tertentu dan obat-obatan tersebut merupakan obat-obatan terlarang.
2) Test Hormon
Pengujian untuk hipertiroidisme dapat menunjukkan kondisi ini sebagai pemicu cardiac
arrest.
3. Imaging tes
a) Pemeriksaan Foto Torax
Foto thorax menggambarkan bentuk dan ukuran dada serta pembuluh darah. Hal ini juga
dapat menunjukkan apakah seseorang terkena gagal jantung.
b) Pemeriksaan nuklir
Biasanya dilakukan bersama dengan tes stres, membantu mengidentifikasi masalah aliran
darah ke jantung. Radioaktif yang dalam jumlah yang kecil, seperti thallium disuntikkan ke
dalam aliran darah. Dengan kamera khusus dapat mendeteksi bahan radioaktif mengalir
melalui jantung dan paru-paru.
c) Ekokardiogram

1
3
Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran jantung.
Echocardiogram dapat membantu mengidentifikasi apakah daerah jantung telah rusak oleh
cardiac arrest dan tidak memompa secara normal atau pada kapasitas puncak (fraksi ejeksi),
atau apakah ada kelainan katup.
4. Electrical system (electrophysiological) testing and mapping
Tes ini, jika diperlukan, biasanya dilakukan nanti, setelah seseorang sudah sembuh dan
jika penjelasan yang mendasari serangan jantung Anda belum ditemukan. Dengan jenis tes ini,
dokter mungkin mencoba untuk menyebabkan aritmia, sementara dokter memonitor jantung
Anda.
5. Ejection fraction testing

Salah satu prediksi yang paling penting dari risiko sudden cardiac arrest adalah seberapa
baik jantung Anda mampu memompa darah. Dokter dapat menentukan kapasitas pompa jantung
dengan mengukur apa yang dinamakan fraksi ejeksi. Hal ini mengacu pada persentase darah
yang dipompa keluar dari ventrikel setiap detak jantung. Sebuah fraksi ejeksi normal adalah 55
sampai 70 persen. Fraksi ejeksi kurang dari 40 persen meningkatkan risiko sudden cardiac arrest
6. Coronary catheterization (angiogram)
Pengujian ini dapat menunjukkan jika arteri koroner Anda terjadi penyempitan atau
penyumbatan. Seiring dengan fraksi ejeksi, jumlah pembuluh darah yang tersumbat merupakan
prediktor penting sudden cardiac arrest. Selama prosedur, pewarna cair disuntikkan ke dalam
arteri hati Anda melalui tabung panjang dan tipis (kateter) yang melalui arteri, biasanya melalui
kaki, untuk arteri di dalam jantung. Sebagai pewarna mengisi arteri, arteri menjadi terlihat pada
X-ray dan rekaman video, menunjukkan daerah penyumbatan. Selain itu, sementara kateter
diposisikan, dokter mungkin mengobati penyumbatan dengan melakukan angioplasti dan
memasukkan stent untuk menahan arteri terbuka.

G. Penatalaksanaan
1. Penanganan Pra Hospital
System penanganan medic pra rumah sakit menurut Rosita (2010),menjelaskan komponen diluar
rumah sakit dalam upaya peningkatan, pengetahuan dan keterampilan orang awam dan petugas
kesehatan. Pada umumnya yang pertama menemukan pasien gawat darurat ditempat kejadian
adalah masyarakat (orang awam). Sangatlah bermanfaat sekali bila orang awam diberikan
edukasi dan dilatih pengetahuan serta keterampilan dalam penanggulangan korban gawat
darurat.
Kemampuan dalam penanggulangan penderita gawat daruratbasic life support) yang harus
dimiliki oleh orang awam seperti meminta pertolongan, resusitasi cardiopulmonary (jantung
1
4
paru) sederhana, cara menghentikan perdarahan, cara memasang balut / bidai, dan cara
transportasi penderita gawat darurat (evakuasi). Pengetahuan dasar keperawatan yang telah
dimiliki oleh perawat maupun tenaga medis.
Menurut (AHA 2015) yang harus dilakukan adalah amankan lokasi kejadian,jika korban
tidak menunjukkan reaksi teriaklah untuk mendapatkan pertolongan terdekat, aktifkan system
tanggapan darurat melalui perangkat bergerak (jika tersedia) ambil AED dan perawatan gawat
darurat atau minta seseorang untuk melakukannya.perhatikan apakah napas terhenti atau
tersangkal dan periksa denyut secara bersamaan apakah denyut benar – benar terasa dalam 10
detik.
Jika pasien bernapas normal dan ada denyut maka pantau hingga tenaga medis terlatih
tiba, jika pasien berbapas tidak normal tetapi masih ada denyut maka berikan napas bantuan
yaitu nafas buatan setiap 5-6 detik atau sekitar 10-12 napas buatan permenit.jika napas pasien
berhenti atau tersengal dan tidak ada denyut maka lakukan CPR dengan siklus 30 kompesi dan
2 napas buatan,setelah tersedia AED lalu periksa ritme detak jantung,lalu amati apakah ritme
dapat dikejut atau tidak.
Jika ritme dapat dikejut terapkan 1 kejut, lanjutkan dengan CPR kurang lebih selama 2
menit lanjutkan hingga tenaga ALS mengambil alih atau korban mulai bergerak. Jika ritme tidak
dapat dikejut, maka segera lanjutkan CPR kurang lebih 2 menit lanjutkan hingga tenaga ALS
mengambil alih atau korban mulai bergerak.

2. Penanganan Intra Hospital


Pasien yang mendadak kolaps ditangani melalui 5 tahap, yaitu:
a) Respons awal
b) Penanganan untuk dukungan kehidupan dasar (basic life support)
c) Penanganan dukungan kehidupan lanjutan (advanced life support)
d) Asuhan pasca resusitasi
e) Penatalaksanaan jangka panjang
Respons awal dan dukungan kehidupan dasar dapat diberikan oleh dokter, perawat, personil
paramedic, dan orang yang terlatih. Terdapat keperluan untuk meningkatkan keterampilan saat
pasien berlanjut melalui tingkat dukungan kehidupan lanjut, asuhan pascaresusitasi, dan
penatalaksanaan jangka panjang.
a. Respons Awal
Respons awal akan memastikan apakah suatu kolaps mendadak benar-benar disebabkan oleh
henti jantung. Observasi gerakan respirasi, warna kulit, dan ada tidaknya denyut nadi pada

1
5
pembuluh darah karotis atau arteri femoralis dapat menentukan dengan segera apakah telah
terjadi serangan henti jantung yang dapat membawa kematian.
b. Tindakan Dukungan Kehidupan Dasar (Basic Life Support)
Tindakan ini yang lebih popular dengan istilah resusitasi kardiopulmoner
(RKP;CPR;Cardiopulmonary Resuscitation) merupakan dukungan kehidupan dasar yang
bertujuan untuk mempertahankan perfusi organ sampai tindakan intervensi yang definitive
dapat dilaksanakan. Unsur-unsur dalam tindakan RKP terdiri atas tindakan untuk
menghasilkan serta mempertahankan fungsi ventilasi paru dan tindakan kompresi dada.
Respirasi mulut ke mulut dapat dilakukan bila tidak tersedia perlengkapan penyelamat yang
khusus misalnya pipa napas orofaring yang terbuat dari plastic, obturator esophagus, ambu
bag dengan masker.
Langkah-langkah penting dalam resusitasi kardiopulmoner. A. Pastikan bahwa saluran nafas
korban dalam keadaan lapang/ terbuka. B. Mulailah resusitasi respirasi dengan segera. C.
Raba denyut nadi karotis di dalam lekukan sepanjang jakun (Adam’s apple) atau kartilago
tiroid. D. Jika denyut nadi tidak teraba, mulai lakukan pijat jantung. Lakukan penekanan
sebanyak 60 kali per menit dengan satu kali penghembusan udara untuk mengembangkan
paru setelah setiap 5 kali penekanan dada. (Isselbacher: 228)
c. Tindakan Dukungan Kehidupan Lanjut (Advance Life Support)
Tindakan ini bertujuan untuk menghasilkan respirasi yang adekuat, mengendalikan aritmia
jantung, menyetabilkan status hemodinamika (tekanan darah serta curah jantung) dan
memulihkan perfusi organ. Aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan ini mencakup:
a) Tindakan intubasi dengan endotracheal tube
b) Defibrilasi/ kardioversi, dan/atau pemasangan pacu jantung
c) Pemasangan lini infuse.
Ventilasi dengan O2 atau udara ruangan bila O2 tidak tersedia dengan segera, dapat
memulihkan keadaan hipoksemia dan asidosis dengan segera. Kejutan tambahan dengan
kekuatan yang lebih tinggi hingga maksimal 360-J, dapat dicoba bila kejutan pertama tidak
berhasil menghilangkan takikardia atau fibrilasi ventrikel. Jika pasien masih belum sadar
sepenuhnya setelah dilakukan reversi, atau bila 2 atau 3 kali percobaan tidak membawa hasil,
maka tindakan intubasi segera, ventilasi dan analisis gas darah arterial harus segera
dilakukan. Pemberian larutan NaHCO3 intravena yang sebelumnya diberikan dalam jumlah
besar kini tidak dianggap lagi sebagai keharusan yang rutin dan bisa berbahaya bila diberikan
dalam jumlah yang lebih besar. Namun, pasien yang tetap mengalami asidosis setalah
defibrilasi dan intubasi yang berhasil harus diberikan 1 mmol/kg NaHCO3 pada awalnya
dan tambahan 50% dosis diulangi setiap 10-15 menit.

1
6
d. Perawatan Pasca Resusitasi
Fase penatalaksanaan ini ditentukan oleh situasi klinis saat terjadinya henti jantung. Hasil
akhir (outcome) setelah serangan henti jantung di rumah sakit yang menyertai penyakit
nonkardiak adalah buruk, dan pada beberapa pasien yang berhasil diresusitasi, perjalanan
pasca resusitasi didominasi oleh sifat penyakit yang mendasari serangan henti jantung
tersebut.
e. Penatalaksanaan Jangka Panjang
Bentuk perawatan ini dikembangkan menjadi daerah utama aktivitas spesialisasi klinis
karena perkembangan system penyelamatan emergency berdasar-komunitas. Pasien yang
tidak menderita kerusakan system saraf pusat yang ireversibel dan yang mencapai stabilitas
hemodinamik harus dilakukan tes diagnostik dan terapeutik yang ekstensif untuk tuntutan
penatalaksanaan jangka panjang.

H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi yaitu :
1. Menyebabkan kematian
2. Gagal nafas
3. Henti nafas

1
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit
4. Pengkajian Primer
a. Circulation:
Penurunan curah jantung: gelisah, letargi, takikardia
Sakit kepala
Gangguan tingkat kesadaran: ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
Papiledema
Penurunan haluaran urine
Denyut nadi 15x/menit, tidak teratur dan lemah
Tekanan darah 70/40 mmHg
Warna kulit pucat
b. Airway:
Peningkatan sekresi pernapasan
Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
Tidak terdapat suara wheezing dan crowing
c. Breathing:
Distress pernapasan: pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
Menggunakan otot aksesori pernapasan
Kesulitan bernafas: lapar udara, diaforesis, sianosis
Frekuensi pernapasan tidak teratur
d. Disability:
Pasien tidak berespon terhadap lingkungan sekelilingnya atau tidak sadar terhadap kejadian
yang menimpa
Klien tidak berespon terhadap pertanyaan perawat
Klien tidak berespon terhadap respon nyeri
Tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri
GCS: Eye: 2, Motorik: 1, Verbal: 1
e. Exposure:
Tidak ada tanda-tanda trauma atau oedema

1
8
3. Pengkajian Sekunder
a. Aktifitas
Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap.
Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat atau aktifitas
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan
darah, diabetes mellitus, gagal nafas.
Tanda : tekanan darah dapat normal / naik / turun, perubahan postural dicatat
dari tidur sampai duduk atau berdiri, nadi dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah /
kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia), bunyi jantung
ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau
komplain ventrikel, bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung, irama
jantung dapat teratur atau tidak teratur, edema, pucat atau sianosis, kuku datar , pada
membran mukossa atau bibir.
c. Eliminasi
Tanda : bunyi usus menurun.
d. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan, kerja,
keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri.
e. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan
berat badan
f. Hygiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
g. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat
Tanda : perubahan mental, kelemahan
h. Nyeri atau ketidaknyamanan

1
9
Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri
dalam dan viseral)
i. Pernafasan:
Gejala : dispnea tanpa atau dengan kerja, dispnea nocturnal, batuk dengan atau
tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak / kuat, pucat, sianosis,
bunyi nafas (bersih, krekles, mengi), sputum.
j. Interkasi sosial
Gejala : stress, kesulitan koping dengan stressor yang ada misal: penyakit,
perawatan di RS
Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi (marah terus-
menerus, takut), menarik diri.
(Doengoes, E. Marylinn. 2000)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan (00032)
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung (00029)
(Herdman, T.Heather.2018)
C. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakefektifan pola Status Penapasan: Monitor Pernafasan:
napas berhubungan dengan Kepatenan jalan napas a. Monitor kecepatan,
keletihan otot pernapasan a. Frekuensi pernapasan irama, kedalaman
Definisi: inspirasi dan atau b. Irama pernapasan dan kesulitan
ekspirasi yang tidak c. Kedalaman inspirasi bernafas
memberi ventilasi adekuat d. Suara napas tambahan b. Monitor suara
nafas tambahan
seperti mengorok
atau mengi
c. Monitor toleransi
aktivitas pasien
2. Penurunan curah jantung Keefektivan pompa Perawatan Jantung:
berhubungan dengan jantung: a. Secara rutin
perubahan irama jantung a. Tekanan darah sistol mengecek pasien
baik secara fisik

2
0
Definisi: ketidakadekuatan b. Tekanan darah dan psikologis
volume darah yang diastole sesuai dengan
dipompa oleh jantung c. Denyut nadi perifer kebijakan penyedia
untuk memenuhi d. Pucat layanan
kebutuhan metabolic tubuh b. Monitor tanda-
tanda vital secara
rutin
(NOC, NIC)
D. EVALUASI
1. Kecepatan, irama, dan kedalaman nafas kembali normal sehingga transportasi O2 kembali
lancar dan tidak terdapat suara tambahan saat bernafas.
2. Kemampuan pompa jantung meningkat dan kebutuhan oksigen ke otak terpenuhi

BAB IV
JURNAL KEPERAWATAN CARDIAC ARREST

PENGALAMAN PERAWAT DALAM PENANGANAN CARDIAC ARREST


2
1
DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF.
Dr. R. D. KANDOU MANADO

Rahmat Ismiroja
Mulyadi
Maykel Kiling

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : rahmatismiroja@gmail.com

Abstract : Sudden cardiac death is a dysfunction of the heart's electricity and produces abnormal
heart rhythms. Report data at the Emergency Room of RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado during
the months of January to September 2017 there were 574 patients experiencing cardiac arrest and
who died as many as 438 patients with obstacles due to limited space full of health workers and fa-
cilities. The purpose of the study was to determine the experience of nurses in handling cardiac ar-
rest at the Emergency Room of the RSUP Prof. Dr. R D Kandou Manado. This study uses a phe-
nomenological qualitative design. The sampling technique was purposive sampling involving 4
participants. Data collection is done with in-depth interviewing. The analysis technique used is the
Colaizzi method. The results of the study of 1) knowledge obtained the theme (a) physical assess-
ment (b) physiological assessment. 2) action obtained theme (a) check pulse, (b) check response. 3)
supporting factors are found in the theme of (a) the condition and general condition of the patient,
(b) the skills and abilities of the officers, (c) the response of the officers and facilities. 4) the inhibit-
ing factor is the theme of (a) human resources, (b) the skills of officers and infrastructure. The con-
clusion in this study that the experience of nurses in handling cardiac arrest is supported by the
knowledge and readiness of nurses with facilities and infrastructure barriers.
Keywords: Experience, Nurse, Handling, Cardiac Arrest

Abstrak : Kematian jantung mendadak merupakan tidak berfungsinya kelistrikan jantung dan
menghasilkan irama jantung yang tidak normal. Data laporan di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof
Dr. R.D Kandou Manado selama bulan Januari sampai September 2017 terdapat 574 pasien
mengalami cardiac arrest dan yang meninggal dunia sebanyak 438 pasien dengan hambatan karena
keterbatasan tempat penuh sehingga kekurangan tenaga kesehatan dan fasilitas. Tujuan penelitian
untuk mengetahui pengalaman perawat dalam penanganan cardiac arrest di Instalasi Gawat Darurat
RSUP Prof Dr R D Kandou Manado. Penelitian ini menggunakan rancangan kuali- tatif
fenomenologis. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling yang melibatkan 4
partisipan. Pengumpulan data dilakukan dengan in-depth interviewing. Teknik analisa yang
digunakan adalah metode Colaizzi. Hasil penelitian dari 1) pengetuahuan didapatkan tema (a)
penilaian secara fisik (b) penilaian secara fisiologis. 2) tindakan didapatkan tema (a) cek nadi, (b) cek
respon. 3) faktor pendukung didapatkan tema (a) kondisi dan keadaan umum pasien, (b) skill dan
kemampuan petugas, (c) respon petugas dan sarana prasarana. 4) faktor penghambat didapatkan tema
(a) Sumber daya manusia, (b) skill petugas dan sarana prasarana. Kesimpulan dalam penelitian ini
bahwa pengalaman perawat dalam penanganan cardiac arrest didukung oleh penge- tahuan dan
kesiapan perawat dengan hambatan sarana danprasarana.
Kata kunci : Pengalaman, Perawat, Penanganan, Cardiac Arrest

2
2
PENDAHULUAN oleh beberapa faktor, yaitu pengetahuan yang
Kematian jantung mendadak atau car- cukup dari perawat tentang pe- nanganan
diac arrest adalah berhentinya fungsi jan- situasi kegawatan, pengalaman yang
tung secara tiba-tiba pada seseorang yang memadai, peraturan atau protokol yang jelas,
telah atau belum diketahui men- derita sarana dan suplai yang cukup, serta pelatihan
penyakit jantung. Hal ini terjadi ketika sistem atau training tentang pe- nanganan situasi
kelistrikan jantung menjadi tidak berfungsi kegawatan (Wolff, dkk, 2010). Pengetahuan
dengan baik dan menghasilkan irama jantung berpengaruh pada ket- erampilan perawat
yang tidak normal (American Heart dalam melaksanakan tugas (Cristian, 2008).
Association, 2015). Pengalaman yang memadai mempengaruhi
Henti karena sektor klin- ik berperan dalam member
jantung merupakan penyebab kematian utama kesempatan atau tugas kepada staff perawat
di dunia dan penyebab tersering dari dengan hal-hal baru dan penanganan situasi
cardiac arrest adalah penyakit jantung yang bersifat khusus untuk memperoleh
koroner(Subagjo,2011). pengalaman pengalaman baru. Sarana dan
Henti jantung ditandai dengan tidak suplai yang cukup merupakan segala sesuatu
adanya nadi dan tanda – tanda sirkulasi yang dapat memudahkan dan memperlancar
lainya. Pada tahun 2010 menurut catatan pelaksa- naan usaha yang berupa benda -
WHO diperkirakan sekitar 17 juta orang benda (Cristian, 2008). Pelatihan membantu
akibat penyakit gangguan cardiovascular perawat untuk menguasai keterampilan dan
setiap 5 detik 1 orang meninggal dunia aki- kemampuan atau kompetensi yang spe- sifik
bat Penyakit Jantung Koroner (WHO, 2010). untuk berhasil dalam pekerjaannya
Angka kejadian cardiac arrest di Amerika (Ivancevich,2008).
Serikat mencapai 250.000 orang per tahun Data laporan di Instalasi Gawat Da- rurat
dan 95 persennya diperkirakan meninggal RSUP Prof Dr. R.D Kandou Manado selama
sebelum sampai dirumah sakit (Suharsono, bulan Januari sampai September 2017 jenis
2009) . Data di Indonesia tidak ada data pelayanan emergency yang pal- ing sering
statiistik mengenai kepastian jumlah kejadian dilakukan di Instalasi Gawat Da- rurat adalah
cardiac arrest tiap ta- hunnya, tetapi penanganan pasien serangan jantung atau
diperkirakan adalah 10 ribu warga. Data di payah jantung, terdapat 574 pasien
ruang perawatan koroner intensif Rumah mengalami cardiac arrest dan yang
Sakit Cipto Mangunkusu- ma tahun 2006, meninggal dunia sebanyak 438 pasien. Se-
menunjukkan terdapat 6,7% pasien tiap pasien yang mengalami cardiac arrest di
mengalami atrial fibrilasi, yang merupakan lakukan tindakan diruang resusitasi dengan
kelainan irama jantung yang bisa kapasitas tenaga di ruang resusitasi adalah 12
menyebabkan henti jantung (Depkes, 2006). perawat. Pengalaman calon peneliti selama
Penanganan cardiac arrest adalah kemam- bekerja kurang lebih 5 ta- hun dan informasi
puan untuk dapat mendeteksi dan bereaksi yang didapat dari be- berapa perawat di
secara cepat dan benar untuk sesegera Instalasi Gawat Darurat, banyak sekali pasien
mungkin mengembalikan denyut jantung ke yang datang dengan kondisi pasien yang
kondisi normal untuk mencegah ter- jadinya dengan penurunan kesadaran baik yang
kematian otak dan kematian per- manen datang sendiri mau- pun yang dirujuk dari
(Pusponegoro, 2010). Berdasarkan standar rumah sakit lain. Hal ini menjadi keraguan
kompetensi dari Vanderblit Uni- versity bagi saya untuk mengembalikan kondisi
School of Nursing (Gebbie,dkk 2006), pasien menjadi lebih baik. Begitupun dengan
kesiapan perawat dalam menghadapi situasi kondisi di mana sistem rujukan yang belum
kegawatan adalah kemampuan un- tuk berjalan dengan baik, di mana semua rujukan
berfikir kritis, kemampuan untuk yang datang tidak dikonfirmasi terlebih
menilaisituasi, mempunyai ketrampilan dahulu,
teknis yang memadai, dan kemampuan untuk sehinggakadangpasienyangdengankasus
berkomunikasi. Kesiapan perawat da- lam
penanganan cardiac arrestdipengaruhi

2
3
gawat darurat menumpuk di satu tempat seorang perempuan dengan usia 37 tahun,
dalam Instalasi Gawat Darurat. pendidikan terakhir Ners, dan sudah mengi-
Tingginya kunjungan pasien yang ada kuti pelatihan Triage Officer dan ENIL, pen-
berdampak juga pada penggunaan sarana dan galaman kerja 15 tahun di RSUP Prof Dr. R.
prasarana di ruangan tersebut, yang kadang D.Kandou Manado. Partisipan kedua (P2)
perawat yang ada di ruangan terse- but harus adalah seorang perempuan usia 31 tahun,
memodifikasi sedimikian rupa sehingga pendidikan terakhir Ners, dan sudah mengi-
kebutuhan sarana dan prasarana kepada kuti pelatihan ENIL dengan pengalaman ker-
semua pasien bisa terpenuhi. ja 6 tahun. Partisipan ketiga (P3) adalah
Pendokumentasian Asuhan keperawatan juga seorang laki-laki usia 25 tahun, pendidikan
merupakan salah satu hal penting yang harus terakhir D III Keperawatan dengan pelatihan
dilakukan oleh perawat, yang kadang kala ini BTCLS, dengan pengalaman kerja 3 tahun.
terlewatkan dan sudah tidak dil- akukan Partisipan keempat (P4) adalah seorang laki-
dengan baik dan benar oleh karena tuntutan laki usia 29 tahun, pendidikan terakhir Ners,
bagi tenaga perawat yang begitu banyak. Hal dengan pelatihan BTCLS, ENIL dengan
ini menjadi dilema dan men- jadi pengalaman pengalaman kerja 3 tahun.
yang bisa dikatakan yang tidak 1. Pengetahuan perawat tentang cardiac ar-
menyenangkan bagi tenaga perawat yang ada rest.
di Instalasi GawatDarurat. Hasil penelitian menyatakan bahwa car-
diac arrest adalah suatu kondisi dimana, tid-
METODE PENELITIAN ak terdapatnyatandatandakehidupan seperti
Jenis penelitian yang dilakukan adalah tidak adanya nadi atau denyut jantung, jan-
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif tung kehilangan fungsinya, dan fungsi jan-
dilakukan karena peneliti ingin mengek- tung mendadak berhenti yang dapat dilihat
splore fenomena-fenomena yang tidak dapat melalui penilaian secara fisik dan penilaian
dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif secara fisiologis.
seperti proses suatu langkah kerja, formula a) Penilaian secarafisik
suatu resep, pengertian-pengertian tentang Ditandai dengan pada saat dicekatau
suatu konsep yang beragam, karakteristik diraba tidak ada nadi dan
suatu barang dan jasa, gambar-gambar, ga- denyutjantung.
ya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik b) Penilaian secarafisiologis
suatu artifak dan lain sebagainya. Penelitian Ditandai dengan jantung kehilangan
ini dilakukan di ruang Instalasi Gawat Darurat fungsinya sebagai pemompa darah
(IGD) RSUP Prof DR R.D. Kandou Manado keseluruh tubuh secara tiba-tiba ser-
pada bulan Februari 2018 dengan mengambil ta ada berbagai penyakit penyerta
partisipan perawat IGD yang pernah yang disertai sehingga terjadi henti
menangani kasus cardiac ar- rest sebanyak 4 jantung.
partisipan. Teknik pengam- bilan sampel Henti jantung (cardiac arrest) adalah
dilakukan menggunakan metode purposive keadaan di mana sirkulasi darah berhenti
sampling yaitu sampel yang dipilih akibat kegagalan jantung untuk ber- kontraksi
berorientasi pada tujuan penelitian individu secara efektif. Keadaan henti jan- tung
diseleksi atau dipilih secara sengaja karena ditandai dengan tidak adanya nadi dan tanda-
memiliki pengalaman yang sesuai dengan tanda sirkulasi lainnya (American Heart
fenomena yang diteliti sampel ini menetapkan Association, 2015). Kematian jan- tung
terlebih dahulu kriteria – kriteria inklusi yang mendadak adalah berhentinya fungsi jantung
telah ditetap- kan. secara tiba-tiba pada seseorang yang telah
atau belum diketahui menderita penyakit
HASIL dan PEMBAHASAN jantung. Waktu dan kejadiannya tidak diduga-
Karakteristik keempat partisipan yang duga, yakni segera setelah timbul keluhan.
bersedia dilakukan wawancara adalah se- Kejadian cardiac arrest yang menyebabkan
bagai berikut : partisipan 1 (P1) adalah kematian mendadak terjadi ketika system
kelistrikanjantung

2
4
menjadi tidak berfungsi dengan baik dan 2. Tindakan Perawat dalampenanganan
menghasilkan irama jantung yang tidak Cardiac Arrest
normal yaitu hantaran listrik jantung men-
Hasil Penelitian menyatakan bahwa, pe-
jadi cepat (ventricular tachycardia) atau tidak nanganan cardiac arrest dimulai dengan
beraturan (ventricular fibrillation) (Subagjo mengecek respon pasien, cek nadi dan nafas,
A,2011). melakukan pijat jantung dan paru 30 : 2,
kemudian memasang monitor untuk evaluasi
Henti jantung primer (cardiac arrest) pasien. Resusitasi jantung paru dan defibri-
adalah ketidaksanggupan curah jantung un- lasi yang diberikan antara 5 sampai 7 menit
tuk memenuhi kebutuhan oksigen ke otak dan dari korban mengalami henti jantung, akan
organ vital lainnya secara mendadak dan memberikan kesempatan korban untuk hidup
dapat balik normal jika dilakukan tin- dakan rata-rata sebesar 30% sampai 45 %. Sebuah
yang tepat atau akan menyebabkan kematian penelitian menunjukkan bahwa dengan
dan kerusakan otak menetap jika tindakan penyediaan defibrillator yang mu- dah diakses
tidak adekuat. Sebagian besar henti jantung di tempat-tempat umum seperti pelabuhan
disebabkan oleh ventricle fi- brillation atau udara, dalam arti meningkatkan kemampuan
takikardia tanpa denyutan (80-90%) terutama untuk bisa memberikan per- tolongan
kalau terjadinya di luar rumah sakit, asistole (defibrilasi) sesegera mungkin, akan
(± 10%) dan electro- mechanical dissociation meningkatkan kesempatan hidup ra- ta-rata
(± 5%) (Nolan J. P. et al,2010). bagi korban cardiac arrest sebesar 64%
Lima dari 1000 pasien yang dirawat di (American Heart Assosiacion, 2015).
rumah sakit dibeberapa negara berkembang Resusitasi jantung paru (RJP) adalah upaya
diperkirakan mengalami henti jantung dan mengembalikan fungsi nafas dan atau
kurang dari 20% dari jumlah pasien terse- but sirkulasi yang berhenti dan membantu
tidak mampu bertahan hingga keluar dari memulihkan kembali fungsi jantung dan pa-
rumah sakit (Goldbelger, 2012). Ber- ru ke keadaan normal. Bantuan hidup dasar
dasarkan hasil penelitian mengenai meliputi aktivasi respon sistem gawat da-
pengertian henti jantung yang di ungkapkan rurat, dan defibrilasi dengan
oleh partisipan sesuai dengan pernyataan menggunakan defibrillator. Berdasarkan
yang sudah ada pada teori yaitu penelitian Aehlert (2011) bahwa chest com-
mengungkapkan bahwa henti jantung meru- pression dilakukan untuk mempertahankan
pakan kematian penyakit jantung yang sirkulasi darah saat jantung tidak berdetak.
mendadak dan jantung tidak berdenyut atau Chest Compression dikombinasikan dengan
denyut nadi tidak teraba sehingga sirkulasi bantuan pernapasan untuk men- goksidasi
aliran darah keseluruh tubuh berhenti yang darah. Kombinasi bantuan pernafasan dan
ditandai oleh gangguan irama jantung yaitu external chest compres- sion ini disebut
ventrikel takikardi, ventrikel fibrilasi, cardiopulmonary resusci- tation. Kompresi
pulseless electrical activity dan asistol. Hal dada dilakukan dengan pemberian tekanan
ini menyatakan bahwa perawat di ruangan secara kuat dan berirama pada setengah
Resusitasi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou bawah sternum. Membuat garis bayangan
Manado sudah memahami tentang cardiac antara kedua papila mammae memotong mid
arrest. Faktor utama dalam pemecahan ma- line pada sternum kemudian meletakkan
salah adalah pengetahuan yang dalam dari tangan kiri diatas tangan kanan atau
setiap orang. Sehingga tidak menimbulkan sebaliknya. Yang dipakai adalah tumit tangan,
error atau masalah. Tingginya kunjungan bukan telapak tangan. Siku lengan harus lurus
pasien yang ada berdampak juga pada dengan sumbu gerakan menekan adalah
penggunaan sarana dan prasarana di ru- angan pinggul bukanbahu.
tersebut, yang kadang perawat yang ada di American Heart Association. 2015 AHA
ruangan tersebut harus memodifikasi
guideline update for CPR and ECC.
sedimikian rupa sehingga kebutuhan sarana
dan prasarana kepada semua pasien bisa Circulation Vol. 132.2015, merekomen-
terpenuhi. dasikan untuk melakukan kompresidada

2
5
setidaknya 2 inchi (5cm) pada dada. Un- tuk Menurut Notoatmodjo yang dikutip oleh
dewasa, kedalaman minimal 5 cm (2 inch). (Wawan & Dewi, 2011), pengetahuan
Kompresi dada di dua jari diatas sternum di merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
tulang dada kedalamanya 5 - 6 cm dengan orang melakukan penginderaan ter- hadap
telapak tangan dipaskan diten- gah tulang suatu objek tertentu. Pengetahuan sangat erat
sternum, kedua siku diluruskan dengan jari- hubunganya dengan pendidi- kan, dimana
jari tangan dibuat terkunci, bahu tetap tegak bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka
lurus diatas pasien. Komponen yang perlu orang tersebut akan se- makin luas pola
diperhatikan saat melakukan kompresi dada pengetahuanya (Wawan & Dewi, 2011).
yaitu frekuensi 100 - 120 kali permenit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
Memberikan kesempatan untuk dada yang sangat penting un- tuk terbentuknya
mengembang kembali secara sempurna tindakan seseorang (ovent behavior) (Wawan
setelah setiap kompresi. Tujuan primer & Dewi,2011).
pemberian napas bantuan ada- lah untuk Faktor - faktor yang mempengaruhi
mempertahankan oksigenasi yang adekuat tingkat pengetahuan perawat menurut Mu-
dengan tujuan sekunder untuk barak & Chayatin (2009) menyatakan faktor
membuangCO2. - faktor yang berpengaruh terhadap
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengetahuan meliputi tingkat penge- tahuan
pernyataan yang diungkapkan oleh perawat diantaranya usia, tingkat pendidikan,
partisipan sesuai dengan teori yang sudah ada pengalaman kerja (lama kerja), pelatihan
yaitu melakukan resusitasi jantung paru untuk kegawat daruratan yang pernah diikuti dan
memberi bantuan pernapasan setelah keadaan informasi. Pendidikan adalah proses untuk
pasien ditandai dengan nafas ada tetapi nadi mempelajari dan meningkat- kan ilmu yang
belum teraba atau masih nafas spontan. diperoleh, pendidikan yang lebih tinggi secara
Langkah awal dengan kompresi da- da di 2 otomatis akan berband- ing lurus dengan
jari diatas sternum tulang dada kedalamanya pengetahuan yang di- miliki (Notoatmodjo,
5-6 cm dengan telapak tangan tepat ditengah 2007). Adanya hub- ungan antara
tulang sternum kedua siku lurus dengan jari- pengetahuan dengan perawat dalam
jari tangan dibuat terkunci, bahu tetap tegak menangani cardiac arrest dalam penelitian ini
lurus diatas pasien. Kom- presi dada dengan didukung oleh teori No- toadmodjo (2010)
perbandingan 30:2 atau 30 kompresi dan 2 yang menyatakan bahwa pengetahuan
ventilasi dengan frekuensi selama kurang diperoleh dari sekumpulan informasi yang
lebih 100x/menit selama 5 siklus. Hal ini saling terhubung secara sistematik sehingga
menunjukan bahwa perawat yang ada bisa memiliki makna. In- formasi diperoleh dari
mengungkapkan penanganan cardiac arrest data yang sudah dio- lah sehingga mempunyai
sejauh resusitasi jantung pa- ru, tapi ada arti. Selanjutnya data ini akan dimiliki
beberapa perawat yang tidak menjelaskan seseorang dan akan tersimpan dalam neuron-
lebih jauh sampai penanganan dengan neuron (menjadi memori) di otaknya.
menggunakan obat-obatan sesuai dengan Kemudian ketika manusia dihadapkan pada
teori yang ada. Sebagai perawat gawat darurat suatu masalah, maka informasi yang
wajib, mengerti dan me- mahami algoritma tersimpan dalam neu- ron-neuronnya dan
dalam penangan kasus gawat darurat sampai terkait dengan perma- salahan tersebut, akan
dengan pengobatan yangada. saling terhubung dan tersusun secara
3. Faktor pendukung perawat dalam pe- sistematik sehingga memiliki model untuk
nanganan cardiac arrest. memahami atau memiliki pengetahuan yang
Hasil penelitian menyatakan bahwa, terkait dengan permasalahan yang
faktor pendukung dalam penanganan cardi- dihadapinya. Kemampuan memiliki
ac arrest tergantung dari, kondisi dan keadaan pengetahuan atas objek masalah yang
umum pasien, skill dari petugas, respon time dihadapi sangat diten- tukan oleh
petugas, ketersediaan alat-alat pengalaman, latihan atau proses belajar.
diruangan,dankesiapandaritimmedis.

2
6
Keterampilan merupakan keahlian yang dasar tidak sesuai. Perawat harus menge-
dimiliki seseorang dalam melakukan suatu tahui dan memahami hak penderita serta
pekerjaan dengan dilandasi pendidi- kan, beberapa keadaan yang mengakibatkan RJP
keahlian yang tinggi serta bertanggung jawab tidak perlu dilaksanakan seperti henti jan-
terhadap pekerjaannya tersebut (Abidin, tung terjadi dalam sarana atau fasilitas
2011). Berdasarkan hasil observasi kepada kesehatan (Worthington, 2012). Sarana dan
partisipan adalah semakin tinggi tingkat suplai yang cukup merupakan segala sesuatu
pengetahuan dan pelatihan ber- pengaruh yang dapat memudahkan dan memperlancar
kepada tindakan penanganan car- diac arrest pelaksanaan usaha yang berupa benda - benda
yang tepat dan benar tetapi pen- galaman (Cristian, 2008). Ketersediaan tenaga
kerja yang lebih lama tidak ber- pengaruh kesehatan dalam jumlah yang cukup sesuai
karena pengetahuan yang dimili- ki. kebutuhan adalah syarat yang harus di- penuhi
Pengetahuan perawat dalam penanganan oleh IGD. Selain dokter jaga yang siap di
cardiac arrest merupakan hal utama yang IGD, rumah sakit juga harus me- nyiapkan
harus dikuasai oleh seorang perawat sebe- spesialis lain (bedah, penyakit dalam, anak,
lum melakukan tindakan tersebut. Oleh ka- dll) untuk memberikan dukungan tindakan
rena itu perawat dituntut untuk memiliki medis spesialistis bagi pasien
kompetensi dalam menangani korban yang yangmemerlukannya.
membutuhkan bantuan hidup dasar. Salah
satu upaya dalam peningkatan kompetensi SIMPULAN
tersebut dilakukan melalui pelatihan bantu- an 1. Mendeskripsikan pengetahuan perawat
hidup dasar, pelatihan ini merupakan tentang cardiacarrest.
pelatihan dasar bagi perawat dalam me- Berdasarkan analisa yang telah dil-
nangani korban yang memerlukan bantuan akukan dalam penelitian ini, didapatkan
hidup dasar akibat trauma dan gangguan cardiac arrest adalah tidak adanya denyut
kardiovaskuler untuk menyelamatkan nyawa nadi, jantung kehilangan fungsinya, fungsi
dan meminimalisir kerusakan organ serta jantung mendadak berhenti. Henti jantung
kecacatan penderita. Intinya adalah merupakan kematian penyakit jantung yang
bagaimana menguasai dan membebaskan mendadak dan jantung tidak berdenyut atau
jalan napas, bagaimana membantu menga- denyut nadi tidak teraba sehingga sir- kulasi
lirkan darah ke tempat yang penting dalam aliran darah keseluruh tubuh berhenti yang
tubuh, sehingga pasokan oksigen ke otak ditandai oleh gangguan irama jan- tung yaitu
terjaga untuk mencegah terjadinya kematian ventrikel takikardi, ventrikel fibrilasi,
sel otak. Peran RJP sangatlah besar, seperti pulseless electrical activity dan asistol.
orang-orang yang mengalami henti jantung 2. Mendeskripsikan tindakan perawat da-
tiba-tiba. Henti jantung menjadi penyebab lam penanganan cardiac arrest.
utama kematian walaupun usaha untuk Berdasarkan analisa yang telah dil-
melakukan resusitasi tidak selalu berhasil, akukan dalam penelitian didapatkan yaitu
lebih banyak nyawa yang hilang akibat tidak dimulai dengan pengkajian awal resusitasi
dilakukannya resusitasi dengan tepat jantung paru meliputi pengkajian lokasi,
dancepat. pemeriksaan tingkat kesadaran, pemerik- saan
4. Faktor Penghambat perawat dalam pe- nadi, pemeriksaan pernafasan. Tin- dakan
nanganan cardiac arrest resusitasi jantung paru meliputi re- susitasi
Hasil penelitian menyatakan bahwa jantung paru, kedalaman kompresi dada,
hambatan sarana dan prasarana meliputi frekuensi kompresi dada, siklus kompresi
keterbatasan alat-alat, obat-oabatan emer- dada, kecepatan kompresi dada dan teknik
gency, jauhnya jangkauan pengambilan obat membuka jalan nafas. Evaluasi resusitasi
emergensi, banyaknya pengunjung dan jantung paru meliputi pemerik- saan nadi dan
keluarga dalam ruangan, penolakan pernafasan. Posisi recov- ery meliputi posisi
melakukan bantuan hidup dasar dari keluar- sisi mantap dan teknik posisi sisi mantap.
ga, petugas dan pasien tidak sebanding, cara Faktordihentikan re-
atau posisi dalam melakukan bantuan hidup

2
7
susitasi jantung paru meliputi henti nafas Christian, P. (2008). Keterampilan dalam
dan meninggal. Pemberian obat-obatan Keperawatan Kamus Elektronik.
emergency meliputi jenis obat emergency Darihttp://petracristian.com
atau resusitasi jantung paru dan fungsi obat
emergency atau resusitasi jantung paru.
3. Mengidentifikasi faktor pendukung
perawat dalam penanganan cardiac ar-
rest.
Berdasarkan analisa yang telah dil-
akukan dalam penelitian didapatkan tiga tema
yaitu Skill dari petugas, respon time dari
petugas dan sarana pendukung melipu- ti
peralatan. Kesiapan perawat meliputi ber-
pikir kritis, fokus, melindungi diri dan tinda-
kanperawat.
4. Mengidentifikasi Faktor penghambat
perawat dalam penanganan cardiac ar-
rest.
Berdasarkan analisa yang telah dil-
akukan dalam penelitian ini didapatkan
banyaknya pengunjung, Keluarga melakukan
penolakan tindakan RJP, Petu- gas dan pasien
tidak sebanding, posisi da- lam melakukan
tindakan tidak sesuai, sara- na dan prasarana
tidak memadai serta ku- rangnya persediaan
obat-obat emergensi. Sarana dan suplai yang
memadai merupakan sesuatu yang dapat
memudahkan dan mem- perlancar
pelaksanaan asuhan keperawatan.
Ketersediaan tenaga kesehatan dalam jumlah
yang cukup sesuai kebutuhan ada- lah syarat
yang harus dipenuhi olehIGD.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. M. (2011). Makalah ten- tang


Profesionalisme Perawat.
Darihttp://www.masbid.com

Aehlert, Barbara. (2011). Emergency Medical


Technician EMT in Action. Southwest:
EMS Education, Inc. Mc Graw, Hill
HigherEducation.

American Heart Association. (2015). Scien-


tific Position Risk Factors & Coronary
Heart Disease. AHA Scientific Posi- tion.

2
8
Departemen Kesehatan. (2006). Pharma- Wawan A, & Dewi M. (2011). Teori dan
ceutical care untuk pasien penyakit Pengukuran Pengetahuan, Perilaku dan
jantung koroner : Fokus sindrom koro- Perilaku Manusia. Nuha Medika:
ner akut.
Yogyakarta.
Gebbie, K., Qureshi, K. (2006). Historical
Chalenge: Perawat dan Keadaan Da-
rurat. OJIN: The Journal Isue on Nurs-
ing. Vol 11 No 3.
Goldberger, Z. D., Chan, P. S., Berg, R. A.
(2012). Duration of Resuscitation
Efforts and Survival After in-hospital
Cardiac Arrest: an Observational
Study. 380.

Ivancevich, John M. dkk. (2008). Perilaku dan


Manajemen Organisasi. Jilid 1 dan 2.
Jakarta.Erlangga

Mubarak & Chayatin. (2009). Ilmu Kesehatan


Masyarakat: Teori dan Ap- likasi.
Salemba Medika: Jakarta.

Nolan J. P. et al.(2010). European Re-


suscitation Council Guidelines for
Resuscitation.

Notoadmodjo, S. (2007). Pengantar Pen-


didikan dan Ilmu Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Andioffset.

Notoadmojo, S. (2010). Promosi Kesehatan:


Teori dan Aplikasi. (Edisi Revisi:
2010). Rineka Cipta : Jakarta.
Subagiyo, A. Achyar. Ratnaningsih, E. Su
ginman, T. Kosasih, A.Agustinus,
R. (2011). Buku Panduan Kursus
Bantuan Hidup Jantung Dasar.

Suharsono, T. Ningsih, D. (2012). Pe-


natalaksanaan Henti Jantung Di Lu-
ar
Rumah Sakit. Malang

2
9
Wolff, Angela C., Regan, Sandra.,
Pesut, Barbara.,& Black,
Joyce. (2010). Ready for
what? An Exploration of the
Meaning of New Graduate
Nurses Readiness for
Practice. In- ternational
Journal of Nursing Education
Scholarship. Article. Dari
http//www.bepress.com/ijn
es/vol7/iss1/art7.

Worthington R. (2012). Clinical issues on


consent: some philosophical
concerns.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Henti nafas atau henti jantung merupakan keadaan kegawat daruratan karena
berhentinya aktivitas jantung paru secara mendadak yang mengakibatkan kegagalan
system sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh malfungsi mekanik jantung paru atau elektrik
jantung. Kondisi yang mendadak dan berat ini mengakibatkan keusakan organ. Henti
napas dapat mengakibatkan penurunan tekanan oksigen arteri, menyebabkan hipoksia
otot jantungyang menyebabkan henti jantung.
B. Saran
Sebaiknya kondisi sepertiini harus mendapat perhatian khusus dan mendapat
penanganan dengan cepat dan tepat, agar tidak terjadi hal-hal diluar keinginan.

31
DAFTAR PUSTKA

Roifah, Ifa.2018.Metode Cardiopulmonary Resuscitation untuk Meningkatkan Survival Rates


Pasien Post Cardiac Arrest.Mojokerto:STIKES Bina Sehat PPNI h 34-37
Ismiroja, Rahmat, Mulyadi, dan Maykel.2018.Pengalaman Perawat Dalam Penanganan
Cardiac Arrest di IGD RSUP Prof. Dr. R. D. Kandoul Manado.Sam Ratulangi:Prodi Ilmu
Keperawatan FK Universitas Sam Ratulangi. Vol 6 II h 1-8
Boulton,B. Thomas. 2016. ANASTESIOLOGI.Jakarta : EGC
https://www.scribd.com/doc/230393804/Pathway-Cardiac-Arest
https://www.scribd.com/doc/245084854/ASKEP-GADAR-HENTI-JANTUNG-docx
https://www.scribd.com/doc/143745011/Asuhan-Keperawatan-Cardiac-Arrest/000012682013
Herdman, T.Heather.2018.NANDA-I diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2018-
2020.Jakarta:EGC
Moorhead. Sue, Johnson. Marion, dkk.2013.Nursing Outcomes Classification
(NOC).Elseiver
Bulechek. Gloria M, Butcher. Howard K, dkk.2013.Nursing Intervenstions Classification
(NIC).Elseiver

32

Вам также может понравиться