Вы находитесь на странице: 1из 20

TUGAS KELOMPOK Commented [d1]: Tolong disertakan kata pengantar dan

daftar isinya

PAPPER ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

(CEDERA THERMAL)

KELOMPOK 10:

1. APRILIYA TRIWIDIYA CAHYA N (17.012)


2. MIFTA NUR AYU ANGGREANI (17.053)
3. MOCH. SYAMSUDDIN (17.055)
4. RINI SETYANINGSIH (17.074)
5. ULFIANA AULIA RIZKY (17.094)

KELAS: II B

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKPER KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Luka bakar merupakan cedera paling berat yang mengakibatkan permasalahan


yang kompleks, tidak hanya menyebabkan kerusakan kulit namun juga seluruh sistem
tubuh (Nina,2008). Luka bakar adalah trauma yang diakibatkan oleh panas, bahan kimia,
arus listrik, dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luas
permukaan tubuh yang terbakar akan mempengaruhi metabolisme dan fungsi sel tubuh dan
mengganggu semua sistem terutama sistem kardiovaskuler (Rahayuningsih, 2012).

Luka bakar adalah penyebab utama keempat trauma dan penyebab paling umum
kecacatan dan kematian di seluruh dunia (Ardabili, dkk., 2016). Dan merupakan penyebab
kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih
sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia
(Rahayuningsih, 2012). Ardabili, dkk. (2016) melaporkan bahwa insiden total luka bakar
telah terjadi diperkirakan sekitar 2,4 juta kasus di berbagai negara yang berbeda, 650.000
dan 75.000 di antaranya memerlukan perawatan segera dan rawat inap.

Hasdianah & Suprapto (2014) menjelaskan bahwa hingga tahun 2004, 11 juta kasus luka
bakar memerlukan perawatan medis di seluruh dunia dan menyebabkan 300.000 kematian.
Di Amerika Serikat, diperkirakan 500.000 cedera luka bakar yang mendapatkan perawatan
medis setiap tahunnya. Sedangkan luka bakar karena lsitrik menyebabkan sekitar 1.000
kematian per tahu. Sekitar 90% luka bakar terjadi di negara berkembang, secara
keseluruhan hampir 60% dari luka bakar yang bersifat fatal terjadi di Asia Tenggara dengan
tingkat kejadian 11,6 per 100.000 penduduk. (CAntumkan sumber pustakanya dari Commented [d2]: CAntumkan sumber pustakanya dari
mana???
mana???)

Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai kejadian luka bakar, ini
disebabkan karena tidak semua rumah sakit di Indonesia memiliki unit pelayanan luka
bakar. dr I Nyoma Putu Riasa (Ketua Perhimpunan Luka Bakar dan Penyembuhan Luka
Indonesia) (2015) menyatakan bahwa sepanjang 2012-2014 terdapat 3.518 kasus luka
bakar di 14 rumah sakit besar di Indonesia (www.republika.co.id). Sedangkan di Sumatera
Barat, berdasarkan data yang penulis dapatkan dari ruangan rawat inap Luka Bakar RSUP
DR. M.Djamil Padang pada tanggal 21 September 2017, didapatkan pada tahun 2014
kasus luka bakar mencapai 89 orang, pada tahun 2015 mencapai 106 kasus, pada tahun
2016 mencapai 86 kasus, dan kasus luka bakar dari awal Januari sampai Agustus 2017
mencapai 60 orang, 21 orang diantaranya adalah kasus luka bakar listrik.
Luka bakar merupakan kejadian trauma yang menyakitkan dan sering melemahkan, serta
tidak nyaman untuk pasien. Penderita luka bakar menggambarkan rasa sakit sebagai gejala
umum terburuk dan menyiksa (Carrougher, dkk., 2006 dalam Bikmoradi,dkk., 2016).
Tan,dkk (2010) menyatakan bahwa rasa sakit akibat luka bakar sering terjadi karena
kerusakan kulit atau karena perawatan untuk mengganti balutan saat perawatan luka. Commented [d3]: Kenapa perawat harus belajar konsep dan
askep kegawatan pada luka bakar??
(Kenapa perawat harus belajar konsep dan askep kegawatan pada luka bakar?? Apa
dampaknya jika tdk mendapatkan perawatan yg baik dan tepat??) Apa dampaknya jika tdk mendapatkan perawatan yg baik dan
tepat??

B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan tentang definisi luka bakar?
2. Menjelaskan tentang patofisiologi luka bakar?
3. Menjelaskan tentang Manifestasi klinis luka bakar?
4. Menjelaskan tentang Klasifikasi luka bakar?
5. Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang luka bakar?
6. Penatalaksanaan prehospital dan intrahospital luka bakar?
7. Menjelaksan tentang Asuhan keperawatan luka bakar?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi luka bakar.
2. Untuk mengetahui etiologi luka bakar.
3. Untuk mengetahui patofisiologi luka bakar.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis luka bakar.
5. Untuk mengetahui klasifikasi luka bakar.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan luka bakar.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pra hospital dan intra hospital luka bakar.
8. Untuk mengetahui asuhan kegawatdaruratan luka bakar.
D. MANFAAT
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai cedera thermal.
2. Sebagi referensi tambahan bagi pembaca makalah ini.
BAB II
PEMBAHSAN

A. PENGERTIAN Commented [d4]: Cari sumber terbaru banyak buku gadar


dan KMB yg membahas ttg luka bakar ini

Cari sumber terbaru banyak buku gadar dan KMB yg membahas ttg luka bakar ini

Combustio atau luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas,

kimia/radioaktif. (Long, 1996). Combustio atau Luka bakar disebabkan oleh perpindahan

energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi/radiasi

elektromagnetik. (Effendi. C, 1999)

Kecelakaan arus listrik dapat terjadi apabila arus listrik dapat terjadi apabila

arus/ledakan dengan tegangan tinggi. Energi panas yang timbul menyebabkan luka bakar pada

jaringan tubuh. Pada luka jenis ini yang khas adalah adanya luka tempat masuk yang

menimbulkan hiperemesis dan ditengahnya ada daerah nekrosis yang dikelilingi daerah pucat

(Junaidi. P, 1997).

Metacarpal adalah jari-jari tangan. Tulang metacarpal dapat bergerak fleksi, ekstensi,

abduksi, adduksi dan rotasi (Junaidi. P, 1997)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa combustio metacarpal adalah

kerusakan jaringan yang mengenai jari-jari tangan akibat dari aliran listrik yang bertegangan

tinggi. Luka pada daerah masuknya arus listrik biasanya gosong dan tampak mencukung serta

ditengahnya ada daerah nekrosis yang dikelilingi derah pucat.


B. PATOFISIOLOGI Commented [d5]: Buat pathwaynya sehingga memunculkan
masalah keperawtan pada luka bakar ini sesuai dgn tkt
kegawatannya yaitu CAB
di tambahkan pathway

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas

tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar

yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan

lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan

pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya. Terjadinya

integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh. Kehilangan cairan akan

mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan pada

permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskular ke

ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air,

klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema menyeluruh dan dapat berlanjut

pada syok hipovolemik apabila tidak segera ditangani (Hudak dan Gallo, 1996).

Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan aliran plasma ke ginjal dan GFR (Rate

Filtrasi Glomerular) akan menurun sehingga haluaran urin meningkat. Jika resusitasi cairan

untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal ginjal dan apabila resusitasi

cairan adekuat, maka cairan interstitiel dapat ditarik kembali ke intravaskuler sehingga terjadi

fase diuresis.

C. MANIFESTASI KLINIK Commented [d6]: Apa saja penyebab dari luka bakar ini
dijelaskan terlebih dahulu

-Apa saja penyebab dari luka bakar ini dijelaskan terlebih dahulu-

Menurut Effendi, 1999 manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar sesuai dengan

kerusakannya : -Beri gambar lebih baik lagi- Commented [d7]: Beri gambar lebih baik lagi

1. Grade I
Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3-7 dan

tidak ada jaringan parut.

2. Grade II

Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema subkutan, luka merah,

basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh dalam

28 hari tergantung komplikasi infeksi.

3. Grade III

Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah keputihputihan dan hitam

keabu-abuan, tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri maka perlu Skin

graff.

D. KLASIFIKASI LUKA BAKAR Commented [d8]: Beri gambar

Beri gambar

a. Kedalaman Luka bakar

a. Kedalaman Luka Bakar.

Kedalaman Penyeba Penampilan Warna Perasaan


b

Ketebalan Jilatan Kering tidak Bertambah Nyeri


partial api, sinar ada merah.
superfisial ultra gelembung.
violet
(tingkat I) (terbakar
oleh
matahari) Oedem
. minimal atau
tidak ada.

Pucat bila
ditekan
dengan ujung
jari, berisi
kembali bila
tekanan
dilepas.

Lebih dalam Kontak Blister besar Berbintik- Sangat


dari dengan dan lembab bintik nyeri
ketebalan bahan air yang yang
partial atau ukurannya kurang
bahan bertambah jelas,
(tingkat II) padat. besar. putih,
coklat,
- Superfisial Jilatan Pucat bial pink,
- Dalam api ditekan daerah
kepada dengan ujung merah
pakaian. jari, bila coklat.
tekanan
Jilatan dilepas berisi
langsung kembali.
kimiawi.

Sinar ultra
violet.
Ketebalan Kontak Kering Putih, Tidak
sepenuhnya dengan disertai kulit kering, sakit,
bahan mengelupas. hitam, sedikit
(tingkat III)
cair atau coklat tua. sakit.
padat. Pembuluh
darah seperti Hitam. Rambut
Nyala arang terlihat mudah
api. dibawah kulit Merah. lepas bila
yang dicabut.
Kimia. mengelupas.

Kontak Gelembung
dengan jarang,
arus dindingnya
listrik. sangat tipis,
tidak
membesar.

Tidak pucat
bila ditekan.

b. Luas Luka Bakar Commented [d9]: Beri gambar,,, pada anak bagaimana??
Pada dewasa bagaimana??

Beri gambar,,, pada anak bagaimana?? Pada dewasa bagaimana??

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of

nine atua rule of wallace yaitu:

1) Kepala dan leher : 9%


2) Lengan masing-masing 9% : 18%

3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%

5) Genetalia/perineum : 1%

Total : 100%

c. Berat Ringannya Luka Bakar

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :

1) Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.

2) Kedalaman luka bakar.

3) Anatomi lokasi luka bakar.

4) Umur klien.

5) Riwayat pengobatan yang lalu.

6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.

American college of surgeon membagi dalam:

A. Parah – critical:

a) Tingkat II : 30% atau lebih.

b) Tingkat III : 10% atau lebih.

c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.

d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.

B. Sedang – moderate:
a) Tingkat II : 15 – 30%

b) Tingkat III : 1 – 10%

C. Ringan – minor:

a) Tingkat II : kurang 15%

b) Tingkat III : kurang 1%

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :

1. Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi

sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya Hematokrit dan sel darah merah

terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh darah.

2. Leukosit akan meningkat sebagai respon inflamasi

3. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cidera inhalasi

4. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan, hipokalemia

terjadi bila diuresis.

5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan

6. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan

7. EKG : Tanda iskemik miokardial dapat terjadi pada luka bakar


8. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

F. PENATALAKSANAAN Commented [d10]: Cari penatalaksanaan terbaru luka bakar


di IGD seperti apa?? Masukan sumber pustakanya???

Cari penatalaksanaan terbaru luka bakar di IGD seperti apa?? Masukan sumber pustakanya???

Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien dirawat

melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan

awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan diruangan

intensif dan bangsal. Tindakan yang dilakukan antara lain terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri

pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topikal karena eschar tidak dapat ditembus

dengan pemberian obat antibiotik sistemik. Pemberian obatobatan topikal anti mikrobial

bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi untuk menekan pertumbuhan

mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan pemberian obat-obatan topikal secara

tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang seringkali

masih terjadi penyebab kematian pasien.

BAB III KONSEP ASKEP

1. Pengkajian
A. Data Umum
Berisi mengenai identitas pasien yang meliputi nama, umur, No.RM, jenis
kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, jam datang,
jam diperiksa, tipe kedatangan dan informasi data.
B. Keadaan umum pada pasien luka bakar dengan gawat darurat yang berisi tentang
observasi umum mengenai penghentian proses luka bakar dan pemeriksaan status
ABC (Airway, Breathing dan Circulation) (Pamela, 2011).
C. Pengkajian primer
1. Airway: mengkaji ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas, sumbatan total atau
sebagian, distress pernafasan, ada tidaknya aliran udara dan adanya gangguan
pada jalan nafas misalnya edema tipe torniket pada daerah leher yang dapat
menyumbat pernafasan (Karika, 2011).
Masalah airway yang timbul pada pasien luka bakar yaitu pasien sulit bernafas,
terdapat edema di jalan nafas, batuk, suara serak, stridor, takipne, dispnea, agitasi
adanya sputum mengandung karbon (Pamela, 2011).
2. Breathing: mengkaji adanya henti nafas dan adekuatnya pernafasan, frekuensi
nafas dan pergerakan dinding dada(naik turunnya dinding dada), suara pernafasan
melalui hidung atau mulut, merasakan udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
(Kartika, 2011:44).
Masalah breathing yang timbul pada pasien luka bakar yaitu terganggunya
ekspansi dada akibat adanya krustal tebal pada luka bakar derajat 3 yang
mengelilingi dada, adanya penggunaan otot bantu pernafasan, pasien sulit
bernafas, RR > 24x/menit, irama nafas tidak teratur, nafas cepat dan pendek, suara
nafas wheezing (Pamela, 2011).
3. Circulation: mengkaji ada tidaknya denyut nadi, kemungkinan syok, dan adanya
perdarahan eksternal, denyut nadi, kekuatan dan keteraturan, warna kulit dan
kelembaban, tanda-tanda perdarahan eksternal, tanda- tanda jejas atau trauma.
Masalah circulation yang timbul pada pasien luka bakar yaitu peningkatan curah
jantung dalam beberapa menit pertama cedera, nadi tidak dapat diraba, tingkat
kesadaran menurun (Pamela, 2011).
4. Disability: mengkaji kondisi neuromuskular pasien, keadaan status
kesadaran(GCS), keadaan ekstrimitas, kemampuan motorik dan sensorik.
Pada pasien luka bakar yang diakibatkan oleh luka bakar listrik dapat terjadi
penurunan kesadaran, paralisis motorik, disorientasi dan defisit sensorik (Lalani,
2013).
5. Exposure and environment control: pemaparan dan kontrol lingkungan tentang
kondisi pasien secara umum (Kartika, 2011:73).
D. Pengkajian sekunder
1. Riwayat keperawatan :
Riwayat penyakit sekarang meliputi keluhan utama pasien, riwayat
penyakit saat ini, riwayat pengobatan, pengobatan yang sedang dijalani,
riwayat keluarga dan sosial, serta review sistem (Kartika, 2011:44).
Pengkajian subjektif nyeri meliputi: P (penyebab, yang menimbulkan
nyeri, adakah hal yang menyebabkan kondisi memburuk/membaik), Q
(kualitas, keluhan klien), R (arah perjalanan nyeri, daerah nyeri), S (skala nyeri
1-10), T (lamanya nyeri dirasakan, terus menerus/ hilang timbul) (Kartika ,
2011:44).
Pengkajian Objektif tanda-tanda vital meliputi tekanan darah meliputi
systole > 100-140 mmHg, diastole > 60-90 mmHg, nadi 60-100 kali/ menit
atau lebih, suhu: 36-37,5 C atau meningkat dan pernafasan lebih dari 16- 24
kali/menit (Kartika, 2011: 44).
2. Pemeriksaan fisik per sistem yang biasa timbul pada luka bakar yaitu:
a. Sistem neurologi
Menurut metode Glascow Coma Scale (GCS) dengan penilaian Eye
(4 untuk buka mata spontan, nilai 3 dengan suara, nilai 2 dengan nyeri dan
1 tanpa respon), penilaian Verbal (5 apabila orientasi bagus, 4 jika pasien
bingung, 3 apabila kalimat tidak jelas, 2 jika suara tidak jelas/bergumam
dan 1 jika tidak ada respon) serta motorik (6 bila pasien dapat mengikuti
perintah dengan baik, 5 bila pasien mampu melokalisasi nyeri, 4 bila pasien
menghindari nyeri, 3 bila fleksi abnormal, 2 bila ekstensi abnormal dan 1
bila tanpa respon) (Kartika, 2011: 58).
Pada kasus luka bakar dapat ditemukan penurunan kesadaran yaitu
nyeri pada respon membuka mata, gangguan verbal, dan gangguan motorik
karena adanya cedera (Lalani, 2013).

b. Sistem respirasi
Periksa bagian wajah, dada, dan leher pasien atas adanya tanda-
tanda distress pernafasan seperti penggunaan otot aksesori, keteraturan
retraksi dada, keteraturan pola nafas, dan suara nafas abnormal (Kartika,
2011: 61).
Pada kasus luka bakar dapat ditemukan adanya batuk, suara serak,
stridor, takipne, dispnea, agitasi adanya sputum mengandung karbon,
penggunaan otot bantu pernafasan, pasien sulit bernafas, RR lebih atau
kurang dari 24x/menit, irama nafas tidak teratur, nafas cepat dan pendek,
suara nafas wheezing(Pamela, 2011).
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji atas adanya keluhan nyeri pada dada, normalitas tanda-tanda
vital, dan denyut jantung yang cepat, pelan atau tidak teratur (Kartika,
2011).
Dalam pengkajian sistem kardiovaskuler pada kasus luka bakar akan
terjadi peningkatan curah jantung dalam beberapa menit cedera, dan nadi
sulit diraba (Pamela, 2011).
d. Sistem pencernaan
Periksa adanya distensi abdomen, jejas, dan adanya luka. Auskultasi
keempat kuadran dan pastikan status peristaltik usus. Palpasi adanya nyeri,
hepatomegali, dan limpa. Perkusi untuk mngetahui ukuran organ dan
memeriksa daerah cairan atau rongga intra abdominal (Kartika, 2011).
Pada luka bakar akan ditemukan adanya penurunan metabolik
sebagai akibat dari respon sistemik pada 24 jam pertama cedera (Gurnida,
2011).
e. Sistem muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal di unit gawat darurat berhubungan
dengan trauma dan infeksi. Kaji luka atas adanya edema, eritema, jejas, dan
nyeri. Periksa pergerakan dan status neurovaskular pasien untuk mendeteksi
masalah. Lepaskan semua perhiasan dan pakaian ketat dari daerah luka
(Kartika, 2011: 62).
Pada pasien luka bakar dapat ditemukan edema jaringan dan
nekrosis (Lalani, 2013: 357).
f. Sistem perkemihan
Catat frekuensi urin, adanya inkontinensia, terasa panas, atau bau
aneh dan status nyeri pada sistem urinaria.
Pada pasien luka bakar akan ditemukan urine berwarna kemerahan
yang menunjukkan adanya hemokromogen dan mioglobin akibat kerusakan
otot karena luka bakar yang dalam (Muttaqin dan Kumala, 2012: 207).
g. Sistem integumen
Meliputi pemeriksaan warna, tekstur, turgor, suhu, kepucatan,
sianosis dan kekuningan (Kartika, 2011: 62).
Pada sistem integumen pasien luka bakar mengalami gangguan
integritas kulit seperti kulit berwarna abu-abu dan pucat, dan adanya krustal
(Pamela, 2011, Nurarif dan Hardhy, 2015).
h. Sistem endokrin
Perhatikan adanya gangguan endokrin jika pasien merasa sering
lelah, lemah, terjadi penurunan BB, poliuri, polidipsi dan polifagi (Kartika,
2011:64).

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan pada luka bakar meliputi laboratorium meliputi kadar
elektrolit serum yang mungkin normal pada awalnya tetapi akan berubah
selama program tindakan awal, BUN (nitrogen urea darah) dan kreatinin
mungkin meningkat palsu berkaitan dengan kekurangan cairan, glukosa
darah yang mungkin meningkat sebagai akibat respon stres, gas darah arteri
awalnya Po2 mungkin normal pada cedera inhalasi tetapi penting untuk
mendokumentasikan pH pada pasien yang menderita luka bakar listrik
karena umumnya akan mengalami asidosis metabolik ringan yang akan
membaik dengan resusitasi secara adekuat, hitung darah lengkap dimana
pada awalnya hemoglobin dan hematokrit mungkin meningkat sebagai
akibat pergeseran cairan intraseluler, albumin serum kadarnya mungkin
rendah karena protein plasma terutama albumin hilang ke dalam jaringan
yang cedera sekunder akibat peningkatan permeabilitas kapiler, skrining
obat dan alkohol serum serta skrining obat dalam urine secara khusus
apabila pasien tidak sadar atau tingkat kewaspadaannya menurun,
karboksihemoglobin serum pada pasien dengan dugaan cedera inhalasi
dengan peningkatan kadar >10%, mioglobulin urine harus dilakukan untuk
pasien luka bakar listrik karena mioglobulin dilepaskan ketika jaringan otot
mengalami kerusakan dimana mioglobulin dapat menyebabkan kerusakan
pada tubulus ginjal bila ginjal tidak dibilas dengan baik dan urine akan
berubah menjadi merah terang atau berwarna teh, radiografi dada untuk
mengetahui perubahan radiograf dada yang biasanya terlihat sekitar 48 jam
setelah cedera inhalasi, elektrokardiogram terutama di indikasikan pada
luka bakar listrik karena disertai komplikasi disritmia jantung dan juga CT
scan untuk menyingkirkan hemoragi intrakranial pada pasien dengan
penyimpangan neurologik yang menderita cedera listrik (Pamela, 2011:
200).
2. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah memperoleh hasil pengkajian kemudian data
telah divalidasi untuk menentukan diagnosa.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada luka bakar, yaitu:
a. (00031)Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya cedera
alveolar yang ditandai dengan sputum berkarbon, suara serak, rambut nasal terbakar,
penurunan PO2 atau peningkatan PCO2.
b. (00032)Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya edema dan efek
inhalasi.
c. (00204)Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan edema seluruh
tubuh, jaringan vaskular, penurunan curah jantung, dan hipovolemia.
d. (00025) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
akibat peningkatan evaporasi.
(Nurarif dan Hardhy, 2015: 216, Pamela, 2011: 199, Nugroho, 2011: 165).
4. Intervensi
Tabel 3.1 Intervensi Keperawatan
Tulis dx apa?? Define dan factor yg berhubungan sprti apa??
No. Dx Intervensi Commented [d11]: Tulis dx apa?? Define dan factor yg
berhubungan sprti apa??
NOC NIC
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas (3140):
keperawatan selama...jalan a. Kaji kepatenan jalan jalan
napas klien kembali paten nafas.
(terbebas dari sumbatan), b. Lakukan pembebasan jalan
dengan kriteria hasil: nafas.
a. Suara nafas bersih, tidak ada c. Berikan O2 sesuai resep.
dyspnea. Monitor pernafasan (3150):
b. Tidak ada sputum. d. Siapkan untuk intubasi
c. Irama dan frekuensi nafas endotrakea
dalam rentang normal e. Pasang slang nasogastrik
(RR=16-24x/menit, irama untuk mencegah aspirasi
nafas teratur). pada pasien tidak sadar.
f. Kolaborasi pemberian
bronkodilator jika perlu.

2. Setelah dilakukan tindakan Monitor pernafasan (3150):


keperawatan selama...jalan a. Kaji karakteristik pola nafas
napas klien kembali paten (frekuensi, kedalaman,
(terbebas dari sumbatan), irama).
dengan kriteria hasil: b. Kaji adanya penggunaan
a. Pola nafas pasien otot bantu pernafasan.
regular(RR=16-24x/menit), c. Berikan posisi kepala lebih
irama nafas teratur. tinggi 30˚
b. Tidak tampak adanya retraksi d. Kolaborasi pemberian O2
dinding dada
c. Tanda vital dalam rentang
normal (TD: sistole <130,
diastol <90 mmHg, S: 36,5-
37,5˚C, RR: 16-24x/menit,
HR: 60-100x/menit).

3. Monitor hemodinamik invasive


Setelah dilakukan tindakan (4210) :
keperawatan selama...jalan a. Kaji keadaan umum dan
napas klien kembali paten TTV.
(terbebas dari sumbatan), b. Observasi perubahan pasien
dengan kriteria hasil: dalam merespon stimulus.
a. Tidak ada tanda-tanda c. Kolaborasi pemberian obat.
peningkatan tekanan d. Batasi gerakan pada kepala,
intrakranial (tidak lebih dari leher dan punggung.
15 mmHg). e. Sambungkan monitor
b. TTV dalam batas jantung, monitor saluran
normal(TD: sistole<130, oksigen, dan manset TD
diastol<90 mmHg, S: 36,5- otomatis ke pasien.
37,5˚C, RR: 16-24x/menit,
HR: 60-100x/menit).
c. Komunikasi jelas.
d. Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi.
4. Manajemen cairan ((4120)
Setelah dilakukan tindakan a. Pertahankan catatan intake
keperawatan selama...jalan dan output yang akurat.
napas klien kembali paten b. Monitor status hidrasi
(terbebas dari sumbatan), (kelembapan membran
dengan kriteria hasil: mukosa dan nadi adekuat).
a. Urine output sesuai dengan c. Monitor status cairan intake
usia dan BB dan output.
b. Tanda-tanda vital dalam d. Dorong pasien untuk
batas normal menambah intake oral.
c. Elastisitas turgor kulit baik, e. Kolaborasi pemberian
membran mukosa lembab, cairan IV
tidak ada rasa haus
berlebihan.

(Nurarif dan Hardhy, 2015).

BAB IV CAri jurnal keperawatan terkait penatalaksanaan, atau terkit luka bakar di IGD

BAB V
PENUTUP Commented [d12]: BAB V

A. KESIMPULAN
Luka bakar merupakan cedera paling berat yang mengakibatkan permasalahan
yang kompleks, tidak hanya menyebabkan kerusakan kulit namun juga seluruh sistem
tubuh (Nina,2008). Luka bakar adalah trauma yang diakibatkan oleh panas, bahan kimia,
arus listrik, dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luas
permukaan tubuh yang terbakar akan mempengaruhi metabolisme dan fungsi sel tubuh
dan mengganggu semua sistem terutama sistem kardiovaskuler (Rahayuningsih, 2012).
Luka bakar di klasifikasikan berdasarkan kedalaman luka, luas luka dan berat ringannya
luka baka. Luka bakar dibagi menjadi 3 grade yaitu Grade I: Kerusakan pada epidermis,
Grade II: Kerusakan pada epidermis dan dermis, Grade III: Kerusakan pada semua lapisan
kulit, tidak ada nyeri.
Penilaian awal pasien cedera thermal terdiri dari Pengkajian primer yang terdiri dari
Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure and environment control dann
Pengkajian sekunder yang terdiri dari Riwayat keperawatan, Pemeriksaan fisik per sistem
yang biasa timbul pada luka bakar, dan Pemeriksaan penunjang.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran :
Saran Untuk Perawat
a. Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan
dan ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan luka bakar
dengan cepat dan tepat.
b. Diharapkan seorang perawat harus lebih terampil dan selalu siap dalam
memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam mendiagnosis suatu masalah
yang di hadapi pasiennya agar tindakan dan pengobatan cepat dan tepat sesuai
kebutuhan klien.
c. Diharapkan seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya di perlukan adanya
kerjasama antar tim dan diperlukan ketersediaan prasarana yang memadai dalam
meningkatkan mutu pelayanan asuhan pada klien.

DAFTAR PUSTAKA Commented [d13]: MAna buku kep gadar nya???

Cantumkan buku kep. gadar


Moorhead, Sue, et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). ELSEVIER
NANDA-I. 2017. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M, et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). ELSEVIER
Dewi, Yulia Ratna Sintia. 2013. Luka Bakar : Konsep Umum dan Investigasi Berbasis Klinis
Luka Antemortem dan Postmortem. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta : Gosyen Publising.

Вам также может понравиться