Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MAKALAH
Disusun oleh :
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kepala negara merupakan inti sari bagi negara, dimana kepala negara
merupakan kebutuhan untuk manusia di muka bumi sebagai penengah, pengayom dan
sebagai pengendali umat manusia menuju jalan kebaikan. Dan kepala negara adalah
suatu suksesi dalam negara menjalankan roda pemerintahan, maka dari itu perlu di
pilihnya seseorang untuk menjadi kepala negara.
Para ulama sepakat tentang hukum memilih kepala negara yaitu wajib. Tapi
mereka berbeda pendapat apakah wajib menurut syara atau menurut akal. Menjadi
kepala negara hukumnya fardhu khifayah; sedangkan berpartisipasi dalam memilih
kepala negara hukumnya fardhu ain bagi seluruh warga negara yang sudah memenuhi
persyaratan untuk memilih.
Tujuan pemilihan kepala negara dalam perspektif Islam tidak lepas dari tujuan
utamanya yaitu antara lain : a. Melaksanakan ajaran Islam, b. Menegakkan keadilan
negara karena Allah, c. Memakmurkan bumi Allah, d. Membentuk pasukan keamanan
yang tangguh dan e. Bekerjasama dengan negara-negara Islam lainnya.
2. Hadis tentang Cara Pemilihan Kepala Negara atau Pemimpin
َل ت َ ِحل ِلث َ ََلثَة يَك ُْونُ ْونَ ِبفُ ََلة,, ع َمر أن النبى صلى هللا عليه وآ له وسلم قال
ُ ع ْبدِهللا بن
َ عن
)علَ ْي ِه ْم أ َ َح َد ُه ْم (رواه احمد ْ ض إِلا
َ أم ُر ُوا ِ ِمنَ الَ ْر
“Nabi saw, bersabda : Tidak halal bagi tiga orang yang berada di sesuatu tempat yang
lapang (tempat-tempat yang berbahaya), melainkan mereka harus mengangkat salah
seorang dari mereka untuk menjadi Amir”. (H.R. Ahmad; Al-Muntaqa II 931)
3. Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, pokok masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini yaitu hadis-hadis mengenai cara pemilihan kepala
negara, hukum yang terkandung dalam hadis, dan pandangan para ulama tentang cara
pemilihan kepala negara.
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah kepemimpinan dalam hukum Islam ada beberapa yang digunakan, yaitu
khilafah, imarah, sultan, mulk dan ri’asah. Setiap istilah mengandung kepemimpinan
secara umum. Namun istilah yang sering digunakan dalam konteks kepemimpinan
pemerintahan dan kenegaraan, yaitu Khilafah, Imamah dan Imarah.
1
Ibnu Manzhur, Lisaan al-Arab, (Kairo: Daarul Ma’arif. T.th), hal. 1235
2
Farid abdul Khaliq, Fikih Politik Islam (Jakarta: Amzah. 2005) cet. Ke-1 hal. 75
beranggotakan tujuh orang. Sedangkan pemilihan Ali bin Abi Thalib sebagai
khulafaurrasyidin berbeda dengan tiga pendahulunya. Pemilihan Ali bin Abi Thalib
dalam suasana umat Islam sedang dalam kekacauan dan penuh fitnah sebagai akibat
terbunuhnya Utsman bin Affan.
3
Dr. H. Sutisna, M.A, Pemilihan Kepala Negara(Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di
Indonesia)(Yogyakarta: Deepublish, 2014) Cet-1, hal. 107
Dengan memperhatikan sejarah perkembangan Islam sejak dari zaman Rasul
dan apa yang dilakukan oleh para sahabat setelah Rasul wafat dan apa yang
dirundingkan mereka dalam muktamar Safaqah Bani Sa’idah, nyatalah bahwa seluruh
sahabat sepakat menetapkan tentang perlu adanya Khalifah yang mengganti
kedudukan Rasul dalam urusan keduniaan umat dan dalam memelihara agama. Maka
oleh karenanya dalil yang terkuat untuk menetapkan wajib adanya kepala negara
ialah: ijma’ para sahabat, di samping dalil-dalil yang lain.
“Mendengar dan taat adalah wajib bagi setiap muslim, baik yang ia suka maupun
yang tak ia sukai, selama ia tak diperintahkan melakukan kemaksiatan, adapun jika ia
diperintahkan meakukan maksiat, maka tak ada hak mendengar dan mentaati” (HR.
Bukhari)
ُ { ال ِد ْين: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: َوعن ت َ ِميم الد َِاري رضي هللا عنه قال
ِ ، و ِلرسوله، و ِل ِكتا َ ِبه، ِ َّّلِل: ِل َم ْن ِه َي يا رسول هللا؟ قال: : ث َ ََلثا قُ ْل َنا-ُالنَ ِص ْي َحة
وِلَئِ َّم ِة
} س ِل ِم ْينَ و عا َ َّمتِ ِهم
ْ ال ُم
4
Dr. H. Sutisna, M.A, Pemilihan Kepala Negara(Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di
Indonesia)(Yogyakarta: Deepublish, 2014) Cet-1, hal. 116
5
Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi, Ahkam al-Sultaniyyah, hal.13
6
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, hal. 89
BAB III
ANALISIS HADIST
Dari dua model mekanisme pemilihan kepala Negara yaitu dalam Islam dan di
Indonesia terdapat beberapa kesamaan dalam proses pemilihannya, yaitu bahwa
pemilihan kepala Negara dilakukan dengan kesepakatan seluruh warga Negara.
Mereka memiliki hak untuk memilih kepala negaranya dengan cara yang sebaik-
baiknya. Jika dalam Islam tidak diatur secara langsung mekanisme pemilihannya
maka di Indonesia di atur oleh Undang- Undang No. 23 tahun 2003 tentang
pemilihan presiden dan wakilnya. Perbedaan yang mencolok dalam mekanisme ini
adalah bahwa dalam Islam pemilihan kepala Negara didasarkan pada nilai-nilai Islam
dan harus selarasn dengan aturan-aturan yang ada di dalamnya, sementara pemilihan
umum di Indonesia hanya didasarkan kepada demokrasi yaitu kekuasaan di tangan
rakyat.7
7
https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/am/article/view/112 diakses pada tanggal 18 Mei 2019
pukul 16.15
BAB VI
PENUTUP
Kepala negara merupakan inti sari bagi negara, dimana kepala negara
merupakan kebutuhan untuk manusia di muka bumi sebagai penengah, pengayom dan
sebagai pengendali umat manusia menuju jalan kebaikan. Dan kepala negara adalah
suatu suksesi dalam negara menjalankan roda pemerintahan, maka dari itu perlu di
pilihnya seseorang untuk menjadi kepala negara.
Para ulama sepakat tentang hukum memilih kepala negara yaitu wajib. Tapi
mereka berbeda pendapat apakah wajib menurut syara atau menurut akal. Menjadi
kepala negara hukumnya fardhu khifayah; sedangkan berpartisipasi dalam memilih
kepala negara hukumnya fardhu ain bagi seluruh warga negara yang sudah memenuhi
persyaratan untuk memilih.
Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi, Ahkam al-Sultaniyyah
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara
https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/am/article/view/112