Вы находитесь на странице: 1из 10

http://sumut.kemenag.go.

id/

KEPRIBADIAN WIDYAISWARA DAN MOTIVASI BELAJAR


DALAM KONSEP TIORITIS
Oleh : Idris Ritonga S.Ag MPd
WIDYAISWARA BDK Medan

ABSTRAKSI

Ritonga Idris Tulisan ini bertujuan membahas tentang kepribadian


widyaiswara.Kepribadian merupakan suatu yang bersipat abstrak, sukar dilihat dan
diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya
dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakan, ucapan, cara
bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik
yang ringan maupun yang berat. Perasaan dan emosi Widyaiswara yang mempunyai
kepribadian terpadu tampak stabil, optimis dan menyenangkan. Dia dapat menikmati
hati Peserta latih, karena setiap seseorang merasa diterima dan disayangi oleh
Widyaiswara, betapapun sikap dan tingkah lakunya. Faktor terpenting bagi seorang
Widyaiswara adalah kepribadiannya.Kepribadian itulah yang akan menentukan
apakah ia menjadi pendidik, pengajar dan pelatih yang baik bagi Peserta latihnya,
ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan Peserta latih,
terutama bagi Peserta latih yang masih baru dalam dunia diklat dimana mereka
sedang mengalami kegoncangan pikiran dan perasaan dalam menghadapi kerja.

I. Pendahuluan

Pada dasarnya kepribadian merupakan suatu yang bersipat abstrak, sukar dilihat
dan diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya
dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, cara
bergaul , berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik
yang ringan maupun yang berat. Perasaan dan emosional Widyaiswara dalam kelas
mempunyai pengaruh kepada peserta latih Kepribadian Widyaiswara yang
diharapkan adalah mempunyai kepribadian terpadu dan stabil, optimis dan
menyenangkan. Dia dapat menerima peserta latihnya apa adanya karena setiap
http://sumut.kemenag.go.id/

orang dapat merasa diterima dan dihargai oleh Widyaiswara, betapapun sikap
dan tingkah lakunya, kompetensi dan kemampuannya dalam mengikuti pelatihan.

II. Pembahasan
1. Kepribadian Widyaiswara
Tugas Widyaiswara bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan oleh setiap
orang .Sebab dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran Widyaiswara banyak
dituntut untuk mengembangkan wawasan pemikirannya tentang hal-hal yang
disampaikannya dihadapan Peserta latih, sehingga apa yang disampaikannya itu
dapat dipahami dan dimengerti oleh Peserta latih. Tugas seorang Widyaiswara
merupakan suatu tugas dan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasil
tidaknya Proses pembelajaran di dalam kelas sangat tergantung kepada kemampuan
Widyaiswara dalam menjalankan tugas tersebut. Salah satu tugas seorang
Widyaiswara adalah menyampaikan bahan/ materi pembelajaran kepada peserta
latih dengan maksud supaya pembelajaran tersebut dapat dipahami dan dihayati
dengan sebaik-baiknya. Lebih dari itu bahwa : Mengajar mendidik dan melatih bukan
hanya proses penyampaian ilmu pengetahuan, saja melainkan mengandung makna
yang lebih luas, yakni terjadinya intraksi manusiawi dengan berbagai aspek yang
cukup kompleks.

Seorang Widyaiswara membawa pesan moral bagi Peserta latih untuk hidup sesuai
dengan kaidah yang ada di masyarakat. Pada diri seorang Widyaiswara tercermin
kepribadian yang dapat menjadi panutan bagi Peserta latih untuk dapat bertingkah
laku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Kepribadian pada dasarnya merupakan
suatu yang bersipat abstrak, sukar dilihat dan diketahui secara nyata, yang dapat
diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek
kehidupan. Misalnya dalam tindakannnya , ucapan, cara bergaul , berpakaian dan
dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang
berat. Perasaan dan emosi Widyaiswara yang mempunyai kepribadian terpadu
tampak stabil, optimis dan menyenangkan. Dia dapat menerima peserta latihnya,
karena setiap orang merasa dapat diterima dan disayangi oleh orang lain ,
betapapun sikap dan tingkah lakunya. Widyaiswara yang goncang atau tidak stabil
emosinya misalnya mudah cemas, penakut, pemarah, penyedih, dan pemurung,
dapat mengakibatkan peserta latih akan terombang-ambing dibawah arus emosi
http://sumut.kemenag.go.id/

Widyaiswara yang goncang tersebut karena peserta latih yang masih dalam
pembelajaran itu juga dalam keadaan tidak stabil, karena masih dalam
perubahan,belum ada suatu kepastian yang jelas terhadap materi yang diajarkan. .
Biasanya Widyaiswara yang tidak stabil emosinya tidak menyenangkan bagi Peserta
latih, karena mereka sering kali merasa tidak dimengerti oleh Widyaiswara.
Kegoncangan perasaan peserta latih itu akan menyebabkan kurangnya
kemampuannya untuk menerima dan memahami pembelajaran, sebab konsentrasi
pikirannya diganggu oleh perasaannya yang goncang karena melihat atau
menghadapi Widyaiswara yang goncang tersebut.

Widyaiswara yang pemarah atau keras, akan menyebabkan komunikasi


pembelajaran tidak efektif dan efesien dan bisa berkembang menjadi putusnya
komunikasi antara widyaiswara dengan pesertanya Sikap Widyaiswara dalam
mengahadapi segala persoalan, baik menghadapi Peserta latih , teman-temannya
sesama Widyaiswa itu akan dilihat, diamati dan dinilai pula oleh Peserta latih. Sikap
pilih kasih dalam memperlakukan Peserta latih , adalah yang paling cepat dirasakan
oleh Peserta latih, Oleh karenanya seorang Widyaiswara yang propesioanal perlu
melengkapi diri dengan kemampuan pengetahuan yang luas , baik dibidang yang
diajarkannya maupun segala sesuatu yang berhubungan dengan tugasnya sebagai
pengajar pendidik dan pelatih terutama hubungannya dengan penguasaan
metodologi atau pendekatan pembelajaran. Seorang Widyaiswara harus benar-benar
memperhatikan kepribadian masing- masing Peserta latih. Dalam artian bahwa
seorang Widyaiswara benar- benar siap untuk mengabdi menjadi fasilitator
dinamisator dan informator dalam pelatihan yang dilaksanakan , memberikan
pendidikan yang terbaik kepada peserta latih .

Perasaan sosial harus benar-benar dikembangkan dalam diklat sehingga intraksi


antara widyaiswara dengan peserta latih diluar diklat terjalin dengan baik, . Dengan
sifat sosial ini akan membuat Peserta latih selalu bersilatur rahmi dengan
widyaiswara Diklat yang dikembangkan selama ini lebih banyak menekankan
kepada tanggung jawab mengajar,artinya Widyaiswara bertanggung jawab lebih
pada aspek kogntipnya padahal dalam pelatihan itu Widyaiswara bukan saja
bertanggung jawab pada aspek pengetahuan, tetapi juga terhadap aspek afek
dan psikomotorik peserta latih Pendidikan karakter dalam pelatihan sudah
http://sumut.kemenag.go.id/

merupakan suatu keharusan ditarapkan ,nilai- nilai karakter harus diwujudkan


dalam segala aspek dan diberlakukan pada ketiga unsure penting dalam diklat
yaitu Panitia Penyelenggara , Widyaiswara dan peserta latih .Pendidikan Karakter
bangsa mengajakar agar berprilaku positip yang sesuai dengan ketentuan nilai-
nilai karakter misalnya ikhlas dan berakhlak mulia, bermoral sebab akhlak
merupakan hal yaang penting diberikan kepada Peserta latih untuk mendidik
kepribadiannya.
Menjalankan tugas dan tanggung jawab yang demikian besar dan luas,
menyebabkan setiap Widyaiswara tidak bisa menjalankan tugas mengajar hanya
dengan setengah hati, melainkan Widyaiswara harus mencintai tugas-tugasnya serta
memiliki berbagai kesiapan mengajar di depan kelas, baik fisik maupun mental, serta
persiapan penguasaan bahan atau materi yang disampaikan. Karena itu tidak semua
orang bisa menjadi Widyaiswara yang baik, sebab tugas dan tanggung jawabnya
sangat besar Widyaiswara wajib memiliki segala sesuatu yang digunakan demi
tugasnya, tuntutan inilah yang membatasi kedudukannya, sehingg tidak
sembarangan orang dapat atau berhak menjadi Widyaiswara “ Maka karakteristik
menjadi Widyaiswara yang baik dengan berbagai syarat mutlak dipenuhi dan
diketahui oleh orang yang akan bertugas menjadi Widyaiswara.

2. Motivasi Belajar.

Motivasi merupakan istilah yang sangat populer dikalangan dunia pendidikan, baik
Widyaiswara maupun Peserta latih. Motivasi sagat besar peranannya di dalam
menentukan keberhasilan seseorang dalam mengikuti proses pembelajaran : Mc
Donald mengemukakan motivasi ialah : Suatu perubahan tenaga di dalam diri/
pribadi seseorang yang ditandai oleh doronganefektif dan reaksi - reaksi dalam
usaha mencapai tujuan.
Motivasi dapat diartikan dengan dorongan, yaitu yang mendorong seseoraang untuk
berbuat menurut Kartini Kartono : Dorongan itu adalah desakan yang alami untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup, dan merupakan kecendurungan untuk
mempertahankan hidup.
Lebih lanjut Y.S Marjo mengemukakan bahwa :

Motivasi ialah menunjukkan kepada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang
http://sumut.kemenag.go.id/

mendorong,dorongan yang timbul dari dalam diri individu tingkah laku


yangditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari pada gerakan atau
perbuatan tingkah laku bermotivasi ialah tigkah laku yang berlatar belakang adanya
suatu kebutuhan, tujuan tingkah laku tercapai, apabila kebutuhan sudah terpenuhi.
Dari beberapa pengertian motivasi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan dorongan kejiwaan yang ada dalam diri seseorang sebagi suatu
keinginan untuk melakukan sesuatu dan bersikap dalam mencapai tujuan tertentu
yang diinginkan dari setiap individu. Disampig itu, motivasi merupakan suatu gerakan
atau perbuatan yag terjadi karena adanya dorongan. Dorongan dapat terjadi oleh
berbagai faktor, termasuk faktor lingkungan atau situasi yang merangsang seseorang
untuk ikut melakukan atau berbuat.
Motivasi bersifat individual, karena setiap manusia mempunyai motivasi yang berbeda
terhadap suatu aktivitas. Walaupn aktivitas yang dilakukan itu sama, namun motivasi
ntuk melakukannya belum tentu sama. Motivasi sangat erat kaitannya dengan tujuan
dan kesadaran seseorang, karena kesadaraan akan mampu mendorong seseorang
untuk mencapai tujuan dari kegiatan yang dilakukan, Melalui kesadaran inilah
seseorang akan termotivasi berbuat sebaik mungkin.
Apabila dikaitkan antara defenisi motivasi dengan defenisi dorongan, maka defenisi
keduanya tidak jauh berbeda, keduanya sama-sama memberikan arah pengertian
kepada faktor yang mempengaruhi untuk berbuat.

Motivasi dapat dikaitkan dengan minat, karena minat sebagai salah satu faktor yang
mendorong seseorag untuk melakukan suatu aktivitas. Minat yang timbul dari
kebutuhan anak-anak akan merupakan faktor pendorong bagi anak dalam
melaksanakan usahanya .Jadi dapat dilihat bahwaminat adalah sangat penting dalam
pendidikan , sebab merupakan sumber dari usaha.Anak-anak tidak perlu mendapat
dorongan dari luar apabila pekerjaan yang dilakuakan cukup menarik minatnya Dalam
proses belajar mengajar motivasi sangat menentukan keberhasilan .belajar . Motivasi
dapat tumbuh secara baik,apabila sistem pembelajaran yang dilakukan dapat menarik
minat Peserta latih. Kegiatan belajar sebagai suatu kegiatan yang harus dilaksanakan
dengan konsentrasi dan ketenangan berpikir. Belajar juga membutuh analisa,
pengkajian dan pemikiran-pemikiran yang cermat sehingga apa yang dipelajari dapat
dipahami secara baik dan benar.. Melalui motivasi inilah seseorang akan dapat
melakukan motivasi merupakan dorongan kejiwaan yang ada dalam diri seseorang
http://sumut.kemenag.go.id/

sebagi suatu keinginan untuk melakukan sesuatu dan bersikap dalam mencapai
tujuan tertentu yang diinginkan dari setiap individu.mua dengan baik, hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata “ Motif adalah keadaan dalam
pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas –aktivitas guna
mencapai sesuatu tujuan”

Motivasi mempunyai peranan penting untuk mencapai tujuan belajar, karena


dengan motivasi akan dapat diciptakan suatu proses belajar yang baik,Sebagaimna
telah dikemukakan pada uraian sebelumnya, bahwa motivasi secara garis besarnya
terbagi dua yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri, dan motivasi yang timbul
akibat pengaruh dari lingkungan ( luar diri ) Untuk lebih jelasnya tentang hal ini, maka
dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Motif-motif ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsi karena adanya


perangsang dari luar, seperti misalnya orang belajar giat kerena diberi tahu bahwa
sebentar lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena diberi tahu bahwa
hal itu harus dilakukannya sebelum dia dapat melamar pekerjaan dan sebagainya

2. Motif-motif intrinsik, yaitu motif-motif yang memang berfungsinya tidak usah


dirangsang dari luar. Memang dari diri individu sendiri telah ada dorongan itu
.Misalnya orang yang rajin membaca yang tidak usah ada yang mendorong
telahmencari sendiri buku-buku dibacanya, orang yang rajin dan bertanggung
jawabyang tidak usah menanti komando sudah belajar secara baik-baik.
Untuk mengetahui lebih jauh bagaiman urgensi atau pentingnya motivasi dalam
kegiatan pembelajaran, maka tidak terlepas dari faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut. Secara garis besarnya faktor
yang mempengaruhi belajar diklasifikasikan kepada dua bagian yaitu :

1 Faktor-faktor yang berasal dari luar diri Peserta latih dan ini masih lagi dapat
digolongkan menjadi dua golongan dengan catatan bahwa overlaping tetap
ada yaitu : faktor sosial dan faktor non sosial
2. Faktor faktor yang berasal dari dalam diri Peserta latih itu sendi dan ini pun
dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan yaitu : faktor fisiologis dan faktor
psikologis.
http://sumut.kemenag.go.id/

Dari kutipan diatas jelaslah bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi terjanya
proses belajar. Secara garis besarnya ada dua yaitu faktor eksternal dan
internal faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak seperti
keadaan cuaca dan keadaan sosial tempat tinggal. Apabila keadaaan cuaca tidak
terlalu panas dan dingin sehingga terasa sejuk, tentu akan mendukung kepada
kegiatan belajar yang dilalukan. Demikian juga keadaan lingkungan sosial harus
mampu memberikan rangsangan yang dapat menarik minat sipelajar itu sendiri
.sebagaimana dikemukakan Arif S. Sadiman, dkk bahwa :” Proses belajar terjadi
karena adanya intraksi individu dengan lingkungannya “
Penjelasan di atas memberikan suatu pemahaman bahwa faktor eksternal yang
mempengaruhi kegiatan belajar dapat disebut motivasi yang bersifat eksternal,
yaitu dorongan yang timbul dari luar diri seseoranguntuk melakukan kegiatan
belajar.
Apabila motivasi timbul dengan baik , maka akan dapat melakukan aspek-aspek
diatas dengan baik. Konsekuensinya adalah apabila motivasi untuk belajar sudah
baik, maka Peserta latih akan mendapatkan prestasi belajar yang baik.
Faktor kedua yang dapat mempengaruhi motivasi belajar ialah faktor internal
(motivasi intrinsik) yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri. Kaitannya dengan
kegiatan belajar maka motivasi intrinsik ialah faktor yang timbul dari dalam diri
seseorang untuk mendorong melakukan kegiatan belajar. Motivasi intrinsik ini
sangat besar pengaruhnya untuk mencapai keberhasilan belajar. Dengan
terbentuknya dorongan seperti ini , maka seseorangakan melakukan kegiatan
belajar atas dasar kesadaraan sendiri,mau menempuh berbagai usaha demi
tercapainya tujuan yang diharapkan dari kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Roestiyah N.K :” Faktor internal ialah faktor yang timbul
dari dalam diri itu sendiri “
Motivasi dilihat dari segi fungsinya adalah sebagai sarana atau alat penggerak,
yaitu mendorong seseorang untuk bergerak. Pergerakan tersebut dapat berbentuk
berbagai aktivitas , sesuai dengan jenis aktivitas apa yang dilakukan. Kegiatan
belajar dapat berlangsung secara baik, apabila didukung dengan adanya dorongan-
dorongan yang datag dari luar diri anak, maupun dorongan yang datangnya dari diri
anak itu sendiri.
http://sumut.kemenag.go.id/

Motivasi dari Widyaiswara sangat menentukan keberhasilan peserta latih dalam


mengikuti proses pembelajaran. Sejumlah bahan pelajaran yang diberikan kepada
peserta latih akan sulit diikuti tanpa adanya dorongan dari Widyaiswara, sekalipun
Peserta latih menunjukkan motivasi yang baik untuk mengikuti pelajaran, tetapi
apabila tidak dapat diikuti secara baik kurang dipahami, maka motivasi yang
timbul dari dalam diri peserta dapat mengendor, ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh M.Athiyah Al- Abrasyi yaitu seorang peserta tidak membatasi
pada hanya sekedar membaca buku, tetapi Widyaiswara mempunyai peran
menganjurkan dan memberikan dorongan-agar peserta membekali diri dengan
berbagai kompetensi sesuai dengan tupoksinya masing-masing.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui antara motivasi intrinsik dengan motivasi
ekstrinsik harus sejalan, saling melengkapi dan saling mendukung terhadap proses
kegiatan pembelajaran. Intensitas motivasi seorang peserta latih akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.Motivasi dilihat dari segi
fungsinya adalah sebagai sarana atau alat penggerak, yaitu mendorong seseorang
untuk bergerak. Pergerakan tersebut dapat berbentuk berbagai aktivitas sesuai
dengan jenis aktivitas apa yang dilakukan. Kegiatan belajar dapat berlangsung
secara baik, apabila didukung dengan adanya dorongan-dorongan yang datag dari
luar diri maupun dorongan yang datangnya dari dalam.

Motivasi dari Widyaiswara sangat menentukan keberhasilan peserta latih dalam


mengikuti proses pembelajaran.Sejumlah bahan pelajaran yang diberikan kepada
peserta latih akan sulit diikuti tanpa adanya dorongan dari Widyaiswara, sekalipun
peserta latih menunjukkan motivasi yang baik untuk mengikuti pelajaran , tetapi
apabila tidak dapat diikuti secara baik kurang dipahami, maka motivasi yang
timbul dari dalam diri anak dapat mengendor, ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh M. Athiyah Al- Abrasyi yaitu seorang peserta latih tidak
membatasi pada hanya sekedar membaca buku, tetapi Widyaiswara
menganjurkan dan memberikan dorongan-dorongan terhadap mereka dengan
demikian antara motivasi intrinsik dengan motivasi ekstrinsik harus sejalan, saling
melengkapi dan saling mendukung terhadap proses kegiatan pembelajaran.
Intensitas motivasi seorang Peserta latih akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya.
http://sumut.kemenag.go.id/

III. Penutup / Kesimpulan.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas dapat, diketahui bahwa


kepribadian Widyaiswara dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta
latih,artinya kepribadian yang baik dari Widyaiswara akan memberikan motivasi
yang baik bagi peserta latih untuk belajar dengan baik. Sebaliknya kepribadian
yang jelek/ buruk juga dapat berpengaruh kepada motvasi peserta latih .oleh
karenanya Widyaiswara harus dapat melakukan introspeksi diri bekaitan
dengan Kepribadian yang dimilikinya,. hal ini dapat dimaklumi karena
kepribadian Widyaiswara dapat dijadikan sebagai cermin bagi Peserta latih
untuk bersikap dan berprilaku yang baik.

IV. Daftar Pustaka .


1. Hanafiah dkk 2009 Intraksi dan Motifasi Belajar Mengajar : Rafika Aditama
Bandung.
2. Sudirman, AM. 2009. Intraksi & Motifasi Belajar Mengajar. PT Grafindo
Persada. Jakarta.
3. Slameto.2010 . Belajar dan Faktor- faktor Yang Mempengaruhinya. Ranika
Cipta. Jakarta
4. Uno Hamzah B 2006. Teori Motifasi Belajar . Bumi Aksara Jakarta.
5. Gomes, F.C.,2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit andi,
Yigyakarta.

6. Hasibuan, M.S.P., 2000, Manajemen sumber daya manusia, Penerbit


:Bumi aksara, Jakarta.

7. Mangkuprawira, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia , Penerbit


Ghalia Indonesia, Jakarta.
8. Manullang, M., 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta :
BPFE.
9. Nasution,M.,2000, Manajemen Personalia Aplikasi dalam Perusahan,
Jakart
10. Timpe, A.D, (1993), Kinerja, Jakarta : Gramedia
11. Vincent, P. Costa dkk , (2000), Panduan Pelatihan Untuk
Pengembangan Sekolah, Jakarta: Depdiknas.
12. Wahyusumidjo, (2001), Kepemimpinan kepala Sekolah, Jakarta: Raja
Grasindo Persada
13. Winardi, (2000), Kepemimpinan Dalam Manejemen, Jakarta: Rineka
Cipta.
http://sumut.kemenag.go.id/

14. Yuki, G. (1998), Kepemimpinan Dalam Organisasi, Jakarta;


Prenhallindo.

Вам также может понравиться