Вы находитесь на странице: 1из 30

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III


(PTK Pada Siswa Kelas III SDN Maospati 2 Kecamatan Maospati
Kabupaten Magetan Tahun Ajaran 2016/2017).
Endang Ismiati, NIM 837401444, E.mail endangismiati4@gmail.com,
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini (1) Untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian
melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas III SDN Maospati 2. (2) Untuk
memaparkan cara penerapan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan
kemampuan menghitung perkalian.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan tes. Dengan
teknik analisis model interaktif terdiri reduksi data, sajian dan kesimpulan atau
verifikasi.
Hasil penelitian (1) Ada peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa mulai dari
43,77 menjadi 64,55 kemudian 85,66. Ada peningkatan prosentase ketuntasan
belajar siswa mulai dari 0% menjadi 22,22% terakhir 88,88%.
Berdasar data tersebut maka di simpulkan bahwa melalui pendekatan kontekstual
mampu meningkatkan kemampuan menghitung perkalian siswa kelas III SDN
Maospati 2 Tahun Ajaran 2016/2017.
Kata Kunci : Menghitung, Perkalian, Pendekatan, Kontekstual
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa
ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar,
analisis, dan teori peluang.
Ilmu ini sering kali sekedar dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit
sehingga banyak siswa yang kurang menyukainya. Matematika merupakan ilmu
yang mengkaji obyek abstrak dan mengutamakan penalaran deduktif. Objek
Matematika adalah merupakan benda pikiran yang bersifat abstrak dan tidak dapat
diamati dengan panca indra. Karena itu wajar apabila matematika tidak mudah
dipahami oleh kebanyakan siswa Sekolah Dasar.
Disamping itu faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah dari
dalam diri siswa maupun dari luar siswa. Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan oleh peneliti di kelas III SDN Maospati 2, data hasil ulangan materi

1
perkalian, hasil belajar siswa masih rendah. Rendahnya hasil belajar perkalian
matematika menunjukkan bahwa pembelajaran perkalian matematika perlu
diperbaiki guna peningkatan kualitas hasil pendidikan. Maka peneliti ingin
berusaha meningkatkan hasil belajar matematika siswa (materi perkalian) pada
siswa kelas III SDN Maospati 2 Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan Tahun
Pelajaran 2016/2017.
Faktor dari guru juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Pembelajaran
guru masih menggunakan pendekatan teaching center artinya bahwa guru menjadi
sumber segala pengetahuan yang akan diterima dan diketahui oleh siswa. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka dalam mempelajari suatu konsep /prinsip-prinsip
matematika diperlukan pengalaman melalui pendekatan yang membawa anak
berpikir konkret ke abstrak, yaitu melalui pendekatan konstektual. Pendekatan
kontekstual adalah pendekatan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Sehubungan
dengan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang Peningkatan
Kemampuan Menghitung Perkalian Melalui Pendekatan Kontekstual pada
Kelas III SDN Maospati 2 Kecamatan Maospati Kabupaten Maospati tahun
pelajaran 2016/2017.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat di identifikasikan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Hasil belajar matematika siswa kelas III SDN Maospati 2 rendah
2. Belum tercapainya tujuan pendidikan seperti yang diharapkan oleh
pemerintah.
3. Adanya anggapan siswa, pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling
sulit, menakutkan dan membosankan sehingga hasil belajar matematika
rendah.
4. Banyaknya guru yang menyampaikan pembelajaran matematika masih
menggunakan pendekatan teaching center.

2
2. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk memfokuskan
suatu permasalahan yang akan diteliti. adapun batasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai
oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran dan mengerjakan tes
Matematika sehingga mengakibatkan siswa mengalami perubahan yang
dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Hasil belajar yang dimaksud dibatasi pada ketuntasan nilai yang diperoleh
siswa dari hasil tes awal, tes siklus 1dan 2 pada siswa.
3. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning – CTL ) adalah
konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
B. Perumusan Masalah
Dari permasalahan di atas, dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Apakah pendekatan konstektual mampu meningkatkan kemampuan
menghitung perkalian pada siswa kelas III SDN Maospati 2 Kecamatan
Maospati Kabupaten Magetan Tahun pelajaran 2016/2017 ?
2. Bagaimanakah cara penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan
kemampuan belajar menghitung perkalian pada siswa kelas III SDN
Maospati 2 Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran
2016/2017 ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kemampuan menghitung perkalian melalui pendekatan
kontekstual pada siswa kelas III SDN Maospati 2 Kecamatan Maospati
Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2016/2017.

3
2. Memaparkan cara penerapan Pendekatan Kontekstual dalam meningkatkan
kemampuan menghitung perkalian pada siswa kelas III SDN Maospati 2
Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2016/2017.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ada 2 macam, yaitu manfaat secara teoretis dan
manfaat secara praktis.
1. Manfaat secara teoretis
a. Memberikan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika khususnya perkalian.
b. Secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi
pembelajaran berupa adanya pergerakan paradigma konvensional menuju
ke paradigma kontemporer(membelajarkan).
2. Manfaat secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak berikut :
a. Guru.
Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan guru untuk mengatasi
kesulitan pembelajaran dalam bidang matematika khususnya dalam menghitung
perkalian menggunakan pendekatan kontekstual.
b. Siswa
Meningkatnya kemampuan siswa dalam memahami perkalian dapat
menemukan hal baru yang positif.
c. Sekolah
Meningkatnya kualitas dan mampu menjadi pendorong untuk selalu
mengadakan pembaharuan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik.

TINJAUAN PUSTAKA
A.KAJIAN TEORI
1. Hakikat Pembelajaran Matematika
a. Hakikat Pembelajaran
1). Pengertian Belajar

4
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan. Definisi belajar yang umum diterima saat ini ialah bahwa
belajar merupakan suatu usaha yang di lakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru,secara keseluruhan sebagai pengalaman individu
itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor intern dan ekstern.
a). Faktor-Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Di dalam membicarakan faktor intern terbagi menjadi tiga faktor, yaitu :
faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan.
(1) Faktor Jasmaniah
Di dalam faktor jasmaniah terbagi lagi menjadi dua faktor yang berpengaruh
dalam proses belajar yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh.Sehat berarti dalam
keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagianya. Proses belajar seseorang
akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu.Cacat tubuh adalah sesuatu
yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
(2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah faktor psikologis perkembangan yaitu suatu
cabang psikologi yang membahas tentang gejala jiwa seseorang, yang menyangkut
perkembangan atau kemunduran perilaku seseorang sejak masa konsepsi hingga
dewasa. Di dalam faktor psikologis yang berpengaruh dalam proses belajar adalah:
(a) Inteligensi
Pengetahuan mengenai tingkat kemampuan intelektual atau intelegensi
siswa akan membantu guru menentukan apakah siswa mampu mengikuti
pengajaran yang diberikan, serta meramalkan keberhasilan atau gagalnya siswa
(b) Perhatian
Perhatian merupakan keaktifan seseorang yang dipertinggi yang tertuju
suatu objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian yang lebih terhadap bahan yang dipelajarinya.

5
(c) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengingat beberapa kegiatan. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar
lebih baik daripada belajar tanpa minat.
(d) Bakat
Bakat merupakan kemampuan untuk belajar sesuatu. Kemampuan itu baru
akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih, misal
seseoarang yang berbakat mengetik ia akan lebih cepat mengetik dengan lancar
dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat di bidang itu.
(e) Motivasi
Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya belajar
diciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
(f) Kematangan
Kematangan sebagai suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang,
dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar
akan lebih baik jika seseorang sudah berada dalam tingkat kematangan yang sesuai.
(g) Kesiapan
Kesiapan merupakan kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan
kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan belajar.
(3) Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kelelahan jasmani dan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan
lemah dan lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
b). Faktor-Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dalam
belajar dapat diklompokkan menjadi tiga faktor, yaitu :

6
(1) Faktor Keluarga.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama.
Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi
berpengaruh besar untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa,
negara dan dunia.
(2) Faktor Sekolah
Banyak sekali faktor-faktor yang tedapat di sekolah yang berpengaruh
terhadap proses belajar siswa, antara lain metode mengajar. dan memotivasi siswa
untuk belajar. Selain metode juga terdapat kurikulum. Kurikulum adalah sesuatu
yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Ada juga
faktor lingkungan sosial siswa di sekolah. Hubungan siswa dengan guru ataupun
siswa dengan siswa sangatlah berpengaruh terhadap pembelajaran. Dan yang
terakhir adalah sarana dan prasarana belajar.
(3) Faktor Masyarakat
Pengaruh masyarakat terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat.
Kegiatan yang berada di dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadinya. Seperti adanya mass media yang sekarang lebih bebas
dinikmati oleh anak harus selalu mendapat kontrol dari orang tua.
3). Teori-Teori Belajar
Selain beberapa pengertian belajar dari beberapa pendapat di atas , beberapa
teori-teori di bawah ini memiliki pandangan tentang belajar antara lain:
a). Teori Psikologi Klasik
Belajar merupakan suatu proses dari dalam (inner development) untuk
mengembangkan atau pelatihan pikiran. Kita belajar mengembangkan kekuatan
mencipta, ingatan, keinginan, dan pikiran dengan terus melatihnya.
b). Teori Gestalt
Gestalt dalam Sri Anitah W (2016:2.16) memandang belajar sebagai proses
yang memerlukan aktivitas anak. Sehingga insight anak akan berkembang. Belajar
bukan sesuatu yang pasif, dalam belajar siswa mempunyai tujuan, mengadakan
eksplorasi, menggunakan imajinasi dan bersifat kreatif.

7
c). Teori Psikologi Daya (Faculty psycology)
Dalam teori ini rohaniyah terdiri dari daya-daya yaitu daya pengenalan,
perasaan dan kemauan” yang ketiganya saling terkait dan saling berpengaruh satu
sama lain. hakikat belajar menurut teori ini adalah suatu proses pengenalan terhadap
sesuatu dengan perasaan serta adanya kemauan dari diri sesorang untuk
berkembang.
d). Teori Mental State
Pandangan belajar menurut teori ini adalah belajar akan bermakna bagi anak
apabila guru mampu memberikan kesan baik yang mampu membuat anak
menanamkan teori dengan lebih mudah dan mampu bertahan lama di ruang
kesadaran anak. Lebih banyak ulangan,latihan maka akan lebih banyak dan lebih
lama pengalaman dan pengetahuan itu tinggal dalam kesadaran dan ingatan
seseorang.
e) Teori Psikologi Behaviorisme
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia.Dalam teori ini
dikenal dengan metode S-R yaitu menghubungkan stimulus dan respon. Dengan
memberikan stimulus (rangsangan) maka siswa akan merespon.Hubungan antara
stimulus-respons ini akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis belajar.
4). Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
adalah pendekatan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang di ajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang di milikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Belajar dalam kontek CTL
bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses
berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu di harapkan
perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek
kognitif saja tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotorik.
Pembelajaran akan bermakna bagi siswa apabila guru mengetahui tentang
objek yang akan diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi tersebut dengan
penuh dinamika dan inovasi dalam proses pembelajarannya.Dalam UU Sisdiknas

8
No 20 Tahun 2003 Pasal 1 pengertian pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
b. Hakikat Matematika
Pada hakikatnya matematika merupakan ilmu deduktif yang mana tidak
menerima generalisasi yang berdasarkna pada observasi, eksperimen, coba-coba
sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain. Melainkan kebenaran dalam generalisasi
matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif.
c. Pembelajaran Matematika
Di dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, guru SD perlu
memahami bagaimana karakteristik matematika. Ciri khas matematika yang
deduktif aksiomatis dimana dalil-dalil atau prinsip-prinsip harus dibuktikan secara
deduktif yaitu suatu cara penarikan kesimpulan dari pernyataan atau fakta-fakta
yang dianggap benar dengan menggunakan logika, hal ini harus diketahui oleh guru
sehingga mereka dapat membelajarkan matematika dengan tepat, mulai dari konsep
sederhana sampai yang kompleks.
d. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Tujuan mata pelajaran matematika di SD menurut Kurikulum KTSP SD/ MI
2007 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan
mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
3. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
4. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

9
e. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Anak usia SD sedang mangalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya.
Taraf berfikirnya belum formal dan relatif masih konkret, bahkan untuk sebagian
anak SD kelas rendah terutama kelas III berada pada tahap pra-konkret belum
memahami hukum kekekalan, sehingga sulit mengerti konsep-konsep operasi
seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian.
Menurut Mulyani Sumantri, (2014:1.16), Jean Piaget juga
mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu :
tahap sensorik motor(usia 0-2 tahun), tahap operasional (usia 2-6 tahun), tahap
operasional konkret (usia 7-11 atau 12 tahun), tahap operasional formal(usia 11atau
12 tahun ke atas).Berdasarkan uraian di atas , siswa sekolah dasar berada pada tahap
operasional konkret, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih
sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi
masih terbatas pada objek-objek konkret, dan mampu melakukan konservasi.
2. Hakikat Kemampuan Menghitung Perkalian
a. Pengertian Kemampuan Menghitung
Salah satu aspek dalam matematika adalah berhitung.Kemampuan
menghitung mengungkapkan bagaimana seseorang memahami ide-ide yang
diekspresikan dalam bentuk angka-angka dan bagaimana jenisnya seseorang dapat
berfikir dan menalar angka-angka.Kemampuan menghitung dalam penelitian ini
mengenai kemampuan numerik siswa, karena numerik adalah kemampuan
menghitung dengan angka-angka. Kemampuan numerik mencakup kemampuan
standar tentang bilangan, kemampuan berhitung yang mengandung penalaran dan
keterampilan aljabar. Kemampuan mengopreasikan bilangan meliputi operasi
hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
b. Pengertian Perkalian
Pada Hakikatnya perkalian adalah penjumlahan bilangan yang sama
sebanyak “n” kali.Perkalian adalah penjumlahan yang sangat cepat. Pengertian
perkalian dipahami sebagai penjumlahan yang berulang. Pada operasi perkalian
pada bilangan cacah berlaku sifat komutatif dan asosiatif , yaitu bilangan yang
dikalikan saling ditukar tempatnya, hasilnya tetap sama. Sehingga dapat

10
disimpulkan bahwa perkalian adalah penjumlahan yang berulang sebanyak “n” dan
berlaku sifat komutatif dan asosiatif.
c. Langkah-la ngkah Pembelajaran Perkalian
Untuk mengajarkan operasi perkalian (dasar), kita dapat mengajukan
masalah kontekstual pada siswa, dengan langkah-langkah sebagai berikut ini:
1. “ 3 ekor ayam, kakinyan ada berapa ?” Dengan masalah seperti ini, jawaban
anak diharapkan akan bermacam-macam. Salah satunya adalah banyaknya
kaki ayam adalah 2 + 2 + 2.
2. Jika tidak ada yang menyatakan dengan 3 x 2, maka kita dapat mengenalkan
tentang notasi atau lambang atau konsep perkalian, yaitu 3 x 2.
3. Jika diajukan pertanyaan kebalikannya yaitu apa arti 5 x 2 diharapkan siswa
akan menjawab 5 x 2 berarti banyaknya kaki pada 5 ekor ayam, banyaknya
tangan pada 5 orang dan sebagainya.
4. Setelah itu baru siswa dilatih mengingatnya dengan menuliskan di bukunya
perkalian 1 x 2, 2 x 2, 3 x 2, ….
5. Jadi, dengan pertanyaan tadi diharapkan siswa akan belajar menjawab
pertanyaan yang konkret atau real dipikiran siswa. Dari jawaban pertanyaan
itu dimunculkan konsep perkalian. Jadi, bukan guru yang langsung
mengumumkan, namun siswa yang mendapatkan arti 4 x 2 ?.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting penelitian ini mengacu pada waktu dan tempat penelitian. Penelitian ini
dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Maospati 2 yang beralamat di Jl Lawu no 514
Maospati. Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan :
1. Merupakan tempat peneliti mengajar, sehingga mempermudah peneliti
dalam melakukan penelitian.
2. Agar tidak mengganggu tugas mengajar peneliti
Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan, yaitu bulan Maret 2017.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Maospati 2
Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan. Jumlah siswa sebanyak 9, yang terdiri 3

11
siswa putra dan 6 siswa putri. Pada dasarnya mereka dari latar belakang yang
berbeda-beda tapi sebagian besar dari mereka adalah siswa dari golongan
menengah ke bawah yaitu ekonomi yang rendah. Dari 9 siswa ini kesemuanya
adalah anak normal, tidak cacat dalam artian tidak ada anak ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus).
C. Bentuk dan Srategi Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). I G A K Wardhani, dkk (2007:13) penelitian tindakan kelas merupakan
terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu suatu action research yang
dilakukan di kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri,dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai
guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahap
yang di sebut siklus meliputi perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observasing), dan refleksi (reflecting). Penelitian dilakukan dalam dua
siklus dengan maksud untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah di
laksanakan.
D. Sumber Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka.
Data yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan dalam belajar
menghitung pecahan, motivasi siswa, serta kemampuan guru dalam menyusun
rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan
strategi pembelajaran) di kelas.
Data informasi yang paling penting dikumpulkan untuk kemudian dikaji
yang menghasilkan data kualitatif. Data tersebut akan digali dari berbagai sumber
dan jenis data yang dimanfaatkan dalam penelitian, meliputi :
a. Informan atau nara sumber yang terdiri dari siswa kelas III SDN Maospati 2
b. Hasil pengamatan pelaksanaan proses belajar
c. Dokumen/arsip,antara lain berupa Kurikulum, Rencana Pembelajaran, dan buku
penilaian

12
E. Teknik Pengumpulan Data
Sejalan dengan data yang akan dikumpulkan serta sumber data yang ada
selanjutnya dikemukakan teknik pengumpulan data. Teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data tersebut antara lain :
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi ini bertujuan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan
siswa di dalam kelas sejak sebelum melaksanakan tindakan, saat pelaksanaan
sampai akhir tindakan.Peran peneliti dalam kegiatan ini adalah melaksanakan
pembelajaran dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Selain mengamati
proses pembelajaran di kelas,supervisor juga mengamati kerja guru dalam
mengelola kelas dan dalam menerapkan pendekatan kontekstual. Observasi siswa
di fokuskan pada hasil belajar matematika (KD memecahkan masalah perkalian
matematika).Sedangkan observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru
dalam menerapkan pendekatan kontekstual. Hasil observasi didiskusikan bersama
guru pengampu untuk kemudian di analisis bersama untuk mengetahui berbagai
kelemahan ataupun kelebihan dalam penerapan pendekatan kontekstual yang telah
dilakukan untuk kemudian diupayakan solusinya. Solusi yang telah disepakati
bersama antara peneliti dan guru pengampu dapat dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang bersumber dari dokumen dan arsip.
Dokumen berupa daftar nilai, daftar hadir siswa dan arsip-arsip lain yang dimiliki
guru kelas III.
3. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
yang diperoleh siswa setelah kegiatan pembelajaran tindakan. Tes ini diberikan
pada awal penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan siswa dalam pembelajaran
perkalian. Selain itu tes ini dilakukan di setiap akhir siklus untuk mengetahui
peningkatan mutu siswa.

13
F. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan desain penelitian yang akan di
terapkan dalam pelaksanaan penelitian ini.Penelitian tindakan kelas adalah suatu
desain penelitian yang berangkat dari permasalahan pengajaran yang di jumpai di
kelas yang harus segera di selesaikan.Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk
menyelesaikan permasalahan pengajaran di kelas sekaligus meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus yang masing-
masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus
ada satu kali tatap muka yang masing-masing 2x35 menit. Tiap siklus dilaksanakan
sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain. Untuk
mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas III SDN Maospati 2 diadakan
observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Berdasarkan temuan di kelas, maka peneliti berusaha meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas III dengan penanaman konsep melalui Pendekatan
Kontekstual dan menghubungkan dengan konsep lain yang telah dikuasai oleh
siswa. Adapun prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini secara rinci diuraikan
sebagai berikut:
1.SIKLUS I
a. Rencana
1). Guru menyiapkan rencana pembelajaran dengan materi operasi perkalian
2). Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran
3). Menyiapkan lembar penilaian
4). Menyiapkan lembar observasi
b. Tindakan
1). Guru membagi siswa dalam dua kelompok
2). Guru membagi lembar kerja
3). Siswa melaksanakan diskusi kelompok dengan bimbingan guru
4).Laporan hasil diskusi masing-masing kelompok dilanjutkan diskusi kelas dengan
bimbingan guru.

14
5). Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi perkalian sederhana
6). Guru memberi catatan singkat pada siswa untuk ditulis dibukunya masing-
masing.
7). Guru memberi soal tes individu untuk dikerjakan siswa.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan sikap
siswa ketika mengikuti pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan
kontekstual. Observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan pendekatan
kontekstual pada pembelajaran matematika. Tahap ini dilakukan pada proses
pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada
poin-poin yang telah ditetapkan dalam beberapa aspek indikator.
1) Aspek keberhasilan guru yang ingin dinilai antara lain :
a) Penampilan guru didepan kelas.
b) Cara menyampaikan materi pelajaran.
c) Cara pengelolaan kelas.
d) Cara-cara penggunaan alat-alat pelajaran.
e) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.
f) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.
g) Waktu yang diperlukan guru.
2) Aspek keberhasilan siswa yang ingin dinilai antara lain:
a) Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika.
b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.
c) Pemahaman siswa tentang materi pembelajaran.
d) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat.
e) Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan soal.
f) Kerjasama dalam kelompok.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Jika dalam
pembelajaran pada siklus I pertama tentang perkalian sederhana didapatkan suatu
kendala yaitu adanya nilai siswa yang belum mencapai hasil yang diharapkan atau

15
tindakan belum tercapai secara optimal, maka perlu adanya perbaikan pada tahap
saelanjutnya yang akan di laksanakan pada siklus II.
2.SIKLUS II
a. Rencana
1. Guru mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasar masalah pada
refleksi siklus I
2. Guru menyiapkan rencana pembelajaran dengan materi operasian perkalian
3. Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan antara lain tabel
perkalian, tusuk gigi, gambar hewan.
4. Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran
5. Menyiapkan lembar penilaian
6. Menyiapkan lembar observasi
b. Tindakan
1) Guru memberikan contoh lagi soal tentang perkalian sederhana dengan alat
peraga tusuk gigi, tabel perkalian, gambar hewan.
2) Guru menjelaskan cara menunjukkan operasi perkalian, dengan langkah-
langkah seperti pada siklus I dengan menggunakan alat peraga tabel
perkalian,tusuk gigi dan gambar hewan.
3) Salah satu siswa disuruh maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal
perkalian dengan menggunakan alat peraga.
4) Guru memberi soal tes kepada siswa untuk dikerjakan.
c. Observasi
Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan
tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam
beberapa aspek.
1) Aspek keberhasilan guru yang ingin dinilai antara lain :
a) Penampilan guru didepan kelas.
b) Cara menyampaikan materi pelajaran.
c) Cara pengelolaan kelas.
d) Cara-cara penggunaan alat-alat pelajaran.
e) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.

16
f) Cara guru menyampaikan bimbingan kelompok yang dibutuhkan.
g) Waktu yang diperlukan guru.
2) Aspek keberhasilan siswa yang ingin dinilai antara lain:
a) Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika.
b) Keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.
c) Pemahaman siswa tentang materi pembelajaran.
d) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat.
e) Ketepatan dan kecepatan dalam mengerjakan soal.
f) Kerjasama dalam kelompok.
d Refleksi
Refleksi dilakukan setelah melakukan tindakan. Jika tindakan sudah
tercapai secara optimal maka siklus bisa dihentikan.
G. Teknik Analisis Data
Yang dimaksud analisis data adalah cara mengelola data yang sudah
diperoleh dari dokumen. Agar hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan tujuan
yang diharapkan maka dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan
analisis model interaktif (Milles dan Huberman). Kegiatan pokok analisa model ini
meliputi: reduksi data, penyajian data, kesimpulan-kesimpulan penarikan/verifikasi
(Milles dan Huberman 2000: 20 ).Adapun rinciannya sebagai berikut :
1. Reduksi data
Reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan.reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian sehingga mudah di tarik
kesimpulan-kesimpulan
2. Penyajian data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan suatu

17
cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Untuk menampilkan data-data
tersebut agar lebih menarik maka diperlukan penyajian yang menarik pula.
3. Kesimpulan-kesimpulan : penarikan /verifikasi
Setelah data-data direduksi, disajikan langkah terakhir adalah dilakukannya
penarikan kesimpulan : penarikan/verifikasi. Data-data yang telah didapatkan dari
hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya. Penarikan kesimpulan ini merupakan
bagian dari konfigurasi utuh, sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu : pemeriksaan tentang benar
dan tidaknya hasil laporan penelitian. Sedang kesimpulan adalah tinjauan ulang
pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya
merupakan valiliditasnya. Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai suatu yang jalin-menjalin pada
saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar,
untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Kegiatan pengumpulan
data itu sendiri merupakan proses siklus dan interaktif. Oleh karena penelitian ini
sifatnya kualitatif maka diperlakukan adanya objektivitas, subjektivitas, dan
kesepakatan intersubjektivitas dari peneliti agar hasil penelitian tersebut mudah
dipahami bagi para pembaca secara mendalam.
Langkah-Langkah Analisis :
1. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka
dapat dikumpulkan.
2. Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan matrik
yang berguna untuk penelitian lanjut.
3. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kasus
4. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam
persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang
jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.
5. Melakukan analisis antarkasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi
laporan susunan laporan
6. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian

18
7. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran
dalam laporan akhir penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Pra Siklus
Tahap pra siklus adalah tahap dimana belum di terapkannya model
pembelajaran yang baru. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh
keaktifan dan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran matematika sebelum
di terapkannya model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
Pada pra siklus ini,di dapatkan informasi informasi mengenai keaktifan dan
hasil belajar peserta didik kelas III SDN Maospati 2. Informasi mengenai keaktifan
dan hasil belajar peserta didik di dapatkan dari hasil wawancara atau tanya jawab
antara guru dengan murid. Adapun daftar nilai keaktifan peserta didik pada pra
siklus adalah sebagai berikut:
Daftar Tabel 4.1 Nilai Keaktifan Pra Siklus Kelas III SDN Maospati 2
Tahun Ajaran 2016/2017
No Aspek Penilaian Jumlah Prosentase
anak
1 Memperhatikan penjelasan guru 8 88.88%
2 Kerjasama dalam kelompok / diskusi 0 00.00%
3 Kemampuan dalam bertanya 2 22.22%
4 Kemampuan dalam menjawab pertanyaan 1 11.11%
5 Kemampuan dalam memberi gagasan 2 22.22%
6 Kemampuan dalam berpendapat 2 22.22%
7 Memberi kesempatan teman untuk bertanya, 8 88.88%
berpendapat
8 Kemampuan dalam membuat keputusan 1 11.11%
9 Kemampuan dalam menyelesaikan masalah 0 00.00%
10 Mendemonstrasikan diri sebagai model 0 00.00%
Rata-rata Persentase Keaktifan Siswa 26.66%

19
Berdasarkan hasil persentase rata-rata keaktifan belajar peserta didik yaitu
26.66%. Dapat di katakan bahwa tingkat keaktifan peserta didik termasuk dalam
kategori rendah. Komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran matematika masih
bersifat satu arah, yaitu guru menjelaskan materi kepada peserta didik sedangkan
peserta didik mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Peserta didik kurang
aktif dalam bertanya tentang materi yang belum mereka pahami maupun aktif
dalam mengeluarkan pendapat atau gagasan. Saat itu peserta didik tidak berdiskusi
dan tidak melaksanakan pemeran yang bisa membantu pembentukan sosialisasi.
Sedangkan dari data hasil evaluasi materi perkalian pada tahun pelajaran
2016/2017, untuk tahap pra siklus ini hanya mencapai pembelajaran 43.77 dari 9
peserta didik dengan hasil ketuntasan kurang dari 50%. Oleh karena itu, peneliti
ingin menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan konstektual dengan
bantuan alat peraga untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik
kelas III SDN Maospati 2.
Tabel 4.2 Daftar Hasil belajar Pra Siklus Kelas III SDN Maospati 2 Tahun Ajaran
2016/2017
No Nama Siswa Skor Nilai Keterangan
1 Dewita Dian Rizkika - - Tidak Tuntas
2 Octavia Fitri W 23 66 Tidak Tuntas
3 Iqbal Farendra Suryono 22 60 Tidak Tuntas
4 Tiara Khairunnisa 23 66 Tidak Tuntas
5 Anita Dwi Lestari 4 10 Tidak Tuntas
6 Muhammad Nur Kholiq 7 20 Tidak Tuntas
7 Khoiril Anam 16 40 Tidak Tuntas
8 Selvy Nadya Putri 23 66 Tidak Tuntas
9 Tsaniya Anggraini 23 66 Tidak Tuntas
Rata-rata 43.77
Nilai tersebut apabila di gambarkan dalam suatu diagram batang bisa di lihat
pada gambar di bawah.

20
70
Nilai
60 66 66 66 66
60
50

40
40
30

20
20
10
0 10
0
Dewita Octavia Iqbal Tiara Anita Kholiq Kroiril Selvy Tsaniya

Gb.1 Grafik nilai siswa pada tahap pra siklus


Setelah mengamati secara langsung pada proses pembelajaran matematika
kelas III SDN Maospati 2 pada tanggal 20 Maret 2017 dan melihat hasil belajar
peserta didik materi perkalian pada tahap pra siklus, kemudian peneliti melakukan
diskusi dengan guru pendamping untuk melangkah ke tahap berikutnya yaitu tahap
siklus I.
Sebelum melaksanakan siklus berikutnya ada beberapa hal yang dapat di
identifikasi untuk pelaksanaan tindakan pada siklus I yaitu:
a. Pelaksanaan pembelajaran masih pada komunikasi satu arah (guru ke
peserta didik)
b. Metode pembelajaran yang di gunakan belum mampu mengaktifkan
keterlibatan peserta didik secara optimal
c. Pembelajaaran yang ada di kelas berkaitan dengan sumber pembelajaran
masih bergantung kepada LKS (Lembar Kerja Siswa)
d. Peserta didik belum mempunyai keberanian dalam bertanya mengenai
kesulitan yang di hadapinya.
e. Guru cenderung memberikan pertanyaan yang memungkinkan di jawab
secara bersama-sama
Setelah mengidentifikasi beberapa permasalahan di atas, kemudian peneliti
mendiskusikan hal tersebut dengan guru pendamping yaitu Ibu Hapiyah, S.Pd.SD
selaku supervisor dalam penelitian ini untuk di carikan solusinya. Dari diskusi dan

21
refleksi terhadap masalah yang akan di terapkan pada pelaksanaan siklus I,
menghasilkan alternatif pemecahannya yaitu :
a. Penerapan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sebagai
upaya untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik dalam
proses pembelajaran matematika.
b. Mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
matematika materi perkalian.
c. Menyiapkan Lembar observasi guru dan siswa
d. Menyiapkan lembar kerja evaluasi siswa per individu.
2. SIKLUS I
Langkah-langkah dalam siklus I dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, refleksi yang akan di jelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan
1. Meninjau kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah di
siapkan. Penekanannya adalah menyiapkan peserta didik benar-benar
berada pada suasana penyadaran diri untuk semangat belajar dengan
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang di bahas agar
mendapatkan hasil maksimal.
2. Sebelum penelitian, peneliti dibantu supervisor menyusun RPP Perbaikan
dengan mengunakan metode ceramah.
3. Menyiapkan lembar observasi yang akan di gunakan untuk mengamati
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
4. Menyiapkan lembar soal yang di gunakan pada akhir pembelajaran sebagai
tes formatif yang berusaha mengaitkan materi yang di dapat peserta didik
dengan kehidupan sehari-hari.
5. Membagi siswa dalam 2 kelompok. Masing-masing kelompok
beranggotakan 4 anak yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda
(tinggi,sedang,rendah). Sedangkan 1 anak sering tidak masuk sehingga
dalam pelaksanaan penelitian ini tidak ada.

22
b. Pelaksanaan
Siklus I di laksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Maret 2017 dengan
alokasi waktu 2 x 35 menit dengan Kompetensi Dasar Melakukan perkalian yang
hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka, sebagai tindak
lanjut kegiatan Pra Siklus. Inti dari kegiatan ini adalah guru dalam pembelajarannya
masih menekankan pada metode ceramah yang bersifat Teaching Center di mana
penyampaian informasi masih terpusat pada guru.
Dilanjutkan dengan mengobservasi kegiatan peserta didik secara
berkelompok. Setelah siswa secara berkelompok menyerahkan hasil pembelajaran,
di lanjut dengan tes formatif siswa yang di lakukan secara individu.
c. Pengamatan
Dalam pengamatan ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran
matematika.Peneliti dan siswa yang menjadi sasarannya. Supervisor melakukan
pengamatan berdasarkan indikator pencapaian dalam penelitian ini. Pada setiap
kegiatan peneliti maupun peserta didik, di lakukan pengamatan yang di mulai dari
permasalahan yang muncul dari awal hingga akhir pembelajaran. Berdasarkan
pengamatan di peroleh data seperti pada tabel.
Tabel 4.3 Lembar Observasi Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran siklus I

Kemunculan
No Aspek yang di nilai Ada Tidak Nilai
Ada
1 Apersepsi √ 2
2 Penjelasan materi √ 2
3 Penggunaan alat peraga √ 1
4 Penguasaan kelas √ 2
5 Pengelolaan kegiatan diskusi √ 2
6 Kemampuan melakukan evaluasi √ 2
7 Memberikan penghargaan individu / kelompok √ 2
8 Menyimpulkan materi pelajaran √ 2
9 Mengatur waktu √ 2

23
10 Kemampuan memberi pertanyaan √ 2
Jumlah 19
Berdasarkan pengamatan yang di lakukan oleh supervisor melalui lembar
observasi guru dalam melaksanakan pembelajaran, diperoleh data bahwa dari 10
aspek yang di amati, guru mendapat nilai 19 yang artinya bahwa pembelajaran telah
di lakukan dengan baik karena pembelajaran di katakan baik apabila minimum
mendapat nilai 15.
d. Refleksi
Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan kognitif peserta didik pada siklus I
peneliti juga melaksanakan evaluasi pada akhir pembelajaran. Adapun hasil
evaluasi peserta didik pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Daftar Hasil belajar siklus 1 kelas III SDN Maospati 2 Tahun Ajaran
2016/2017
No Nama Siswa Skor Nilai Keterangan

1 Dewita Dian Rizkika - - Tidak Tuntas

2 Octavia Fitri W 23 66 Tidak Tuntas

3 Iqbal farendra Suryono 23 63 Tidak Tuntas

4 Tiara Khairunnisa 23 63 Tidak Tuntas

5 Anita Dwi Lestari 23 63 Tidak Tuntas

6 Muhammad Nur Kholiq 23 63 Tidak Tuntas

7 Koiril Anam 23 63 Tidak Tuntas

8 Selvy Nadya Putri 35 100 Tuntas

9 Tsaniya Anggraini 35 100 Tuntas

Rata-rata 64.55
Hasil belajar siswa pada tahap siklus I masih kurang memuaskan. Rata-rata
nilai yang di peroleh siswa hanya 64.55.Sementara KKM (Kriteria Ketuntasan

24
Maksimal) yang di tetapkan oleh SDN Maospati 2 untuk nilai matematika kelas III
pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 adalah 69.
Oleh karena itu pada tahap selanjutnya yaitu siklus II, peneliti akan
menerapkan pendekatan kontekstual pada pembelajaran matematika.
Nilai hasil belajar siswa pada tahap siklus I nampak seperti pada gambar di
bawah.

NILAI SISWA SIKLUS I


Series 1 Series 2 Series 3

120
100
100 100
80
60
6666 6663 66 66
6063 63 63 63
40
40
20
00 10 20
0
dewita octavia iqbal tiara anita kholiq Khoiri Selvy Tsaniya

Gb.5 Grafik nilai siswa pada tahap siklus I


3. SIKLUS II
Langkah-langkah dalam siklus II dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, refleksi yang akan di jelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan
1. Meninjau kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Perbaikan
dari siklus I yang telah di siapkan. Penekanannya adalah melaksanakan
metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga berupa tabel
perkalian, tusuk gigi dan gambar hewan.
2. Menyiapkan lembar observasi yang akan di gunakan untuk mengamati
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
3. Menyiapkan lembar soal yang di gunakan pada akhir pembelajaran sebagai
tes formatif yang berusaha mengaitkan materi yang di dapat peserta didik
dengan kehidupan sehari-hari.

25
4. Membagi siswa dalam 2 kelompok. Masing-masing kelompok
beranggotakan 4 anak yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda
(tinggi,sedang,rendah). Sedangkan 1 anak sering tidak masuk sehingga
dalam pelaksanaan penelitian ini tidak ada.
b. Pelaksanaan
Siklus II di laksanakan pada hari Jum’at tanggal 24 Maret 2017 dengan
alokasi waktu 2 x 35 menit dengan Kompetensi Dasar Melakukan perkalian yang
hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka, sebagai tindak
lanjut kegiatan Siklus I. Inti dari kegiatan ini adalah guru dalam pelaksanaan
pembelajarannya menekankan pada metode demonstrasi dan tanya jawab.
c. Pengamatan
Dalam pengamatan ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran
matematika. Supervisor melakukan pengamatan berdasarkan indikator pencapaian
dalam penelitian ini. Pada setiap kegiatan peneliti maupun peserta didik di lakukan
pengamatan yang di mulai dari permasalahan yang muncul dari awal hingga akhir
pembelajaran. Berdasarkan pengamatan pada pembelajaran siklus II ini di peroleh
data seperti pada tabel.
Tabel 4.5 Daftar Hasil belajar siklus 1I kelas III SDN Maospati 2 Tahun Ajaran
2016/2017

No Nama Siswa Skor Nilai Ket

1 Dewita Dian Rizkika - - Tidak Tuntas

2 Octavia Fitri W 35 100 Tuntas

3 Iqbal farendra Suryono 35 100 Tuntas

4 Tiara Khairunnisa 34 97 Tuntas

5 Anita Dwi Lestari 31 88 Tuntas

6 Muhammad Nur Kholiq 35 100 Tuntas

7 Koiril Anam 30 86 Tuntas

26
8 Selvy Nadya Putri 35 100 Tuntas

9 Tsaniya Anggraini 35 100 Tuntas

Rata-rata 85.66
Bila di gambarkan pada diagram batang maka hasil belajar siswa pada siklus
II dapat di lihat seperti pada gambar berikut.

Gb.9 Grafik nilai siswa pada siklus tahap II


d. Refleksi
Setelah pembelajaran pada siklus II di laksanakan dengan menggunakan metode
demostrasi dan sistem pendekatan kontekstual, di peroleh hasil belajar yang
memuaskan yaitu 85.66. Angka tersebut jauh di atas KKM yang di tetapkan yaitu
69. Semua anak yang mengikuti pembelajaran di nyatakan tuntas. Hanya 1 anak
yang di nyatakan tidak tuntas di karenakan anak tersebut tidak pernah mengikuti
pembelajaran.
Berdasar penelitian yang telah di laksanakan di lapangan, di mana pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual di sertai metode demonstrasi dari siswa
menyebabkan siswa lebih memahami makna perkalian bila di hubungkan dengan
kehidupan di lingkungan sekitar.Untuk itu peneliti beranggapan bahwasanya
pendekatan kontekstual di lengkapi metode demonstrasi dari siswa perlu di
pertahankan.

27
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini di laksanakan selama 2 siklus dengan di awali tahap pra siklus.
Pada tahap ini nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 43.77. Standar KKM nilai
matematika di sekolahan adalah 69. Berarti persentase ketuntasan masih 0%. Hal
ini di sebabkan pemahaman siswa masih rendah. Di mana peneliti hanya
menggunakan metode tanya jawab sebentar, siswa di minta langsung mengerjakan
soal sesuai kemampuan sendiri berdasarkan pengetahuan dasar yang di milikinya.
Pengetahuan tersebut mengalami banyak keterbatasan di karenakan siswa masih
kategori anak di mana dalam menemukan, mengamati, dan mengingatnya masih
banyak memerlukan bimbingan orang dewasa.

Pada tahap siklus I dengan metode ceramah, siswa mengalami peningkatan hasil
belajar. Nilai rata-rata dari 43,77 menjadi 64,55 dengan tingkat ketuntasan belajar
siswa yang semula 0% menjadi 22,22%. Akan tetapi nilai tersebut masih jauh dari
harapan.

Karena itu peneliti berusaha melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan


kontekstual di sertai metode demonstrasi di mana siswa berinteraksi langsung
dengan alam nyata di sekitar lingkungan. Hasilnya sesuai harapan. Semua siswa
yang hadir mengalami ketuntasan belajar pada tahap siklus II. Persentase 88,88%
di karenakan ada seorang siswa yang terdaftar di sekolahan, akan tetapi dalam
kesehariannya sering tidak masuk. Pada waktu di adakan penelitian pun mulai dari
pra siklus, siklus I dan siklus II anak tersebut tidak pernah hadir.

KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di kelas III SDN


Maospati 2 kecamatan Maospati kabupaten Magetan tahun ajaran 2016/2017,
peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan menghitung pada pembelajaran
matematika dapat meningkat hasilnya dengan menggunakan pendekatan
kontekstual yang di sertai metode demonstrasi.

28
Hal ini dapat di lihat melalui hasil belajar siswa yang mengalami
peningkatan mulai dari tahap pra siklus siswa yang tuntas pembelajarannya hanya
0%, meningkat 22.22% pada tahap siklus I, kemudian hasilnya meningkat dengan
pesat menjadi 88.88% saat siklus II dengan menerapkan pendekatan kontekstual
yang di sertai metode demonstrasi.

B Saran Tindak Lanjut

Menilik hasil pembelajaran matematika siswa yang memuaskan dengan


menggunakan pendekatan kontekstual di sertai metode demonstrasi, maka peneliti
menyarankan agar pendekatan tersebut terus di pertahankan dan apabila
memungkinkan hendaknya di kembangkan agar siswa lebih tertarik dan tidak lagi
merasa takut dengan pelajaran matematika seperti yang di rasakan selama ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah W, Sri.dkk.2014. Strategi Pembelajaran di SD.Universitas Terbuka

Fajariyah, Nur.dan Triatnawati, Defi.2008.Cerdas Berhitung Matematika.Aneka


Ilmu.Surakarta

Hasanah, Iskayati.dkk.2016. LKS Permata Matematika Untuk SD.CV Dwi Mitra


Mandiri.Surabaya

I.G.A.K.Wardani.2014.Pemantapan Kemempuan Profesional.Universitas Terbuka

I.G.A.K.Wardani.2016.Penelitian Tindakan Kelas.Universitas Terbuka

Muhsetyo, Gatot.2016.Pembelajaran Matematika SD.Universitas Terbuka

Suryanto, Adi.dkk.2016.Evaluasi Pembelajaran di SD

Sumantri, Mulyani.2014.Perkembangan Peserta Didik.Universitas Terbuka

Saprianti, Amalia.dkk.2014.Pembelajaran IPA di SD.Universitas Terbuka

29
30

Вам также может понравиться