Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya kesehatan merupakan salah satu aspek yang

menentukan tinggi rendahnya standar hidup seseorang ( Todaro, 2002 ).

Oleh karena itu , status kesehatan yang relatif baik dibutuhkan oleh

manusia untuk menopang semua aktivitas hidupnya. Setiap individu akan

berusaha mencapai status kesehatan tersebut dengan menginvestasikan dan

atau mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa kesehatan ( Grossman,

1972). Maka untuk mencapai kondisi kesehatan yang baik tersebut

dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula.

Dalam perspektif ekonomi, kesehatan merupakan faktor penentu

tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia. Teori ekonomi mikro

tentang permintaan (demand) jasa pelayanan kesehatan menyebutkan

harga berbanding terbalik dengan jumlah permintaan jasa pelayanan

kesehatan. Teori ini mengatakan bahwa jika jasa pelayanan kesehatan

merupakan normal good , makin tinggi income keluarga maka makin besar

demand terhadap jasa pelayanan kesehatan tersebut. Sebaliknya jika jenis

jasa pelayanan kesehatan tersebut merupakan inferior good, meningkatnya

pendapatan keluarga akan menurunkan demand terhadap jenis jasa

pelayanan kesehatan tersebut (Folland et al., 2001).


Dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal hal ini

tidak lepas dari peranan rumah sakit sebagai unsur pelaksana di bidang

pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai ujung tombak yang berhadapan

langsung dengan penderita atau pasien yang memerlukan bantuan

pelayanan kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang berkualitas.

Oleh karena itu peran serta masyarakat dalam upaya memberikan

pelayanan kesehatan melalui Puskesmas sangat diharapkan, hal ini terlihat

dengan dikeluarkanya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor: 75 tahun 2014 tentang fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat

pertama. Puskesmas dituntut pula untuk meningkatkan dan

mengembangkan sarana dan prasarana, sumber daya manusia, pengelolaan

rumah sakit, dan mutu pelayanan agar dapat dihasilkan proses dan

pelayanan yang bermutu, efektif dan efisien yang berorientasi pada

kepentingan pasien (Eryanto, 2011).

Seiring perkembangan zaman, Puskesmas mampu melakukan

menyelenggarakan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan optimal.Data profil kesehatan

indonesia tahun 2013, menyatakan bahwa jumlah Puskesmas di Indonesia

sampai Desember 2013 sebanyak 9.655 unit. Jumlah tersebut terdiri dari

3.317 puskesmas rawat inap dan 6.338 unit puskesmas non rawat inap.

Jumlah tersebut lebih tinggi dibanding tahun 2012 yaitu sebanyak 9.510. (

Kemenkes, 2013)
Selain menjalankan 6 upaya kesehatan wajib puskesmas juga

harus menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan sesuai

kebutuhan yang ada di wilayah kerja. Pendekatan mutu pelayanan dan

kepuasan pelanggan menjadi salah satu strategi penting yang tidak bisa

diabaikan (Suryani dan Tatik, 2008). Upaya peningkatan mutu pelayanan

kesehatan adalah langkah terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha

indonesia di sektor kesehatan. Hal ini tidak ringan karena peningkatan

mutu tersebut bukan hanya untuk Rumah Sakit saja tetapi berlaku untuk

semua tingkatan pelayanan kesehatan mulai dari Puskesmas Pembantu,

Puskesmas, baik di fasilitas pemerintah maupun swasta ( Azwar, 2009).

Saat ini mutu layanan kesehatan merupakan fokus utama bagi Masyarakat.

Kesadaran dan kepedulian terhadap mutu memang semakin meningkat.

Hal-hal yang berkaitan dengan mutu saat ini antara lain : kepercayaan

bahwa sesuatu yang bermutu pastilah merupakan hal yang bersifat luks,

mewah, dan mahal. Mutu juga dianggap sesuatu hal yang bersifat abstrak

sehingga tidak dapat diukur. Upaya peningkatan mutu memerlukan biaya

yang cukup mahal ( Machmud, 2008).

Setelah menerima jasa pelayanan kesehatan, pasien akan

membandingkan jasa yang dialami dengan jasa yang diharapkan. Jika jasa

yang dialami memenuhi atau melebihi harapan, maka kualitas pelayanan

akan dipersepsikan baik dan memuaskan serta mereka akan menggunakan

jasa itu kembali. Hal ini dapat dilihat dari ten rasio jumlah kunjungan

pasien lama dengan total jumlah kunjungan ( Rustiyanto, 2010).


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rafsanjanie (2014)

menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi minat berkunjung kembali

yaitu presepsi pasien tentang mutu pelayanan berdasarkan dimensi

kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan daya bukti langsung.

Untuk mempertahankan pelanggan pihak puskesmas dituntut selalu

menjaga kepercayaan dengan memperhatikan secara cermat kebutuhan

konsumen. Jika kebutuhan konsumen terpenuhi maka konsumen dalam hal

ini pasien akan merasa puas dan kembali menggunakan pelayanan

kesehatan yang disediakan. Tingkat kepuasan pasien tergantung mutu

pelayanan yang diberikan Puskesmas. Pengukuran mutu pelayanan ini

memiliki manfaat yang sangat banyak diantaranya mengetahui bagaimana

jalannya proses pelayanan. Penentuan kualitas pelayanan dapat ditinjau

dari lima dimensi yaitu Reliability (kehandalan), Responsivisness (daya

tanggap), Assurance (jaminan), Empaty (empati) , Tangible (bukti

langsung) (Muninjaya, 2013).

Maka dari itu peneliti ingin meneliti tentang Demand Pelayanan

Kesehatan ditentukan oleh Tangible di Puskesmas Sembung Tulungagung.


B. RUMUSAN MASALAH

Dari pembahasan latar belakang diatas maka dapat ditemukan dirumusan

masalah :

1. Apakah Demand pelayanan kesehatan ditentukan oleh tangible di

Puskesmas Sembung Tulungagung?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Demand pelayanan kesehatan ditentukan oleh

Tangible di Puskesmas Sembung Tulungagung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Tangible Puskesmas Sembung Tulungagung

b. Mengidentifikasi Demand pelayanan kesehatan di Puskesmas

Sembung Tulungagung.

c. Menganalisis hubungan Tangible dengan Demand Pelayanan

Kesehatan di Puskesmas Sembung Tulungagung .


D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Menambah ilmu pengetahuan dan memperdalam wawasan tentang

materi mutu pelayanan jasa dan tarif pelayanan yang sudah di

pelajari di bangku kuliah.

b. Bagi Akademik

Dapat dijadikan sebagai referensi ilmiah khususnya terkait

pengaruh mutu pelayanan dan tarif pelayanan terhadap minat

pemanfaatan ulang jasa pelayanan puskesmas untuk penelitian

selanjutnya yang berminat dalam permasalahan ini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan bagi manajemen puskesmas agar

meningkatkan mutu pelayanan berupa kehandalan, jaminan, bukti

fisik, daya tanggap,serta empati dengan tarif yang terjangkau agar

menarik minat pasien untuk berkunjung kembali.

b. Bagi Penulis

Sebagai bentuk pengaplikasian teori yang telah diperoleh di

bangku kuliah. Selain itu sebagai latihan dalam pmecahan masalah

di masyarakat sebelum terjun dalam dunia kerja.


E. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan

dilakukan:

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Judul penelitian perbedaan Hasil

Abdi Setiawan Hubungan Ada hubungan Pada varibael X.

(2012) Bauran antara strategi Variabel X pada

pemasaran produk, price, penelitian ini

dengan minat promotion, adalah bauran

kembali pasien people, dan pemasaran

rawat inap physical dengan

RSUD minat kembali

Tenriawaru Bone pasien rawat inap

di RSUD

Tenriawaru

Bone.

Hubungan Adanya Pada variabel X

persepsi pasien hubungan antara dan populasi,

terhadap mutu persepsi pasien variabel X pada

pelayanan tentang empati penelitian ini

dengan minat dan daya bukti menggunakan

pemanfaatan langsung presepsi pasien

ulang rawat jalan pelayanan dan populasinya


umum di dengan minat pasien rawat

puskesmas pemanfaatan jalan.

ciputat timur ulang rawat jalan

umum di

puskesmas

ciputat timur.

Вам также может понравиться