Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Cover
BAB 1 PENDAHULUAN
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan Maternitas
ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KALA III ” tepat pada
waktunya. Tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita berada di zaman
terang benderang ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
12 Juni 2019
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2007 : 100).
Semua persalinan berisiko saat sebagian besar kehamilan dan kelahiran
bukan menjadi peristiwa besar, sekitar 15 % ibu hamil berpotensi mengalami
komplikasi yang mengancam jiwa yang memerlukan perawatan terampil dan
beberapa ibu hamil memerlukan intervensi obstetrik utama agar dapat
diselamatkan. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah
sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan
post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan
umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi.
Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap
100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh
perdarahan post partum.
Sebenarnya perdarahan post partum dapat diturunkan dengan penanganan
yang optimal dari tenaga kesehatan. Tetapi dalam menurunkan angka kejadian
perdarahan postpartum akibat perdarahan tidak hanya mengurangi risiko
kematian ibu, tetapi juga menghindarkannya dari risiko kesakitan yang
berhubungan dengan perdarahan postpartum seperti reaksi tranfusi, tindakan
operatif, dan infeksi. Jadi yang menjadi titik utama adalah ketrampilan dari
petugas dalam menangani persalinan.
Pemantauan melekat pada ibu pasca persalinan serta mempersiapkan diri
akan adanya kejadian postpartum merupakan tindakan yang sangat penting.
Karena alasan tersebut maka manajemen aktif kala tiga merupakan hal yang
sangat penting dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu yang
disebabkan perdarahan pasca persalinan, oleh karena itu membatasi makalah
1
yang kami susun dengan pengertian persalinan kala III, fisiologi persalinan
kala tiga, dan manajemen aktif kala tiga. Sehingga tenaga kesehatan dapat
menerapkan dalam praktik persalinan
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa definisi dari persalinan kala III
b. Apa saja Etiologi
c. Apa saja Patogenesis
d. Apa saja Tanda Gejala
e. Apa saja Fisiologis persalinan kala III
f. Apa saja Mekanisme pelepasan plasenta
g. Apa saja Manajemen aktif kala III
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui fisiologi persalinan kala tiga, penatalaksanaan
manajemen aktif kala tiga serta asuhan keperawatan persalinan kala tiga.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
maternitas.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan dan
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan atau tanpa bantuan.
(Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, hal 157)
Persalinan adalah kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta
dengan selaput janin dari tubuh Ibu.(FK. UNPAD Bandung, hal 221)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.(Hanifa W, 1998 : 180)
Persalinan serangkain kejadian yang berakhir dengan pengeluaranbayi
cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu. (Fakutas Kedokteran UNPAD, 1983 : 221).
Kala III adalah tahapan persalinan setelah anak lahir sampai lahirnya
seluruh plasenta dan selaput ketuban. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan, hal 825)
Kala III adalah dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal, hal 101)
3
Ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat melekat plasenta (dari 1
cm menjadi > 2 cm).
3. Fase pelepasan Plasenta
Fase plasenta menyempurnakan pemisahan dari dinding uterus dan lepas.
Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara palsenta yang pasif
dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta.
4. Fase Pengeluaran
Dimana palsenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah
pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah darah kecil berkumpul di
dalam rongga rahim. Menunjukan pelepasan plasenta merupakan akibat
bukan sebab.
C. PATOGENESIS
1. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau servik;
kelemahan atau tidak efektifnya kontraksi uterus.
2. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta
previa.
3. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus
yang tidak perlu sebelum terjadi pelepasan plasenta menyebabkan
kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktu.
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda klinis dari pelepasan plasenta yaitu :
1. Semburan darah
2. Pemanjangan tali pusat
3. Perubahan bentuk uterus : dari diksoid menjadi bentuk bundar (globular)
4. Perubahan dalam posisi uterus : uterus naik di dalam abdomen.
Gejala klinis umum yang terjadi ialah kehilangan darah dalam jumlah
banyak 500cc, nadi lemah, pucat, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat
terjadi shock hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstermitas dingin,
mual.
4
E. FISIOLOGI PERSALINAN KALA TIGA
Persalinan kala tiga, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena
tempat perlekatan semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah
maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus.
Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam
vagina.
5
Kontraksi uterus yang selanjutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta
dari uterus dan mendorongnya keluar vagina disertai dengan pengeluaran
selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta.
1. Pelepasan plasenta mencakup beberapa tanda, yaitu:
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah
uterus berkontrasi dan plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk
segitiga atau seperti buah pear atau alpukat atau fundus berada di atas
pusat(sering kali mengarah ke sisi kanan).
b. Tali pusat memanjang.
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Alfeld)
c. Semburan darah mendadak dan singkat.
yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan
darah (retro placenta pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan
permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah
tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
2. Ada 2 metode untuk mengeluarkan plasenta :
a. Metode Schultze
Metode yang lebih umum terjadi, plasenta terlepas dari satu titik dan
merosot ke vagina melalui lubang dalam kantung amnion, permukaan
fetal plasenta muncul pada vulva dengan selaput ketuban yang
mengikuti dibelakang seperti payung terbalik saat terkelupas dari
dinding uterus. Permukaan maternal plasenta tidak terlihat dan bekuan
darah berada dalam kantung yang terbalik, kontraksi dan retraksi otot
uterus yang menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan pembuluh
darah dengan kuat dan mengontrol perdarahan. Hal tersebut mungkin
terjadi karena ada serat otot oblik di bagian atas segmen uterus.
b. Metode Matthews Duncan
6
Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke vulva dengan
pembatas lateral terlebih dahulu seperti kancing yang memasuki
lubang baju, bagian plasenta tidak berada dalam kantung. Pada metode
ini kemungkinan terjadinya bagian selaput ketuban yang tertinggal
lebih besar karena selaput ketuban tersebut tidak terkelupas semua
selengkap metode Schultze. Metode ini adalah metode yang berkaitan
dengan plasenta letak rendah didalam uterus. Proses pelepasan
berlangsung lebih lama dan darah yang hilang sangat banyak (karena
hanya ada sedikit serat oblik di bagian bawah segmen)
3. Prasat untuk Mengetahui apakah Plasenta Lepas dari Tempat Implantasi
a. Prasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan
kiri menekan daerah di atas simpisis bila tali pusat masuk kembali ke
dalam vagina, berarti plasenta belum terlepas dari dinding uterus. Bila
tetap atau tidak masuk berarti plasenta sudah terlepas dari dinding
uterus. Prasat ini harus dilakukan dengan hati-hati.
b. Prasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan
kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran tali pusat yang
diregangkan ini berarti plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
c. Prasat klein
Ibu disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila
pengedanan-nya dihentikan dan tali pusat masuk kembali dalam
vagina, berarti plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
7
persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio
plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif
kala tiga.
1. Keuntungan manajemen aktif kala tiga
a. Kala tiga persalinan yang lebih singkat
b. Mengurangi jumlah kehilangan darah
c. Mengurangi kejadian retensio plasenta
2. Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama
a. Pemberian suntikan oksitosin
1) Segera berikan bayi yang telah terbungkus kain kepada ibu untuk
diberi ASI
2) Letakkan kain bersih diatas perut ibu
3) Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
4) Memberitahukan pada ibu ia akan disuntik
5) Selambat-lambatnya dalam waktu dua menit setelah bayi lahir,
segera suntikan oksitosin 10 unit IM pd 1/3 bawah paha kanan
bagian luar
b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
1) Berdiri disamping ibu
2) Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala dua
persalinan pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
3) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (alas dengan kain)
tepat dibawah tulang pubis, gunakan tangan lain untuk meraba
kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat melakukan
peregangan pada tali pusat, tangan pada dinding abdomen menekan
korpus uteri ke bawah dan atas (dorso-kranial) korpus.
4) Tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah bersamaan dengan
itu,lakukan penekanan korpus uteri ke arah bawah dan kranial
hingga plasenta terlepas dari tempat implantasinya
5) Jika plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya
peregangan tali pusat dan tiadk ada tanda-tanda yang menunjukkan
8
lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusatSetelah
plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran ⇒ plasenta akan
terdorong ke introitus vagina. Tetap tegang kearah bawah
mengikuti arah jalan lahir
6) Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban
mudah robek: pegang plasenta dengan kedua tangan rata dengan
lembut putar plasenta hingga selaput terpilin
7) Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk
melahirkan selaput ketuban
8) Jika terjadi selaput robekan pada selaput ketuban saat melahirkan
plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksa
c. Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase) Segera setelah
kelahiran plasenta
1) Letakkan telapak tangan pada fundus uteri
2) Jelaskan tindakan ini kepadd ibu dan mungkin merasa tidak
nyaman
3) Dengan lembut gerakkan tangan secara memutar pada fundus
uteri ⇒ uterus berkontraksi (gambar 2.8) jika tidak berkontraksi
dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri
4) Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya
lengkap dan utuh
5) Periksa uterus setelah satu hingga dua menit memastikan uterus
berkontraksi dengan baik, jika blm ulangi rangsangan taktil fundus
uteri
6) periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua
pascapersalinan.
9
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian
kembali ketingkat normal dengan cepat. Hipotensi dapat terjadi sebagai
respon terhadap analgesik dan anastesi. Frekuensi nadi melambat pada
respon terhadap perubahan curah jantung.
3. Makanan/ cairan
Kehilangan darah normal kira-kira 250-300 ml.
4. Nyeri / ketidak nyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki atau menggigil.
5. Keamanan
Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya robekan
atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
6. Seksualitas
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometerium, biasanya dalam 1 sampai lima menit setelah melahirkan
bayi. Tali pusat memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari
diskoit menjadi bentuk globulat dan meninggikan abdomen.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan resiko dapat
meliputi :
a. Kekurangan pembatasan masukan oral, muntah, diaforesis,
peningkatan kekurangan cairan, atonia uterus, laserasi jalan lahir,
tertahannya fragmen plasenta.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan
10
Kriteria Hasil :
a) Tekanan darah dan nadi dalam batas normal
b) Nadi dapat diraba
c) kontraksi uterus kuat, aliran lokhea sedang, tidak ada bekuan.
No Intervensi Rasional
Mandiri
1. Instruksikan klien untuk Perhatian klien secara alami pada
mempercepat kontraksi; bayi batu lahir, selain itu keletihan
bantu menggerakkan dapat memepengaruhi upaya-upaya
perhatiannya. individu dan ia memerlukan
bantuan dalam mengarahkan ke
arah membantu pelepasan plasenta.
2. Kaji tanda vital sebelum dan Efek samping oksitosin yang sering
sesudah pemberian oksitosin. terjadi adalah hipertensi.
3. Palpasi uterus; Menunjukkan relaksasi uterus
perhatikan“ballooning”. dengan perdarahan kedalam rongga
uterus.
4. Pantau tanda dan gejala Hemoragi dihubungkan dengan
kehilangan cairan berle-bihan kehilangan cairan lebih besar dari
atau syok (mis, periksa TD, 500 ml dapat dimanifestasikan oleh
nadi, sensorium, warna kulit, peningkatan nadi, penurunan TD,
dan suhu). (Rujuk pada Bab 6 sianosis, disorientasi, peka
MK: Hemoragi Pascapartum.) rangsang, dan penurunan
kesadaran.
11
perlahan setelah pengeluaran respons terhadap rangsang taktil
plasenta lembut, maka akan menurunkan
aliran lokia dan menunjukkan
bekuan darah.
7. Catat waktu dan mekanisme Pelepasan harus terjadi dalam 5
pelepasan plasenta; misal menit setelah kelahiran. Lebih
mekanis-me Duncan versus banyak waktu diperlukan bagi
meka-nisme Schulze. plasenta untuk lepas, lebih banyak
waktu miometrium tetap
rileks, maka lebih banyak darah
hilang.
8. Inspeksi permukaan pla-senta Membantu mendeteksi
maternal dan janin. abnormalitas yang
Perhatikan ukuran, insersi tali mungkin terjadi pada ibu atau bayi
pusat, keutuhan. baru lahir.
Kolaborasi
1. Hindari menarik tali pusat Kekuatan dapat menimbulkan
secara berlebihan. putusnya tali pusat dan retensi
fragmen
plasenta,dan meningkatkan
kehilangan darah.
2. Berikan cairan melalui rute Bila kehilangan cairan berlebihan,
12
parenteral. penggantian secara parenteral
mem-bantu memperbaiki volume
sirkulasi dan oksigenasi.
3. Berikan oksitosin melalui rute Meningkatkan efek vasokontriksi
I.M., atau I.V. drip dalam uterus untuk mengontrol
diencerkan dalam larutan perdarahan pascapartum setelah
elektrolit, sesuai indikasi. pengeluaran plasenta. Bolus I.V.
Preparat ergot I.M. dapat dapat menyebabkan hipertensi
diberikan pada waktu yang maternal.
sama.
13
Kriteria Hasil :
a) Mengobservasi tindakan keamanan.
b) Bebas dari cedera maternal.
No Intervensi Rasional
Mandiri
1. Palpasi fundus dan masase Mempermudah pelepasan plasenta
dengan perlahan
2. Masase fundus secara perlahan Menghindari rangsangan/trauma
setelah pelepas-an plasenta. berlebihan pada fundus.
3. Kaji irama pernafasan dan Pada pelepasan plasenta, emboli
pengembangan. cairan amnion dapat masuk ke
sirkulasi maternal, menyebabkan
emboli paru.
4. Bersihkan vulva dan perineum Menghilangkan kemungkinan
dengan air dan larutan antiseptik kontaminan yang
steril dapat mengakibatkan infeksi
saluran asenden selama periode
pascapartum.
5. Rendahkan kaki klien secara Membantu menghindari regangan
simultan dari pijakan kaki. otot.
14
ruptur.
15
Membatasi potensial infeksi
endometrial.
Mandiri
1. Fasilitasi interaksi antara Membantu mengembangkan ikatan
klien/pasangan dan bayi baru lahir emosi sepanjang hidup di anggota
segera mungkin setelah keluarga. Ibu dan bayi memepunyai
melahirkan. periode yang sanngat sensitif pada
waktu dimana kemampuan
interaksi ditingkatkan.
2. Berikan klien dan ayah Kontak fisik dini menbantu
kesempatan untuk menggendong mengembangkan kedekatan. Ayah
bayi dengan segera setelah juga lebih mungkin untuk
kelahiran bila kondis bayi stabil. berpartisipasi dan aktivitas merawat
bayi dan merasa ikatan emosi lebih
kuat bila mereka secara aktif
terlibat dengan bayi segera setelah
16
melahirkan.
3. Tunda penetesan salep profilaksi Memungkinkan bayi untuk
mata (mengandung eritromisin membuat kontak mata dengan
atau tetrasiklin) sampai klien atau orang tua dan secara aktif
pasangan dan bayi telah berpartisipasi dalam interaksi,
berinteraksi. bebas dari penglihatan kabur yang
disebabkan oleh obat.
17
pemindahan terjadi pada akhir
tahap ini.
No Intervensi Rasional
18
plasenta. Kehangatan
meningkatkan relaksasi otot dan
meningkatkan perfusi jaringan,
menurukan kelelahan dan
meningkatkan rasa sejahtera.
5. Bantu perbaikan episiotomi bila Penyambungan tepi-tepi
perlu memudahkan penyembuhan
6. Berikan testosteron sipionat / Untuk menekan laktasi
estradiol valekat setelah
pengeluaran plasenta.
6. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tujuan dari pelaksanan adalah untuk membantu klien
dalm mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping (Nursalam, 2001).
Menurut Nursalam (2001) ada 3 tahap untuk malaksanakan
tindakan keperawatan yaitu:
a. Tahap I Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan, persiapan tersebut
meliputi:
1) Review tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap
perencanaan,
2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diidentifikasi
pada keterampilan yang diperlukan.
3) Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mugkin
timbul.
4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
19
5) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan
yang akan dilaksanakan.
6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko dari
potensial tindakan.
b. Tahap II Intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional.
c. Tahap III Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
7. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, karena rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama
tahap pengkajian, analis, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan
(Nursalam, 2001).
Adapun kriteria evaluasi ada 2 macam, yaitu kriteria proses dan kriteria
hasil. Kriteria proses mengevaluasi jalannya proses sesuai dengan situasi,
kondis dan kebutuhan pasien. Sedangkan kriteria hasil mengevaluasi hasil
keperawatn yang berupa ”SOAP”.
S : Subyektif, berdasarkan ungkapan pasien/keluarga pasien.
O : Objektif, berdasarkan kondisi pasien sesuai dengan masalah terkait.
A : Assesment (penilaian), merupakan analisa dari masalah yang sudah
ada, apakah teratasi, sebagian teratasi, belum teratasi, timbul masalah baru.
P : Planning (rencana), apakah rencana perawatan dilanjutkan, dihentikan
atau dibuat rencana tindakan keperawatan yang baru sesuai dengan
masalah yang ada.
20
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
Persalinan kala tiga adalah dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Fisiologi persalinan kala tiga,
otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara
tiba-tiba setelah lahirnya bayi, Penyusutan berkurangnya ukuran tempat
implantasi plasenta. Manajemen aktif kala tiga adalah tindakan untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangikehilangan
darah.
B. SARAN
1. Dengan mempelajari manajemen aktif pada persalinan kala tiga dengan
benar maka kita akan dapat mengurangi resiko perdarahan pospartum yang
bisa berakibat fatal pada ibu bersalin.
2. Bagi para pembaca, dimana makalah yang kami susun banyak kekurangan
dan kurang lengkap, kami mohon kritik yang bisa membangun sehingga
kedepan bisa lebih baik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ifat. 2010. Manajemen aktif kala tiga. Diambil pada 29 Januari 2015
dari http://www.akubidan.com/
Manuaba, Ida bagus Gde.1998. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
22