Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan
pada payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun
lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh
darah, dan persyarafan jaringan payudara (Rasjidi, 2010).
Kanker payudara memiliki dampak fisik, psikologis dan sosial. Dampak fisik
berupa penurunan fungsi salah satu organ tubuh yang dioperasi atau di amputasi,
rasa nyeri dan perubahan fisik karena efek samping dari pengobatan yang dijalani
pasien. Dampak psikologis dapat berupa reaksi psikologis terhadap diagnosa
kanker payudara yang harus dihadapi, rangkaian terapi atau pengobatan yang di
jalani pasien dan kondisi fisik yang baru. Dampak sosial yang dapat terjadi yaitu
perubahan status sosial karena kehilangan pekerjaan dari tempat pasien,
perubahan peran dan tugas karena tidak mampu melakukan tugasnya sebagai
salah satu anggota keluarga (Rachmadahniar,2005).
Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada kanker payudara
bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada
wanita usia 20 tahun. Angka tertingi pada usia 45-66 tahun.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di
dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker
lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia
menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker
payudara, kanker getah bening, kulit dan kanker nasofaring. Kanker payudara
merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka kematian akibat
kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Kanker payudara merupakan
penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima
data terakhir menunjukkan bahwa kema tian akibat kanker payudara pada wanita
menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).
Payudara di miliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki
payudara mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan wanita menjadi
berkembang dan penting. Payudara merupakan salah satu organ paling penting
bagi wanita yang erat kaitannya dengan fungsi reproduksi dan kewanitaan
(kecantikan). Karena itu gangguan payudara tidak sekedar memberikan gangguan
kesakitan sebagaimna penyakit pada umumnya, tetapi juga akan mempunyai efek
estetika dan psikologis khusus (bustan, 2000).
Amerika Serikat tercatat lebih dari lebih dari 190.000 kasus baru dan 40.000
kematian. Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada
wanita usia 50 keatas, sedangkan 6% nya pada usia kurang dari 40 tahun. Di
Negara Indonesia jumlah kanker payudara didapatkan kurang lebih 200 juta
populasi atau 23.140 kasus baru setiap tahun (Emir & Suyatno,2010).
Menurut Ramli dkk (2010), di dapatkan jumlah penderita kanker payudara
stadium IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%, Stadium IV sebanyak 14,3 %, berbeda
dengan negara maju dimana kanker payudara ditemukan lebih banyak dalam
stadium dini.
Peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara
yaitu melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitas. Upaya promotif
meliputi pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit kanker payudara,
upaya preventif yaitu mencegah infeksi pada luka post op dengan cara perawatan
luka dengan teknik aseptik dan antiseptik, upaya kuratif meliputi pemberian
pengobatan dan penganjuran klien untuk mematuhi terapi, serta upaya
rehabilitative meliputi perawatan luka di rumah dan menganjurkan untuk
meneruskan terapi yang telah diberikan. Peran perawat dalam aspek psikologis
yaitu memberikan informasi dan dukungan positif kepada jlien tentang proses
pengobatan yang akan di jalani bahwa itu adalah alternative untuk pengobatan.
Berdasarkan data tersebut maka dari itu, penulis tertarik untuk mengangkat
masalah kanker payudara pada makalah ini supaya bisa memberikan asuhan
keperawatan secara mendalam terhadap klien dengan masalah kanker payudara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang kami angkat
yaitu :
1.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami mengenai
konsep teori kanker payudara beserta pengaplikasian asuhan keperawatan pada
klien dengan kanker payudara.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa/i keperawatan
dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara.
2. Bagi Akademik
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan untuk menambah
wawasan bagi pembaca tentang payudara.
3. Bagi Klien dan Keluarga
Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu memahami tentang
penyakit kanker payudara serta penatalaksanaanya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian Kanker Payudara


Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya
pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak
dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel
(Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari
jaringan payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk
mengontrol proliferasi dan maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Kanker payudara adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan
pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit
tunggal (Tucker dkk,1998).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di
dalam jaringan mammae (Tapan, 2005).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari parenkim, stoma
areola, dan papila mamae (Taufan Nugroho,2011).

2.2. Anatomi Fisiologi Payudara


Anatomi payudara dan kuadran letak kanker payudara dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Gambar 2.1 : Anatomi Payudara dan Kuadran Letak Kanker Payudara
sumber : Harriston, 2006

Keterangan:
1. Korpus (badan)
2. Areola
3. Papilla atau puting
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,di atas
otot dada.Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih
200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. Pada payudara
terdapat tiga bagian utama yaitu:

1) Korpus
Korpus (badan ) yaitu bagian yang membesar. Alveolus, yaitu unit terkecil yang
memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel
plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari
alveolus. Lobus,yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus
pada tiap payudara.ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran
kecil(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran
yang lebih besar (duktus laktiferus).
2) Areola
Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah sinus laktiferus, yaitu saluran di
bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam putingndan
bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat
otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3) Papilla / Puting
Papila atau Puting,yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Bentuk puting ada 4, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan
terbenam (inverted).

2.3. Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan
dapt menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan
menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan kanker
payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum
diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen
normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan
kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai
peran penting dalam kanker payudara. Dua hormon ovarium utama-estradiol
dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat
mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara (Brunner dan Sudart,
2001).
Faktor resiko timbul kanker payudara terdiri dari faktor resiko yang tidak
dapat di ubah (unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :

2.3.1 Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)


a) Umur
Semakin bertambahnya umur meningkat resiko kanker payudara.
Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40
tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40 tahun juga dapat terserang
kanker payudara, namun resikonya lebih rendah dibandingkan wanita
berusia diatas 40 tahun.
b) Menarche Usia Dini
Resiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur
menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan
hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang berpengaruh
terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
c) Menoupause usia lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk
mengalami kanker payudara. Sehingga diperkirakan awal terjadinya
tumor jauh sebelum terjadinya perubahan klinis. Kurang dari 25%
kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan klinis.
d) Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan resiko menderita kanker payudara pada
wanita yang keluarganya menderita kanker payudara tertentu. Apabila
BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu kerentanan terhadap kanker
payudara, untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50
tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker payudara
bersifat familial. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara
berhubungan dengan gen probabilitas.
e) Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara
memiliki peningkatan resiko untuk mengalami kanker payudara.
Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan desain
cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis,
fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi
untuk mengalami kanker payudara 4,0 kali lebih besar untuk terkena
kanker payudara (RR=4,0).

2.3.2 Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable)


a) Riwayat kehamilan
Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko
mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di
Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang kehamilan
pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko 3,6 kali lebih besar
dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk
terkena kanker payudara (RR=3,6). Wanita yang multipara atau belum
pernah melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0 kali lebih besar
dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan
untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).
b) Obesitas dan konsumsi lemak tinggi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker
payudara pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan
sebagai suatu faktor resiko terjadinya kanker payudara.
c) Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral
Hormone berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami
kanker payudara. Kandungan estrogen dan progestron pada kontrasepsi
oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjer
payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu
yang lama mempunyai resiko untuk mengalami kanker payudara
sebelum menopause.
d) Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami
kanker payudara daripada waita yang tidak merokok. Penelitian
Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case
control menunjukkan bahwa diperkirakaan resiko bagi wanita yang
merokok untuk terkena kanker payudara 2,36 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (OR=2,36).
e) Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian kanker payudara.
Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum
usia 30 tahun meningkatkan resiko kanker payudara.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan
desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan resiko bagi
wanita yang terpapar radiasi lebih dari 1 jam sehari untuk terkena
kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi (OR=3,12).
2.4. Patofisiologi
2.5. Pathway
2.6. Tanda dan gejala
Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan
pada stadium dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi
stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil
peluang untuk di sembuhkan. Bila kanker payudara dapat di ketahui secara dini
maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan (Ramli M, 2013).
Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak ,
seperti:
1) Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin
lama benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
2) Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan,
karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.
3) Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi
pembengkakan.
4) Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di
bawah ketiak.
5) Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam
yang tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
6) Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang
tidak sedang hamil.
7) Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah
diobati.
8) Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting
kuli.
2.7. Stadium Kanker Payudara
Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:
1) Stadium I
Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya,
tidak ada fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot).
Besar tumor 1-2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah
bening regional belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan
tujuannya agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada
stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada
penderita adalah 70%.
2) Stadium II
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau
beberapa kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter
kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan
operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak
ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan
sembuh penderita adalah 30-40%.
3) Stadium III A
Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih
bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu
sama lain. Menurut data Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada
stadium ini.
4) Stadium III B
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema
(lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah
bening axila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan
diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian payudara,
bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
5) Stadium IV
Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar
getah bening axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah
merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati,
otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang leher. Tindakan yang harus
dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada palliative
bukan lagi kuratif(menyembuhkan).

2.8. Komplikasi
1) Limpedema
Limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe
bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan
sistem limfe di angkat maka sistem kolater dan axilaris harus mengambil ahli
fungsi mereka. Limfedema dapat dicegah dengan meninggikan setiap sendi
lebih tinggi dari sendi yang prokximal. Jika terjadi limfedema keluasan
biasanya berhubungan dengan jumlah saluran limfatik kolateral yang
diangkat selama pembedahan (Brunner & Suddharta,2011).
2) Sidroma hiperkalsemik
Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang
meningkatkan kadar kalsium darah/ hormon yang secara langsung
mempengaruhi tulang.

2.9. Pemeriksaan Diagnostik


Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non
invasive dan invasive.
1) Non Invasive
a) Mammografi
Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X
yang diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah
kemampuan mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm)
sekalipun masih dalam stadium dini.Waktu yang tepat untuk melakukan
mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus
haid. Pada perempuan usia nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja.
Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.
b) Ultrasound
Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat
berguna dan akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan
akurat dalam membedakan antara kista dengan massa padat. Namun
untuk masa yang lebih kecil antara 5-10 mm tidak dapat divisualisasi
dan massa pada jaringan lemak payudara sulit dievaluasi.
Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak ada nyeri.
c) Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans
Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi
kelainan payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini
mengambil peran dalam mengevaluasi axila, mediastinum dan area
supralivikula untuk adenopati dan membantu dalam melakukan stging
pada proses keganasan.
2) Invasiv
a) Sitologi Aspirasi
Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20
atau yang lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area
yang dicuriga, lalu dismear di atas slide dan difiksasi segera dan
diwarnai untuk evaluasi sitologi. Jika specimen diambil secara tepat,
prosedur ini sangat akurat. Namun pemeriksaan ini tidak dapat untuk
memeriksa gambaran histopatologi jaringan sebab pemeriksaan ini tidak
mampu mengambil struktur jaringan sekitar. Teknik stereotaktik untuk
sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum diamerika serikat.
Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk menentukan
secara akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen yang
sangat kecil. Untuk menegtahui resptor menggunakan teknik ini sudah
dikembangkan namun masih belum merata keberadaanya
dilaboratorium patologi anatomi.
b) Core Needle Biopsy (CNB)
Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering
dilakukan. Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires
jarum. CNB lebih akurat dan bisa digunakan untuk menentukan reseptor
estrogen dan progesterone serta bisa dilakukan untuk memeriksa
gambaran histopatologi.
c) Biopsy
Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound.
Biopsi TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:
a. Biopsy Eksisi
b. Biopsi Insisi
c. Needle-Guided Biopsy (GNB)
d. Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)
e. Nipple Discharge Smear (NDS)
f. Nipple Biopsy

2.10. Penatalaksanaan
2.11. Pencegahan Kanker Payudara
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1
.Jakarta : EGC

2. Brunner & Suddarth. 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2
.Jakarta : EG

3. Donengoes Marilynn E.2000 Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3,Jakarta EGC

4. Dyayidi.2009 praktik SADARI dikalangan remaja putri dalam hal ini siswa
SMA Negeri dan Swasta.www.eprints.undip.ac.id

5. Nugroho ,Taufan 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas,Anak, Bedah, dan


Penyakit Dalam Yogyakarta : Nuha Medika

6. Program Studi D-III Keparatan stikes Mercubaktijaya Padang .2012.panduan


study kasus.padang

7. Rahayu Wahyu .2011.Menggali,Mencegah dan mengobati 35jenis kanker


..Jakarta : Victory Inti Cipta

8. Rasjidi Iman .2009 Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker . Jakarta : CV Sagung
Seto

9. Sjamsuhidajat R.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah,Edisi Revisi.Jakarta : ECG

Вам также может понравиться