Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Ekonomi Pembangunan
DISUSUN OLEH:
Ary Adianto C1A016072
Dhika Alviyanto C1A016113
Nanda Alfa K P C1A016059
Hilman Malik M C1A016051
Tri Irvan Denizar C1A016072
Sumber pembiayaan pembangunan dapat dikategorikan dalam dua sumber, yaitu sumber
konvensional dan sumber non konvensional. Sumber pembiayaan konvensional merupakan
sumber pembiayaan yang diperoleh dari pemerintah seperti APBN, APBD, Pajak, dan
Retribusi. Sementara sumber pembiayaan non konvensional, merupakan sumber pembiayaan
yang diperoleh dari gabungan dana pemerintah, swasta, dan masyarakat seperti kerjasama
pemerintah dan swasta, utang luar negeri, dan swadaya masyarakat.
Pembangunan suatu negara memerlukan dana yang relatif besar, namun usaha untuk
membiayai pembangunan tersebut kerap menghadapi kendala. Kendala utama yang terjadi
adalah pembentukan modal yang bersumber dari penerimaan pemerintah maupun dari
masyarakat. Sehingga perlu adanya sumber pembiayaan lain yang dapat memenuhi kebutuhan
modal tersebut, salah satunya adalah melalui utang luar negeri.
Utang luar negeri merupakan bantuan luar negeri (loan) yang diberikan oleh pemerintah
negara-negara maju atau badan-badan internasional yang khusus dibentuk untuk memberikan
utang semacam itu dengan kewajiban untuk membayar kembali dan membayar bunga utang
tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu, sumber pembiayaan dari luar negeri dianggap
sebagai alternatif paling tepat dan mudah dalam membiayai kekurangan modal pembangunan
dan terjaminnya sumber dana tersebut secara kontinyu.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam pembahasan makalah ini akan membahas
permasalahan antara lain:
1. Apa pengertian hutang luar negeri?
2. Mengapa perlunya melakukan hutang Luar Negeri?
3. Bagaimana klasifikasi hutang Luar Negeri?
4. Bagaimana perencanaan hutang Luar Negeri?
5. Bagaimana pelaksanaan hutang Luar Negeri?
6. Bagaimana pembayaran hutang Luar Negeri?
7. Apa saja dampak utang luar negeri Indonesia?
8. Faktor apa saja yang menyebabkan utang luar negeri Indonesia?
9. Apa saja tujuan pembangunan ekonomi ?
10. Bagaimana strategi pembangunan ekonomi ?
11. Darimana saja sumber pembiayaan pembangunan ekonomi Indonesia?
C. TUJUAN
Setelah pembahasan makalah ini, maka akan diketahui tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian hutang luar dan dalam negeri ?
2. Untuk mengetahui perlunya melakukan hutang luar dan dalam negeri ?
3. Untuk mengetahui klasifikasi hutang luar dan dalam negeri ?
4. Untuk mengetahui perencanaan hutang luar dan dalam negeri ?
5. Untuk mengetahui pelaksanaan hutang luar dan dalam negeri ?
6. Untuk mengetahui pembayaran hutang luar dan dalam negeri ?
7. Untuk mengetahui dampak utang luar dan dalam negeri ?
8. Untuk mengetahui faktor penyebab utang luar dan dalam negeri ?
9. Untuk mengetahui tujuan pembangunan ekonomi ?
10. Untuk mengetahui strategi pembangunan ekonomi ?
BAB I
PEMBAHASAN
A. Hutang negara
Utang negara (Inggris: Sovereign debt) adalah utang yang dijamin oleh pemerintah, sering
disebut sebagai utang luar negeri. Dalam rangka mengumpulkan uang, pemerintah akan
menerbitkan obligasi dan menjualnya kepada investor asing (pemberi pinjaman). Obligasi
adalah instrumen utang yang harus dibayar kembali pada waktu tertentu (bisa selama sepuluh
tahun atau satu tahun) dengan pokok utang ditambah bunga. Untuk membayar utang,
pemerintah harus mengembalikannya dalam mata uang asing saat ia menjual obligasi.
Pinjaman luar negeri, dalam praktiknya memiliki bentuk atau jenis yang beragam sesuai
dengan sifatnya. Jika dilihat dari sifat persyaratan pinjaman, maka pinjaman luar negeri dapat
diklasifikasikan atas:
a) Pinjaman Lunak (Concessional Loan)
Pinjaman ini berasal dari lembaga multilateral maupun lembaga bilateral. Pinjaman ini
bercirikan tingkat bunga yang rendah (sekitar 3,5%), jangka waktu pengembalian yang panjang
(sekitar 25 tahun), dan masa tenggang (grace period) cukup panjang, yakni 7 tahun. Contohnya
seperti pinjaman-pinjaman yang diberikan Bank Dunia danAsian Development Bank (ADB)
yang seringkali memberikan pinjaman untuk jangka waktu 25-40 tahun
b) Pinjaman Setengah Lunak (Semi Concessional Loan)
Pinjaman ini adalah pinjaman yang memiliki persyaratan pinjaman sebagian komersil
namun dijamin oleh suatu lembaga pengembangan ekspor. Biasanya bentuknya berupa fasilitas
kredit ekspor, misalnya suatu negara yang ingin memajukan ekspor di negaranya akan
menyediakan pembiayaan bagi suppliernya untuk menjual barangnya kepada debitor. Dulu
dikenal juga dengan istilah purchase and installment sales agreement, contohnya dari Leasing
Company di Jepang
c) Pinjaman Komersial (Commercial Loan)
Pinjaman ini adalah pinjaman yang berasal dari bank atau lembaga keuangan dengan
persyaratan yang berlaku di pasar internasional pada umumnya. Berdasarkan sifatnya lagi,
terdapat lagi pembedaan seperti:
i.Pinjaman Bilateral, yaitu pinjaman dengan jumlah kecil yang berasal dari satu bank
ii.Pinjaman Multilateral, yaitu pinjaman dalam jumlah besar yang berbentuk sindikasi.
i) Bentuk surat utang (notes) dengan bunga mengambang, atau obligasi (bonds) dengan
bunga yang tetap. Keduanya sama-sama berasal dari pasar modal (capital market)
ii) Pinjaman dari perbankan internasional yang berbentuk sindikasi dengan jumlah
pinjaman yang besar.
Utang internal atau hutang dalam negeri adalah bagian dari total hutang pemerintah di
negara yang berhutang kepada pemberi pinjaman di dalam negeri. Pelengkap hutang
internal adalah utang luar negeri. Bank komersial, lembaga keuangan lainnya dan lain -lain
merupakan sumber dana untuk hutang internal
Utang publik internal yang terhutang oleh pemerintah (uang yang dipinjam pemerintah
dari warganya) adalah bagian dari hutang nasional negara tersebut. Ini adalah bentuk
penciptaan uang secara fiat, di mana pemerintah memperoleh keuangan bukan dengan
menciptakannya secara de novo, tapi dengan meminjamnya. Uang yang tercipta berupa
surat berharga treasury atau surat berharga yang dipinjam dari bank sentral. Adapun sumber
hutang dalam negeri sebagai berikut :
Dalam pembangunan infrastruktur dibutuhkan dana yang cukup besar, proyeksi jumlah anggaran
yang dibutuhkan untuk membangun berbagai proyek infrastruktur di Indonesia pada tahun 2019
mencapai Rp 4.900 triliun. Menurut Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, pembangunan
infrastruktur mustahil untuk dibangun melalui APBN, oleh karena itu dibutuhkan campur tangan pihak
swasta agar program pembangunan infrastruktur dapat dilakukan. Selain itu upaya pemerintah untuk
mempercepat pembangunan infrastruktur Indonesia pemerintah rela menambah utang luar negeri senilai
US$150 juta atau sekitar Rp 2 triliun (estimasi kurs 13.500 per dolar AS). Pinjaman luar negeri tersebut
mempunyai skema multilateral yang nantinya dananya digunakan untuk mempersiapkan berbagai hal
tekait proyek infrastruktur.
Upaya percepatan pembangunan infrastruktur malalui utang luar negeri memberi dampak baik dan
buruk bagi perekonomian Indonesia. Utang luar negeri merupakan sarana yang baik untuk
meningkatkan roda perekonomian nasional, karena dengna utang luar negeri yang stabil dan sehat maka
roda perekonomian akan berjalan dengan baik. Namun, jika utang luar negeri tidak terkendali maka
akan membawa dampak yang baik dengan stabilitas perekonomian nasional kedepannya. Utang luar
negeri seharusnya digunakan untuk pembiayaan kegiatan yang produktif seperti digunakan untuk
menutupi kekurangan anggaran APBN dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur. Direktur
Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan Robert Pakpahan berpendapat
bahwa “sesungguhnya utang diperlukan untuk menigktakan belanja, mendukung pertumbuhan ekonomi
dan meningkatkan kesejahteraan rakyat”
Utang luar negeri merupakan suatu masalah serius pemerintah, karena jika suatu negara memiliki
utang luar negeri maka akan muncul masalah terkait beban utang yaitu pembayaran pokok dan bunga
utang luar negeri. Meskipun pembangunan infrastruktur merupakan salah satu pendongkrak
perekonomian, namun bisa saja pembangunan infrastruktur tidak menjamin perbaikan perekonomian
negara, apalagi jika sumber dana didapatkan dari utang luar negeri. Dalam hal ini ditakutkan jika
ternyata salah perhitungan, maka pembangunan infrastruktur akan menjadi beban negara, biasanya
kalau negara terancam gagal bayar utang, maka solusinya akan mencari utang baru untuk digunakan
mencicil utang lamanya.
Oleh karena itu perlu adanya pertimbangan dan kajian lebih dalam menentukan sumber-sumber
pembiayaan, pada kasus pembangunan infrastruktur prinsip BOT merupakan yang paling tepat, karena
dalam pembangunan proyek tersebut terjadi kerja sama antara swasta dengan pemerintah, dengan
pembiayaan proyek pada awalnya dibiayai oleh swasta yang selanjutnya kendali akan dipegang oleh
pihak swasta dan setelah utang lunas maka kendali akan kembali ke pemerintah
BAB III
KESIMPULAN
Di dalam mencari pinjaman luar negeri, suatu Negara hendaknya bersikap hati-hati yaitu mencari
pinjaman dengan syarat-syarat yang termurah secara relative dalam perbandingannya dengan hasil produksi
yang dapat diciptakan dari pinjaman tersebut. Dalam jangka pendek kapasitas memikul bebab utang itu
sangat dipengaruhi oleh fluktuasi dalam perdagangan internasional dan dalam jangka panjang adalah sulit
untuk menentukan karena tergantung pada berhasilnya pembangunan ekonomi
Pengalaman Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia secara berangsur-angsur harus membayar utang
yang telah diatur sedemikian jauh. Pinjaman-pinjaman baru hendaknya dalam jangka yang cukup pendek
dapat memberikan hasil yang dapat menunjang pembayaran utang-utang yang telah ditunda itu. Syarat-
syarat seperti itu merupakan batasan yang kaku untuk menggunakan pinjaman luar negeri. Ini berate bahwa
cara yang paling meguntungkan pada saat itu untuk memperbaiki ekonomi Indonesia adalah melalui
penarikan modal asing untuk ditanam di Indonesia. Akhirnya pinjaman luar negeri hendaknya digunakan
hanya pada bidang-bidang kegiatan yang jelas-jelas tidak menarik bagi investor swasta asing.