Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gadar Maternal dan Neonatal
Dosen Pengampu: Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep, Sp.Kep.Mat
Disusun Oleh :
Puji syukur say panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Selain itu saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah GADAR MATERNAL & NEONATAL yang telah
memberikan tugas dan membimbing saya. Saya membuat makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Dokumentasi Keperawatan, yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Maternitas Endometritis”
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka saya berharap
kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan kita semua.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I...........................................................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Tujuan............................................................................................................3
C. Sistematika Penulisan....................................................................................4
BAB II..........................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI......................................................................................................5
A. Pengertian Endometritis.................................................................................5
B. Tipe Endometritis..........................................................................................5
C. Etiologi Endometritis.....................................................................................5
D. Klasifikasi......................................................................................................7
E. Patofisiologi..................................................................................................9
F. Pathway.......................................................................................................10
G. Manifestasi Klinis........................................................................................11
H. Komplikasi...................................................................................................12
I. Penatalaksanaan..........................................................................................13
J. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................14
K. Asuahan Keperawatan Endometritis............................................................15
BAB III.......................................................................................................................18
PENUTUP..................................................................................................................18
A. KESIMPULAN............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi ini mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman-
kuman ke dalam alat-alat genital pada saat kehamilan dan persalinan.
Salah satu contoh infeksi yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
endometritis. Endometritis yaitu peradangan yang terjadi pada endometrium
pada lapisan sebelah dalam. Sama-sama kita ketahui bahwa peradangan
endometrium pada masa nifas diindonesia masih tinggi karena kurangnya
ketelitian dan kecermatan dalam penanganan mengenai hal ini baik dalam masa
kehamilan maupun persalinan.
B. Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami
dan menjelaskan mengenai Asuahan Keperawatan Maternitas Endometritis.
C. Sistematika Penulisan
3
Sistematika Penulisan Makalah ini, yaitu :
Bab I Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, tujuan serta sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan teori terdiri dari Pengertian, Tipe Endometritis, Etiologi,
Klasifikasi, Patofisiologi, Patway, Manisfestasi Klinis, Komplikasi,
Penatalaksaan, Pemeriksaan Diagnostik, Asuhan Keperawatan Endometritis.
Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Endometritis
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan.
4
Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan.
B. Tipe Endometritis
1. Endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan)
2. Endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak
disertai sel sintitial dan trofoblas yang banyak).
3. Endometritis tuberkulosa
(peradangan pada dinding rahimendometrium dan tuba fallopi, biasanya
akibat Mycobacterium tuberculosis).
C. Etiologi Endometritis
Macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman
datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan
endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50%
adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni
normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain
adalah :
5
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman inimerupakan
sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya.
Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang
ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
D. Klasifikasi
Menurut Wiknjosastro (2002),
1. Endometritis akut
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada
endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9,
6
sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan
pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi
leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan
interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada
abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas
dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara
khusus.
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke
miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke
parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-
gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala
penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi, kelihatan sakit
keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya
nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di
luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam
uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan
sebagainya.
Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah
endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke
jaringan di sekitarnya.
Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa
patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu
dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid.
Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah berusaha
mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
a. Gejalanya :
1) Demam
2) Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang
keluar flour yang purulent.
3) Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
4) Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium
tidak nyeri.
b. Terapi :
1) Uterotonika.
7
2) Istirahat, letak fowler.
3) Antibiotika.
4) Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus
carsinoma. Dapat diberi estrogen.
2. Endometritis kronik
Endometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu
infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat
mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional darn
endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan
banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar
artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam
endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronik adalah leukorea dan menorargia.
Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
Endometritis kronis ditemukan:
a. Pada tuberkulosis.
b. Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
c. Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
d. Pada polip uterus dengan infeksi.
e. Pada tumor ganas uterus.
f. Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat
peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah,
dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.
a. Gejalanya :
1) Flour albus yang keluar dari ostium.
2) Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.
b. Terapi :
1) Perlu dilakukan kuretase
8
E. Patofisiologi
Kuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio
plasenta, dan waktu singkat mengikut sertakan seluruh endometrium. Pada
infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi
nekrosis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat
terdapat lapisan terdiri atas lekosit-lekosit. Pada infeksi yang lebih berat batas
endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
F. Pathway
ENDOMETRITIS
9
Endometritis Kronis Endometritis Akut
G. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan virulensi kuman,
daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokhea
tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini
dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera
hilang setelah rintangan dibatasi. Uterus pada endometrium agak membesar,
serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas
penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari
ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu
dan nadi menurun, dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal
kembali, lokhea pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang
berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa
infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokhea yang
sedikit dan tidak berbau.
H. Komplikasi
Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah sebagai berikut:
1. Luka infeksi
Infeksi luka biasanya terjadi pada hari kelima pasca operasi sebagai demam
menetap meskipun pasien mendapat terapi antimikroba yang adekuat.
Biasanya dijumpai eritema, indurasi, dan drainase insisi.
2. Karena peritonitis
Peritonitis pasca sesar mirip dengan peritonitis bedah, kecuali rigiditas
abdomen biasanya tidak terlalu mencolok karena peregangan abdomen yang
berkaitan dengan kehamilan. Nyeri mungkin hebat. Jika infeksi berawal di
uterus dan meluas hanya ke peritonium di dekatnya (peritonitis
panggul),terapi biasanya medis. Sebaliknya peritonitis abdomen generalisata
akibat cedera usus atau nekrosis insisi uterus, sebaiknya diterapi secara
bedah.
3. Parametrial phlegmon
Pada sebagian wanita yang mengalami metritis setelah sesar, terjadi selulitis
parametrium yang intensif. Hal ini menyebabkan terbentuknya daerah
indursi yang disebut flegmon, di dalam lembar-lembar ligamentum latum
(parametria)atau dibawah lipatan kandung kemih yang berada di atas insisi
uterus. Selulitis ini umumnya unilateral dan dapat meluas ke lateral ke
dinding samping panggul. Infeksi ini harus dipertimbangkan jika demam
menetap setelah 72 jam meskipun pasien sudah mendapat terapi untuk
endomiometritis pasca sesar.
4. Panggul abses
Flegmon parametrium dapat mengalami supurasi, membentuk abses
ligamentum latum yang fluktuatif. Jika abses ini pecah, dapat timbul
peritonitis yang mengancam nyawa. Dapat dilakukan drainase abses dengan
11
menggunakan tuntunan computed tomography, kolpotami, atau melalui
abdomen, bergantung pada lokasi abses.
5. Abses subfasia dan Terbukanya jaringan parut uterus
Kompilkasi serius endometritis pada wanita yang melahirkan sesar adalah
terbukanya insisi akibat infeksi nekrosis disertai perluasan ke dalam ruang
subfasia di sekitar dan akhirnya pemisahan insisi fasia . Hal ini
bermanifestasi sebagai drainase subfasia pada wanita dengan demam lama.
Di perlukan eksplorasi bedah dan pengangkatan uterus yang terinfeksi.
6. Septik panggul thrombophlebitis
Di dahului oleh infeksi bakteri di tempat implantasi plasenta atau insisi
uterus. Infeksi dapat meluas di sepanjang rute vena dan mungkin mengenai
vena-vena di ovarium.
I. Penatalaksanaan
1. Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran
terpi. Evaluasi klinis daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram,
seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa
sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik.
2. Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi
ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu
mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit
per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
3. Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus
atau post partum.
4. Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak
manfaatnya.
5. Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan
plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai
sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan
kuretase perlahan-lahan dan hati-hati. Histerektomi dan salpingo –
oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia teah meluas
melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik
klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal).
12
J. Pemeriksaan Diagnostik
1. Jumlah sel darah putih: normal/tinggi.
2. Laju sedimentasi darah dan jumlah sel darah merah: sangat meningkat pada
adanya infeksi.
3. Hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht): penurunan pada adanya anemia.
4. Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus/intraservikal drainase
luka/pewarnaan gram dari lokhia servik dan uterus: mengidentifikasi
organisme penyebab.
5. Urinalisis dan kultur: mengesampingkan infeksi saluran kemih.
6. Ultrasonografi: menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang
tertahan, melokalisasi abses peritoneum.
7. Pemeriksaan bimanual: menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis,massa,
pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan trombosis.
8. Bakteriologi: spesimen darah, urin dikirim ke laboratorium bakteriologi
untuk pewarnaan gram, biakan dan pemeriksaan sensitifitas antibiotik.
Organisme yang sering diisolasi dari darah pasien dengan endometritis
setelah seksio sesarea adalah peptokokus, enterokokus, clostridium,
bakterioles fragilis, Escherechia coli, Streptococcus beta hemilitikus,
stafilokokus koagulase-positif, mikrokokus, proteus, klebsiela dan
streptokokus viridans (Di Zerega).
9. Kecepatan sedimentasi eritrosit.
10. Nilai dari tes ini sangat terbatas karena derajat sedimentasi cenderung
meningkat selama kehamilan maupun selama infeksi.
11. Foto abdomen.
12. Udara di dalam jaringan pelvis memberi kesan adanya mionekrosis
klostridia.
13
1) Malaise, letargi.
2) Kelelahan/keletihan yang terus menerus.
b. Sirkulasi
1) Takikardi.
c. Eliminasi
1) Diare mungkin ada.
2) Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus.
d. Integritas ego
1) Ansietas jelas (poritunitis).
e. Makanan atau cairan
1) Anoreksia, mual/muntah.
2) Haus, membran mukosa kering.
3) Distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis).
f. Neurosensori
1) Sakit kepala.
g. Nyeri/ketidaknyamanan.
1) Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen.
2) Nyeri abdomen bawah/uterus serta nyeri tekan.
3) Nyeri/kekakuan abdomen.
h. Pernapasan
1) Pernapasan cepat/dangkal (berat/pernapasan sistemik).
i. Keamanan
1) Suhu 38 derajat celcius atau lebih terjadi jika terus-menerus, di
luar 24 jam pascapartum.
2) Demam ringan.
3) Menggigil.
4) Infeksi sebelumnya.
5) Pemajanan lingkungan.
j. Seksualitas
1) Pecah ketuban dini/lama, persalinan lama.
2) Hemorargi pascapartum.
3) Tepi insisi: kemerahan, edema, keras, nyeri tekan, drainase
purulen.
4) Subinvolusi uterus mungkin ada.
5) Lokhia mungkin bau busuk/tidak bau, banyak/berlebihan.
k. Interaksi social
1) Status sosio ekonomi rendah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat.
c. Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi.
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan I: Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur
invasive.
14
Intervensi:
1) Tinjau ulang catatan prenatal, intrapartum dan pascapartum.
2) Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf,
klien dan pengunjung.
3) Berikan dan instruksikan klien dalam hal pembuangan linen
terkontaminasi.
4) Demonstrasikan massase fundus yang tepat.
5) Pantau suhu, nadi, pernapasan.
6) Observasi/catat tanda infeksi lain.
7) Pantau masukan oral/parenteral.
8) Anjurkan posisi semi fowler.
9) Selidiki keluhan-keluhan nyeri kaki dan dada.
10) Anjurkan ibu bahwa menyusui secara periodik memeriksa mulut
bayi terhadap adanya bercak putih.
11) Kolaborasi dengan medis.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Endometritis merupakan suatu peradangan pada endometrium yang
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan yang sering terjadi pada ibu
postpartum atau postabortus ( masa nifas ). Endometritis disebabkan oleh
masuknya kuman ke dalam endometrium. Masuknya kuman ke dalam alat
kandungan dapat terjadi melalui eksogen, autogen, dan endogen. Penyebab yang
terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya
tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://octarinimayyasari.blogspot.com/2013/05/makalah-endometritis.html
https://www.scribd.com/doc/191765636/Endometritis-Def-Patof
http://bloganggraenimarsiana.blogspot.com/2013/06/asuhan-keperawatan-
endometritis.html
https://kumpulan0askep.wordpress.com/category/keperawatan-maternitas/
17