Вы находитесь на странице: 1из 18

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA


EDOMETRITIS”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gadar Maternal dan Neonatal
Dosen Pengampu: Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep, Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh :

Aprilliani Salamatussa’diyah (P07220117043)

Bella Febrianti (P07220117044)

Reischa Delfi O (P072201170

PRODI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur say panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Selain itu saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah GADAR MATERNAL & NEONATAL yang telah
memberikan tugas dan membimbing saya. Saya membuat makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Dokumentasi Keperawatan, yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Maternitas Endometritis”

Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka saya berharap
kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan kita semua.

Balikpapan,23 Februari 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I...........................................................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Tujuan............................................................................................................3
C. Sistematika Penulisan....................................................................................4
BAB II..........................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI......................................................................................................5
A. Pengertian Endometritis.................................................................................5
B. Tipe Endometritis..........................................................................................5
C. Etiologi Endometritis.....................................................................................5
D. Klasifikasi......................................................................................................7
E. Patofisiologi..................................................................................................9
F. Pathway.......................................................................................................10
G. Manifestasi Klinis........................................................................................11
H. Komplikasi...................................................................................................12
I. Penatalaksanaan..........................................................................................13
J. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................14
K. Asuahan Keperawatan Endometritis............................................................15
BAB III.......................................................................................................................18
PENUTUP..................................................................................................................18
A. KESIMPULAN............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi ini mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman-
kuman ke dalam alat-alat genital pada saat kehamilan dan persalinan.

Dinegara-negara berkembang dengan pelayanan keperawatan yang masih


jauh dari keaadaan sempurna kejadian infeksi nifas masih besar. Infeksi nifas
umumnya disebabkan oleh bakteri yang dalam keadaan normal berada dalam
usus dan jalan lahir.

Salah satu contoh infeksi yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
endometritis. Endometritis yaitu peradangan yang terjadi pada endometrium
pada lapisan sebelah dalam. Sama-sama kita ketahui bahwa peradangan
endometrium pada masa nifas diindonesia masih tinggi karena kurangnya
ketelitian dan kecermatan dalam penanganan mengenai hal ini baik dalam masa
kehamilan maupun persalinan.

Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga personal


higiene, kurangnya pengetahuan tentang dampak jangka pendek dan jangka
panjang endometritis bagi ibu menjadi salah faktor atau dasar bagi penulis untuk
membahas tentang infeksi nifas mengenai endometritis.

B. Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami
dan menjelaskan mengenai Asuahan Keperawatan Maternitas Endometritis.

C. Sistematika Penulisan

3
Sistematika Penulisan Makalah ini, yaitu :
Bab I Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, tujuan serta sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan teori terdiri dari Pengertian, Tipe Endometritis, Etiologi,
Klasifikasi, Patofisiologi, Patway, Manisfestasi Klinis, Komplikasi,
Penatalaksaan, Pemeriksaan Diagnostik, Asuhan Keperawatan Endometritis.
Bab III Penutup yang terdiri dari Kesimpulan.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Endometritis
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan.

Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).

4
Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan.

Endometritis adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan ekstensi ke


miometrium dan jaringan parametrial. Endometritis dibagi menjadi kebidanan
dan nonobstetric endometritis. Penyakit radang panggul (PID) adalah sebuah
Common nonobstetric pendahulunya dalam populasi.

B. Tipe Endometritis
1. Endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan)
2. Endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak
disertai sel sintitial dan trofoblas yang banyak).
3. Endometritis tuberkulosa
(peradangan pada dinding rahimendometrium dan tuba fallopi, biasanya
akibat Mycobacterium tuberculosis).

C. Etiologi Endometritis
Macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman
datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan
endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50%
adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni
normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain
adalah :

1. Streptococcus haemoliticus anaerobic


Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini
biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci
hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas,
walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3. Escherichia Coli

5
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman inimerupakan
sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya.
Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang
ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.

Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama


bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang
lama. Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta
yang tertahan setelah abortus dan melahirkan.

Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada


wanita adalah:

1. Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.


2. Pecahnya ketuban berlangsung lama.
3. Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya
ketuban.
4. Teknik aseptik tidak dipatuhi.
5. Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
6. Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
7. Kelahiran secara bedah.
8. Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
Miroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya Campylobacter
foetus, Brucella sp., Vibrio sp., dan trikomoniasis foetus. Endometritis juga
dapat diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik seperti Corynebacterium
pyogenes, Eschericia coli dan Fusobacterium necrophorum .Endometritis biasa
terjadi setelah kejadian aborsi , kelahiran kembar , serta kerusakan jalan
kelahiran sesudah melahirkan.

D. Klasifikasi
Menurut Wiknjosastro (2002),

1. Endometritis akut
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada
endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9,

6
sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan
pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi
leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan
interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada
abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas
dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara
khusus.
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke
miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke
parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-
gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala
penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi, kelihatan sakit
keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya
nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di
luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam
uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan
sebagainya.
Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah
endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke
jaringan di sekitarnya.
Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa
patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu
dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid.
Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah berusaha
mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
a. Gejalanya :
1) Demam
2) Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang
keluar flour yang purulent.
3) Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
4) Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium
tidak nyeri.
b. Terapi :
1) Uterotonika.

7
2) Istirahat, letak fowler.
3) Antibiotika.
4) Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus
carsinoma. Dapat diberi estrogen.

2. Endometritis kronik
Endometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu
infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat
mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional darn
endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan
banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar
artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam
endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronik adalah leukorea dan menorargia.
Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
Endometritis kronis ditemukan:
a. Pada tuberkulosis.
b. Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
c. Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
d. Pada polip uterus dengan infeksi.
e. Pada tumor ganas uterus.
f. Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.

Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB


genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-
tengah endometrium yang meradang menahun.

Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat


desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium.

Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat
peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah,
dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.

Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus


karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum
uteri.

a. Gejalanya :
1) Flour albus yang keluar dari ostium.
2) Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.
b. Terapi :
1) Perlu dilakukan kuretase

8
E. Patofisiologi
Kuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio
plasenta, dan waktu singkat mengikut sertakan seluruh endometrium. Pada
infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi
nekrosis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat
terdapat lapisan terdiri atas lekosit-lekosit. Pada infeksi yang lebih berat batas
endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.

Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari penyebaran infeksi


dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis, endometritis
dapat diklasifikasikan sebagai akut dan kronis. Endometritis akut dicirikan oleh
kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis kronis dicirikan
oleh kehadiran plasma sel dan limfosit dalam stroma endometrium. Dalam
populasi nonobstetric, penyakit inflammatory panggul dan prosedur invasive
adalah predisposisi yang paling umum untuk endometritis akut. Dalam populasi
obstetri, infeksi setelah bersalin adalah penyebab paling umum.

F. Pathway

ENDOMETRITIS

Seksio Sesarea Pecahnya ketuban

Luka Bekas Insersio


MK: Nyeri Akut
Placenta

Kuman Masuk pada


MK: Resiko Infeksi
Endometrium

Terjadi peradangan pada endometrium

Infeksi pada Desidua

MK: Inkontenensia Terjadi penurunan BAK pada


Urine saluran kelamin

9
Endometritis Kronis Endometritis Akut

Terjadi neutrophil pada kelenjar Terjadi plasma sel dan


endometrium limfosit dalam stroma

G. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan virulensi kuman,
daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokhea
tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini
dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera
hilang setelah rintangan dibatasi. Uterus pada endometrium agak membesar,
serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas
penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari
ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu
dan nadi menurun, dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal
kembali, lokhea pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang
berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa
infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokhea yang
sedikit dan tidak berbau.

Gambaran klinik dari endometritis:

1. Nyeri abdomen bagian bawah.


2. Mengeluarkan keputihan (leukorea).
3. Kadang terjadi pendarahan.
4. Dapat terjadi penyebaran.

Menurut Varney, H (2001), tanda dan gejala endometritis meliputi:

1. Takikardi 100-140 bpm.


2. Suhu 30 – 40 derajat celcius.
3. Menggigil.
10
4. Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral.
5. Peningkatan nyeri setelah melahirkan.
6. Sub involusi.
7. Distensi abdomen.
8. Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak, berbau busuk, mengandung
darah seropurulen.
9. Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai infeksi streptococcus.
10. Jumlah sel darah putih meningkat.

H. Komplikasi
Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah sebagai berikut:

1. Luka infeksi
Infeksi luka biasanya terjadi pada hari kelima pasca operasi sebagai demam
menetap meskipun pasien mendapat terapi antimikroba yang adekuat.
Biasanya dijumpai eritema, indurasi, dan drainase insisi.
2. Karena peritonitis
Peritonitis pasca sesar mirip dengan peritonitis bedah, kecuali rigiditas
abdomen biasanya tidak terlalu mencolok karena peregangan abdomen yang
berkaitan dengan kehamilan. Nyeri mungkin hebat. Jika infeksi berawal di
uterus dan meluas hanya ke peritonium di dekatnya (peritonitis
panggul),terapi biasanya medis. Sebaliknya peritonitis abdomen generalisata
akibat cedera usus atau nekrosis insisi uterus, sebaiknya diterapi secara
bedah.
3. Parametrial phlegmon
Pada sebagian wanita yang mengalami metritis setelah sesar, terjadi selulitis
parametrium yang intensif. Hal ini menyebabkan terbentuknya daerah
indursi yang disebut flegmon, di dalam lembar-lembar ligamentum latum
(parametria)atau dibawah lipatan kandung kemih yang berada di atas insisi
uterus. Selulitis ini umumnya unilateral dan dapat meluas ke lateral ke
dinding samping panggul. Infeksi ini harus dipertimbangkan jika demam
menetap setelah 72 jam meskipun pasien sudah mendapat terapi untuk
endomiometritis pasca sesar.
4. Panggul abses
Flegmon parametrium dapat mengalami supurasi, membentuk abses
ligamentum latum yang fluktuatif. Jika abses ini pecah, dapat timbul
peritonitis yang mengancam nyawa. Dapat dilakukan drainase abses dengan

11
menggunakan tuntunan computed tomography, kolpotami, atau melalui
abdomen, bergantung pada lokasi abses.
5. Abses subfasia dan Terbukanya jaringan parut uterus
Kompilkasi serius endometritis pada wanita yang melahirkan sesar adalah
terbukanya insisi akibat infeksi nekrosis disertai perluasan ke dalam ruang
subfasia di sekitar dan akhirnya pemisahan insisi fasia . Hal ini
bermanifestasi sebagai drainase subfasia pada wanita dengan demam lama.
Di perlukan eksplorasi bedah dan pengangkatan uterus yang terinfeksi.
6. Septik panggul thrombophlebitis
Di dahului oleh infeksi bakteri di tempat implantasi plasenta atau insisi
uterus. Infeksi dapat meluas di sepanjang rute vena dan mungkin mengenai
vena-vena di ovarium.

I. Penatalaksanaan
1. Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran
terpi. Evaluasi klinis daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram,
seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa
sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik.
2. Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi
ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu
mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit
per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
3. Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus
atau post partum.
4. Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak
manfaatnya.
5. Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan
plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai
sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan
kuretase perlahan-lahan dan hati-hati. Histerektomi dan salpingo –
oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia teah meluas
melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik
klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal).

12
J. Pemeriksaan Diagnostik
1. Jumlah sel darah putih: normal/tinggi.
2. Laju sedimentasi darah dan jumlah sel darah merah: sangat meningkat pada
adanya infeksi.
3. Hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht): penurunan pada adanya anemia.
4. Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus/intraservikal drainase
luka/pewarnaan gram dari lokhia servik dan uterus: mengidentifikasi
organisme penyebab.
5. Urinalisis dan kultur: mengesampingkan infeksi saluran kemih.
6. Ultrasonografi: menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang
tertahan, melokalisasi abses peritoneum.
7. Pemeriksaan bimanual: menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis,massa,
pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan trombosis.
8. Bakteriologi: spesimen darah, urin dikirim ke laboratorium bakteriologi
untuk pewarnaan gram, biakan dan pemeriksaan sensitifitas antibiotik.
Organisme yang sering diisolasi dari darah pasien dengan endometritis
setelah seksio sesarea adalah peptokokus, enterokokus, clostridium,
bakterioles fragilis, Escherechia coli, Streptococcus beta hemilitikus,
stafilokokus koagulase-positif, mikrokokus, proteus, klebsiela dan
streptokokus viridans (Di Zerega).
9. Kecepatan sedimentasi eritrosit.
10. Nilai dari tes ini sangat terbatas karena derajat sedimentasi cenderung
meningkat selama kehamilan maupun selama infeksi.
11. Foto abdomen.
12. Udara di dalam jaringan pelvis memberi kesan adanya mionekrosis
klostridia.

K. Asuhan Keperawatan Endometritis


1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat

13
1) Malaise, letargi.
2) Kelelahan/keletihan yang terus menerus.
b. Sirkulasi
1) Takikardi.
c. Eliminasi
1) Diare mungkin ada.
2) Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus.
d. Integritas ego
1) Ansietas jelas (poritunitis).
e. Makanan atau cairan
1) Anoreksia, mual/muntah.
2) Haus, membran mukosa kering.
3) Distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis).
f. Neurosensori
1) Sakit kepala.
g. Nyeri/ketidaknyamanan.
1) Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen.
2) Nyeri abdomen bawah/uterus serta nyeri tekan.
3) Nyeri/kekakuan abdomen.
h. Pernapasan
1) Pernapasan cepat/dangkal (berat/pernapasan sistemik).
i. Keamanan
1) Suhu 38 derajat celcius atau lebih terjadi jika terus-menerus, di
luar 24 jam pascapartum.
2) Demam ringan.
3) Menggigil.
4) Infeksi sebelumnya.
5) Pemajanan lingkungan.

j. Seksualitas
1) Pecah ketuban dini/lama, persalinan lama.
2) Hemorargi pascapartum.
3) Tepi insisi: kemerahan, edema, keras, nyeri tekan, drainase
purulen.
4) Subinvolusi uterus mungkin ada.
5) Lokhia mungkin bau busuk/tidak bau, banyak/berlebihan.
k. Interaksi social
1) Status sosio ekonomi rendah.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat.
c. Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi.

3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan I: Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur
invasive.
14
Intervensi:
1) Tinjau ulang catatan prenatal, intrapartum dan pascapartum.
2) Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf,
klien dan pengunjung.
3) Berikan dan instruksikan klien dalam hal pembuangan linen
terkontaminasi.
4) Demonstrasikan massase fundus yang tepat.
5) Pantau suhu, nadi, pernapasan.
6) Observasi/catat tanda infeksi lain.
7) Pantau masukan oral/parenteral.
8) Anjurkan posisi semi fowler.
9) Selidiki keluhan-keluhan nyeri kaki dan dada.
10) Anjurkan ibu bahwa menyusui secara periodik memeriksa mulut
bayi terhadap adanya bercak putih.
11) Kolaborasi dengan medis.

b. Diagnosa Keperawatan II: Defisit Nutrisi berhubungan dengan masukan


yang tidak adekuat.
Intervensi:
1) Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C
bila masukan oral dibatasi.
2) Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml/hari jus, sup dan cairan
nutrisi lain.
3) Anjurkan tidur/istirahat adekuat.
4) Kolaborasi dengan medis:
a) Berikan cairan/nutrisi parenteral, sesuai indikasi.
b) Berikan parenteral zat besi dan atau vitamin sesuai
indikasi.
c) Bantu penempatan selang nasogastrik dan Miller Abbot.

c. Diagnosa Keperawatan III: Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh


dan sifat infeksi.
Intervensi:
1) Kaji lokasi dan sifat ketidakmampuan/nyeri.
2) Berikan instruksi mengenai membantu mempertahankan
kebersihan dan kehangatan.
3) Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi.
4) Anjurkan kesinambungan menyusui saat kondisi klien
memungkinkan.
5) Kolaborasi dengan medis:
a) Berikan analgesik/antibiotik.
b) Berkan kompres panas lokal dengan menggunakan lampu
pemanas/rendam duduk sesuai indikasi.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Endometritis merupakan suatu peradangan pada endometrium yang
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan yang sering terjadi pada ibu
postpartum atau postabortus ( masa nifas ). Endometritis disebabkan oleh
masuknya kuman ke dalam endometrium. Masuknya kuman ke dalam alat
kandungan dapat terjadi melalui eksogen, autogen, dan endogen. Penyebab yang
terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya
tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.

Oleh sebab itu, penting ditekankan oleh tenaga kesehatan untuk


memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang personal hygiene
pada ibu postpartus atau postabortus sebagai usaha dini untuk mencegah
terjadinya endometritis atau penyakit infeksi lainnya di daerah alat reproduksi.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://octarinimayyasari.blogspot.com/2013/05/makalah-endometritis.html
https://www.scribd.com/doc/191765636/Endometritis-Def-Patof
http://bloganggraenimarsiana.blogspot.com/2013/06/asuhan-keperawatan-
endometritis.html
https://kumpulan0askep.wordpress.com/category/keperawatan-maternitas/

17

Вам также может понравиться