Вы находитесь на странице: 1из 100

SKRIPSI

ANALISIS KOMPARASI KINERJA REKSADANA SYARIAH


DAN KONVENSIONAL (KATEGORI SAHAM, CAMPURAN
DAN PENDAPATAN TETAP) DI INDONESIA

Diajukan Oleh :

Nama : Maharis Syahna Saputra

NIM : 105081002433

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2009

1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maharis Syahna Saputra


Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Lahir : Jakarta
Tangggal Lahir : 31 Oktober 1987
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Anak Ke : Pertama dari Dua Bersaudara
Orang Tua
Ayah : Syahlan Hutagalung
Ibu : Deliana Batubara
Alamat : Jln. Langgar Rt 007/08 No.56 Lubang Buaya Jakarta
13810
Telepon : 021-95358385
Email : Maharis_lagi_slow@yahoo.co.id

Pendidikan Formal
- TK Al-Ghazali Jakarta
- SDN 01 Pagi Lubang Buaya
- SMPN 81 Jakarta
- SMUN 48 Jakarta
- Manajemen FEIS UIN Syarif Hidayatullah

2
ABSTRACT

This study aims to compare the performance of conventional and sharia


mutual funds directly, so there is a difference between the level of risk and return
and the standard comparison (SBI).
This research sample was 28 (twenty eight) mutual funds, where there is
one (1) sharia mutual funds shares, one (1) conventional stock mutual funds, 10
(ten) a mixture of sharia mutual funds, 10 (ten) a mixture of conventional mutual
funds, three (3) fixed income mutual funds sharia, three (3) conventional fixed
income. Comparison of the performance of this method using the Sharpe analysis,
comparison of the cost mutual funds, the amount of growth and nab nab, and
using a pair sample T test.
Results comparison with sharia mutual funds mutual funds shows that the
performance of conventional mutual funds sharia produce 12 (twelve) mutual
funds in a higher performance of 12 (twelve) of conventional mutual funds, and
two (2) the performance of conventional mutual funds are higher than two (2)
mutual funds sharia.

Keywords : Sharia mutual fund, conventional mutual fund, comparation

3
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja reksadana syariah


dan konvensional secara langsung sehingga ada perbedaan antara keduanya dari
tingkat pengembalian dan risikonya serta perbandingan pada tolok ukurnya (SBI).
Sampel penelitian ini berjumlah 28 (dua puluh delapan) reksadana, dimana
terdapat 1 (satu) reksadana saham syariah, 1 (satu) reksadana saham
konvensional, 10 (sepuluh) reksadana campuran syariah, 10 (sepuluh) reksadana
campuran konvensional, 3 (tiga) reksadana pendapatan tetap syariah, 3 (tiga)
pendapatan tetap konvensional. Perbandingan kinerja ini menggunakan metode
analisis sharpe, perbandingan biaya reksadana, jumlah NAB dan pertumbuhan
NAB, serta menggunakan uji T sampel berpasangan.
Hasil perbandingan reksadana syariah dengan reksadana konvensional
menunjukkan bahwa kinerja reksadana syariah menghasilkan 12 (dua belas)
reksadana yang lebih tinggi kinerjanya dari 12 (dua belas) reksadana
konvensional, dan 2 (dua) reksadana konvensional menghasilkan kinerja yang
lebih tinggi dari 2 (dua) reksadana syariah.

Kata kunci : Reksadana Syariah, Reksadana Konvensional, Komparasi.

4
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru
sekalian alam. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada baginda Nabi Besar,
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Hanya karena rahmat dan ridho Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “Analisis Komparasi Pengaruh Kinerja
Reksadana Syariah dan Konvensional (Kategori Saham, Campuran dan
Pendapatan Tetap) Di Indonesia”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana S-1 pada jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam Skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Penulis juga mempunyai
keterbatasan kemampuan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis
menyadari tanpa adanya bimbingan, dukungan dan bantuan baik secara moril
maupun materiil dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik, pada kesempatan ini penulis menghanturkan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua penulis dan adik satu-satunya, “My Lovely Dad” Bapak
Syahlan Hutagalung, “My Lovely Mom” Ibu Deliana Batubara serta “My
Lovely Brother” Syapril Rahmad yang selalu mendo’akan yang terbaik
bagi putra-putranya, dan selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2. Prof. Dr. Abdul Hamid MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial dan selaku Pembimbing I yang selalu memberi motivasi dan solusi
dalam penelitian ini
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM, selaku Pudek Akademik dan Dosen
Metodelogi Penelitian dan Seminar Keuangan atas bimbingan dan
motivasinya.

5
4. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB, selaku Kajur Manajemen yang
telah meluangkan waktu dalam mereview skripsi ini.
5. Bapak Arief Mufraini, Lc, Msi. selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya dan setia menunggu untuk membimbing dan
memberikan pengarahan kepada penulis dengan sabar dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Dan Civitas Akademika FEIS yang telah memberikan
banyak ilmu yang tidak ternilai dan bantuan dalam menyelesaikan studi di
FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Keluarga Besar Hutagalung, Kotto, dan Batubara yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materi, khususnya Tante Rita, Om Kiki
(Makasih atas bantuannya ).
8. Mahasiswa Manajemen Angkatan 2005, terutama Manajemen A , Arif,
Henri, Miftahullah, Aang, Ristiandi, Afian Doni, Bramantio, Imam, Febi,
Fauzi, Mashari, M.Ilham, Elvira, Muhibbah, Dewi, Farah, I’I, Irma, Anis,
Nurhasanah , Rahma, Restu, dan yang tidak bisa kusebutkan satu-satu.
9. Mahasiswa Akuntansi 2005, M.Ikhsan Soddiq, Didi, Azis Indrawan,
Asbah, Yuli dan semua yang tak bisa kusebutkan satu-satu.
10. Mahasiswa Ekonomi 2007 FEIS, Ahmad Kurniawan, Ayip Tayana, Rizky,
Miranti, Doni Purwanto, Keiko, M. Fikri, Reval, Fatih, Ian, Rio,
Muammar.
11. Ibu Nurjanis yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi dalam
menjalani situasi yang sulit dalam menjalani kuliah selama di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
12. Warga Bintara Jaya VIII, makasih atas dukungan material maupun moril
dalam memotivasi penulis hingga dapat menjadi seperti ini.
13. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan skripsi ini.

6
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, jika terdapat kekurangan dalam skripsi ini, ditengah keterbatasan
penulis sebagai mahluk ciptaan-Nya. Di tengah keterbatasan penulis dalam skripsi
ini, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Semoga Allah
SWT membimbing dan menyertai setiap langkah kita Amin.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

7
DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup i


Abstract ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vii
Daftar Tabel x
Daftar Grafik xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 7
1.3 Tujuan Penelitian 9
1.4 Manfaat Penelitian 9

BAB II LANDASAN TEORI 10


2.1 Teori Reksadana 10
2.1.1 Pengertian Reksadana 10
2.1.2 Manfaat Reksadana 12
2.1.3 Risiko Reksadana 15
2.1.4 Klasifikasi Reksadana 17
2.1.5 Pengelola Reksadana 25
2.1.6 Teori Distribusi Normal 26
2.2 Penelitian Terdahulu 27
2.3 Kerangka Pemikiran 30
2.4 Hipotesis 30

32

8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32
3.1 Ruang Lingkup Penelitian 33
3.2 Metode Pemilihan Sampel 34
3.3 Metode Pengumpulan Data 39
3.4 Metode Analisis 39
3.4.1 Mengukur Return NAB 40
3.4.2 Mengukur Rata-rata dari retutn aset bebas risiko 40
3.4.3 Mengukur Risiko 40
3.4.4 Mengukur risk adjusted return measure of portfolio performance 42
3.4.5 Mengukur Pertumbuhan Aset Under Management 42
3.4.6 Mengukur Biaya Reksadana 42
3.4.7 Mengukur Normalisasi Skor 43
3.4.8 Mengukur Total Skor 44
3.4.9 Melakukan Uji T 45
3.5 Operasional Variabel Penelitian 46
3.5.1 NAB Reksadana 46
3.5.2 Pertumbuhan Nilai Dana Kelolaan 47
3.5.3 Biaya Reksadana 47
3.5.4 Ukuran Kinerja Sharpe
49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 49
4.1 Reksadana di Indonesia 52
4.2 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah
Berdasarkan Sharpe Ratio Metode 58
4.3 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah
Berdasarkan Jumlah NAB 61
4.4 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah
Berdasarkan pertumbuhan NAB 66
4.5 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah
Berdasarkan Biaya Reksadana 70
4.6 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah

9
Berdasarkan Skor Total 74
4.7 Analisis Kinerja Reksadana Pada Semua Perusahaan yang Dijadikan
Objek Penelitian 78
4.8 Uji T
80
80
BAB V KESIMPULAN, KELEMAHAN PENELITIAN DAN SARAN 87
5.1 Kesimpulan
5.2 Implikasi xiv
89
Daftar Pustaka
Lampiran

10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pasar modal yang merupakan pasar untuk berbagai macam instrumen

keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, memiliki dua fungsi

sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan

memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana

yang mempertemukan dua kepentingan, antara pihak yang memiliki kelebihan

dana (investor) dengan pihak yang memerlukan dana (issuer atau emiten). Dengan

adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat

menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil,

sedangkan pihak emiten dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan

investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar

modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena memberikan kemungkinan dan

kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan

karakteristik investasi yang dipilih. Karena kedua fungsi yang dijalankannya

tersebut, maka semakin jelas bahwa pasar modal memiliki peran yang besar bagi

perekonomian suatu negara. Dengan adanya pasar modal maka aktivitas

perekonomian akan meningkat karena pasar modal menyediakan berbagai

alternatif pendanaan bagi perusahaan, sehingga dapat beroperasi dengan skala

yang lebih besar, dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan

kemakmuran masyarakat luas.(Darmadji, 2006:11)

15
Dalam perkembangannya, pasar modal cenderung semakin dominan jika

sekiranya reksadana semakin mendapatkan tempat yang lebih besar pada kegiatan

pasar modal. Pada negara maju, kontribusi reksadana (mutual fund) atas nilai

kapitalisasi perdagangan di bursa mencapai lebih dari 40 %. Artinya, reksadana

mampu melipatgandakan nilai transaksi di bursa. Situasi ini memberikan indikasi

bahwa bisnis reksadana dalam menunjang prospek perkembangan pasar modal di

Indonesia semakin menjanjikan karena reksadana merupakan suatu perusahaan

yang menanamkan modalnya dalam berbagai portofolio saham beragam

(diversified portofolio). Perusahaan reksadana menjual saham kepada pemodal

dengan menjanjikan nilai tambah dalam wujud perolehan deviden, capital gain,

dan kenaikan Net Asset Value (NAV) yang biasa disebut juga Nilai Aktiva Bersih

(NAB). (Singgih, Riphat, 1996:60).

Secara lebih makro, terdapat kecenderungan bahwa pasar modal akan

semakin unggul dibandingkan dengan peran perbankan. Kasus Indonesia

menunjukkan, pada awal sejak pasar modal diaktifkan pada tahun 1995 dan

berkembang mulai 1996, melalui berbagai paket deregulasi, kapitalisasi pasar

modal mencapai Rp. 170 trilyun. Sementara itu, perbankan dengan ribuan kantor

dan cabang yang tersebar luas hingga kota – kota kecil, bahkan sampai tingkat

kecamatan, dalam kurun waktu yang jauh lebih panjang (puluhan tahun) baru

dapat mengumpulkan dana sekitar Rp. 209 Trilyun (Singgih, Riphat, 1996:61).

Salah satu alternatif instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar

modal adalah reksadana. Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun

dana dari masyarakat yang memiliki modal dan keinginan untuk berinvestasi,

16
namun hanya memiliki waktu, pengetahuan serta keahlian menghitung profil

risiko dan imbal hasil investasi, yang terbatas. Himpunan dana dari masyarakat

investor tersebut selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer

Investasi yang menjadi pihak yang dipercaya oleh Investor untuk mengelola dana

tersebut.

Manfaat yang dapat diperoleh investor jika melakukan investasi pada

produk reksadana ialah, walaupun dengan modal terbatas, investor tetap dapat

melakukan diversifikasi dalam investasi efek, sehingga mampu memperkecil

risiko. Melalui reksadana inilah, maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang

besar sehingga memudahkan diversifikasi portofolio investasi. Sebagian besar

investor hanya memiliki pengetahuan dan keahlian yang terbatas untuk

menentukan saham, obligasi, dan instrumen keuangan lainnya, yang sekiranya

baik untuk dibeli. Dengan melakukan investasi pada reksadana yang dikelola oleh

Manajer Investasi professional, maka hal tersebut bukan lagi menjadi hambatan

bagi investor untuk bisa berinvestasi di pasar modal.

Sama halnya dengan alternatif instrumen keuangan lainnya, reksadana pun

mengandung berbagai kemungkinan terjadinya risiko disamping mendatangkan

berbagai peluang keuntungan. Beberapa risiko yang dikandung reksadana antara

lain : (1) risiko berkurangnya nilai aktiva bersih, yang dipengaruhi oleh turunnya

harga dari efek yang masuk dalam portofolio reksadana tersebut; (2) risiko

likuiditas, Manajer Investasi akan mengalami kesulitan dalam menyediakan uang

tunai apabila sebagian besar pemegang unit penyertaan melakukan redemption

atau penjualan kembali atas unit – unit penyertaan yang dipegangnya; (3) risiko

17
gagal bayar (wanprestasi), risiko ini muncul ketika perusahaan asuransi yang

mengasuransikan kekayaan reksadana tidak segera membayar ganti rugi atau

membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal – hal yang tidak

diinginkan.

Jika dilihat dari portofolio investasinya (Darmadji dan Fakhruddin,

2006:212), maka reksadana dapat dibedakan menjadi :

1) Reksadana Pasar uang

Reksadana kategori ini hanya melakukan investasi pada efek yang bersifat

hutang dan memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun.

2) Reksadana Pendapatan Tetap

Reksadana kategori ini melakukan investasi sekurang – kurangnya 80% dari

aktivanya berbentuk efek yang bersifat hutang (obligasi)

3) Reksadana Saham

Reksadana kategori ini melakukan investasi sekurang – kurangnya 80% dari

aktivanya berbentuk efek yang bersifat ekuitas (saham)

4) Reksadana Campuran

Reksadana kategori ini melakukan investasi dalam efek yang bersifat hutang

dan efek yang bersifat ekuitas.

Dari masing – masing kategori reksadana tersebut, terdapat dua sub

kategori reksadana yaitu reksadana konvensional dan reksadana syariah.

Reksadana syariah merupakan reksadana yang mengalokasikan seluruh dana ke

dalam instrumen syariah seperti saham – saham yang tergabung dalam JII,

obligasi syariah, dan berbagai instrumen berbasis syariah lainnya untuk

18
membentuk suatu portofolio. Hal tersebut menjadi pembeda antara kedua sub

kategori reksadana ini. Sedangkan dalam hal mekanisme perdagangan, tidak ada

perbedaan antara keduanya. Suatu efek dapat memenuhi kriteria syariah apabila

memenuhi beberapa persyaratan, antara lain core business dari perusahaan

penerbit efek (emiten) tersebut tidak bertentangan dengan prinsip syariah Islam (

sesuai dengan Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001), yaitu diantaranya : (i)

kegiatan usahanya tidak tergolong judi atau perdagangan yang dilarang; (ii)

usahanya tidak bersifat ribawi atau konvensional; (iii) tidak memproduksi,

mendistribusi, dan memperdagangkan makanan dan minuman haram, serta barang

atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.

Dilatarbelakangi adanya perbedaan dalam kedua sub kategori reksadana

tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis

komparasi kinerja reksadana untuk mengetahui apakah reksadana konvensional

ataukah reksadana syariah yang lebih baik kinerjanya. Di dalam penelitian ini

penulis akan menilai kinerja reksadana antara yang berbasis syariah dengan yang

berbasis konvensional berdasarkan kategori reksadana saham, campuran, dan

pendapatan tetap yang diterbitkan oleh dua belas perusahaan investasi yang ada di

Indonesia.

Pada prinsipnya, Islam mengakui semua kegiatan ekonomi manusia

sepanjang kegiatan tersebut sesuai dengan prinsip kehati – hatian (Prudential

management/ ikhtiyat) dan menghindari spekulasi yang di dalamnya mengandung

unsur riba, gharar dan masyir sebagaimana yang digariskan oleh Allah dalam

firman-Nya :

19
“Hai orang – orang yang beriman, jangan kalian memakan harta sesama kalian

dengan jalan yang bathil. Kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku

dengan suka sama suka diantara kalian. (QS. An – Nisaa : 79) :

Dan Allah telah menghalakan ba’i (jual beli) dan mengharamkan riba (QS : Al

Baqarah 275)

Dalam amanat terakhirnya pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah,

Rasulullah menegaskan sikap Islam dalam melarang riba.

“Ingatlah bahwa kamu akan menghadapi Tuhanmu dan Dia pasti akan

menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil riba. Oleh karena

itu hutang akibat riba harus dihapuskan, Modal (uang pokok) kamu adalah hak

kamu. Kamu tidak akan menderita ataupun mengalami ketidak adilan.”

“Rasulullah SAW melarang jual beli dengan hasah dan penjualan gharar.” (HR.

Muslim).

Perbedaan reksadana Syariah dengan reksadana konvensional adalah

keseluruhan dalam proses manajemen portofolio, penyaringan (screening),

valuation, strategi, controlling hingga benchmarking selalu sesuai dengan prinsip

– prinsip syariah (Rindu Asytuti,2002 :3).

Alat ukur atau tolak ukur kinerja reksadana adalah NAB ( Nilai Aktiva

Bersih). Nilai aktiva bersih berasal dari nilai portofolio reksadana yang

bersangkutan, yaitu jumlah aktiva atau kekayaan reksadana dikurangi dengan

kewajiban – kewajiban yang ada seperti fee untuk Manajer Investasi dan Bank

Kustodian. Nilai NAB akan selalu mengalami perubahan ( naik atau turun )

20
bergantung pada kinerja aset yang merupakan portofolio reksadana tersebut. Jika

harga pasar aset – aset reksadana mengalami penurunan, maka tentu saja NAB

juga akan mengalami penurunan, dan berlaku sebaliknya. Dengan demikian,

dalam mengukur kinerja suatu reksadana tidak hanya dilihat dari imbal hasilnya

saja tetapi juga harus memperhatikan risiko yang akan ditanggung investor. Selain

itu besarnya jumlah dana kelolaan dari suatu produk reksadana yang dikelola oleh

suatu perusahaan investasi juga penting untuk dijadikan bahan penilaian kinerja,

karena dapat menjadi gambaran sebagian besar kepercayaan para incumbent

investor selama ini kepada Manajer Investasi dan perusahaan investasi yang

bersangkutan. Hal ini sekaligus mampu menggambarkan bagaimana kehandalan

seorang Manajer Investasi dalam mengelola reksadana tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Identifikasi Masalah

untuk lebih mengenal masalah apa yang diteliti ada beberapa identifikasi masalah

dalam penelitian ini.

Reksadana merupakan salah satu sarana investasi bagi investor yang mulai

berkembang di Indonesia untuk itu, perlu mengenalnya reksadana syariah oleh

masyarakat sehingga masyarakat mulai menginvestasikan dananya.

Banyaknya reksadana membuat investor harus memutuskan mana reksadana

yang menghasilkan tingkat return yang tinggi dan tingkat risiko yang rendah.

Seberapa jauh tingkat perkembangan reksadana syariah di Indonesia, terutama

dibandingkan dengan reksadana konvensional dan investasi sejenisnya.

21
Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya membandingkan tiga kategori, yaitu reksadana saham,

reksadana campuran, dan reksadana pendapatan tetap, tanpa membandingkan

reksadana pasar uang karena memiliki return yang lebih rendah dibandingkan

ketiga reksadana lainnya.

Perumusan Masalah

Berdasarkan data BAPEPAM-LK per Februari 2008, ketika seorang

investor ingin berinvestasi pada produk reksadana yang ada di Indonesia, investor

tersebut dihadapkan pada 461 pilihan produk reksadana yang ditawarkan oleh 111

perusahaan Manajer Investasi yang ada di negeri ini. Pada umumnya investor

akan dihadapkan pada kebingungan (produk reksadana manakah yang harus

dipilih untuk dijadikan lahan berinvestasi). Setiap produk reksadana meskipun

dari jenis yang sama, bisa menghasilkan kinerja yang berbeda – beda, hal ini

dapat terjadi karena adanya kebijakan pengalokasian aset yang berbeda-beda dari

masing-masing Manajer Investasi.

Berdasarkan adanya masalah-masalah tersebut, maka penulis merumuskan

masalahnya yaitu

“Bagaimana perbandingan kinerja reksadana kategori saham, campuran, dan

pendapatan tetap berbasis syariah dengan kinerja reksadana kategori saham,

campuran, dan pendapatan tetap berbasis konvensional yang dikeluarkan

oleh perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia?”

“Bagaimana perbandingan kinerja reksadana kategori saham, campuran, dan

pendapatan tetap berbasis syariah dengan kinerja reksadana kategori saham,

22
campuran, dan pendapatan tetap berbasis konvensional yang dikeluarkan

oleh semua perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia?”

1.3 Tujuan penelitian

1. Untuk mengilustrasikan penggunaan empat unsur atau empat kriteria, yaitu

sharpe ratio, nilai dana kelolaan, pertumbuhan dana kelolaan, dan biaya

reksadana, dalam penilaian kinerja produk reksadana yang dijadikan objek

penelitian.

2. Untuk mengetahui sub kategori reksadana apa yang lebih baik kinerjanya

antara reksadana konvensional dengan reksadana syariah dari masing –

masing perusahaan investasi maupun secara keseluruhan, baik dari kategori

reksadana saham, campuran maupun dari kategori reksadana pendapatan tetap.

1.4 Manfaat Penelitian

Selain memperhitungkan profit imbal hasil dari risiko, penelitian ini juga

menilai kinerja AUM (Asset Under Management) dan struktur biaya dalam

melakukan analisis komparasi kinerja reksadana yang berbasis konvensional

dengan reksadana yang berbasis syariah. Maka dengan adanya penambahan

kriteria penilaian kinerja reksadana tersebut, penelitian ini diharapkan bisa

memberikan penilaian kinerja reksadana yang lebih sempurna dibandingkan

dengan penelitian sebelumnya dan dapat bermanfaat untuk menjadi acuan bagi

para investor dan calon investor dalam mengambil keputusan ketika akan memilih

produk reksadana.

23
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori reksadana

2.1.1 Pengertian reksadana

Reksadana merupakan kumpulan saham, obligasi, atau sekuritas jenis

lain yang dibeli oleh sekelompok investor dan dikelola oleh perusahaan

investasi profesional (Jacobs, Bruce, 1994). Reksadana merupakan salah satu

alternatif investasi yang dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari

masyarakat yang memiliki modal dan keinginan melakukan investasi, namun

hanya memiliki waktu, pengetahuan serta keahlian menghitung risiko investasi

yang terbatas. Undang – undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat

27 mendefinisikan reksadana sebagai wadah yang dipergunakan untuk

menghimpun dana dari masyarakat investor, untuk selanjutnya diinvestasikan

dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi.

Dari pengertian reksadana tersebut, terdapat tiga hal yang terkait dari

definisi tersebut (Manurung, 2003), yaitu :

- Adanya dana dari masyarakat investor

Investor dari reksadana dapat perseorangan ataupun lembaga

dimana masing – masing pihak memiliki tujuan investasi yang berbeda –

beda. Tujuan investasi para investor secara garis besar dapat

dikelompokkan ke dalam tiga hal, yaitu untuk alasan keamanan (berjaga –

24
jaga), untuk mendapatkan pendapatan konstan, dan untuk mengejar

pertumbuhan nilai dana.

Secara umum dapat dikatakan bahwa investasi awal minimum

untuk membeli reksadana adalah berkisar antara Rp. 250.000 sampai

Rp.10.000.000. Ada pula beberapa reksadana yang menetapkan

persyaratan investasi minimum Rp.100.000.

- Dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek

Dana yang dikumpulkan dari masyarakat diinvestasikan ke dalam

instrumen investasi atau efek seperti deposito, obligasi, saham, dan

sebagainya. Manajer Investasi membentuk portofolio dengan melakukan

alokasi aset yang berbeda – beda pada berbagai instrumen investasi sesuai

dengan perhitungan Manajer Investasi untuk mencapai tujuan investasi,

yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan.

- Dana tersebut dikelola oleh manajer investasi

Pengelolaan reksadana dilakukan oleh perusahaan yang telah

mendapatkan izin dari BAPEPAM sebagai Manajer Investasi. Perusahaan

pengelola reksadana ini dikenal sebagai perusahaan efek atau perusahaan

investasi. Selain perusahaan Manajemen Investasi yang bergerak sebagai

pengelola dana, pihak lain yang terlibat dalam pengelolaan suatu

reksadana adalah Bank Kustodian. Bank Kustodian memiliki wewenang

dan tanggung jawab dalam hal menyimpan, menjaga, dan

mengadministrasikan kekayaan, baik dalam pencatatan maupun

pembayaran atau penjualan kembali suatu reksadana berdasarkan kontrak

25
yang dibuat bersama manajer investasi. Dalam undang – undang pasar

modal disebutkan bahwa kekayaan reksadana wajib disimpan pada Bank

Kustodian sehingga pihak Manajer Investasi tidak memegang langsung

kekayaan tersebut. Selain itu, Bank Kustodian dilarang berafiliasi dengan

Manajer Investasi untuk menghindari adanya benturan kepentingan dalam

pengelolaan kekayaan reksadana.

2.1.2 Manfaat Reksadana

Reksadana menawarkan berbagai macam fitur untuk para pemula yang

tidak memiliki kemampuan untuk me-manage instrumen – instrumen investasi

dan hanya memiliki modal atau dana investasi yang terbatas. Manfaat yang

dapat diperoleh oleh investor jika melakukan investasi pada reksadana antara

lain (Manurung, 2003) :

a. Diversifikasi portofolio

Dengan melakukan investasi pada produk reksadana, seorang

investor walaupun tidak memiliki dana yang relatif besar, dapat memiliki

portofolio investasi dalam bentuk efek, yang terdiversifikasi. Dengan

reksadana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah besar (karena dana

yang ada dalam reksadana merupakan dana bersama dari masyarakat

investor), sehingga memudahkan diversifikasi portofolio, artinya investasi

dapat dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham dan

obligasi yang ada di pasar uang maupun di pasar modal.

26
b. Pengelolaan yang profesional

Tidak semua investor memiliki pengetahuan dan keahlian untuk

melakukan diversifikasi instrumen investasi, menentukan efek – efek yang

baik untuk dibeli atau yang sebaiknya dijual, menghitung tingkat

pengembalian dan risiko, serta dalam melakukan penilaian kinerja

investasi. Dengan melakukan investasi pada reksadana, semua hal tersebut

menjadi tanggung jawab Manajer Investasi yang profesional dan memiliki

keahlian dalam mengelola investasi.

c. Mengurangi resiko

Hanya dengan berinvestasi di suatu produk reksadana, yang berati

hanya dengan memiliki satu wadah investasi, manfaat yang dapat

diperoleh seorang investor sama dengan memiliki beragam investasi yang

terdiversifikasi (tersebar) secara optimal, sehingga dapat memperkecil

risiko.

d. Efisiensi biaya transaksi

Secara umum, investasi awal minimum untuk membeli reksadana

hanya berkisar antara Rp. 250.000,- hingga Rp. 10.000.000,-. Adapula

reksadana yang menetapkan peryaratan investasi minimum Rp.100.000,-.

Persyaratan tambahan berikutnya pada umumnya ditetapkan lebih rendah

dari nilai investasi pertama. Oleh karena penanaman modal dilakukan oleh

sejumlah pihak secara bersama – sama, maka biaya akan menjadi lebih

rendah (economics of scale). Secara umum pula, biaya pembelian

(subscription fee) berkisar antara 0% sampai 2%, sedangkan biaya

27
penjualan kembali (redumption fee) berkisar antara 0% sampai 3%. Pada

intinya biaya transaksi akan lebih rendah dibandingkan apabila investor

melakukan transaksi sendiri di pasar uang ataupun pasar modal.

e. Efisiensi Waktu

Dengan melakukan investasi pada reksadana yang dikelola oleh

Manajer Investasi profesional, investor tidak perlu repot – repot

meluangkan kebanyakan waktunya untuk melakukan riset, analisa pasar,

maupun berbagai pekerjaan administrasi yang berkaitan dengan

pengambilan keputusan investasi setiap hari, karena kegiatan tersebut akan

ditangani oleh Manajer Investasi secara terarah dan dapat

dipertanggungjawabkan.

f. Likuiditas

Bagi pemegang unit penyertaan reksadana yang memerlukan uang

tunai untuk suatu keperluan mendesak, dapat menjual kembali unit

penyertaannya kepada Manajer Investasi dengan penerimaan selambat –

lambatnya 7 hari bursa setelah tanggal transaksi penjualan kembali

disetujui oleh Manajer Investasi dan Bank Kustodian.

g. Transparansi Informasi

Manajer Investasi memiliki kewajiban yang telah ditentukan

BAPEPAM untuk memberikan informasi atas perkembangan portofolio

investasi dan pembiayaannya secara berkesinambungan, sehingga

pemegang unit penyertaan dapat memantau perkembangan keuntungan,

biaya, dan tingkat risiko investasi setiap saat.

28
Manajer Investasi wajib mengumumkan NAB setiap hari serta

menerbitkan laporan keuangan secara rutin dengan pengawasan penuh

oleh BAPEPAM dan DPS (Dewan Pengawas Syariah).

2.1.3 Risiko Reksadana

Sama dengan instrumen atau wahana investasi lainnya, selain dapat

mendatangkan berbagai peluang keuntungan, reksadana juga mengandung

berbagai peluang risiko. Risiko tersebut dapat disebabkan oleh hal – hal berikut

a. Risiko berkurangnya nilai aktiva bersih

Nilai Aktiva Bersih Unit Penyertaan suatu reksadana kemungkinan

dapat mengalami penurunan apabila terdapat efek ( saham obligasi dan

surat berharga lainnya) yang masuk dalam portofolio yang harganya

mengalami penurunan atau perusahaan penerbit efek mengalami suatu

kejadian seperti kesulitan likuiditas sehingga pembayaran bunga atas efek

bersifat hutang tertunda.

b. Risiko Likuiditas

Risiko ini berkaitan dengan kemampuan dari Manajer Investasi

untuk membeli kembali (melunasi) dengan menyediakan uang tunai saat

pemegang unit penyertaan melakukan redemption. Jika sebagian besar

pemegang unit penyertaan melakukan penjualan kembali unit penyertaan

kepada Manajer Investasi, maka Manajer Investasi dapat mengalami

kesulitan likuiditas untuk menyediakan uang tunai tersebut dengan segera.

29
c. Risiko wanprestasi

Manajer investasi akan berusaha memberikan hasil investasi

terbaik kepada pemegang unit penyertaan. Namun wanprestasi dapat

terjadi akibat adanya hal – hal yang tidak diinginkan atau kondisi luar

biasa (force majeur) yang menyebabkan kegagalan emiten dalam

memenuhi kewajibannya. Perusahaan asuransi yang mengasuransikan

kekayaan reksadana pun tidak segera membayar ganti rugi atau membayar

lebih rendah dari nilai pertanggungan. Hal ini tentu akan mempengaruhi

hasil investasi atau menyebabkan penurunan NAB reksadana.

d. Risiko perubahan politik, ekonomi dan peraturan

Perubahan kondisi politik, ekonomi, dan peraturan perpajakan serta

peraturan – peraturan lainnya khususnya pada pasar uang dan pasar modal

nasional maupun internasional dapat mempengaruhi kinerja bursa dan

perusahaan (emiten), yang kemudian berdampak pada nilai investasi pada

reksadana.

e. Risiko nilai tukar

Portofolio investasi dapat dilakukan baik dalam mata uang rupiah

maupun mata unag asing, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya rugi

kurs valuta asing atas sekuritas yang termasuk foreign invesment dalam

portofolio dan menyebabkan terjadinya penurunan Nilai Aktiva Bersih

reksadana yang bersangkutan.

30
2.1.4 Klasifikasi reksa dana

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006 : 212), reksadana dapat dilihat

dari beberapa sudut pandang, antara lain dari : (1) bentuk, (2) sifat, (3)

portofolio investasi, (4) tujuan investasi.

2.1.4.1 Berdasarkan bentuk

Dilihat dari bentuknya, reksadana dapat dibedakan menjadi :

a. Reksadana berbentuk perseroan (Corporate Type)

Perusahaan penerbit reksadana bentuk ini menghimpun dana

dengan menjual saham, kemudian dana dari hasil penjualan saham tersebut

diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar

uang dan pasar modal. Reksadana bentuk ini memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

1) Bentuk hukumnya adalah perseroan terbatas

2) Pengelolaan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara

Direksi Perusahaan dan Manajer Investasi yang ditunjuk

3) Penyimpanan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara

Manajer Investasi dan Bank Kustodian.

b. Reksadana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Contarctual Type)

Reksadana bentuk ini merupakan kontrak antara Manajer Investasi

dengan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan (UP),

dimana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio

investasi kolektif sedangkan Bank Kustodian berwenang untuk

melaksanakan penitipan kolektif. Reksadana bentuk inilah yang lebih

31
populer dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan

reksadana berbentuk perseroan. Reksadana bentuk ini mempunyai ciri –

ciri sebagai berikut :

1) Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif.

2) Pengeloaan reksadana dilakukan oleh Manajer Investasi berdasarkan

kontrak.

3) Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh Bank

Kustodian berdasarkan kontrak.

2.1.4.2 Berdasarkan sifat

Berdasarkan sifatnya, reksadana dapat dibedakan menjadi :

a. Reksadana bersifat tertutup

Reksdana Tertutup merupakan suatu bentuk reksadana yang investor

pemegang unit penyertaannya tidak dapat menjual kembali unit pemnyertaan

tersebut kepada Manajer Investasi. Pemegang unit penyertaan hanya dapat

menjual kembali unit penyertaan melalui Bursa Efek tempat saham tersebut

dicatatkan.

b. Reksadana Bersifat Terbuka (Open-End Fund)

Reksadana Terbuka merupakan reksadana yang pemegang unit

penyertaannya dapat menjual kembali unit penyertaan yang dimiliki setiap

saat diinginkan langsung kepada Manajer Investasi. Manajer Investasi

reksadana melalui Bank Kustodian wajib membelinya sesuai dengan Nilai

Aktiva Bersih per unit penyertaan pada saat tersebut.

32
2.1.4.3 Berdasarkan portofolio investasi

Jika dilihat berdasarkan portofolio investasinya, maka reksadana dapat

dibedakan menjadi :

a. Reksadana Pasar Uang

Reksadana jenis ini menekankan pada upaya menjaga likuiditas dan

pemeliharaan modal dengan membentuk portofolio yang terdiversifikasi pada

berbagai instrumen jangka pendek (kurang dari satu tahun), seperti Sertifikat

Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Commercial

Paper, Promissory Notes, Call Money, Banker Acceptance, Repurchase

Agreement, dan lain – lain.

b. Reksadana Pendapatan Tetap

Pengalokasian aset pada reksadana pendapatan tetap dikonsentrasikan

pada berbagai tipe obligasi yang dikelompokkan menjadi obligasi pemerintah,

obligasi korporasi, dan obligasi pemerintah daerah (municipal bond) yang

dapat mengeneralisasi adanya tingkat pengembalian yang stabil dengan

tingkat kemungkinan risiko yang lebih tinggi dari reksadana pasar uang,

namun lebih rendah dibandingkan dengan kemungkinan risiko pada reksadana

saham.

c. Reksadana saham

Reksadana jenis ini mengalokasikan lebih dari 80 % dananya pada

efek yang bersifat ekuitas (saham), terutama saham biasa (common stock).

Saham dikenal dengan karakteristik “imbal hasil tinggi, risiko tinggi”.

Artinya, reksadana saham merupakan surat berharga yang memberikan

33
peluang keuntungan yang tinggi, namun memberikan potensi risiko yang

tinggi pula.

d. Reksadana campuran

Reksadana campuran membentuk diversifikasi portofolio dengan

mengkombinasikan pengalokasian aset pada saham, sekuritas pendapatan

tetap, dan efek pasar uang. Komposisi pengalokasian aset diantara ketiganya

berbeda – beda tergantung pada kebijakan masing – masing. Manajer

Investasi, dan biasanya kebijakan investasi ini tercantum pada masing –

masing prospektus reksadana.

2.1.4.4 Berdasarkan Tujuan Investasi

Klasifikasi reksadana berdasarkan tujuan investasinya terbagi atas :

a. Growth Fund

Reksadana jenis ini menekankan pada upaya mengejar pertumbuhan

nilai dana, sehingga biasanya reksadana ini mengalokasikan dananya pada

saham.

b. Income Fund

Reksadana jenis ini menekankan pada upaya mendapatkan pendapatan

yang konstan, sehingga reksadana jenis ini mengalokasikan dananya pada

obligasi atau surat hutang.

c. Safety Fund

Reksadana jenis ini lebih mengutamakan keamanan daripada

pertumbuhan. Pengalokasian dananya lebih ditempatkan pada instrumen –

34
instrumen di pasar uang saperti deposito berjangka, sertifikat deposito, dan

surat utang jangka pendek.

2.1.4.5 Berdasarkan Hukum

Karena penelitian ini ingin membandingkan kinerja reksadana

konvensional dengan reksadana berbasis syariah, maka penulis menambahkan

teori pengklasifikasian reksadana berdasarkan hukum. Klasifikasi reksadana

berdasarkan hukum terbagi atas :

a. Reksadana Konvensional

Reksadana Konvensional merupakan suatu instrumen reksadana yang

keberadaannya tidak berlandaskan pada prinsip – prinsip syariah atau syariat

islam. Unsur – unsur yang dikandung oleh reksadana konvensional yang tidak

sesuai dengan syariat islam antara lain dalam segi akad, operasi, investasi,

transaksi dan pembagian keuntungannya. Reksadana konvensional bebas

berinvestasi di berbagai instrumen investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

– perusahaan dari berbagai bidang usaha termasuk bidang perjudian,

pelacuran, pornografi, makanan dan minuman haram, lembaga keuangan

ribawi, dan lain – lain yang tentunya tidak sesuai dengan prinsip – prinsip

syariah. Meskipun demikian, sebenarnya dalam reksadana konvensional berisi

akad muamalah yang diperbolehkan dalam Islam, yaitu jual beli dan bagi hasil

(mudharabah/ musyarakah). Dan disana terdapat banyak maslahat, seperti

memajukan perekonomian, saling memberikan keuntungan diantara para

pelakunya, meminimalkan risiko dalam pasar modal dan sebagainya.

35
b. Reksadana Syariah

Pada dasarnya, reksadana syariah merupakan islamisasi dari reksadana

konvensional. Reksadana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk

menghimpun dana dari masyarakat pemodal sebagai pemilik dana (shabul

mal) untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer

Investasi sebagai wakil (shahibul mal) menurut ketentuan dan prinsip syariah

Islam.

Pembeda reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah

reksadana syariah memiliki kebijaksanaaan investasi yang berbasis instrumen

investasi pada portofolio yang dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika

perusahaan yang menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan

usaha – usaha yang bertentangan dengan prinsip – prinsip Islam seperti yang

dijelaskan sebelumnya. Disamping itu dalam pengelolaan dana reksadana ini

tidak mengizinkan penggunaan strategi investasi yang menjurus ke arah

spekulasi. Selanjutnya, hasil keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan

diantara para investor dan Manajer Investasi sesuai dengan proporsi modal

yang dimiliki.

Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa No. 20/DSN/-

MUI/VI/2001. Fatwa tersebut memuat antara lain (Permata,Wulan : 2007) :

1) Pada reksadana konvensional, masih terdapat unsur – unsur yang

bertentangan dengan syariah, baik dari segi akad, pelaksanaan investasi,

maupun dari segi pembagian keuntungan.

36
2) Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai

dengan syariah, yang meliputi saham yang sudah melalui penawaran

umum dan pembagian deviden didasarkan pada tingkat laba usaha,

penempatan pada deposito dalam bank umum syariah dan surat hutang

yang sesuai dengan syariah.

3) Jenis usaha Emiten haruslah sesuai dengan syariah, antara lain tidak boleh

melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga keuangan

ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan

makanan dan minuman haram serta barang –barang atau jasa – jasa yang

merusak moral dan membawa keburukan. Pemilihan dan pelaksanaan

investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehati – hatian dan tidak

boleh ada unsur yang tidak jelas (gharar). Diantaranya tidak boleh

melakukan penawaran palsu, penjualan barang yang belum dimiliki,

insider trading-menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan

informasi orang dalam untuk keuntungan bertransaksi yang dilarang, serta

melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat hutangnya lebih

dominan dari modalnya.

4) Emiten dinyatakan tidak layak diinvestasikan dalam reksadana syariah jika

struktur hutang terhadap modal sangat bergantung pada pembayaran

hutang, yang pada intinya merupakan pembiayaan yang mengandung

unsur riba. Emiten memiliki Nisbah hutang terhadap modal lebih dari 82%

(hutang 45%, modal 55%), manajemen emiten diketahui bertindak

melanggar prinsip usaha yang Islami.

37
5) Mekanisme operasional reksadana syariah terdiri dari : Wakalah antara

Manajer Investasi dan pemodal; serta mudharabah antara Manajer

Investasi dengan pengguna investasi.

6) Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut: (1) pembagian

keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh Manajer Investasi) dan

pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang ditentukan dalam akad

yang telah dibuat bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi

tertentu kepada si pemodal, (2) pemodal menanggung risiko sebesar dana

yang telah diberikan, (3) Manajer Investasi sebagai wakil pemodal tidak

menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang

bukan karena kelalaiannya.

7) Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam Reksadana syariah

adalah:

a) Penghasilan dari saham dapat berupa (1) dividen yang merupakan bagi

hasil atas keuntungan yang dibagikan dari laba, baik yang dibayarkan

dalam bentuk saham, (2) Rights yang merupakan hak untuk memesan

efek lebih dulu yang diberikan oleh emiten,(3) capital gain yang

merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar

modal.

b) Penghasilan obligasi yang sesuai dengan syariah : bagi hasil yang

diterima secara periodik dari laba emiten.

c) Penghasilan dari Surat Berharga Pasar Uang yang sesuai dengan

syariah : bagi hasil yang diterima oleh Issuer.

38
d) Penghasilan dari deposito dapat berupa : bagi hasil yang diterima dari

bank – bank syariah.

2.1.5 Pengelola Reksa Dana

Pengelolaan reksadana dilakukan oleh perusahaan Manajemen Investasi

yang telah mendapatkan izin dari BAPEPAM. Perusahaan Manajemen Investasi

yang mengelola reksadana ini dapat berupa perusahaan yang secara khusus

bergerak sebagai perusahaan investasi (invesment management company)

ataupun perusahaan efek yang pada umumnya membentuk divisi tersendiri yang

khusus menangani reksadana.

Selain perusahaan manajemen investasi yang berfungsi sebagai

pengelola reksadana, pihak lain yang terlibat dalam pengelolaan reksadana

adalah Bank Kustodian. Bank Kustodian memiliki wewenang dan tanggung

jawab dalam hal menyimpan, menjaga, dan mengadministrasikan kekayaan,

baik dalam pencatatan maupun penjualan kembali suatu reksadana sesuai

dengan kontrak yang telah ditetapkan bersama Manajer Investasi.

Undang – undang Pasar Modal menyebutkan bahwa Manajer Investasi

tidak boleh memegang langsung kekayaan reksadana. Kekayaan reksadana

tersebut wajib disimpan pada Bank Kustodian yang tidak memiliki afiliasi

dengan Manajer Investasi untuk menghindari adanya kecurangan atau benturan

kepentingan dalam pengelolaan kekayaan tersebut.

39
2.1.6 Teori Distribusi Normal

Distribusi normal (distribusi Gauss) adalah distribusi profitabilitas yang

paling banyak digunakan dalam berbagai analisis statistika. Distribusi normal

baku adalah distribusi normal yang memiliki rata-rata nol dan simpangan baku

satu. Distribusi ini juga dijuluki kurs lonceng (bell curve) karena grafik fungsi

kepekatan profitabilitasnya mirip dengan bentuk lonceng.

Dalam distribusi normal, profitabilitas untuk suatu interval nilai variabel

digambarkan sebagai suatu luas wilayah. Sehingga untuk keperluan

profitabilitas, luas seluruh wilayah di bawah kurva harus sama dengan satu

tahun (100%). Karena kurva simetris, maka luas wilayah di sebelah kanan garis

tegak lurus di atas rata-rata sama dengan 0,5 (50%) dan di sebelah kirinya juga

sama dengan 0,5 (50%).

µ x

Untuk mencari profitabilitas suatu interval dari variabel random

kontinyu, dapat dipermudah dengan bantuan distribusi normal standar (Z).

Rumus untuk memperoleh variabel normal standar Z adalah

(Mulyono,Sri,2003):

Z= (x-µ)/ σ

Dimana :

x = nilai variabel random

40
µ = rata-rata variabel random

σ = deviasi standar variabel random

2.2 Penelitian Terdahulu

Ahmad Mujahid (2007) meneliti tentang analisis perbandingan kinerja

reksadana syariah terhadap kinerja reksadana konvensional ( studi kasus pada

jenis reksadana campuran ) dengan periode penelitian selama tahun 2004 – 2006

dengan menggunakan metode Sharpe ( Excess return to variability ), Treynor (

Excess return to beta ), Jensen ( Differential return ) dan pengujian statistik dapat

diambil kesimpulan :

1. Reksadana Syariah memperlihatkan hasil return yang kecil dibandingkan

dengan reksadana konvensional dan tolak ukur IHSG dan SBI. Dan juga

dengan tolak ukurnya JII dan SWBI masih lebih kecil dari segi return-nya.

2. Reksadana Syriah memperlihatkan hasil variance dan standar deviasi

(unsystematic risk), Beta (systematic risk) yang tinggi dibandingkan

dengan reksadana konvensional dengan tolak ukur IHSG dan SBI. Dan

juga dengan tolak ukurnya yakni JII dan SBI masih lebih tinggi dari segi

risikonya.

3. Reksadana Syariah memperlihatkan hasil return dan risk yang tidak baik

dibandingkan dengan reksadana konvensional, IHSG dan SBI dari segi

risk adjusted return-nya. Dan juga bila dengan investasi pembanding

reksadana syariah memiliki hasil yang tidak baik dari JII dan SWBI.

4. Berdasarkan hasil uji paired sample t test menunjukkan bahwa kinerja

reksadana syariah terdapat perbedaan dengan kinerja reksadana

41
konvensional, dengan menggunakan perbedaan model Sharpe, Jensen, dan

Treynor sehingga antar sampel tidak terdapat hubungan yang erat.

5. Reksadana Syariah masih belum mengalami kemajuan baik. Maka

diperlukan upaya dari semua pihak untuk memajukan reksadana syariah,

yakni diberi kemudahan oleh pemerintah semoga reksadana syariah makin

diminati investor.

Penelitian untuk membandingkan kinerja reksadana syariah terhadap

reksadana konvensional juga pernah dilakukan oleh Sofyan S. Harahap (2002).

Dalam jurnalnya mengenai “Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah

Terhadap Reksadana Konvensional Periode Tahun 1997 – 2001”. Beliau

menggunakan sampel penelitian yakni Dana Reksa Mawar (reksadana

konvensional) dibawah naungan satu manajemen investasi dengan PT. Danareksa

Invesment Management. Evaluasi performa didasarkan pada perbandingan

langsung, metode sharpe, Treynor dan Jensen.

Dalam penelitiannya tersebut menghasilkan bahwa selama penelitian

dengan menggunakan metode pembanding langsung, kinerja reksadana syariah

(dana reksa syariah) lebih baik jika dibandingkan dengan reksadana konvensional

(Dana Reksa Mawar). Kinerjanya berdasarkan tolok ukur, dalam hal ini 20 % SBI

1 bulan dan 80 % IHSG, kinerja reksadana syariah dan konvensional lebih rendah.

Dengan metode Sharpe, hasil yang didapat bahwa kinerja reksadana syariah lebih

baik jika dibandingkan dengan reksadana konvensional. Dalam metode Treynor,

hasil yang disimpulkan yakni : kinerja reksadana syariah lebih rendah jika

dibandingkan dengan reksadana konvensional. Namun, kinerja masing – masing

42
reksadana lebih rendah jika dibandingkan dengan tolok ukur. Sedangkan dengan

metode Jensen analisa kinerja reksadana syariah lebih baik jika dibandingkan

dengan reksadana konvensional. Namun kinerja reksadana konvensional

(Reksadana Mawar) lebih rendah jika dibandingkan dengan tolok ukur. Dalam

perkembangan terakhir sejak awal tahun 2003, Danareksa Invesment Management

menutup dan melikuidasi reksadana syariah. Hal ini disebabkan dengan

membaiknya iklim investasi di pasar modal yang ditandai naiknya IHSG secara

drastis, ternyata return yang diberikan reksadana syariah lebih rendah jika

dibandingkan dengan reksadana konvensional.

Perbandingan kinerja reksadana juga pernah diteliti oleh Setyaningsih

(2000) dengan judul jurnal “Perbandingan Kinerja Reksadana di Indonesia

Periode 1997 – 1999”. Dalam penelitiannya terhadap 34 reksadana pendapatan

tetap, 21 reksadana saham, 20 reksadana campuran, 5 reksadana pasar uang,

dengan mencari perbandingan dengan alat ukur NAB, Return dan variance

didapat hasil perhitungan nilai F hitung ANOVA didapatkan F hitung sebesar 2,55

dengan probabilitas kapasitas sebesar 6,3 %, tingkat kesalahan tersebut lebih kecil

dari 5 % maka hipotesis nihil diterima sedangkan hipotesis alternatifnya ditolak.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan

antara jenis reksadana pasar uang, reksadana saham, reksadana pendapatan tetap

dan reksadana campuran di Indonesia.

Dengan level kesalahan 5 % hipotesis pertama terbukti kebenarannya. Jika

level of significancy 10 % maka hipotesis nihil ditolak sedangkan hipotesis

alternatifnya diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaaan kinerja

43
yang signifikan antara reksadana jenis pasar uang, saham, obligasi dan campuran

di Indonesia. Dengan level kesalahan 10 % hipotesis pertama telah dapat

dibuktikan kebenarannya. Hasil perbandingan kinerja reksadana diperoleh

reksadana saham mempunyai kinerja lebih baik jika dibandingkan dengan tiga

reksadana lainnya, sehingga hipotesis keempat dapat dibuktikan kebenarannya.

2.3 KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran akan menjelaskan alur pengolahan data kinerja

reksadana yang dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai perbandingan

investasi pada reksadana. dalam penelitian ini, skema penelitiannya akan

ditunjukkan pada gambar 2.1

2.4 HIPOTESIS

Dalam melakukan analisis data terlebih dahulu harus ditentukan hipotesis

yang digunakan. hipotesis yaitu dugaan mengenai suatu hal atau masalah.

hipotesis biasanya disajikan dalam bentuk pernyataan atau dilambangkan dengan

angka. hipotesis untuk penelitian ini yaitu :

H0 : “tidak ada perbedaan rata – rata kinerja antara reksadana berbasis

syariah dengan reksadana berbasis konvensional”

H1 : “ada perbedaan rata – rata kinerja antara reksadana berbasis syariah

dengan reksadana berbasis konvensional”

44
Gambar 2.1
KERANGKA PEMIKIRAN

Reksadana Syariah Reksadana Konvensional


Maret 2005- Maret 2008 Maret 2005- Maret 2008

Reksadana Saham, Campuran


dan Pendapatan Tetap

Proses Olah Data

Data NAB SBI Jumlah AUM Pertumbuhan Biaya


Reksadana AUM Reksadana

Hitung
Excess
Return

Hitung
Standar
Deviasi

Hitung
Sharpe Ratio

Hitung Skor Hitung Skor Hitung Skor Hitung Skor


Sharpe Ratio Jumlah AUM Perumbuhan Biaya
AUM Reksadana

Hitung Skor Total

Uji T Membandingkan Kinerja Reksadana


Syariah dan Konvensional

45
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini mencoba untuk membandingkan dan mengetahui sub

kategori reksadana apakah yang menghasilkan kinerja yang lebih baik antara

reksadana syariah dan reksadana konvensional, baik dari kategori reksadana

saham, campuran maupun dari reksadana kategori pendapatan tetap.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan studi kasus yang tertera pada

tabel 3.1. Dua puluh delapan produk reksadana yang dijadikan objek dalam

penelitian ini berasal dari dua belas perusahaan investasi di Indonesia yang

mengeluarkan produk reksadana dari sub kategori konvensional dan dari sub

kategori syariah untuk kategori reksadana yang sama (saham, campuran, atau

pendapatan tetap). Selain itu, produk reksadana baik dari sub kategori

konvensional maupun syariah dari masing – masing perusahaan investasi tersebut

telah beroperasi lebih dari satu tahun terhitung mundur sejak bulan Maret 2008.

Penilaian dilakukan melalui pergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB),

besarnya nilai dana kelolaan (AUM), tingkat pertumbuhan dana kelolaan, dan

besarnya biaya reksadana dari masing – masing objek penelitian.

Reksadana yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksadana yang

terdaftar dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana

yang berasal dari dua belas perusahaan investasi di Indonesia yang menawarkan

produk reksadana baik dari sub kategori reksadana konvensional maupun syariah

46
dalam kategori yang sama (saham, campuran, atau pendapatan tetap) dan telah

beroperasi lebih dari satu tahun (terhitung mundur dari bulan Maret 2008).

Ringkasan mengenai reksadana yang menjadi objek penelitian terdapat

pada tabel 3.1

3.2 Metode Pemilihan Sampel

Ada dua puluh delapan produk reksadana (terdiri atas 14 produk reksadana

dari sub kategori syariah dan 14 produk reksadana dari sub kategori konvensional)

yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai objek dalam penelitian ini.

Untuk kategori reksadana saham, produk reksadana yang memenuhi kriteria untuk

dijadikan objek penelitian hanya berasal dari PT Trimegah Securities. Ada 10

perusahaan Investasi yang produk reksadananya memenuhi kriteria untuk menjadi

objek penelitian untuk kategori reksadana campuran, yaitu : 1) PT Trimegah

Securities 2) PT Recapital Asset Management 3) PT Mega Capital Indonesia 4)

PT Danareksa Invesment Management 5) CIMB-GK Securities Indonesia 6) PT

Mandiri Invesment Management 7) PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 8) PT

Kresna Graha Sekurindo 9) PT BNI Securities 10) PT Euro Capital Peregrine

Securities. Untuk kategori reksadana pendapatan tetap, terdapat 6 produk

reksadana dari 3 perusahaan investasi yang memenuhi kriteria penilaian,yaitu : 1)

PT Bhakti Asset Management 2) PT BNI Securities 3) PT PNM. Daftar reksadana

yang menjadi objek penelitian secara alebih terperinci terlihat pada tabel 3.1.

Data yang diambil adalah data Nilai Aktiva Bersih (NAB), jumlah dana

kelolaan, tingkat pertumbuhan jumlah dana kelolaan, dan besarnya biaya

47
reksadana dari masing – masing objek produk reksadana. Untuk reksadana

kategori saham, yang akan dinilai dan dibandingkan adalah kinerja satu tahun

(dari Maret 2007 hingga Maret 2008), sedangkan untuk kategori reksadana

campuran dan pendapatan tetap yang akan dinilai dan dibandingkan adalah kinerja

satu tahun ( dari Maret 2007 hingga Maret 2008 ), kinerja dua tahun (dari Maret

2006 hingga Maret 2008 ), dan kinerja tiga tahun ( dari Maret 2005 hingga Maret

2008 ).

3.3 Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini penilaian kinerja reksadana – reksadana yang akan

dibandingkan dan dianalisa, tidak hanya menggunakan metode risk-adjusted

return, akan tetapi juga dengan menambahkan 3 unsur baru sebagai kriteria

penilaian kinerja yaitu besarnya AUM (Asset Under Management), pertumbuhan

AUM, dan biaya reksadana. Metode penilaian kinerja dalam penelitian ini

sebelumnya pernah digunakan oleh Majalah Investor dan PT Infovesta Utama

(perusahaan researcher reksadana dan penyedia informasi reksadana terpadu)

dalam melakukan peningkatan reksadana 2007 (Majalah Investor edisi 28

Februari-13 Maret 2007). Metode penilaian kinerja reksadana termasuk kriteria –

kriteria yang digunakan dalam penilaian kinerja reksadana tersebut merupakan

hasil masukan dari berbagai pihak, seperti pelaku industri, pemodal dan analisis di

Indonesia.

Dalam penilaian kinerja, risk adjusted return akan dihitung menggunakan

sharpe ratio.

48
Sharpe = risk premium return / standard deviation

Untuk menghitung sharpe ratio tersebut, yang dibutuhkan adalah data

NAB harian dari masing - masing reksadana selama periode penelitian. Kemudian

akan dilakukan pemeriksaan apakah selama periode penelitian terdapat tanggal

yang tidak ada data NAB-nya ( karena tanggal tersebut merupakan hari libur

nasional atau karena sebab – sebab lainnya ). Jika ada yang masih kosong maka

diisi dengan NAB pada tanggal sebelumnya. Data NAB ini dapat diperoleh di

situs BAPEPAM. Selain data NAB, untuk menghitung biaya sharpe ratio juga

diperlukan data SBI-3 bulan yang akan digunakan sebagai risk free return.

Nilai asset under management atau besarnya dana kelolaan dari masing –

masing reksadana yang dijadikan objek penelitian, bisa diperoleh dari situs

BAPEPAM atau dalam prospektus reksadana. Nilai AUM tersebut merupakan

hasil perkalian dari NAB dengan jumlah unit penyertaan (satuan kepemilikan

reksadana). Pertumbuhan AUM sendiri akan dihitung dari besarnya persentase

perubahan nilai AUM pada awal periode penelitian hingga di akhir periode

penelitian. Sedangkan untuk biaya reksadana, data bisa didapatkan dari

prospektus reksadana atau dengan berlangganan situs www.infovesta.com. Biaya

reksadana yang dipergunakan meliputi biaya pemesanan (subscription fee),

redemption fee, serta fee untuk Manajer Investasi dan Bank Kustodian.

Setelah data – data tersebut didapat, langkah selanjutnya adalah

melakukan skoring pada setiap reksadana yang diteliti sesuai dengan besarnya

nilai pada masing – masing kriteria peniaian kinerja. Skoring didasarkan pada

metode distibusi normal standar Z. Lalu ditentukan besarnya bobot untuk masing

49
– masing kriteria penilaian. Karena unsur risk-adjusted return (RAR) sangat

penting, maka unsur ini mendapat bobot penilaian paling tinggi yaitu 50%,

sedangkan bobot nilai AUM 30%, pertumbuhan AUM 10 %, dan biaya reksadana

10% (Tim Majalah Investor dan Infovesta, 2007). Setelah itu akan dilakukan uji

beda rata – rata, untuk mengetahui apakah antara kinerja reksadana berbasis

syariah dengan kinerja reksadana berbasis konvensional tepat untuk

diperbandingkan.

Seluruh pengolahan dan perhitungan didalam penelitian ini akan dilakukan

dengan menggunakan software Microsoft Excel dan SPSS.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat

sekunder karena berasal dari data yang telah mengalami proses pengolahan

kembali. Data yang dipergunakan terdiri dari :

1) Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan

Penelitian mempergunakan data NAB per unit penyertaan dari masing –

masing reksadana yang menjadi objek penelitian. Untuk reksadana Danareksa

Syariah Berimbang, Danareksa Anggrek, BNI Dana Syariah, BNI Dana Plus, BNI

DanaPlus Syariah, dan BNI Dana Flexible, data dikumpulkan terhitung mulai

tanggal 15 Maret 2005 sampai tanggal 15 Maret 2008. untuk reksadana PNM

Amanah Syariah, PNM Dana Sejahtera II, Reksadana Capital Syariah, Reksadana

Capital Flexi, Mandiri Investa Syariah Berimbang, Mandiri Investa Aktif, AAA

Amanah Syariah Fund, AAA Balanced Fund, IPB Syariah, dan IPB Kresna, data

dikumpulkan sejak 15 Maret 2006 hingga tanggal 15 Maret 2008. Untuk

reksadana Trim Syariah Saham, Trim Kapital, Trim Syariah Berimbang, Trim

50
Kombinasi, Mega Dana Syariah, Mega Dana Campuran, Kausar Balanced Growth

Syariah, CIMB-GK Arjuna Berkembang, Euro Peregrine Syariah Balanced Plus,

Euro Peregrine Berimbang Plus, Big Dana Muamalah, dan Big Dana Likuid, data

dikumpulkan mulai tanggal 15 Maret 2007 hingga tanggal 15 Maret 2008.

Keseluruhan data NAB per unit dari masing-masing reksadana tersebut

dapat diperoleh dari situs BAPEPAM.

Tabel 3.1.
Daftar Reksadana dan Periode Penilaian Reksadana
Kategori Perusahaan Nama Reksadana Nama Reksadana Periode
Reksadana Investasi Syariah Konvensional Penilaian
Kinerja
Saham Trimegah Trim Syariah Trim Kapital 1 tahun
Securities Saham
Campuran Trimegah Trim Syariah Trim Kombinasi 1 tahun
Securities Berimbang
Campuran Mega Capital Mega Dana Mega Dana 1 tahun
Ind. Syariah Campuran
Campuran CIMB-GK Sec. Kausar Balanced CIMB-GK 1 tahun
Ind. Growth Syariah Arjuna
Berkembang
Campuran Euro Capital Euro Peregrine Euro Peregrine 1 tahun
Peregrine Syariah Balanced Berimbang Plus
Plus
Campuran Recapital Asset Capital Syariah Capital Flexi 1 tahun, 2 tahun
Mgt.
Campuran Mandiri Mgt. Investa Syariah Mandiri Investa 1 tahun, 2 tahun
Inmvestasi Berimbang Aktif
Campuran Andalan Artha AAA Amanah AAA Balanced 1 tahun, 2 tahun
Advisindo Syariah Fund Fund
Campuran Kresna Graha IPB Syariah IPB Kresna 1 tahun, 2 tahun
Campuran Danareksa Danareksa Anggrek 1 tahun, 2 tahun,
Syariah 3 tahun
Berimbang
Campuran BNI Securities DanaPlus Dana Flexible 1 tahun, 2 tahun,
Syariah 3 tahun
Pendapatan Bhakti Asset Big dana Big Dana Likuid 1 tahun
Tetap Mgt. muamalah
Pendapatan PNM Amanah Syariah Dana Sejahtera 1 tahun, 2 tahun
Tetap
Pendapatan BNI Securities Dana Syariah Dana Plus 1 tahun, 2 tahun,
Tetap 3 tahun
Sumber Bapepam, 2008

51
2) Tingkat Suku SBI-3 bulan

Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia-3 bulan digunakan sebagai

acuan tingkat pengembalian aset bebas risiko. Menurut Sharpe, Alexander, Bailey

(1995:147), kriteria dari sekuritas bebas risiko adalah sekuritas yang memberikan

investor suatu tingkat pengembalian yang pasti sepanjang horizon waktunya dan

tidak memiliki risiko default. Data SBI-3 bulan yang digunakan dalam penelitian

ini dikumpulkan sejak tanggal 15 Maret 2005 hingga 15 Maret 2008, dan data

tersebut diperoleh melalui situs Bank Indonesia.

3) Jumlah dana kelolaan (Asset Under Management)

Data jumlah dana kelolaan (AUM) yang dipergunakan adalah data AUM

per tanggal 14 Maret 2008 dari masing-masing reksadana yang menjadi objek

penelitian. Untuk penilaian kinerja satu tahun, pertumbuhan AUM dinilai dari

persentase perubahan jumlah dana kelolaan dari tanggal 14 Maret 2006 hingga

tanggal 14 Maret 2008. Sedangkan untuk penilaian kinerja tiga tahun,

pertumbuhan AUM dinilai dari persentase perubahan jumlah dana kelolaan dari

tanggal 14 Maret 2005 hingga tanggal 14 Maret 2008. keseluruhan data AUM

yang digunakan dapat diperoleh dari situs BAPEPAM.

4) Biaya reksadana

Data biaya reksadana yang dipergunakan dalam skripsi ini meliputi biaya

pembelian, biaya penjualan, fee untuk Manajer Investasi, fee untuk Bank

Kustodian, dari masing-masing reksadana yang menjadi objek penelitian. Data

keseluruhan biaya reksadana tersebut dapat diperoleh dari prospektus masing-

masing reksadana yang ada di situs BAPEPAM, namun karena tidak semua

52
reksadana mem-publish prospektusnya pada situs tersebut, maka penulis

mendapatkan sebagian data biaya reksadana dengan berlangganan situs PT

Infovesta Utama, sebuah perusahaan penyedia informasi reksadana terpadu.

3.4 Metode Analisis

Langkah-langkah dalam menganalisis data yang diperoleh dari situs

BAPEPAM, situs BI, dan dari situs Infovesta Utama untuk menilai dan

membandingkan kinerja reksadana adalah sebagai berikut :

3.4.1 Mengukur Return NAB

Mengukur return portofolio dalam hal ini perubahan harga Nilai Aktiva

Bersih (NAB) dari periode t dikurangi NAB periode sebelumnya t-1 lalu dibagi

dengan NAB periode t-1, pengukuran dalam hal ini hanya akan mengukur

capital gain tanpa memasukkan unsur deviden.

Secara matematis, return NAB reksadana per unit adalah sebagai

berikut:

Ri = ln(NABt/NABt-1)

Dimana :

Ri : Return Reksadana

NABt : NAB per unit pada hari ke t

NABt-1 : NAB per unit pada hari ke t-1

53
3.4.2 Mengukur rata-rata dari return aset bebas resiko

Risk free asset of return adalah investasi instrumen keuangan yang

memiliki nilai nol atau paling kecil. Menurut Rindu Asytuti (2003:51), dalam

hal ini Rata-rata dari return aset bebas resiko (SBI-3 bulan) mingguan dapat

dinyatakan sebagai berikut :

RFR
RFR
52
Dimana :

RFR = rata-rata dari return SBI

3.4.3 Mengukur risiko

Standar yang digunakan untuk menghitung total risiko (risiko

sistematik dan tidak sistematik) dari suatu instrumen investasi dikenal dengan

standar deviasi (σi), perhitungan standar deviasi dilakukan dengan

menggunakan formula STDEV pada software Microsoft Excel. Langkah-

langkah untuk mendapatkan nilai standar deviasi adalah sebagai berikut :

a. Menghitung return NAB mingguan dari masing-masing reksadana yang

menjadi objek penelitian

b. Menghitung standar deviasi mingguan dengan mempergunakan fungsi

STDEV pada return NAB mingguan

c. Menghitung standar deviasi tahunan dengan mengkalikan standar deviasi

mingguan dengan SQRT(52)

3.4.4 Mengukur risk adjusted return measure of portfolio performance

Sharpe merupakan alat ukur kinerja suatu portofolio yang dinyatakan

sebagai rasio excess return portofolio terhadap total risiko (standar deviasi).

54
Ri RFR
S1
i

Dimana :

Ri = rata-rata dari return portofolio i selama periode pengamatan

RFR = rata-rata dari return aset bebas risiko selama periode pengamatan

σi = standar deviasi dari return portofolio i selama periode pengamatan

langkah-langkah untuk mengukur kinerja portofolio dengan

menggunakan metode Sharpe adalah sebagai berikut :

a. Menghitung return NAB mingguan dari masing-masing reksadana yang

menjadi objek penelitian.

b. Menghitung rata-rata return NAB mingguan dengan fungsi AVERAGE.

Kemudian dilanjutkan menghitung rata-rata return NAB tahunan yaitu

dengan mengkalikan rata-rata return NAB mingguan dengan 52.

c. Menghitung standar deviasi mingguan dengan mempergunakan fungsi

STDEV pada return NAB mingguan. Kemudian dilanjutkan dengan

menghitung standar deviasi tahunan dengan mengkalikan standar deviasi

mingguan dengan SQRT(52).

d. Menghitung rata-rata tahunan suku bunga SBI-3 bulan (risk free rate).

e. Menghitung sharpe ratio dengan mengkurangkan rata-rata tahunan

return NAB dengan rata-rata tahunan risk free rate, kemudian hasilnya

(excess return) dibagi dengan standar deviasi tahunan.

55
3.4.5 Mengukur pertumbuhan Asset Under Management

gAUM = (AUMt – AUMt-1) / AUMt-1

Dimana :

gAUM : Pertumbuhan AUM (jumlah dana kelolaan)

AUMt : Asset Under Management pada tahun t

AUMt-1 : Asset Under Management pada tahun t-1

Untuk perhitungan kinerja reksadana periode satu tahun, pertumbuhan

AUM yang dinilai adalah pertumbuhan AUM dari tanggal 14 Maret 2007

hingga tanggal 14 Maret 2008. untuk perhitungan kinerja reksadana periode

dua tahun, pertumbuhan AUM yang dinilai adalah pertumbuhan AUM dari

tanggal 14 Maret 2006 sampai tanggal 14 Maret 2008. Sedangkan untuk

perhitungan kinerja reksadana periode tiga tahun, pertumbuhan AUM yang

dinilai adalah pertumbuhan AUM dari tanggal 14 Maret 2005 hingga tanggal

14 Maret 2008.

3.4.6 Mengukur biaya reksadana

Sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Majalah

Investor dan PT Infovesta Utama, besarnya biaya reksadana yang digunakan

sebagai salah satu kriteria penilaian, didapat dengan menjumlahkan biaya

Manajer Investasi, biaya Bank Kustodian, biaya pembelian dan biaya

penjualan reksadana dari masing-masing produk reksadana yang termasuk

dalam penilaian.

3.4.7 Mengukur normalisasi skor

Pemberian skor pada keempat variabel menjadi ukuran kinerja

reksadana (yaitu Sharpe, AUM, growth AUM, dan biaya reksadana) dari

56
masing-masing reksadana dilakukan dengan menggunakan metode distribusi

normal standar atau normalisasi skor yang dapat dilakukan pada software

Microsoft Excel. Langkah-langkah pemberian skor pada setiap variabel adalah

sebagai berikut :

a. Menghitung rata-rata dari nilai sharpe keseluruhan reksadana yang

menjadi objek penelitian.

b. Menghitung standar deviasi dari nilai sharpe keseluruhan reksadana

yang menjadi objek penelitian

c. Menggunakan fungsi STANDARDIZE (nilai sharpe reksadana x, rata-

rata nilai sharpe, standar deviasi nilai sharpe), sehingga didapatkan nilai

z (z-score)

d. Kemudian menggunakan fungsi NORMSDIST (nilai z) untuk

mendapatkan probabilita dari masing-masing reksadana

3.4.8 Mengukur total skor

Total skor yang menjadi gambaran kinerja suatu reksadana dihitung

dengan menjumlahkan skor dari keempat variabel sesuai dengan bobotnya

masing-masing yaitu :

a. Sharpe Ratio, 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, diberikan bobot 50 %

b. Jumlah Dana Kelolaan (AUM) per tanggal 14 Maret 2008, diberikan

bobot 30%

c. Pertumbuhan Jumlah Dana Kelolaan (growth AUM) periode 1 tahun, 2

tahun, dan 3 tahun terakhir per tanggal 14 Maret 2008, diberikan bobot

nilai 10%.

57
d. Biaya reksadana yang mencakup fee untuk Manajer Investasi, fee untuk

Bank Kustodian, biaya pembelian dan biaya penjualan reksadana,

diberikan bobot nilai 10%.

Pembobotan pada masing-masing kriteria penilaian ini didasarkan

pada penelitian sebelumnya (Tim Majalah Investor dan Infovesta, 2007).

3.4.9 Melakukan Uji T

Uji statistik yang dipakai adalah Uji T atau uji beda rata – rata.

Menurut Purbayu dan Ashari (2005:60). Tahap – tahap yang harus dilakukan

untuk menguji hipotesis diawali dengan pemilihan level signifikansi,

pemilihan alat uji statistik yang digunakan, penetuan titik kritis pengambilan

keputusan, perhitungan nilai statistik, dan penentuan keputusan statistik dan

interprestasi.

Jika nilai T hitung > T Table, maka H0 diterima yang berarti tidak

terdapat perbedaan yang signifikan.

Dan sebaliknya bila nilai T hitung < T Tabel, maka H1 diterima yang

berarti terdapat perbedaan yang signifikan.

Uji T atau uji beda rata-rata dilakukan dengan menggunakan

software SPSS dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Data total skor (yang menjadi tolak ukur kinerja) dari seluruh reksadana

yang dinilai dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok syariah dan

kelompok konvensional.

Gunakan fungsi Analysis-Independent Samples untuk mengolah kedua

kelompok data tersebut.

58
3.5 Operasional Variabel Penelitian

Pemberian skor didasarkan pada besarnya nilai probabilita masing-masing

reksadana. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab dua, luas wilayah di bawah

kurva normal harus sama dengan satu (100%), sementara range nilai atau skor

yang akan diberikan adalah antara 1 sampai 10, sehingga penentuan pemberian

skor besarnya probabilita adalah sebagai berikut :

Probabilita Skor

0-10% 1

10%-20% 2

20%-30% 3

30%-40% 4

40%-50% 5

50%-60% 6

60%-70% 7

70%-80% 8

80%-90% 9

90%-100% 10

Untuk variabel AUM, growth AUM, dan biaya reksadana, langkah-

langkah yang digunakan untuk memberikan skor pada masing-masing reksadana

juga sama seperti pemberian skor berdasarkan nilai sharpe. Akan tetapi untuk

biaya reksadana karena variabel ini memiliki spesifikasi yang berbeda dari ketiga

59
variabel lainnya karena semakin kecil biaya reksadana menunjukkan tingakat

efisiensi yang semakin baik dari suatu reksadana, maka pemberian skor dilakukan

berdasarkan 1-probabilita.

Empat unsur atau empat variabel yang dijadikan sebagai operasional

variabel penelitian antara lain adalah :

3.5.1 NAB Reksa Dana

Aktiva atau kekayaan reksadana adalah nilai portofolio atau aktiva

reksadana yang dapat berupa saham, obligasi, right, deposito, SBI, dan efek

lainnya. Sementara, kewajiban reksadana diantaranya seperti fee untuk

Manajer Investasi, fee untuk Bank Kustodian, biaya registrasi dan transaksi

efek, biaya akuntan, notaris, dan konsultan hukum serta pengeluaran pajak.

Jadi Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan jumlah nilai pasar wajar

dari efek – efek dan kekayaan lain dari reksadana dikurangi seluruh

kewajibannya, sedangkan NAB per unit merupakan jumlah NAB dibagi

dengan jumlah unit penyertaan (satuan ukuran yang menunjukkan bagian

kepentingan setiap pihak dalam portofolio investasi kolektif) yang beredar,

atau

NAB = Total nilai pasar wajar seluruh aset reksadana – kewajiban reksadana
Jumlah unit penyertaan yang beredar

3.5.2 Pertumbuhan nilai dana kelolaan

Pertumbuhan nilai dana kelolaan sangat tergantung pada nilai aktiva

bersih aktual pada tahun yang dijadikan objek penelitian. Pertumbuhan nilai

60
dana kelolaan adalah persentase selisih antara nilai dana kelolaan tahun aktual

dikurangi nilai dana kelolaan yang dijadikan tahun dasar per nilai dana

kelolaan yang dijadikan tahun dasar.

3.5.3 Biaya – biaya reksadana

Dalam pengelolaan reksadana terdapat biaya-biaya yang harus

dikeluarkan yang dapat mengurangi nilai investasi investor dan pada akhirnya

akan mengurangi tingkat pengembalian yang diterima oleh investor. Tentu

saja biaya ini diharapkan oleh investor seminimum mungkin agar hasil

investasi yang diperoleh cukup besar atau lebih tinggi dibandingkan dengan

berinvestasi di produk investasi lainnya.

Biaya-biaya tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga macam biaya

(Manurung : 2003) sebagai berikut :

1) Biaya pembelian (subscription fee)

2) Biaya yang dibebankan kepada reksadana

3) Biaya Penjualan (redemption fee)

3.5.4 Ukuran Kinerja Sharpe

Ukuran kinerja ini dikembangkan oleh William Sharpe yang akan

dikenal dengan Reward-to variability ratio (RVAR). Menurut Jones

(2002:579), “Sharpe’s measure of portofolio performance calculated as the

ratio of excess portofolio return to standar deviation”. Pengukuran dengan

metode Sharpe didasarkan pada premium atas risiko premium (risk premium)

61
yang dihasilkan oleh reksadana dengan rata – rata kinerja investasi yang bebas

risiko (risk free asset). Ukuran Sharpe ini dihitung dengan cara membagi risk

premium return dari suatu portofolio dengan standar deviasinya. Risk premium

merupakan excess return dari portofolio, sedangkan standar deviasi

merupakan total risiko dari portofolio tersebut. Dengan demikian ukuran

Sharpe ini mengukur risk premium return yang didapat untuk setiap unit total

risiko dan dapat dinyatakan sebagai berikut (Reilly,2002) :

R1
Si =
RFR
1

R1 = Rata-rata dari return portofolio i selama periode pengamatan

RFR = Rata-rata dari return aset bebas resiko selama periode pengamatan

σi = Standar deviasi dari return portofolio i selama periode pengamatan

Tujuan dari analisis koefisien Sharpe adalah mengukur sejauh mana

diversifikasi portofolio kombinasi yang optimal yang dapat menghasilkan

keuntungan dengan risiko tertentu. Dengan membagi risk premiun dengan

standar deviasi, Sharpe mengukur risk premium yang dihasilkan per unit

risiko yang diambil. Dalam ukuran kinerja Sharpe, suatu portofolio dinyatakan

superior risk-adjusted performance jika memiliki nilai Sharpe atau RVAR

yang lebih besar dari nilai Sharpe indeks pasar. Semakin besar nilai Sharpe

suatu portofolio, maka hal itu menunjukkan kinerja yang lebih baik dari

portofolio tersebut.

62
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Reksadana di Indonesia

Reksadana merupakan kumpulan saham, obligasi, atau sekuritas jenis lain

yang dibeli oleh sekelompok investor dan dikelola oleh perusahaan investasi

profesional (Jacobs, Bruce, 1994). Reksadana merupakan salah satu alternatif

investasi yang dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat

yang memiliki modal dan keinginan melakukan investasi, namun hanya memiliki

waktu, pengetahuan serta keahlian menghitung risiko investasi yang terbatas.

Undang – undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat 27

mendefinisikan reksadana sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun

dana dari masyarakat investor, untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio

efek oleh Manajer Investasi.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006 : 212), reksadana dapat dilihat

dari beberapa sudut pandang, antara lain dari : (1) bentuk, (2) sifat, (3) portofolio

investasi, (4) tujuan investasi.

4.1.1 Berdasarkan bentuk

a. Reksadana berbentuk perseroan (Corporate Type)

b. Reksadana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Contractual Type)

4.1.2 Berdasarkan sifat

a) Reksadana bersifat tertutup

b) Reksadana Bersifat Terbuka (Open-End Fund)

63
4.1.3 Berdasarkan portofolio investasi

a) Reksadana Pasar Uang

b) Reksadana Pendapatan Tetap

c) Reksadana Saham

d) Reksadana Campuran

4.1.4 Berdasarkan Tujuan Investasi

a) Growth Fund

b) Income Fund

c) Safety Fund

4.1.5 Berdasarkan Hukum

a) Reksadana Konvensional

b) Reksadana Syariah

Penelitian dilakukan dengan menggunakan studi kasus yang tertera pada

tabel 4.1. Dua puluh delapan produk reksadana yang dijadikan objek dalam

penelitian ini berasal dari dua belas perusahaan investasi di Indonesia yang

mengeluarkan produk reksadana dari sub kategori konvensional dan dari sub

kategori syariah untuk kategori reksadana yang sama (saham, campuran, atau

pendapatan tetap). Selain itu, produk reksadana baik dari sub kategori

konvensional maupun syariah dari masing – masing perusahaan investasi tersebut

telah beroperasi lebih dari satu tahun terhitung mundur sejak bulan Maret 2008.

Penilaian dilakukan melalui pergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB),

besarnya nilai dana kelolaan (AUM), tingkat pertumbuhan dana kelolaan, dan

besarnya biaya reksadana dari masing – masing objek penelitian.

64
Tabel 4.1
Daftar Manajer Investasi dan Produk Reksadana (Objek Penelitian)
Kategori Reksa Dana No. Perusahaan Investasi Nama Reksadana

Saham 1 PT Trimegah Securities Trim Kapital

Trim Syariah Saham

Campuran 1 PT Trimegah Securities Trim Kombinasi

Trim Syariah Berimbang

2 PT Recapital Asset Management Capital Flexi

Capital Syariah

3 PT Mega Capital Indonesia Mega Dana Campuran

Mega Dana Syariah

4 PT Dana Reksa Invesment Management Danareksa Anggrek

Danareksa Syariah Berimbang

5 PT CIMB-GK Securities Indonesia Cimb-GK Arjuna Berkembang

Kausar Balanced Growth Syariah

6 PT Mandiri Management Invesment Mandiri Investa Aktif

Mandiri Investa Syariah Berimbang

7 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas AAA Balanced Fund

AAA Amanah Syariah

8 PT Kresna Graha Sekurindo IPB Kresna

IPB Syariah

9 PT BNI Securities BNI Dana Flexible

BNI DanaPlus Syariah

10 PT Euro Capital Peregrine Securities Euro Peregrine Berimbang Plus

Euro Peregrine Syariah Balanced

Plus

Pendapatan Tetap 1 PT Bhakti Asset Management Big Dana Likuid

Big Dana Muamalah

2 PT BNI Securities BNI Dana Plus

BNI Dana Syariah

3 PT PNM PNM Dana Sejahtera II

PNM Amanah Syariah

Sumber : Bapepam, 2008

65
4.2 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah

Berdasarkan Sharpe Ratio Metode

Berdasarkan penelitian kinerja (Tabel 4.2) menggunakan risk adjusted

return (sharpe ratio), reksadana Trim Kapital memiliki sharpe ratio yang lebih

unggul (0,799) dibandingkan dengan sharpe ratio reksadana Trim Syariah

Saham (0,681). Trim Syariah Berimbang membukukan nilai sharpe yang lebih

tinggi (1,124) dibandingkan dengan nilai sharpe reksadana Trim Kombinasi

(0,764). Reksadana Mega Dana Campuran memiliki nilai sharpe yang lebih

besar (1,410) dibandingkan dengan nilai sharpe Mega Dana Syariah (1,234).

Pada perusahaan investasi CIMB-GK Securities Indonesia, berdasarkan kriteria

nilai sharpe, produk reksadana kelolaannya yang berbasis syariah, yaitu

reksadana Kausar Balanced Growth Syariah lebih unggul dengan nilai sharpe

sebesar 0,491 dibandingkan dengan reksadana Arjuna Berkembang yang

memiliki nilai sharpe 0,472. Berdasarkan kriteria nilai sharpe, reksadana

kelolaan Euro Capital Peregrine yang berbasis konvensional, reksadana Euro

Peregrine Berimbang Plus, memiliki sharpe ratio yang lebih unggul (0,967)

dibandingkan dengan sharpe ratio reksadana berbasis syariah yang dikelolanya,

yaitu reksadana Euro Peregrine Syariah Balanced Plus (0,731). Pada periode

penilaian satu tahun produk reksadana campuran berbasis syariah maupun

berbasis konvensional yang dikelola perusahaan investasi Recapital Asset

Management, sama – sama memiliki sharpe ratio yang negatif. Reksadana

Capital Syariah dan Capital Flexi masing – masing memiliki sharpe ratio

sebesar -0,103 dan -0,249. kedua reksadana ini memiliki nilai sharpe yang

66
negatif karena imbal hasil yang diberikannya lebih kecil dibandingkan dengan

imbal hasil yang diberikan oleh aset bebas risiko (SBI). Pada penelitian periode

satu tahun, berdasarkan sharpe ratio, untuk kategori reksadana campuran yang

dikelola oleh Mandiri Investment Mgt. reksadana Investa Syariah Berimbang

unggul dengan sharpe ratio sebesar 2,367 sementara reksadana Investa Aktif

hanya memiliki nilai sharpe sebesar 1,134. Dengan sharpe ratio sebesar 0,891

reksadana AAA Amanah Syariah Fund, mampu mengalahkan sharpe ratio

reksadana AAA Balanced Fund (0,677), pada periode penilaian satu tahun.

Selama periode penilaian satu tahun, produk reksadana berbasis syariah yang

dikelola oleh Kresna Graha (IPB Syariah) tercatat memiliki nilai sharpe yang

lebih unggul dibandingkan dengan nilai sharpe produk reksadana berbasis

konvensional yang dikelolanya (IPB Kresna). Pada periode penilaian satu tahun,

reksadana IPB Syariah memiliki nilai sharpe sebesar 0,775 sementara reksadana

IPB Kresna memiliki nilai sharpe sebesar 0,533. Pada periode penilaian satu

tahun, reksadana Danareksa Syariah Berimbang memiliki nilai sharpe yang

lebih unggul (1,279) dibandingkan reksadana Anggrek yang memiliki sharpe

ratio sebesar 1,180. Berdasarkan kriteria sharpe ratio periode penilaian satu

tahun, reksadana campuran berbasis syariah maupun yang berbasis

konvensional yang dikelola perusahaan investasi BNI Securities sama- sama

memiliki sharpe ratio yang negatif. Reksadana Dana Flexible dan reksadana

Dana Plus Syariah yang dikeloa BNI Securities, masing – masing memiliki nilai

sharpe sebesar -0,039 dan -0,098. Pada penilaian periode satu tahun berdasarkan

sharpe, reksadana Big Dana Muamalah lebih unggul dibandingkan dengan

67
reksadana Big Dana Likuid. Reksadana Big Dana Muamalah tercatat memiliki

nilai sharpe sebesar 10,731. sedangkan reksadana Big Dana Likuid memiliki

nilai sharpe sebesar 7,371. Berdasarkan kriteria sharpe ratio periode satu tahun,

reksadana Amanah Syariah lebih unggul dibandingkan dengan reksadana Dana

Sejahtera II. Pada penilaian satu tahun, reksadana Amanah Syariah dan Dana

Sejahtera II yang dikelola oleh PNM, masing-masing memliki nilai sharpe

sebesar 3,151 dan 0,944. Pada penilaian peiode satu tahun, berdasarkan sharpe

ratio, untuk kategori reksadana pendapatan tetap yang dikelola oleh BNI

Securities, reksadana Dana Syariah lebih unggul dengan sharpe ratio sebesar

4,784, sementara reksadana Dana Plus justru memiliki nilai sharpe yang negatif

yaitu sebesar -0,328.

Tabel 4.2
Sharpe Ratio 1 Tahun
Syariah Konvensional
Sharpe
Ratio (1 Skor Sharpe Ratio Skor
Perusahaan Investasi Tahun) Sharpe (1 Tahun) Sharpe
Trimegah Securities (saham) 0.681 4 0.79 4
Trimegah Securities (campuran) 1.124 5 0.764 4
Mega Capital Ind. 1.234 5 1.41 5
CIMB-GK Sec. Ind. 0.491 4 0.472 4
Euro Capital Peregrine 0.731 4 0.967 5
Recapital Asset Mgt. -0.103 3 -0.249 3
Mandiri Mgt. Investasi 2.367 7 0.803 4
Andalan Artha Advisindo 0.891 4 0.677 4
Kresna Garaha 0.775 4 0.533 4
Danareksa 1.279 5 1.18 5
BNI Sec.(campuran) -0.098 3 -0.039 3
Bhakti Asset Mgt. 10.731 10 7.371 10
PNM 3.145 8 0.944 5
BNI Sec.(pendapatan tetap) 4.784 10 -0.328 5
Data : diolah, 2009

68
Grafiik 4.1 sharpe ratio 1 tahun Grafik 4.2 Skor sharpe 1 tahun

15 12
10
10 8
6
5 4
2
0 0

B NI

B NI
PNM
T rim egah
T rim egah

K res na
C IM B -G K

D anarek s a
A ndalan
M ega C apital

E uro C apital
R ec apital
M andiri M gt.

B hak ti A s s et
B NI
PNM
B NI
T rim egah
T rim egah

E uro
C IM B -G K

M andiri
R ec apital

B hak ti
M ega

D anarek s a
K res na
-5 A ndalan

Syariah Sharpe Ratio (1 Tahun)


Konvensional Sharpe Ratio (1 Tahun) Syariah Skor Sharpe Konvensional Skor Sharpe

Sedangkan untuk penilaian periode dua tahun (Tabel 4.3), reksadana

Capital Syariah membukukan nilai sharpe yang lebih superior, yaitu sebesar

0,209 dibandingkan dengan reksadana Capital Flexi yang memiliki nilai sharpe

sebesar 0,009. . Sementara pada penelitian periode dua tahun, berdasarkan

sharpe ratio, untuk kategori reksadana campuran yang dikelola oleh Mandiri

Invesment Management, reksadana Investa Syariah Berimbang unggul dengan

sharpe ratio sebesar 2.010 sementara reksadana Investa Aktif hanya memiliki

nilai sharpe sebesar 1.134. Untuk periode penilaian dua tahun (Tabel 4.3),

reksadana AAA Amanah Syariah Fund memiliki nilai sharpe sebesar 1,316

lebih unggul dibandingkan reksadana AAA Balanced Fund, yang memiliki nilai

sharpe sebesar 1,081. Sedangkan pada periode penilaian dua tahun, reksadana

IPB Syariah dan IPB Kresna, masing – masing memiliki nilai sharpe sebesar

0,698 dan 0,305. Pada periode penilaian dua tahun, produk reksadana kelolaan

Danareksa yang berbasis konvensional memiliki nilai sharpe yang lebih unggul

dibandingkan dengan nilai sharpe produk reksadana kelolaannya yang berbasis

syariah. Reksadana Anggrek dan Danareksa Syariah Berimbang masing –

69
masing memiliki nilai sharpe sebesar 1,057 dan 0,935. Untuk periode penilaian

dua tahun, reksadana Dana Flexible memiliki nilai sharpe yang lebih besar

(0,127), dibandingkan dengan reksadana Dana Plus Syariah yang memiliki nilai

sharpe sebsar 0,112. Pada periode penilaian dua tahun besarnya nilai sharpe dari

reksadana Amanah Syariah adalah sebesar 2,590 dan nilai sharpe dari reksadana

Dana Sejahtera II adalah sebesar 1,953. Untuk periode penilaian dua tahun,

reksadana Dana Syariah memiliki nilai sharpe yang lebih tinggi (4,177),

dibandingkan nilai sharpe reksadana Dana Plus yang memiliki nilai sharpe

sebesar 0,176.

Tabel 4.3
Sharpe ratio 2 tahun
Syariah Konvensional
Sharpe
Ratio (2 Skor Sharpe Ratio Skor
Perusahaan Investasi Tahun) Sharpe (2 Tahun) Sharpe
Recapital Asset Mgt. 0.209 3 0.009 2
Mandiri Mgt. Investasi 2.01 8 1.134 6
Andalan Artha Advisindo 1.316 6 1.801 5
Kresna Garaha 0.698 4 0.305 3
Danareksa 0.935 5 1.057 5
BNI Sec.(campuran) 0.112 2 0.127 2
PNM 2.59 10 1.953 8
BNI Sec.(pendapatan tetap) 4.177 10 0.176 3
Data : diolah, 2009

Grafik 4.3 Sharpe ratio 2 tahun Grafik 4.4 Skor Sharpe 2 tahun

5 12
4 10
3 8
2 6
4
1 2
0 0

Syariah Sharpe Ratio (2 Tahun)


Konvensional Sharpe Ratio (2 Tahun) Syariah Skor Sharpe Konvensional Skor Sharpe

70
Pada periode penilaian tiga tahun (Tabel 4.4), reksadana Anggrek juga

memiliki nilai sharpe yang lebih tinggi yaitu sebesar 0,788. sementara

reksadana Danareksa Syariah Berimbang memiliki nilai sharpe sebesar 0,769.

Sedangkan pada periode penilaian tiga tahun, reksadana Dana Plus Syariah

memiliki nilai sharpe yang lebih unggul (0,070), dibandingkan dengan

reksadana Dana Flexible yang memiliki nilai sharpe yang negatif, yaitu

sebesar -0,115. Sama halnya dengan periode penilaian satu tahun dan dua

tahun, pada periode penilaian tiga tahun pun, reksadana Dana Syariah

memiliki nilai sharpe yang lebih besar (0,040) dibandingkan dengan reksadana

Dana Plus yang justru memiliki nilai sharpe yang negatif (0,400).

Tabel 4.4
Sharpe ratio 3 tahun
Syariah Konvensional
Sharpe Ratio Skor Sharpe Ratio (3 Skor
Perusahaan Investasi (3 Tahun) Sharpe Tahun) Sharpe
Danareksa 0.768 9 0.787 9
BNI Sec.(campuran) 0.07 9 -0.115 5
BNI Sec.(pendapatan
tetap) 0.04 3 -0.4 2
Data : diolah, 2009

Grafik 4.5 Sharpe 3 tahun Grafik 4.6 Skor sharpe 3 tahun

1 10
8
0.5 6
4
2
0
0
Danareksa BNI BNI
Sec.(campuran) Sec.(pendapatan Danareksa BNI BNI
-0.5
tetap) Sec.(campuran) Sec.(pendapatan
tetap)
Syariah Sharpe Ratio (3 Tahun)
Konvensional Sharpe Ratio (3 Tahun) Syariah Skor Sharpe Konvensional Skor Sharpe

71
4.3 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah

Berdasarkan Jumlah NAB

Berdasarkan jumlah dana kelolaan (Tabel 4.5), per tanggal 14 Maret

2008, reksadana Trim Kapital unggul dengan nilai AUM (Asset Under

Management) mencapai lebih dari satu trilyun rupiah, mengalahkan reksadana

Trim Syariah Saham yang nilai AUM-nya sebesar Rp. 226,23 Miliar.

Tabel 4.5
Jumlah NAB
Perusahaan Investasi Syariah Konvensional
Jumlah NAB Skor NAB Jumlah NAB Skor NAB
Trimegah Securities 226,234,326,823.00 8 1,157,106,916,198.39 10
Trimegah Securities 125,533,746,114.00 6 2,864,657,091.97 4
Mega Capital Ind. 134,307,722,222.12 6 86,842,831,704.56 5
CIMB-GK Sec. Ind. 63,052,396,093.00 5 19,797,702,733.74 4
Euro Capital Peregrine 2,131,533,810.88 4 7,178,260,008.06 4
Recapital Asset Mgt. 67,401,016,570.03 5 14,668,435,473.67 4
Mandiri Mgt. Investasi 108,305,167,550.00 5 161,452,567,332.00 6
Andalan Artha Advisindo 49,470,503,310.21 4 38,748,139,175.89 4
Kresna Garaha 67,605,856,258.36 5 2,831,532,521.56 4
Danareksa 65,780,544,848.32 5 179,701,595,723.86 7
BNI Sec. 14,250,260,177.14 4 18,619,048.10 3
Bhakti Asset Mgt. 50,449,890,306.90 4 81,653,821,082.00 6
PNM 111,626,149,704.00 5 125,989,321,054.08 5
BNI Sec. 87,020,407,810.99 5 99,765,297,780.37 5
Data : diolah, 2009
Grafik 4.7 Jumlah NAB Grafik 4.8 Skor Jumlah NAB

1,400,000,000,000.00
12
1,200,000,000,000.00
1,000,000,000,000.00
10
800,000,000,000.00 8
600,000,000,000.00 6
400,000,000,000.00 4
200,000,000,000.00
2
0.00
0
D anarek s a
B N I S ec .

B N I S ec .
K res na
C IM B -G K
T rim egah
T rim egah

PNM
B hak ti
E uro
M ega

R ec apital
M andiri
A ndalan

Syariah Jumlah NAB Konvensional Jumlah NAB Syariah Skor NAB Konvensional Skor NAB

72
Berdasarkan besarnya jumlah dana kelolaan, per tanggal 14 Maret

2008, reksadana Trim Syariah Berimbang memiliki nilai AUM yang lebih

unggul yaitu sebesar Rp. 125,5 Miliar, sementara nilai AUM reksadana Trim

Kombinasi hanya sebesar Rp. 2,86 Miliar. Nilai AUM Reksadana Mega Dana

Syariah, per tanggal 14 Maret 2008 mampu mengalahkan nilai AUM

reksadana Mega Dana Campuran. Reksadana Mega Dana Syariah memiliki

nilai AUM sebesar Rp. 134,3 Miliar, sedangkan nilai AUM reksadana Mega

Dana Campuran sebesar Rp. 86,8 Miliar. Berdasarkan jumlah dana kelolaan,

per tanggal 14 Maret 2008, reksadana Kausar Balanced Growth Syariah

unggul dengan nilai AUM sebesar Rp. 63,05 Miliar, mengalahkan reksadana

Arjuna Berkembang yang nilai AUM-nya sebesar Rp. 19,8 Miliar.

Berdasarkan kriteria jumlah dana kelolaan, per tanggal 14 Maret 2008,

reksadana Euro Peregrine Berimbang Plus, memiliki nilai AUM yang lebih

besar (Rp. 7,18 Miliar) dibandingkan nilai AUM reksadana Euro Peregrine

Syariah Balanced Plus, yang hanya memiliki nilai AUM sebesar Rp. 2,13

Miliar. Berdasarkan jumlah dana kelolaan reksadana, per tanggal 14 Maret

2008, reksadana Capital Syariah memiliki nilai AUM sebesar Rp. 67,4 Miliar,

mengalahkan nilai AUM reksadana Capital Flexi yang memiliki nilai AUM

sebesar Rp. 14,67 Miliar. Berdasarkan jumlah dana kelolaan reksadana, pada

tanggal 14 Maret 2008, reksadana AAA Amanah Syariah Fund tercatat

memiliki nilai AUM yang lebih besar (yaitu sebesar Rp. 49,47 Miliar)

dibandingkan reksadana AAA Balanced Fund yang memiliki nilai AUM

sebesar Rp. 38,75 Miliar. Berdasarkan jumlah dana kelolaan reksadana, per

73
tanggal 14 Maret 2008, reksadana IPB Syariah lebih unggul jika dibandingkan

reksadana IPB Kresna, karena reksadana IPB Syariah memiliki nilai AUM

sebesar RP. 67,6 Miliar sementara jumlah dana kelolaan reksadana IPB

Kresna hanya sebesar Rp. 2,83 Miliar. Berdasarkan jumlah dana kelolaan

reksadana, per tanggal 14 Maret 2008, reksadana Anggrek membukukan nilai

AUM sebesar Rp. 179,7 Miliar. Sementara Reksadana Danareksa Syariah

Berimbang memiliki nilai AUM sebesar Rp. 65,78 Miliar. Reksadana Dana

Plus Syariah memiliki nilai AUM, sebesar Rp. 14,25 Miliar sedangkan

reksadana Dana Flexible hanya memiliki total dana kelolaan sebesar Rp. 18,6

juta per tanggal 14 Maret 2008. Berdasarkan jumlah dana kelolaan, per

tanggal 14 Maret 2008, reksadana Big Dana Likuid yang dikelola Bhakti

Asset Management lebih unggul, dengan nilai AUM sebesar Rp. 125,99

Miliar. Sementara, reksadana Big Dana Muamalah memiliki nilai AUM

sebesar Rp. 50,45 Miliar. Berdasarkan jumlah dana kelolaan, per tanggal 14

Maret 2008, reksadana Amanah Syariah tercatat memiliki nilai AUM yang

lebih besar (Rp. 111,63 Miliar) dibandingkan dengan nilai AUM reksadana

Dana Sejahtera II (Rp. 81,65 Miliar). Berdasarkan besarnya jumlah dana

kelolaan, per tanggal 14 Maret 2008, reksadana Dana Plus lebih unggul

dengan jumlah dana kelolaan sebesar Rp. 99,76 Miliar, dibandingkan dengan

reksadana Dana Syariah yang memiliki jumlah dana kelolaan sebesar Rp.

87,02 Miliar.

74
4.4 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah

Berdasarkan pertumbuhan NAB

Dalam satu tahun terakhir ( terhitung sejak 14 Maret 2007 sampai 14

Maret 2008), reksadana Trim Syariah Saham tercatat memiliki pertumbuhan

jumlah dana kelolaan periode satu tahun (Tabel 4.6), sebesar 474,55%,

sementara jumlah dana kelolaan reksadana Trim Kapital hanya mengalami

pertumbuhan sebesar 88,76%. Nilai AUM reksadana Trim Syariah Berimbang

mengalami pertumbuhan hingga sebesar 1389,98 %. Sedangkan reksadana Trim

Kombinasi, untuk periode yang sama, justru mengalami penurunan nilai AUM

sebesar -56,07 %. Nilai AUM reksadana Mega Dana Syariah mengalami

pertumbuhan sebesar 756,79 %. Sedangkan reksadana Trim Kombinasi

mengalami peningkatan Nilai AUM sebesar 119,85 % untuk periode yang sama.

Nilai AUM reksadana Kausar Balanced Growth Syariah mengalami

pertumbuhan sebesar 6,46 %. Sedangkan reksadana Arjuna Berkembang pada

periode yang sama, justru mengalami pertumbuhan nilai AUM yang negatif

yaitu sebesar -51,62 %. Nilai AUM reksadana Euro Peregrine Syariah Balanced

Plus mengalami peningkatan sebesar 23,83 %, sedangkan reksadana Euro

Peregrine Berimbang Plus justru mengalami penurunan nilai AUM sebesar -

16,87 % pada periode yang sama. Nilai AUM reksadana Capital Syariah

maupun reksadana Capital Flexi sama – sama mengalami pertumbuhan yang

negatif. Nilai reksadana Capital Syariah turun sebesar -3,80 %, sedangkan

reksadana Capital Flexi yang mengalami penurunan nilai AUM dengan

persentase yang lebih besar, yaitu sebesar -23,96 %. Reksadana Investa Syariah

75
Berimbang mencatat pertumbuhan nilai AUM yang positif sebesar 544,44 %

sedangkan nilai AUM reksadana Investa Aktif mengalami peningkatan sebesar

138,10 %. Reksadana AAA Amanah Syariah Fund mengalami pertumbuhan

nilai AUM yang lebih besar (43,29 %) dibandingkan dengan nilai AUM AAA

Balanced Fund yang tumbuh sebesar 27,89 %. Nilai AUM reksadana IPB

Syariah mengalami pertumbuhan sebesar 316,04 %, sedangkan nilai AUM

reksadana IPB Kresna justru mengalami penurunan sebesar -19,71 %.

Reksadana Anggrek mengalami pertumbuhan nilai AUM yang lebih besar

(72,79 %) dibandingkan dengan nilai AUM reksadana Danareksa Syariah

Berimbang yang tumbuh sebesar 46,03 %. Reksadana Dana Plus Syariah

mencatat pertumbuhan nilai AUM yang positif sebesar 90,76 %. Sedangkan

nilai AUM reksadana Dana Flexible justru mengalami pertumbuhan nilai AUM

yang negatif, yaitu sebesar -99,73 %. Reksadana Big Dana Muamalah telah

mengalami pertambahan nilai AUM sebesar 201,83 %. Sedangkan reksadna Big

Dana Likuid justru mengalami penurunan nilai AUM selama periode tersebut

sebesar -6,57 %. Nilai AUM reksadana Dana Sejahtera II mengalami

pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan nilai AUM

reksadana Amanah Syariah. Nilai AUM reksadana Dana Sejahtera II tumbuh

sebesar 62,16 % sedangkan reksadana Amanah Syariah mengalami

pertumbuhan nilai AUM sebesar 48,86 %. Reksadana Dana Syariah mengalami

pertumbuhan nilai AUM yang positif sebesar 21,45%, sementara reksadana

Dana Plus justru mengalami pertumbuhan nilai AUM yang negatif sebesar -

30,35%.

76
Tabel 4.6
Jumlah Pertumbuhan NAB 1 tahun
Syariah Konvensional
skor Growth growth NAB 1 skor Growth
Perusahaan Investasi growth NAB 1 tahun NAB tahun NAB
Trimegah Securities 474.55% 9 88.76% 5
Trimegah Securities -56.07% 10 1389.98% 3
Mega Capital Ind. 119.85% 10 756.79% 5
CIMB-GK Sec. Ind. -51.62% 4 6.46% 3
Euro Capital Peregrine -16.87% 4 23.83% 3
Recapital Asset Mgt. -23.96% 4 -3.80% 3
Mandiri Mgt. Investasi 138,10% 9 544.44% 5
Andalan Artha 27.89% 43.29%
Advisindo 4 4
Kresna Garaha -19.71% 8 316.04% 3
Danareksa 72,79% 4 46.03% 5
BNI Sec. -99.73% 5 90.76% 3
Bhakti Asset Mgt. -6.57% 6 201.83% 4
PNM 62.16% 4 48.86% 4
BNI Sec. -30.35% 4 21.45% 3
Data : diolah, 2009

Grafik 4.9 Growth NAB 1 tahun Graik 4.10 Skor Growth NAB 1 tahun

1500.00% 12

10
1000.00% Syariah skor
8 Grow th NAB
500.00% 6
Konvensional
4 skor Grow th
0.00%
NAB
2
-500.00%
0

Syariah grow th NAB 1 tahun


Konvensional grow th NAB 1 tahun

77
Tabel 4.7
Jumlah Petumbuhan NAB 2 tahun

Syariah Konvensional
growth NAB 2 skor Growth growth NAB 2 skor Growth
Perusahaan Investasi tahun NAB tahun NAB
Recapital Asset Mgt. 38.14% 3 -65.68% 2
Mandiri Mgt. Investasi 846.72% 10 429.98% 8
Andalan Artha Advisindo 226.53% 6 387.01% 8
Kresna Garaha 548.06% 9 -14.86% 2
Danareksa 457.71% 9 461.22% 9
BNI Sec. 159.48% 5 -99.96% 2
PNM 210.57% 5 60.10% 3
BNI Sec. -4.59% 3 -59.61% 2
Data : diolah, 2009
Grafik 4.11 growth NAB 2 tahun Grafik 4.12 Skor Growth NAB 2 tahun

1000.00% 12
800.00% 10
8
600.00% 6
400.00% 4
2
200.00% 0
0.00%
-200.00%

Syariah grow th NAB 2 tahun Syariah skor Growth NAB


Konvensional grow th NAB 2 tahun Konvensional skor Growth NAB

Selama periode dua tahun (14 Maret 2006 hingga 14 Maret 2008),

reksadana Investa Syariah Berimbang telah mengalami Peningkatan nilai AUM

(Tabel 4.7) sebesar 846,72 % sementara nilai AUM reksadana Investa Aktif

tumbuh sebesar 429,98 % pada periode tersebut. Nilai AUM reksadana AAA

Balanced Fund telah tumbuh sebesar 387,01 %, sementara reksadana AAA

Amanah Syariah Fund memiliki persentase pertumbuhan nilai AUM yang lebih

kecil yaitu sebesar 226,53 %. Reksadana IPB Syariah mengalami peningkatan

nilai AUM sebesar 584,06 %, sementara reksadana IPB Kresna mengalami

78
penurunan sebesar -14,68 %. Reksadana Anggrek memiliki nilai AUM yang

pertumbuhannya lebih besar (461,22 %) dibandingkan pertumbuhan nilai AUM

reksadana Danareksa Syariah Berimbang (457,71 %). Reksadana Dana Plus

Syariah telah mengalami peningkatan nilai AUM sebesar 159,48 % sementara

nilai AUM reksadana Dana Flexible mengalami penurunan sebesar -99,96 %

pada periode tersebut. Reksadana Amanah Syariah justru telah menglami

peningkatan nilai AUM yang lebih besar (210,57 %) daripada peningkatan nilai

AUM reksadana Dana Sejahtera II (60,10 %). Reksadana Dana Syariah maupun

Dana Plus sama – sama mengalami penurunan nilai AUM. Nilai AUM

reksadana Dana Syariah turun sebesar -4,59%, sedangkan nilai AUM reksadana

Dana Plus turun dengan persentase yang lebih besar (-59,61%).

Tabel 4.8
Jumlah Petumbuhan NAB 3 tahun
Syariah Konvensional
skor Growth growth NAB 3 skor Growth
Perusahaan Investasi growth NAB 3 tahun NAB tahun NAB
Danareksa 290.21% 10 103.73% 8
BNI Sec. -49.74% 4 -99.97% 3
BNI Sec. -54.87% 4 -98.20% 3
Data : diolah, 2009

Akan tetapi untuk jangka waktu yang lebih lama, yaitu selama periode tiga

tahun (sejak 14 Maret 2005 hingga 14 Maret 2008), nilai AUM reksadana

Danareksa Syariah Berimbang telah tumbuh sebesar 290,21 %. Sementara

reksadana Anggrek memiliki persentase pertumbuhan nilai AUM yang lebih

kecil yaitu sebesar 103,73 %. Kedua reksadana ini sama – sama telah

mengalami penurunan nilai AUM. Reksadana Dana Plus Syariah mengalami

penurunan total dana kelolaan sebesar -49,74 %, sedangkan reksadana Dana

79
Flexible mengalami penurunan total dana kelolaan sebesar -99,97 %. Kedua

produk ini juga sama – sama mngalami penurunan nilai AUM. Reksadana Dana

Syariah turun -54,87%, sedangkan nilai AUM reksadana Dana Plus turun

sebesar -98,20%.
Grafik 4.13 growth NAB 3 tahiun Grafik 4.14 skor growth reksadana 3
tahun
400.00%
12
300.00%
10
200.00%
8
100.00%
6
0.00%
4
Danareksa BNI Sec. BNI Sec.
-100.00% 2
-200.00% 0
Danareksa BNI Sec. BNI Sec.
Syariah grow th NAB 3 tahun
Konvensional grow th NAB 3 tahun skor Grow th NAB skor Grow th NAB

4.5 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah

Berdasarkan Biaya Reksadana

Besarnya biaya reksadana (Tabel 4.9) yang ditetapkan oleh Trimegah

Securities untuk produk reksadana kategori saham kelolaannya ditetapkan

sama besarnya baik untuk yang berbasis syariah maupun yang berbasis

konvensional yaitu sebesar 6,22%. Untuk Produk reksadana Kategori

campuran yang dikelolanya, baik untuk produk reksadana berbasis syariah

maupun konvensional, Trimegah Securities menetapkan biaya reksadana yang

sama besarnya yaitu sebesar 8,25 %. Biaya reksadana yang ditetapkan oleh

Mega Capital Indonesia, baik untuk produk reksadana berbasis syariah

maupun konvensional dalam kategori reksadana campuran adalah sama

besarnya yaitu sebesar 4,25 %. Besarnya biaya reksadana yang ditetapkan oleh

80
CIMB-GK Securities Indonesia untuk produk reksadana kategori campuran

kelolaannya ditetapkan sama besarnya baik untuk yang berbasis syariah

maupun yang berbasis konvensional, yaitu sebesar 3,75 %. Pada perusahaan

investasi Euro Capital Peregrine, biaya reksadana kategori reksadana

campuran ditetapkan sama besarnya baik untuk produk reksadana berbasis

syariah maupun konvensional yaitu sebesar 5,75 %. Reksadana Capital

Syariah dan Capital Flexi yang merupakan reksadana kategori campuran yang

dikelola oleh Recapital Asset Management, memiliki biaya reksadana yang

sama besarnya, yaitu sebesar 2,25 %. Mandiri Investment Management

menetapkan besarnya biaya reksadana yang sama besarnya untuk produk

reksadana kategori campuran kelolaannya, baik untuk produk reksadana yang

berbasis syariah maupun yang berbasis konvensional, yaitu sebesar 4,75 %.

Andalan Artha Advisindo menetapkan biaya reksadana yang lebih murah

untuk produk reksadana yang berbasis syariah (AAA Amanah Syariah Fund)

yaitu sebesar 2,75 % sementara pada produk kelolaannya yang berbasis

konvensional ditetapkan biaya reksadana sebesar 3,25 %. Kresna Graha

menetapkan biaya reksadana yang sama besarnya untuk produk reksadananya

yang berbasis syariah (IPB Syariah) maupun untuk produk kelolaannya yang

berbasis konvensional (IPB Kresna) yaitu sebesar 2,25 %. Besarnya biaya

reksadana yang ditetapkan oleh Danareksa untuk produk reksadana kategori

campuran yang dikelolanya, baik untuk reksadana berbasis syariah (Danareksa

Syariah Berimbang) maupun konvensional (Anggrek), adalah sama besarnya

yaitu sebesar 3,15 %. Besarnya biaya reksadana yang ditetapkan oleh BNI

81
Securities untuk produk reksadana kategori campuran kelolaannya ditetapkan

sama besarnya baik untuk yang berbasis syariah maupun yang berbasis

konvensional, yaitu sebesar 3,05 %. Untuk kategori reksadana pendapatan

tetap, Bhakti Asset Management menetapkan biaya reksadana yang berbeda

untuk produk reksadananya yang berbasis syariah dengan produk

reksadananya yang berbasis konvensional. Biaya reksadana yang dikenakan

pada reksadana Big Dana Muamalah adalah sebesar 4 % sementara pada

reksadana Big Dana Likuid ditetapkan biaya yang lebih besar yaitu 5 %.

Untuk kategori reksadana pendapatan tetap, PNM Investment Management

menetapkan biaya reksadana yang sama besarnya, yaitu sebesar 3,75%, baik

untuk produk reksadana kelolaannya yang berbasis syariah maupun yang

berbasis konvensional. Pada kategori reksadana pendapatan tetap, BNI

Securities menetapkan biaya reksadana yang lebih tinggi untuk produk

reksadananya yang berbasis Syariah (reksadana Dana Syariah) yaitu sebesar

2,25%, sementara pada produk kelolaannya yang berbasis konvensional

ditetapkan biaya reksadana sebesar 1,85%.

Grafik 4.15 Biaya Reksadana

9.00%
8.00%
7.00%
6.00%
5.00%
4.00%
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%

Syariah Biaya Reksadana Konvensional Biaya Reksadana

82
Tabel 4.9
Biaya Reksadana

Syariah Konvensional
Biaya skor biaya Biaya skor biaya
Perusahaan Investasi Reksadana reksadana Reksadana reksadana
Trimegah Securities 6.22% 6.22%
(saham) 2 2
Trimegah Securities 8.25% 8.25%
(campuran) 1 1
Mega Capital Ind. 4.25% 5 4.25% 5
CIMB-GK Sec. Ind. 3.75% 6 3.75% 6
Euro Capital Peregrine 5.75% 2 5.75% 2
Recapital Asset Mgt. 2.25% 9 2.25% 9
Mandiri Mgt. Investasi 4.75% 4 4.75% 4
Andalan Artha 2.75% 3.25%
Advisindo 8 7
Kresna Garaha 2.25% 9 2.25% 9
Danareksa 3.15% 8 3.15% 8
BNI Sec.(campuran) 3.05% 8 3.05% 8
Bhakti Asset Mgt. 4.00% 6 5.00% 3
PNM 3.75% 6 3.75% 6
BNI Sec.(pendapatan 2.25% 1.85%
tetap) 9 10
Data : diolah, 2009

Grafik 4.16 Skor Biaya Reksadana

12
10
8
6
4
2
0

Syariah skor biaya reksadana Konvensional skor biaya reksadana

83
4.6 Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Konvensional Dan Syariah

Berdasarkan Skor Total

Pada penilaian kinerja satu tahun (Tabel 4.10), berdasarkan empat kriteria

yang digunakan (sharpe ratio, AUM, pertumbuhan AUM, dan biaya reksadana),

reksadana Trim Kapital yang dikelola Trimegah Securities muncul sebagai juara

untuk kategori reksadana saham dengan skor total 5,7, mengalahkan kinerja

reksadana berbasis syariah yang dikelola perusahaan investasi tersebut, yaitu

reksadana Trim Syariah Saham yang memberikan skor total sebesar 5,5.

Berdasarkan penilaian kinerja satu tahun, pada perusahaan investasi Trimegah

Securities, reksadana kelolaannya yang berbasis syariah yaitu reksadana Trim

Syariah Berimbang muncul sebagai jawara dengan skor total 5,4 mengalahkan

kinerja reksadana Trim Kombinasi yang memiliki skor total sebesar 3,6.

Berdasarkan penilaian kinerja satu tahun, pada perusahaan investasi Trimegah

Securities, reksadana kelolaannya yang berbasis syariah yaitu reksadana Trim

Syariah Berimbang muncul sebagai jawara dengan skor total 5,4 mengalahkan

kinerja reksadana Trim Kombinasi yang memiliki skor total sebesar 3,6. Pada

perusahaan investasi CIMB-GK Securities Indonesia, untuk kategori reksadana

campuran kinerja reksadana satu tahun dimenangkan oleh reksadana Kausar

Balanced Growth Syariah dengan skor total sebesar 4,5 sementara reksadana

Arjuna Berkembang hanya memiliki skor total sebesar 4,1. Pada perusahaan

investasi Euro Capital Peregrine, berdasarkan penilaian kinerja satu tahun,

produk reksadana berbasis konvensional kelolaannya yaitu reksadana Euro

Peregrine Berimbang Plus tampil sebagai jawara dengan skor total sebesar 4,2

84
mengalahkan kinerja reksadana Euro Peregrine Syariah Balanced Plus yang

memiliki total skor 3,8. Berdasarkan empat kriteria yang digunakan dalam

penilaian kinerja reksadana, selama periode satu tahun, produk reksadana

Syariah yang dikelola oleh Recapital Asset Management, reksadana Capital

Syariah, membukukan kinerja yang lebih baik dengan skor total 4,3

dibandingkan kinerja reksadana berbasis konvensional kelolaannya yaitu

reksadana Capital Flexi yang mencatat skor total sebesar 3,9. Pada perusahaan

investasi Andalan Artha Advisindo, berdasarkan penilaian kinerja satu tahun,

produk reksadana berbasis syariah kelolaannya yaitu reksadana AAA Amanah

Syariah Fund unggul dengan skor total 4,4 mengalahkan kinerja Reksadana

AAA Balanced Fund yang memiliki skor total 4,3. Berdasarkan empat kriteria

yang digunakan, pada periode penilaian kinerja reksadana satu tahun maupun

dua tahun, produk reksadana syariah yang dikelola oleh Kresna Graha,

reksadana IPB Syariah, membukukan kinerja yang lebih baik dibandingkan

kinerja produk reksadana berbasis konvensional kelolaannya yaitu reksadana

IPB Kresna. Pada penilaian kinerja satu tahun, reksadana IPB Syariah tercatat

memiliki skor total sebesar 5,2 sementara reksadana IPB Kresna skor total

sebesar 4,4. Berdasarkan empat kriteria yang digunakan dalam penilaian kinerja

reksadana, selama periode satu tahun, dua tahun, maupun tiga tahun, produk

reksadana syariah yang dikelola oleh BNI Securities, reksadana Dana Plus

Syariah, membukukan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja

reksadana berbasis konvensional kelolaannya yaitu reksadana Dana Flexible.

Pada penilaian kinerja satu tahun, reksadana Dana Plus Syariah unggul dengan

85
skor total 4, sedangkan reksadana Dana Flexible memiliki skor total sebesar 3,5.

Pada penilaian kinerja satu tahun, reksadana Big Dana Likuid yang dikelola

Bhakti Asset Management muncul sebagai juara untuk kategori reksadana

pendapatan tetap dengan skor total 7,5 mengalahkan kinerja reksadana berbasis

syariah yang dikelola perusahaan investasi tersebut, yaitu reksadana Big Dana

Muamalah yang membukukan skor 7,4. Pada penelitian kinerja satu tahun,

reksadana berbasis syariah yang dikelola PNM Invesment Management, yaitu

reksadana Amanah Syariah, tercatat memiliki kinerja yang lebih unggul dengan

skor total sebesar 6,5, dibandingkan dengan kinerja reksadana berbasis

konvensional yang juga dikelola oleh PNM Invesment Management, yaitu

reksadana Dana Sejahtera II yang memiliki skor total sebesar 5. Untuk kategori

reksadana pendapatan tetap yang dikelola oleh BNI Securities, berdasarkan

empat kriteria yang digunakan dalam penilaian kinerja reksadana, pada periode

penilaian satu tahun, dua tahun, maupun tiga tahun, produk reksadana syariah

yang dikelolanya, reksadana Dana Syariah, selalu membukukan kinerja yang

lebih baik dibandingkan kinerja produk reksadana berbasis konvensional

kelolaannya yaitu reksadana Dana Plus. Pada penilaian kinerja satu tahun,

reksadana Dana Syariah tercatat memiliki skor total sebesar 7,8, sementara

reksadana Dana Plus memiliki skor total sebesar 4,3.

Sedangkan pada penilaian kinerja dua tahun, reksadana Capital

Syariah kembali unggul dengan total skor 4,2 sementara reksadana Capital

Flexi memiliki skor total sebesar 3,3.

86
Tabel 4.10
Kinerja Skor Total
Syariah Konvensional
total total total total total
skor 1 skor 2 skor 3 total skor 1 skor 2 skor 3
Perusahaan Investasi tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Trimegah Securities (saham) 5.5 5.7
Trimegah Securities
(campuran) 5.4 3.6
Mega Capital Ind. 5.8 5
CIMB-GK Sec. Ind. 4.5 4.1
Euro Capital Peregrine 3.8 4.2
Recapital Asset Mgt. 4.3 4.2 3.9 3.3
Mandiri Mgt. Investasi 6.3 6.9 4.7 6.1
Andalan Artha Advisindo 4.4 5.6 4.3 5.2
Kresna Garaha 5.2 5.4 4.4 3.9
Danareksa 5.2 5.5 7.8 5.9 5.8 8.2
BNI Sec.(campuran) 4 3.5 4.9 3.5 2.9 3.5
Bhakti Asset Mgt. 7.4 7.5
PNM 6.5 7.7 5 6.5
BNI Sec.(pendapatan tetap) 7.8 7.7 4.8 4.3 4.2 3.8
Data : diolah, 2009

Untuk penilaian kinerja periode dua tahun, reksadana Investa Syariah

Berimbang juga mencatatkan kinerja yang lebih unggul dengan skor total 6,9

dibandingkan dengan kinerja reksadana Investa Aktif yang memiliki skor total

6. Untuk penilaian periode dua tahun, reksadana AAA Amanah Syariah Fund

juga memiliki kinerja yang lebih unggul dengan skor total 5,6 dibandingkan

dengan kinerja reksadana AAA Balanced Fund yang membukukan skor total

sebesar 5,2. Sedangkan pada penilaian kinerja dua tahun, dengan skor total 5,3

reksadana IPB Syariah mengungguli kinerja reksadana IPB Kresna yang

memiliki skor total sebesar 3,8. Sedangkan pada penilaian kinerja dua tahun,

reksadana Dana Plus Syariah memiliki skor total 3,5 mengalahkan reksadana

Dana Flexible yang memiliki skor total 2,9. sama halnya dengan penilaian

kinerja satu tahun, pada penilaian kinerja dua tahun pun, reksadana Amanah

87
Syariah juga memiliki kinerja yang lebih unggul dengan skor total 7,6,

dibandingkan dengan kinerja Dana Sejahtera II yang memiliki skor total 6,4.

Sedangkan pada penilaian kinerja dua tahun, dengan skor total 7,7, reksadana

Dana Syariah mengungguli kinerja reksadana Dana Plus yang memiliki skor

total sebesar 4,2.

Untuk kinerja tiga tahun, reksadana Dana Plus Syariah dan Dana Flexible,

masing-masing memiliki skor total 4,9 dan 3,5. Pada periode penilaian tiga

tahun, reksadana Dana Syariah dan reksadana Dana Plus, masing – masing

memiliki skor total 4,8 dan 3,8.

4.7 Analisis Kinerja Reksadana Pada Semua Perusahaan yang Dijadikan

Objek Penelitian

Berdasarkan penelitian kinerja (Tabel 4.11) menggunakan risk

adjusted return (sharpe ratio), semua reksadana syariah memiliki rata-rata

sharpe ratio satu tahun, dua tahun, maupun tiga tahun (2.005, 1.505, 0.292)

yang lebih unggul dibandingkan dengan rata-rata sharpe ratio semua

reksadana konvensional (1.143, 0.820, 0.090). sharpe ratio 1 tahun tertinggi

untuk reksadana syariah adalah 10.731 (Big Dana Muamalah) yang dipegang

oleh Bhakti Asset Management dan untuk sharpe ratio dua tahun tertinggi

dipegang oleh BNI Sec. dengan angka 4.177 (Dana Syariah), dan pada

sharperatio 3 tahun dipegang oleh Danareksa (0.768) lewat reksadana Syariah

Berimbang. Sharpe ratio terendah untuk periode 1 tahun, dua tahun, dan tiga

tahun berturut-turut adalah -0.098 (BNI Securities, Dana Plus Syariah), 0.112

88
(BNI Securities, Dana Plus Syariah), 0.040 (BNI Securities, Dana Syariah).

Sedangkan untuk konvensional yang tertinggi 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun

adalah 7,371(Bhakti Asset Management, Big Dana Likuid), 1.953 (PNM,

Dana Sejahtera 2), Anggrek (0.787) yang terendah selama 1 tahun, 2 tahun

dan tiga tahun adalah -0.249 (Recapital Asset Mgt, Capital Flexi.), 0.009

(Recapital Asset Mgt, Capital Flexi.), -0.400 (BNI Sec, Dana Plus)

Berdasarkan jumlah dana kelolaan per tanggal 14 Maret 2008, rata-rata

reksadana konvensional unggul dengan nilai AUM (Asset Under

Management) mencapai lebih dari seratus miliar rupiah, mengalahkan

reksadana syariah yang dikelola semua perusahaan dengan nilai rata-rata

AUM-nya sebesar Rp. 83 Miliar. Untuk reksadana syariah AUM tertinggi

adalah Rp.226.234.326.823,00 (Trimegah, Trim Syariah Saham), sedangkan

yang terendah adalah Rp.2.131.533.810,88 (Euro Capital Peregrine, Euro

Peregrine Syariah Berimbang Plus). Pada Reksadana konvensional AUM

tertinggi adalah Rp1.157.106.916.198,39 (Trimegah, Tri Kapital) dan yang

terendah adalah Rp.18.619.048,10 (BNI Sec. Dana Flexible)

Dalam tiga tahun terakhir ( terhitung sejak 14 Maret 2005 sampai 14

Maret 2008), semua reksadana syariah tercatat memiliki rata-rata

pertumbuhan jumlah dana kelolaan periode satu tahun, dua tahun, dan tiga

tahun sebesar 282.89%, 310.32%, 61.87%. Sementara rata-rata jumlah dana

kelolaan reksadana konvensional hanya mengalami pertumbuhan sebesar

14.61%, 137.28%, -31.48%. Sedangkan pertumbuhan AUM yang tertinggi

selama 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun pada reksadana syariah adalah 1389.98%

89
(Trimegah, Trim Syariah Saham), 846.72% (Mandiri Mgt. Invesment, Investa

Syariah Berimbang), 290.21% (Danareksa, Syariah Berimbang) dan yang

terendah pada 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun adalah -3.80% (Recapital Asset

Mgt, Capital Syariah), -4.59% (BNI Sec. Dana Syariah) -54.87% (BNI Sec.

Dana Syariah). Sedangkan pada reksadana konvensional yang tertinggi pada 1

tahun, 2 tahun,dan 3 tahun adalah 138.10% (Mandiri Mgt. Investasi, Mandiri

Investa Aktif), 461.22% (Danareksa, Anggrek), 103.73% (Danareksa,

Anggrek) dan yang terendah adalah -99.73 (BNI Sec. Dana Flexible), -99.96%

(BNI Sec. Dana Flexible), -99.97% (BNI Sec. Dana Flexible).

Besarnya rata – rata biaya reksadana yang ditetapkan ada untuk

reksadana konvensional diperoleh rata –rata yang besarnya 4.03%, sedangkan

untuk rata-rata biaya reksadana yang berbasis syariah yaitu sebesar 4.10%.

Yang tertinggi pada Syariah dan Konvensional adalah 8.25% (Trimegah, Trim

Kombinasi dan Trim Syariah Berimbang). Yang terendah pada konvensional

adalah 1.85% (BNI Sec, Dana Plus), sedangkan pada Syariah adalah 2.25%

ada pada tiga reksadana yaitu Dana Syariah, IPB Syariah, Capital Syariah

Berdasarkan penelitian kinerja menggunakan skor pada empat

indikator yang digunakan, dalam rata-rata skor sharpe ratio dalam tiga tahun.

seluruh reksadana syariah mendapatkan skor rata-rata yaitu 5.4, 6, 7. dan pada

rata-rata skor sharpe ratio seluruh reksadana konvensional adalah 4.6, 4.3, 5.3.

Pada besarnya AUM, kedua reksadana sama mendapatakan skor rata-

rata sebesar 5.1 dan pada pertumbuhan AUM besarnya rata-rata skor

reksadana syariah selama tiga tahun adalah 6.1, 6.3, 6. sedangkan pada

90
reksadana konvensional besarnya skor rata-rata pertumbuhan AUM adalah

3.8, 4.5, 4.6. Dan pada biaya reksadana, rata-rata skor reksadana syariah yaitu

5.9 dan rata-rata skor pada reksadana konvensional yaitu 5.7.

Tabel 4.11
Kinerja Reksadana
Syariah
Pertumbuhan
Sharpe ratio NAB
2 3 Biaya
Kategori 1 tahun tahun tahun Jumlah NAB 1 tahun 2 tahun 3 tahun Reksadana
Mean 2.005 1.505 0.292 83.797.822.971,28 282.89% 310.32% 61.87% 4.03%
Tertinggi 10.731 4.177 0.768 226.234.326.823,00 1389.98% 846.72% 290.21% 8.25%
Terendah -0.098 0.112 0.04 2.131.533.810,88 -3.80% -4.59% -54.87% 2.25%

Konvensional
Pertumbuhan
Sharpe ratio NAB
1 3 Biaya
Kategori tahun 2 tahun tahun Jumlah NAB 1 tahun 2 tahun 3 tahun Reksadana
Mean 1.143 0.82 0.09 141.329.978.352,14 14.61% 137.28% -31.48% 4.10%
Tertinggi 7.371 1.953 0.787 1.157.106.916.198,39 474.55% 461.22% 103.73% 8.25%
Terendah -0.328 0.009 -0.4 18.619.048,10 -99.73% -99.96% -99.97% 1.85%

Data : diolah, 2009

Pada penilaian kinerja , berdasarkan empat kriteria yang digunakan

(sharpe ratio, AUM, pertumbuhan AUM, dan biaya reksadana), reksadana

Syariah yang meiliki kinerja yang lebih baik untuk dengan skor total selama

tiga tahun 5.4, 5.8 5.8, mengalahkan kinerja reksadana berbasis konvensional

yang ada dalam penelitian, yang memberikan skor total selama tiga tahun 4.7,

4.7, 5.16.

91
4.8 Uji T

Untuk mengetahui apakah antara kinerja produk reksadana berbasis syariah

dengan kinerja produk reksadana berbasis konvensional benar – benar bisa

diperbandingkan yaitu dengan mengetahui ada tidaknya perbedaan rata – rata

antara kinerja kedua sub kategori reksadana terebut maka dilakukan T-tet (Uji T)

atau uji beda rata – rata dua kelompok sample independent di dalam penelitian ini.

Dengan hipotesis-nya adalah :

H0 : “tidak ada perbedaan rata – rata kinerja antara reksadana berbasis

syariah dengan reksadana berbasis konvensional”

H1 : “ada perbedaan rata – rata kinerja antara reksadana berbasis syariah

dengan reksadana berbasis konvensional”

Significance level yang dipakai adalah 0,05 (atau Confidence level 95%)

dengan memakai 2-tailed. Dari tabel T-test di bawah, terlihat angka Sig. sebesar

0.111. angka ini lebih besar dari angka significance level (0,025). Berarti H0

diterima, sehingga secara statistik tidak ada perbedaan rata-rata total skor (kinerja)

antara produk reksadana yang berbasis syariah dengan produk reksadana yang

berbasis konvensional. Hal ini berarti pula bahwa kinerja dari kedua sub kategori

reksadana tersebut memang bisa diperbandingkan

92
Dengan menggunakan software SPSS, maka diperoleh output sebagai berikut :

Group Statistics

N Mean Std.Deviation Std. Error


Mean
VAR00003
Total Skor 14 4.7143 1.05892 .28301
Konvensional (Kinerja)
Syariah 14 5.4286 1.22627 .32773

Independent Sample Test

Levene’s Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig.(2-tailed) Mean Std. Error 95% Confidence
Differenc Difference Interval of the
e Difference
Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower
Total Equal .430 .518 -1.650 26 .111 -.71429 .43302 -1.60437 .175
Skor variances
(kinerja) assumed
Equal -1.650 -25.460 .111 -.71429 .43302 -1.60529 .176
variances
not
assumed

93
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari seluruh uraian dan perubahan yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Berdasarkan hasil penelitian, untuk kategori reksadana saham, produk

reksadana berbasis konvensional yang dikelola Trimegah Securities,

memiliki sharpe ratio yang lebih besar dibandingkan dengan sharpe ratio

produk reksadana kelolaannya yang berbasis syariah. Untuk kategori

reksadana campuran periode penilaian satu tahun, tujuh dari sepuluh

perusahaan investasi yang dinilai memiliki produk reksadana berbasis

syariah dengan sharpe ratio yang lebih unggul dibandingkan dengan

sharpe ratio produk reksadana berbasis konvensional kelolaannya.

Ketujuh perusahaan investasi tersebut adalah Trimegah Securities, CIMB-

GK Securities Indonesia, Recapital Asset Management, Andalan Artha

Advisindo, Kresna Graha, dan Danareksa. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pada pemeringkatan reksadana berdasarkan nilai sharpe periode

satu tahun, dari sepuluh reksadana dengan nilai sharpe tertinggi, enam

diantaranya adalah reksadana berbasis syariah, dengan reksadana Investa

Syariah Berimbang yang menduduki posisi teratas. Pada kategori

reksadana campuran periode penilaian dua tahun, empat dari enam

perusahaan investasi yang dinilai, memiliki produk reksadana berbasis

94
syariah dengan sharpe ratio yang lebih besar dibandingkan dengan sharpe

ratio produk reksadana berbasis konvensional kelolaannya. Keempat

perusahaan investasi tersebut adalah Recapital Asset Management,

Mandiri Investment Management, Andalan Artha Advisindo, dan Kresna

Graha. Untuk penilaian perode tiga tahun pada kategori reksadana

campuran, perusahaan BNI Securities memiliki produk reksadana berbasis

syariah dengan sharpe ratio yang lebih unggul dibandingkan dengan

sharpe ratio produk reksadana berbasis konvensional kelolaannya,

Table 5.1
Peringkat Sharpe Ratio Reksadana Campuran
Periode Satu Tahun
No. Reksadana Sharpe Ratio
1 Investa Syariah Berimbang*) 2.367
2 Mega Dana Campuran 1.41
3 Syariah Berimbang*) 1.279
4 Mega Dana Syariah*) 1.234
5 Anggrek 1.18
6 Trim Syariah Berimbang*) 1.124
7 EuroPeregrine Balanced Plus 0.967
8 AAA Amana Syariah Fund*) 0.891
9 Mandiri Investa Aktif 0.803
10 IPB Syariah*) 0.775
11 Trim Kombinasi 0.764
12 EuroPeregrine Syariah Balanced Plus*) 0.731
13 AAA Balanced Fund 0.677
14 IPB Kresna 0.533
15 Kausar Balanced Growth Syariah*) 0.491
16 Arjuna Berkembang 0.472
17 Dana Flexible -0.039
18 Dana Plus Syariah*) -0.098
19 Captal Syariah*) -0.103
20 Capital Flexi -0.249

sedangkan pada perusahaan investasi Danareksa, produk reksadana

berbasis konvensional yang dikelolanya memiliki nilai sharpe yang lebih

95
unggul dibandingkan dengan nilai sharpe produk reksadana berbasis

syariah kelolaannya. Pada kategori reksadana pendapatan tetap periode

penilaian satu tahun, dua tahun, maupun tiga tahun, produk reksadana

berbasis syariah dari seluruh perusahaan investasi yang dinilai (Bhakti

Asset Management, PNM, dan BNI Securities), memiliki nilai sharpe yang

lebih unggul dibandingkan dengan nilai sharpe produk reksadana berbasis

konvensional dari masing-masing perusahaan investasi tersebut.

5.1.2 Per tanggal 14 Maret 2008, untuk kategori reksadana saham, produk

reksadana berbasis konvensional yang dikelola Trimegah Securities

memiliki jumlah dana kelolaan (AUM) yang lebih besar dibandingkan

dengan AUM produk reksadana kelolaannya yang berbasis syariah. Pada

kategori reksadana campuran, tujuh dari sepuluh perusahaan investasi

yang dinilai, yaitu Trimegah Securities, Mega Capital Indonesia, CIMB-

GK Securities Indonesia, Recapital Asset Management, Andalan Artha

Advisindo, Kresna Graha, dan BNI Securities, memiliki produk reksadana

berbasis syariah dengan AUM yang lebih besar dibandingkan dengan

AUM produk reksadana berbasis konvensional kelolaannya.

Pemeringkatan yang dilakukan pada AUM dari keseluruhan reksadana

kategori campuran yang dinilai, menunjukkan bahwa dari sepuluh

reksadana dengan nilai AUM tertinggi, tujuh diantaranya merupakan

reksadana berbasis syariah, akan tetapi reksadana Anggrek yang

merupakan reksadana berbasis konvensional yang dikelola Danareksa-lah,

yang memiliki jumlah dana kelolaan yang paling besar diantara sembilan

96
belas reksadana lainnya. Untuk kategori reksadana pendapatan tetap, dari

tiga perusahaan investasi yang dinilai, hanya pada perusahaan investasi

PNM saja yang AUM produk reksadana berbasis syariah-nya mengungguli

AUM produk reksadana berbasis konvensional kelolaannya.

Tabel 5.2.
peringkat AUM Reksadana Campuran
No. Reksadana AUM Per 14 Maret 2008
(Dalam Rp)
1 Anggrek 179.701.595.723,86
2 Mandiri Investa Aktif 161.452.567.332,00
3 Mega Dana Syariah*) 134.307.722.222,12
4 Trim Syariah Berimbang*) 125.533.746.114,00
5 Investa Syariah Berimbang*) 108.305.167.550,00
6 Mega Dana Campuran 86.842.831.704,56
7 IPB Syariah*) 67.605.856.258,36
8 Capital Syariah*) 67.401.016.570,03
9 Syariah Berimbang*) 65.780.544.848,32
10 Kausar Balanced Growth Syariah*) 63.052.396.093,00
11 AAA Amanah Syariah Fund*) 49.470.503.310,21
12 AAA Balanced Fund 38.748.139.175,89
13 Arjuna Berkembang 19.797.702.733,74
14 Capital Flexi 14.668.435.473,67
15 Dana Plus Syariah*) 14.250.260.177,14
16 EuroPeregrine Berimbang Plus 7.178.260.008,06
17 Trim Kombinasi 2.864.657.091,97
18 IPB Kresna 2.831.532.521,56
19 EuroPeregrine Syariah Balanced Plus*) 2.131.533.810,88
20 Dana Flexibel 18.619.048,10
Sumber : Bapepam 14 Maret 2008.

97
5.1.3 Berdasarkan hasil penelitian, untuk kategori reksadana saham, prosuk

reksadana berbasis syariah yang dikelola Trimegah Securities memiliki

pertumbuhan jumlah dana kelolaan (AUM) yang lebih besar dibandingkan

dengan AUM produk reksadana kelolaannya yang berbasis konvensional.

Untuk kategori reksadana campuran periode penilian satu tahun, pada

sepuluh perusahaan investasi yang dinilai, hanya pada Danareksa sajalah

yang pertumbuhan AUM produk reksadana berbasis syariahnya lebih kecil

dibandingkan dengan pertumbuhan AUM produk reksadana berbasis

konvensional-nya. Untuk periode penilaian dua tahun pada kategori

reksadana campuran, empat dari enam perusahaan investasi yang dinilai,

yaitu Recapital Asset Management, Mandiri Investment Management,

Kresna Graha, dan BNI Securities, memiliki produk reksadana berbasis

syariah dengan pertumbuhan AUM yang lebih besar dibandingkan dengan

pertumbuhan AUM produk reksadana berbasis konvensional kelolaannya.

Untuk periode penilaian tiga tahun, pada kedua perusahaan investasi yang

dinilai (Danareksa dan BNI Securities), pertumbuhan AUM produk

reksadana berbasis syariah yang dikelolanya lebih besar dibandingkan

dengan pertumbuhan AUM reksadana berbasis konvensional kelolaannya.

Pada kategori reksadana pendapatan tetap, untuk menilai periode satu

tahun, dua tahun, dan tiga tahun, produk reksadana berbasis syariah dari

ketiga perusahaan investasi yang dinilai, memiliki pertumbuhan AUM

yang selalu lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan AUM produk

reksadana konvensionalnya, kecuali pada perusahaan PNM untuk periode

98
penilaian satu tahun, yaitu pertumbuhan AUM reksadana berbasis

konvensional kelolaannya lebih besar dari pertumbuhan AUM produk

reksadananya yang berbasis syariah.

5.1.4 Berdasarkan hasil penelitian, biaya reksadana yang mencakup fee Manajer

Investasi, fee Bank Kustodian, biaya pembelian, dan biaya penjualan

reksadana, pada sebagian besar perusahaan investasi yang termasuk dalam

penilaian, ditetapkan sama besarnya baik untuk produk reksadana berbasis

syariah maupun konvensional yang dikelolanya. Kecuali pada perusahaan

investasi Andalan Artha Advisindo, Bhakti Asset Management, dan BNI

Securities yang menetapkan biaya reksadana yang besarnya berbeda untuk

masing-masing sub kategori reksadana kelolaannya. Pada Andalan Artha

Advisindo dan Bhakti Asset Management, biaya reksadana yang mereka

tetapkan untuk produk reksadananya yang berbasis syariah lebih rendah

dengan besarnya biaya reksadana untuk produk reksadana berbasis

konvensional yang dikelolanya.

Sementara pada BNI Securities, untuk kategori reksadana pendapatan

tetap produk reksdana yang berbasis konvensional ditetapkan biaya

reksadana yang lebih rendah dibandingkan dengan produk reksadana yang

berbasis syariah.

5.1.5 Berdasarkan hasil penelitian, untuk kategori reksadana saham, produk

reksadana berbasis konvensional yang dikelola Trimegah Securities,

memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja produk

reksadana kelolaannya yang berbasis syariah.

99
5.1.6 Berdasarkan hasil penelitian, untuk kategori reksadana campuran, pada

perusahaan Trimegah Securities, Mega Capital Indonesia, CIMB-GK

Securities Indonesia, Recapital Asset Management, Mandiri Investment

Management, Andalan Artha Advisindo, Kresna Graha dan BNI

Securities, produk reksadana berbasis syariah yang dikelolanya memiliki

kinerja yang lebih unggul dibandingkan dengan produk reksadana

kelolaannya yang berbasis konvensional. Sedangkan pada dua perusahaan

investasi lainnya (Euro Capital Peregrine dan Danareksa), produk

reksadana konvensional yang dikelolanya lebih baik kinerjanya dari

produk reksadana kelolaannya.

5.1.7 Berdasarkan hasil penelitian, untuk kategori reksadana pendapatan tetap,

produk reksadana berbasis syariah yang lebih unggul kinerjanya

dibandingkan dengan produk reksadana berbasis konvensional, terdapat

pada perusahaan investasi PNM dan BNI Securities. Sedangkan pada

Bhakti Asset Management, kinerja produk reksadana berbasis

konvensional yang dikelolanya memiliki kinerja yang lebih unggul

dibandingkan dengan produk reksadana berbasis syariah kelolaannya.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dari 12 perusahan investasi

yang teliti, mayoritasnya memiliki produk reksadana berbasis syariah yang

lebih unggul kinerjanya dibandingkan dengan produk reksadana berbasis

konvensional kelolaannya.

100
5.2 Implikasi

5.2.1 Harapan saya, penelitian ini bisa bermanfaat untuk para investor dan calon

investor untuk membantu mengambil keputusan ketika memilih produk

reksadana, terutama bagi para investor yang kurang memiliki akses

informasi terhadap perkembangan kinerja reksadana baik yang berbasis

syariah maupun reksadana berbasis konvensional. Namun yang perlu

menjadi catatan, bukan berarti reksadana yang memiliki kinerja yang lebih

unggul pasti akan menghasilkan kinerja yang unggul pada di masa yang

akan datang. Para investor tetap harus mengumpulkan informasi tambahan,

dan menanyakan langsung kepada sang pengelola (Manajer Investasi) secara

lebih detail mengenai produk yang akan dipilih.

5.2.2 Untuk penelitian mendatang diharapkan cakupan reksadana yang dinilai dan

diperbandingkan lebih diperluas, tidak hanya produk reksadana berbasis

syariah dan konvensional dari kategori saham, campuran, dan pendapatan

tetap tetapi juga dari reksadana pasar uang dan reksadana terproteksi.

Kinerja reksadana yang dinilai dan diperbandingkan dimasa mendatang juga

perlu ditambah periode misalnya sampai dengan periode lima tahun. Untuk

metode penilian yang dipergunakan, semoga ke depannya akan semakin

baik dan semakin dapat mempersentasikan performa reksadana yang

sebenarnya.

5.2.3 Bagi para pembaca diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan

pengetahuan tentang reksadana, khususnya reksadana syariah.

101
Note : Pada dasarnya antara obligasi konvensional dengan obligasi syariah, yang

merupakan salah satu instrument keuangan yang pembentuk reksadana,

tidak dapat sepenuhnya diperbandingkan, karena obligasi konvensional

menggunakan sistem fund rate sementara obligasi syariah menggunakan

sistem bagi hasil dalam pembagian keuntungan untuk para investornya.

Pada kondisi perekonomian yang baik dan stabil, sistem bagi hasil

memang akan lebih dapat memberikan imbal hasil yang lebih

menguntungkan bagi para investor dibandingkan dengan sistem fund rate.

102
DAFTAR PUSTAKA

Asytuti, Rindu. “Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah dan


Reksadana Konvensional dalam Menghasilkan Return 2001-2002” Pasca
Sarjana UI, Jakarta,2003.

Bodie Zvi, Kane Alex, Marcus Alan. Invesment. 3rd ed. United States of America;
Irwin Professional Publishing, Inc. 1996.

Boudreaux, Denis. Business & Economics Research Journal Volume 6, Number 5.


University of Louisiana, Lafayette International, May 2007

Dabbeereu, Rao Neelaknateswar. Performance of Mutual Funds in Saudi Arabia.


Journal SSRN.

Darmadji, Tjiptono, Hendy M. F. Pasar Modal di Indonesia. Salemba Empat :


Jakarta, 2006.

Darmawan, Komang. “Peringkat Reksadana 2007”. Investor Magazine. 28


Februari – 13 Maret 2007.

Glode, Vincent. “Time Variation in Information Production: Evidence from


Mutual Funds”. Carnegie Mellon University, 2007

Harahap, Sofyan s. “Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah Terhadap


Reksadana Konvensonal ( Reksadana Mawar) Periode 1997 – 2001”
Journal Riset Bisnis dan Manajemen vol 3 no.3, Desember 2003.

Jacobs, Bruce. All about mutual funds. Usa: Irwin Professional Publishing, Inc.
1994.

Kothari, s.P. dan Jerold B. Warner (1997). Evaluating Mutual Fund Performance,
Journal SSRN, August.

103
Manurung, Adler H. Berinvestasi, Pendirian, dan Pembubaran Reksadana,
Jakarta : PT Adler Manurung Press, 2003.

Reilly, Frank K. and Brown, Keith C. Invesment Analysis & Portofolio


Management. 7th ed. Orlando : The Dryden Press, 2002.

Setyaningsih. “Perbandingan Kinerja Reksadana di Indonesia Periode 1997-


1999”, Journal Riset dan Ekonomi dan Manajemen vol. 2 no.1, Januari
2002.

Sharpe, William F., Alexander, Gordon J., and Bailey. Invesment. New Jersey :
Prentice Hall Inc. 1995. Stanford Graduate School of Business, November
2004.

William, Sharpe, (1996). “Mutual Fund Performance.” Journal of Bussiness, Vo


39, No.1 (January).

www.bapepam.go.id

www.bi.go.id

www.infovesta.com

www.mui.or.id

www.google.com

104

Вам также может понравиться