Вы находитесь на странице: 1из 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM

PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENCEGAHAN


RESIKO JATUH PASIEN DI RUMAH SAKIT
PANTI WALUYO SURAKARTA

Hesti Oktaviani1), S. Dwi Sulisetyawati2), Rufaida Nur Fitriana3)

ABSTRAK
Salah satu upaya mencegah pasien jatuh adalah melalui penilaian MFS (Morse
Fall Scale), dan ini dapat dilakukan dengan baik apabila perawat mempunyai
pengetahuan dan kepatuhan yang baik. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis
hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar
Prosedur Operasional (SPO) pencegahan resiko jatuh pasien. Metode yang digunakan
adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 65
perawat dan teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Alat analisis yang
digunakan dengan korelasi rank spearman. Hasil penelitian sebagian besar perawat
mempunyai pengetahuan tentang SPO pencegahan resiko jatuh tergolong cukup baik
(69,2%), perawat mempunyai kepatuhan dalam pelaksanaan SPO pencegahan resiko jatuh
tergolong cukup patuh (55,4%), dan terdapat hubungan yang positif signifikan antara
pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SPO pencegahan resiko jatuh
pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta (p-value = 0,001, r xy = 0,391), dan nilai
hubungan tergolong sedang. Kesimpulan : terdapat hubungan yang positif signifikan
antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Standar Prosedur
Operasional pencegahan resiko jatuh pasien.
Kata kunci: Pengetahuan, kepatuhan perawat, SPO pencegahan resiko jatuh.

ABSTRACT
One effort to prevent patient falls is done through Morse Fall
Scaleassessmentand it can be done well if the nurses have good knowledge and
obedience.The objective of this research is to investigate the correlation betweenthe
nurses’ knowledge and the nurses’ obedience to the implementation of the standard
operating procedure (SOP) of patient fall risk prevention. This research used the
descriptive correlational method with the cross-sectional approach. The samples of
research were 65 nurses and were taken by using the purposive sampling technique. The
data of research were analyzed by using the Spearman’s Rank Correlation. The result of
research shows that 48 nurses (69.2%) had good knowledge of the SOP of patient fall
risk prevention; 36 nurses (55.4%) had good obedience to the implementation of the SOP
of patient fall risk prevention; and there was a significant positive correlation between
the nurses’ knowledge and the nurses’ obedienceto theimplementation of the SOP of
patient falling risk prevention at PantiWaluyo of Surakarta (p-value = 0.001, r xy =
0.391), and the correlation value was moderate. Thus, there was a significant positive
correlation between the nurses’ knowledge and nurses’ obedience to theimplementation
of the SOP of patient fall risk prevention. Therefore, further researches are suggested to
investigate the factors influencing the nurses’ obedience to the implementation of the
SOP of patient fall risk prevention, such as work attitude and environment with wider
coverage of samples.
Keywords: knowledge, nurses’obedience, the SOP ofpatient fall risk prevention.
PENDAHULUAN tidaknya pelaksanaan program ini. Menurut
Miake-Lye at al. (2013) dalam National
Keselamatan pasien merupakan isu
Database of Nursing Quality Indicators
global yang paling penting saat ini dimana
mendefinisikan jatuh sebagai "an unplanned
sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien
descent to the floor with or without injury",
atas medical error yang terjadi pada pasien.
sedangkan World Health Organiza-
Keselamatan pasien rumah sakit adalah
tion (WHO) mendefinisikan jatuh sebagai
suatu sistem dimana rumah sakit membuat
"an event which results in a person coming
asuhan pasien lebih aman yang meliputi
to rest inadvertently on the ground or floor
assesment resiko, identifikasi dan
or some lower level", yaitu sebuah aktivitas
pengelolaan hal yang berhubungan dengan
yang mengakibatkan seseorang terjatuh
resiko pasien, pelaporan dan analisis
secara tidak sengaja di tanah atau lantai atau
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tingkat yang lebih rendah.
tindak lanjutnya serta implementasi solusi
Banyak upaya yang telah dilakukan
untuk meminimalkan timbulnya resiko dan
oleh rumah sakit dalam mengurangi atau
mencegah terjadinya cedera yang
mencegah kejadian pasien jatuh diantaranya
disebabkan oleh kesalahan akibat
melakukan evaluasi risiko pasien terhadap
melaksanakan suatu tindakan atau tidak
jatuh dan segera bertindak untuk
mengambil tindakan yang seharusnya
mengurangi risiko terjatuh dan mengurangi
diambil (Kemenkes, 2011).
risiko cedera akibat jatuh. Pencegahan
Pelayanan kepada pasien di rumah
pasien jatuh merupakan masalah yang
sakit sudah selayaknya merupakan
kompleks, yang melintasi batas-batas
pelayanan yang holistic, pelayanan yang
kesehatan, pelayanan sosial, kesehatan
paripurna. Mulai pasien datang, melakukan
masyarakat dan pencegahan kecelakaan.
pendaftaran, pemeriksaan, hingga pasien
Dalam buku "Preventing Falls in Hospitals:
pulang, akan tetapi beberapa kejadian di
A Toolkit for Improving Quality of
rumah sakit kadang tidak diperhatikan, yaitu
Care" (2013), menyebutkan bahwa di
pasien jatuh pada saat mendapatkan
Inggris dan Wales, sekitar 152.000 jatuh
pelayanan di rumah sakit. Pasien disini
dilaporkan di rumah sakit akut setiap tahun,
dapat sebagai pasien rawat jalan maupun
dengan lebih dari 26.000 dilaporkan dari
sebagai pasien rawat inap (Sanjoto, 2014).
unit kesehatan mental dan 28.000 dari
Sarana pelayanan kesehatan rumah
rumah sakit masyarakat. Beberapa kasus
sakit dalam hal ini terdapat berbagai pasien
berakibat pada kematian, luka berat atau
dengan berbagai keadaan dan berbagai
sedang dengan perkiraan biaya sebesar ± 15
macam kasus penyakit. Tiap-tiap pasien
juta per tahun (Sanjoto, 2014).
adalah suatu pribadi yang unik dengan
International Joint Commission
berbagai kelainan dan kekhasan masing-
International (JCI), upaya penanggulangan
masing. Dalam hal kasus penyakit terdapat
kejadian pasien jatuh di rumah sakit
juga berbagai macam kondisi pasien yang
mendapatkan perhatian khusus. Hal ini
akan berpengaruh terhadap cara pemberian
seperti disebutkan dalan section 1, chapter 1
pelayanan dan perawatan yang diberikan
yaitu International Patient Safety
karena kondisi pasien yang sarat risiko.
Goals (IPSG), khususnya Sasaran 6
Salah satu risiko yang mungkin timbul
yaitu Reduce the Risk of Patient Harm
adalah pasien jatuh (fall) (Setyarini, 2013).
Resulting from Falls. Maksud dan tujuan
Pelaksanaan program patient safety di
dari sasaran ke 6 dari akreditasi JCI ini
rumah sakit, kejadian pasien jatuh
adalah sebagian besar cedera pada pasien
merupakan salah satu indikator berjalan
rawat inap terjadi karena jatuh, dalam penulisan MFS di whiteboard sebagian
konteks ini rumah sakit harus melakukan patuh melaksanakan penulisan MFS di
evaluasi risiko pasien terhadap jatuh dan whiteboard 58% dan yang tidak patuh
segera bertindak untuk mengurangi risiko sebesar 42%. Berkaitan dengan kepatuhan
terjatuh dan mengurangi risiko cedera akibat perawat diketahui bahwa hampir seluruh
jatuh. Rumah sakit menetapkan program perawat patuh dalam melaksanaan
mengurangi risiko terjatuh berdasarkan pemasangan pagar pengaman tempat tidur
kebijakan dan atau prosedur yang tepat. (96%) dan yang lain tidak patuh (4%). Ada
Program ini memantau baik konsekuensi suatu penelitian yang menyimpulkan bahwa
yang diinginkan maupun tidak diinginkan sebagian besar perawat telah melaksanakan
dari tindakan yang diambil untuk dengan baik program manajemen pasien
mengurangi jatuh. Rumah sakit harus jatuh yang meliputi screening, pemasangan
melaksanakan program ini, oleh karena itu gelang identitas resiko jatuh, edukasi pasien
standar JCI sasaran ke 6 ini disebutkan dan keluarga tentang menggunakan leflet
rumah sakit perlu menyusun cara edukasi, pengelolaan pasien resiko jatuh,
pendekatan untuk mengurangi risiko cedera penanganan dan pelaporan insiden.
yang menimpa pasien akibat jatuh Penetapan kebijakan dan implementasi
(Setyarini, 2013). prosedur yang diikuti supervisi dan
Upaya mengantisipasi dan mencegah monitoring lebih menjamin keterlaksanaan
terjadinya pasien jatuh -dengan atau tanpa program (Budiono, dkk, 2014).
cidera perlu dilakukan pengkajian di awal Sejak diterapkannya Standar
maupun kemudian pengkajian ulang secara Prosedur Operasional (SPO) di RS. HM.
berkala mengenai risiko pasien jatuh, Malik Medan dengan mengidentifikasi
termasuk risiko potensial yang berhubungan pasien dengan risiko jatuh pada bulan
dengan jadwal pemberian obat serta Agustus-Oktober 2014 ditemukan ada 3
mengambil tindakan untuk mengurangi orang pasien yang jatuh, hal ini disebabkan
semua risiko yang telah diidentifikasikan karena kesalahan dalam menghitung skore
tersebut. Pengkajian risiko jatuh ini telah dari Instrumens Morse Fall Scale (Sanjoto,
dapat dilaksanakan sejak pasien mulai 2014). Salah satu upaya mencegah pasien
mendaftar, yaitu dengan menggunakan skala jatuh adalah melalui penilaian MFS. Prinsip
jatuh. Tim Patient Safety atau Tim penilaian MFS adalah bagian dari kinerja
Keselamatan Pasien yang dibentuk oleh dan perilaku perawat dalam bekerja sesuai
Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta telah tugas-tugasnya dalam organisasi, biasanya
menetapkan Morse Fall Scale (MFS) berkaitan dengan kepatuhan (Sanjoto, 2014).
sebagai instrumen yang digunakan untuk Patuh merupakan taat atau tidak taat
mengidentifikasi pasien yang berisiko jatuh. terhadap perintah, dan merupakan titik awal
Menghitung MFS merupakan cara untuk dari perubahan sikap dan perilaku individu
menentukan risiko jatuh dari pasien dan (Sarwono, 2004).
manajemen pencegahan jatuh yang perlu Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan sesuai dengan standar prosedur dilakukan pada tanggal 15 Januari 2015,
operasional pencegahan jatuh yang telah ada peneliti telah melakukan observasi terhadap
dan berlaku di seluruh unit di rumah sakit, 10 perawat dalam menerima pasien baru 15
khususnya di ruang rawat inap (Budiono, orang yang dirawat di ruang rawat inap RS
2014). Panti Waluyo pada bulan September 2014,
Penelitian yang telah dilakukan oleh menunjukkan dari 15 pasien ada 3 pasien
Setyarini, dkk (2013) menyimpulkan bahwa yang tempat tidurnya tidak di rendahkan, 5
pasien tidak diberi label segitiga, 2 pasien masing variabel yang diteliti, adapun
tidak dilakukan penilaian MFS, 2 pasien analisis bivariate dengan menggunakan
tidak diberi gelang resiko jatuh, 3 pasien analisis korelasi rank spearman.
pagar tempat tidur tidak terpasang, dan
belum adanya peristiwa pasien jatuh namun
HASIL DAN PEMBAHASAN
demikian kalau kondisi tersebut terus
dibiarkan suatu saat terjadi resiko pasien Karakteristik Responden
jatuh. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
Hal ini menggambarkan bahwa Responden
pelaksanaan asuhan keperawatan kepada Variabel f %
pasien secara aman yang merujuk pada Umur :
patient safety belum optimal, hal ini Umur 34,18 22
disebabkan karena kekurangtahuan perawat Jenis Kelamin
dalam melaksanakan prosedur penanganan Laki-laki 8 12,3
resiko jatuh dan juga perawat kurang patuh Perempuan 57 87,7
dalam melakukan SPO resiko jatuh yang Pendidikan:
disebabkan oleh prosedurnya terlalu lama, D-3 Kep. 59 90,8
S1-Kep 6 9,2
terlalu ribet dan juga kurang adanya kontrol
Lama kerja:
dari atasan. Upaya pelaksanaan pencegahan < 10 tahun 28 43.1
pasien resiko jatuh masih perlu menjadi 10 – 20 tahun 25 38.5
perhatian bagi perawat di Rumah Sakit Panti > 20 tahun 12 18.5
Waluyo Surakarta. N = 65
Berdasarkan latar belakang di atas Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
maka perlu diadakan penelitian dengan judul
Penelitian menunjukkan bahwa rata-
“Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan
rata umur responden 34,18 tahun dengan
Perawat dalam Pelaksanaan SPO
umur terendah 22 tahun dan umur tertinggi
Pencegahan Resiko Jatuh Pasien di Rumah
adalah 49 tahun dengan standar deviasi
Sakit Panti Waluyo Surakarta”..
sebesar 8,07. Hal ini menunjukkan bahwa
Tujuan penelitian ini adalah : Untuk
responden memiliki usia yang matang dalam
mengetahui hubungan pengetahuan dengan berfikir dan bekerja atau usia produktif.
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SPO Sejalan dengan pendapat Nursalam (2007)
Pencegahan Resiko Jatuh Pasien di Rumah bahwa semakin cukup umur, tingkat
Sakit Panti Waluyo Surakarta. kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
METODE PENELITIAN Karena dengan bertambahnya umur
Desain penelitian yang digunakan seseorang maka kematangan dalam berpikir
deskriptif korelasional dengan pendekatan semakin baik sehingga akan termotivasi
setiap melakukan pekerjaan dalam melayani
cross sectional. Sampel dalam penelitian ini
pasien secara profesional.
adalah pasien yang menjalani perawatan di Penelitian didapatkan hasil bahwa
ruang perawatan Rumah Sakit Panti Waluyo sebagian besar responden mempunyai
Surakarta berjumlah 65 orang dengan teknik tingkat pendidikan Diploma 3 (90,8%).
purposive sampling. Teknik analisis data Tingkat pendidikan perawat dengan rasio
terdiri dari analisis univariate dan bivariat. akademik lebih banyak akan memudahkan
Analisis univariate menjelaskan masing- dalam menerima serta mengembangkan
pengetahuan dan teknologi. Hasil ini
diperkuat oleh Purwadi dan Sofiana (2006) Pengetahuan Perawat F %
yang membuktikan bahwa perawat dengan Kurang 7 10,8
pendidikan Diploma 3 dan tingkat
Cukup 45 69,2
pendidikan yang lebih tinggi mempunyai
efisiensi kerja dan penampilan kerja yang Baik 13 20,0
lebih baik dari pada perawat dengan Jumlah 65 100,0
pendidikan SPK. Oleh karena itu, Sumber: Data yang diolah, 2015.
pendidikan seseorang merupakan faktor
yang penting sehingga kinerja perawat Hasil penelitian tentang pengetahuan
dalam memberikan asuhan keperawatan perawat diketahui bahwa sebagian besar
kepada pasien agar mendapatkan hasil yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 45
maksimal. orang (69,2%), sedangkan paling sedikit
Hasil penelitian ini menunjukkan perawat mempunyai tingkat pengetahuan
bahwa sebagian besar perawat memiliki kurang baik yaitu sebanyak 7 orang (10,8%).
masa kerja kurang dari 10 tahun yaitu Pengetahuan responden tergolong cukup
sebanyak 43,1% dan sebagian kecil lama baik dan baik disebabkan oleh tingkat
bekerja > dari 12 tahun yaitu sebesar 18,5%. pendidikan yang dimiliki responden.
Pada awal bekerja, perawat memiliki Tingkat pendidikan merupakan salah satu
kepuasan kerja yang lebih, dan semakin faktor yang mempengaruhi tingkat
menurun seiring bertambahnya waktu secara pengetahuan perawat. Dalam penelitian ini
bertahap lima atau delapan tahun dan responden sebagian besar perawat
meningkat kembali setelah masa lebih dari berpendidikan D3-keperawatan. Kesehari-
delapan tahun, dengan semakin lama annya, pendidikan seseorang berhubungan
seseorang dalam bekerja, akan semakin dengan kehidupan sosial dan perilakunya.
terampil dalam melaksanakan pekerjaan Semakin tinggi pendidikan seseorang maka
(Hariandja, 2008). Seseorang yang sudah perilaku seseorang itu akan semakin baik,
lama mengabdi kepada organisasi memiliki oleh sebab itu perawat yang memiliki
tingkat kepuasan yang tinggi. Hal ini juga tingkat pendidikan tinggi cenderung
dinyatakan oleh Sastrohadiworjo (2005), memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
bahwa semakin lama seseorang bekerja Lama bekerja merupakan salah satu faktor
semakin banyak kasus yang ditanganinya juga yang mempengaruhi tingkat
sehingga semakin meningkat pengetahuan perawat. Dalam penelitian ini
pengalamannya, sebaliknya semakin singkat responden sebagian besar perawat lama
orang bekerja maka semakin sedikit kasus bekerja 5 tahun ke atas atau kurang dari 10
yang ditanganinya. Pengalaman bekerja tahun dan ada sebagian yang lama bekerja
banyak memberikan kesadaran pada lebih dari 20 tahun. Masa kerja adalah (lama
seseorang perawat untuk melakukan suatu kerja) adalah merupakan pengalaman
tindakan sesuai dengan prosedur yang telah individu yang akan menentukan
ditetapkan, hal ini ini sesuai dengan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan.
penelitian yang dilakukan oleh Arfianti Masa kerja yang lama akan cenderung
(2010) yang menyatakan pengalaman membuat seseorang betah dalam sebuah
merupakan salah satu faktor dari kepatuhan. organisasi hal ini disebabkan karena telah
beradaptasi dengan lingkungan yang cukup
lama sehingga akan merasa nyaman dalam
Pengetahuan Perawat pekerjaannya (Saragih, 2009).
Tabel 2. Pengetahuan Perawat
Pengetahuan merupakan faktor Standar Prosedur Operasional pencegahan
penting dalam seseorang mengambil resiko jatuh pasien di Rumah Sakit Panti
keputusan namun tidak selamanya Waluyo Surakarta mayoritas mempunyai
pengetahuan seseorang bisa menghindarkan kepatuhan cukup patuh yaitu sebanyak 36
dirinya dari kejadian yang tidak orang (55,4%), sedangkan paling sedikit
diinginkannya, misalnya perawat yang perawat mempunyai kepatuhan kurang patuh
tingkat pengetahuannya baik tidak yaitu sebanyak 7 orang (10,8%). Hal ini
selamanya melaksanakan keselamatan disebabkan sebagian besar perawat
pasien dengan baik karena segala tindakan melakukan pengkajian resiko jatuh pada
yang akan dilakukan beresiko untuk terjadi pasien hanya berdasarkan usia, keterbatasan
kesalahan (Notoatmodjo, 2010). mobilisasi dan terpasangnya infus/iv
Hasil pengisian kuesioner oleh ataupun kateter. Kepatuhan merupakan
perawat, menunjukkan bahwa sebagian ketaatan seseorang pada tujuan yang telah
besar perawat dapat menjawab pertanyaan ditetapkan. Kepatuhan merupakan masalah
terkait faktor resiko jatuh, mereka telah utama kedisiplinan dalam pelayanan
mengetahui tujuan dibuat SPO pencegahan perawatan di rumah sakit.
resiko jatuh yaitu untuk menilai kembali Kepatuhan adalah tingkat seseorang
secara berkala setiap pasien yang berisiko dalam melaksanakan suatu aturan dalam dan
jatuh, mereka juga mengetahui tentang perilaku yang disarankan. Pengertian dari
manajemen pencegahan jatuh dan kepatuhan adalah menuruti suatu perintah
penatalaksanaan pasien jatuh dengan baik atau suatu aturan. Kepatuhan adalah tingkat
dan hasil penilaian resiko jatuh seseorang dalam melaksanakan perawatan,
menggunakan Morse Fall Scale, telah pengobatan dan perilaku yang disarankan
didokumentasikan tidak hanya pada saat oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan
pasien masuk ruangan. lainnya (Bart, 2004).
Hasil penelitian ini didukung oleh Pada penelitian ini perawat di RS
penelitian yang dilakukan oleh Cintya, dkk Panti Waluyo Surakarta dapat dikategorikan
(2003) yang menghasilkan penelitian bahwa sebagian besar sudah cukup patuh terhadap
tingkat pengetahuan perawat tentang SPO pengkajian resiko jatuh menggunakan
pelaksanaan keselamatan pasien (patient skala Morse. Hal ini dibuktikan dengan
safety) sebagian kecil tergolong kurang baik, sebagian besar perawat yang telah
sedangkan lainnya tergolong baik dan cukup melakukan SPO yang terdapat pada skala
baik. Morse. Hal ini disebabkan karena tingkat
pendidikan, umur dan lamanya mereka
Kepatuhan Perawat bekerja. Menurut Setyarini, dkk (2013),
bahwa perawat yang sudah mendapatkan
Tabel 3. Kepatuhan Perawat
sosialisasi atau memahami terkait dengan
Kepatuhan Perawat F % pengkajian resiko jatuh berdasarkan skala
Kurang patuh 7 10,8 Morse cenderung lebih baik dalam
Cukup patuh 36 55,4 melakukan pengkajian resiko jatuh
Patuh 22 33,8 dibandingkan dengan perawat yang belum
memahami dan mendapat sosialisasi SPO
Jumlah 65 100,0
resiko jatuh, selain itu umur juga
Sumber: Data yang diolah, 2015. mempengaruhi kepatuhan perawat dalam
Hasil penelitian diketahui bahwa menerapkan skala Morse. Seseorang yang
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan dikatakan senior lebih cenderung memiliki
sikap yang kurang dalam pengkajian resiko dalam pelaksanaan Standar Prosedur
jatuh menggunakan skala Morse. Mereka Operasional pencegahan resiko jatuh pasien
lebih sering menggunakan penilaian dapat diasumsikan bahwa seseorang yang
berdasarkan ketergantungan pasien. memiliki pengetahuan yang baik cenderung
Penelitian ini didukung oleh lebih baik dalam melakukan pengkajian
penelitian yang dilakukan Setyarini, dkk resiko jatuh lebih baik dibandingkan dengan
(2013) yang meneliti tentang kepatuhan perawat yang memiliki pengetahuan rendah.
perawat melaksanakan standar prosedur Pengetahuan yang baik sebagian besar
operasional pencegahan pasien resiko jatuh, dimiliki oleh perawat berpendidikan sarjana
hasil penelitian menyebutkan bahwa dibandingkan D3. Tingkat pendidikan yang
kepatuhan perawat melaksanakan tinggi akan lebih mempermudah seseorang
pencegahan pasien jatuh dengan hasil rata- dalam melakukan sesuatu. Dalam hal ini
rata 75% patuh melaksanakan, 25% tidak Depkes RI (2008) menjelaskan bahwa
patuh melaksanakan. kepatuhan dalam melaksanakan SPO
pengkajian resiko jatuh menggunakan skala
Hubungan Pengetahuan dengan Morse1. Pengetahuan perawat yang baik
Kepatuhan Perawat akan mempengaruhi tingkat kepatuhan
Tabel 4. Hasil Analisis korelasi rank spearman
perawat sehingga mengurangi resiko jatuh
Variabel Nilai Rank p-value pada pasien. Pengkajian risiko jatuh ini telah
Spearman dapat dilaksanakan sejak pasien mulai
Pengetahuan >< mendaftar, yaitu dengan menggunakan skala
Kepatuhan
0,391 0,001 jatuh. Pengalaman, pengetahuan dan sumber
informasi merupakan hal yang
Hasil crostab diketahui bahwa mempengaruhi kejelian perawat dalam
sebagian besar responden mempunyai melakukan pengkajian resiko jatuh. Sumber
pengetahuan cukup dengan kepatuan informasi di sini didapat dalam pelatihan–
tergolong cukup patuh yaitu sebanyak 29 pelatihan, seminar ataupun workshop
orang (64,4%), dan hasil analisis korelasi tentang resiko jatuh pasien. Dalam
Rank Spearman ( ) diketahui nilai korelasi pelatihan-pelatihan perawat dibekali ilmu,
hitung sebesar 0,391 dengan nilai skill dan pengalaman terkait pasien safety
probabilitas 0,001 (p value < 0,05), (Anwar, 2012).
sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, Pada penelitian ini terkait
artinya bahwa terdapat hubungan yang pengetahuan perawat dengan kepatuhan
positif signifikan antara pengetahuan dengan perawat dalam pelaksanaan SPO
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pencegahan resiko jatuh memiliki hubungan
Standar Prosedur Operasional pencegahan yang bermakna. Dari hasil analisis peneliti
resiko jatuh pasien di Rumah Sakit Panti hal tersebut disebabkan karena mayoritas
Waluyo Surakarta, artinya bahwa semakin perawat di RS Panti Waluyo Surakarta
baik dan meningkat pengetahuan yang sudah melakukan pengkajian resiko jatuh
dimiliki perawat maka semakin patuh dan menggunakan skala Morse. Perawat sudah
meningkat pula kepatuhan perawat dalam memiliki pengetahuan yang baik tentang
pelaksanaan Standar Prosedur Operasional resiko jatuh dalam dalam pengkajian resiko
pencegahan resiko jatuh pasien di Rumah jatuh menggunakan skala Morse, namun di
Sakit Panti Waluyo Surakarta tersebut. sisi lain masih juga didapatkan perawat
Adanya hubungan antara masih memiliki pengetahuan yang kurang,
pengetahuan dengan kepatuhan perawat sehingga pada pelaksanaan pengkajian
resiko jatuh menggunakan skala Morse 4. Terdapat hubungan yang positif
masih ada beberapa poin yang tidak signifikan antara pengetahuan dengan
dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena kepatuhan perawat dalam pelaksanaan
minimnya pelatihan dan evaluasi tentang SPO pencegahan resiko jatuh pasien di
resiko jatuh menggunakan skala Morse. Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta (p-
Hasil penelitian ini didukung oleh
value = 0,001, r xy = 0,391), dan nilai
penelitian yang dilakukan oleh Citya dkk
(2013) yang menghasilkan kesimpulan hubungan tergolong sedang.
bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara pengetahuan perawat dengan SARAN
pelaksanaan keselamatan pasien, dan ada
hubungan sikap perawat dengan pelaksanaan 1. Bagi Rumah Sakit
keselamatan pasien (patient safety). Hasil Diharapkan untuk dilakukannya
penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian sosialisasi kepada seluruh perawat yang
yang dilakukan oleh Budiono dkk (2014) berkaitan dengan pengkajian resiko jatuh
yang meneliti tentang pelaksanaan program pasien dengan skala Morse dan
manajemen pasien dengan resiko jatuh di bagaimana cara pengisian menggunakan
rumah sakit, hasil penelitiannya form pengkajian resiko jatuh skala
menyebutkan bahwa sebagian besar perawat Morse serta menetukan intepretasi secara
telah melaksanakan dengan baik program
benar.
manajemen pasien jatuh yang meliputi:
screening, pemasangan gelang identitas 2. Bagi Institusi Pendidikan
risiko jatuh, edukasi pasien dan keluarga Diharapkan dapat mempergunakan
tentang menggunakan leaflet edukasi, sebagai bahan acuan dalam menentukan
pengelolaan pasien risiko jatuh, penanganan kebijakan dalam menyusun panduan
pasien jatuh dan pelaporan insiden. perkuliahan terutama yang berkaitan
dengan tingkat pengetahuan
SIMPULAN hubungannya dengan kepatuhan perawat
1. Dilihat dari karakteristik responden dalam pelaksanaan SPO pencegahan
diketahui : sebagian besar responden resiko jatuh pasien di rumah sakit.
mempunyai umur antara 21-35 tahun 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
(40%), jenis kelamin perempuan (87,7%), Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
tingkat pendidikan D-3 Keperawatan dapat meneliti faktor yang
(90,8%), dan lama bekerja kurang dari 10 mempengaruhi kepatuhan perawat dalam
tahun (43,1%). pelaksanaan Standar Prosedur
2. Sebagian besar perawat mempunyai Operasional pencegahan resiko jatuh
pengetahuan tentang SPO pencegahan pasien misalnya sikap dan lingkungan
resiko jatuh tergolong cukup baik yaitu kerja, serta meneliti cakupan sampel
sebanyak 48 orang (69,2%). yang lebih luas.
3. Sebagian besar perawat mempunyai
kepatuhan dalam pelaksanaan SPO
pencegahan resiko jatuh tergolong cukup
patuh yaitu sebanyak 36 orang (55,4%).
DAFTAR PUSTAKA ________. (2010). Sikap dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Anwar, A. Awaliya dkk. (2012). Hubungan
Pengetahuan, Motivasi, dan Supervisi Rusmana, Nandang (2009). Bimbingan dan
dalam melaksanakan patient safety di Konseling Kelompok di Sekolah
RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo. (Metode, Teknik, dan Aplikasi).
Universitas Hasanuddin. Bandung : Rizqi Press

Bart, Smet. (2004). Psikologi Kesehatan. Sanjoto, Hary Agus. (2014). Pencegahan
Jakarta: PT. Grasindo. Pasien Jatuh Sebagai Strategi
Keselamatan Pasien: Sebuah
Budiono, Sugeng, Arief Alamsyah dan Sistematik Review.
Wahyu. (2014). Pelaksanaan Program
Manajemen Pasien dengan Resiko Setiadi. (2007). Perilaku Perawat
Jatuh di Rumah Sakit. Jurnal Professional terhadap Suatu Anjuran,
Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Prosedur atau Peraturan yang Harus
Suplemen No. 1, 2014. Dilakukan atau Ditaati. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Cintya, Bawelle. (2013). Hubungan Setyarini, Elizabeth Ari, dan Lusiana Lina
Pengetahuan dan Sikap Perawat Herlina. (2013). Kepatuhan Perawat
dengan Pelaksanaaan Keselamatan Melaksanakan Standar Prosedur
Pasien (Patient Safety) di Ruang Operasional Pencegahan Pasien
Rawat Inap RSUD Liun Kendage Resiko Jatuh di Gedung Yosep 3 Dago
Tahuna. E-Jurnal Keperawatan. dan Surya Kencana Rumah Sakit
2013.Vol 1, No 1 (1): 128-142 Borromeus. Jurnal Kesehatan. STIKes
Santo Borromeus.
Joint Commission International Acreditation
Standards for Hospitals. 4th Edition.
(2011).

KemenKes RI. (2011). Standar Akreditasi


Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI, 2011.

Miake-Lye IM Hempel S Ganz DA, and


Shekelle PG. (2013) Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Jakarta: Inpatient Fall Prevention
Programs as a Patient Safety
Departemen Kesehatan RI; 2008.
Strategy: A Systematic Review. Annals
of Internal Medicine. 2013; 158(5 );
390-396.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi


Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta.

_______. (2010). Metode Penelitian


Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Вам также может понравиться