Вы находитесь на странице: 1из 15

Pelaksanaan Diversi Terhadap Tindak Pidana Yang Dilakukan Oleh Anak

Di Pengadilan Negeri Bangkinang


Oleh : Rica Regina Novianty (Hukum Pidana)
Pembimbing:
Dr.Erdianto SH., M.Hum, dan Erdiansyah, SH., MH
Alamat : Jalan Paus Perumahan Nuansa Indah Paus Blok. B. No 4
Email: Ricareginanovianty@gmail.com
Abstract
The principle of the protection of children, especially on the principle of non-
discrimination that prioritizes the best interests of the child and the right to life,
survival and development so that the necessary respect for the child's opinion.
Thus there emerged an idea for it, that the perpetrators of criminal offenses
committed by children should be avoided as far as possible from the criminal
justice process. Based on this thinking, it gives birth to a concept called diversion,
which is the Indonesian term called diversion or redirection. Diversion is an
action or treatment to divert a case of a formal process to process informal or put
out criminal child of the juvenile justice system, or put out the perpetrators of
criminal acts of the criminal justice system of children. The author has done to
several research Pre Trial in First Level Jurisdiction in the province of Riau, and
author in the end chose Bangkinang District Court as a test site, because the
number of cases Diversi minimal and access is easy to reach in the research
process
Issues examined in this study are: First, How Diversion Implementation of the
offenses committed by children in the District Court Bangkinang? Second, Is
Diversion implementation of the offenses committed by children in the District
Court Bangkinang has reflected legal protection of the child?
This type of research is the study of law Sociological. Source data used are
primary data and secondary data, data collection techniques. obtained from
interviews and literature study. In this study the authors used a qualitative
analysis, in drawing conclusions using inductive method of thinking.
The results of this study are the First, implementation of Diversion of the
offenses committed by children in the District Court Bangkinang not running
optimally, it can be seen from the number of successful cases in Diversion and
also the obstacles found by the judge in the effective implementation of Diversion
for children such as the number of judges has a child criminal Justice
Specifications only two judges, victims' families are determined to not do Diversi,
and insisted on proceeding with the criminal. Secondly, protection of children
rights based implementation of Diversion District Court Bangkinang not
maximized, it is envisaged, from the number of successful cases in Diversion.
Suggestions from authors First, the judge must explore ways for the
implementation of the Diversion of children committing criminal offenses can be
implemented optimally. And deficiencies that become a reason not maximal
implementation Diversion can be solved by the parties concerned. Diversion
implementation should be maximized since in the investigation. Second, took the
seriousness of various stakeholders such as governments, law enforcement and
the community to create the legal protection of the child offender so that the goal
can be achieved Diversi.

Keywords: Diversi - Children - Court Bangkinang

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 1


PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak, Undang-
A. Latar Belakang Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Tindak pidana adalah suatu perubahan atas Undang-Undang Nomor
perbuatan yang dilakukan manusia yang 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
dapat bertanggungjawab yang mana Anak, Undang-Undang Nomor 39 Tahun
perbuatan tersebut dilarang atau 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan
diperintahkan atau dibolehkan oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
undang-undang yang diberi sanksi berupa tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.4
sanksi pidana. Kata kunci untuk Ketika seorang anak berada di
membedakan suatu perbuatan sebagai lingkungan lembaga pemasyarakatan,
tindak pidana atau bukan adalah apakah anak akan menghadapi lingkungan yang
perbuatan tersebut diberi sanksi pidana bergaul dengan narapidana dengan
atau tidak.1 berbagai jenis kejahatan dan jika bebas
Perlindungan anak Indonesia akan mendapat stigma anak yang nakal
berarti melindungi sumber daya insani yang sulit direhabilitasi sepanjang
dan membangun manusia Indonesia hidupnya.5
seutuhnya, menuju masyarakat yang adil Prinsip tentang perlindungan anak
dan makmur, materil spiritual terutama tentang prinsip non diskriminasi
berdasarkan Pancasila dan Undang- yang mengutamakan kepentingan terbaik
Undang Dasar 1945. 2 Kegiatan bagi anak dan hak untuk hidup,
perlindungan anak setidaknya memiliki kelangsungan hidup, dan perkembangan
dua aspek-aspek pertama berkaitan sehingga diperlukan penghargaan
dengan kebijakan dan peraturan terhadap pendapat anak. 6 Berdasarkan
perundang-undangan yang mengatur dari pemikiran tersebut, maka lahirlah
mengenai perlindungan hak-hak anak, sebuah konsep yang disebut diversion,
aspek kedua, menyangkut pelaksanaan yang dalam istilah bahasa Indonesia
kebijakan dan peraturan-peraturan disebut diversi atau pengalihan.7
3
tersebut. Diversi merupakan sebuah
Dalam hukum positif Indonesia, tindakan atau perlakuan untuk
perlindungan terhadap hak-hak anak mengalihkan suatu kasus dari proses
dapat ditemui di berbagai peraturan formal ke proses informal atau
perundung-undangan, seperti yang menempatkan ke luar pelaku tindak
tertuang dalam Keputusan Presiden pidana anak dari sistem peradilan anak,
Nomor 36 Tahun 1990 pada tanggal 25 atau menempatkan ke luar pelaku tindak
Agustus 1990, yang merupakan ratifikasi pidana anak dari sistem peradilan
dan konvensi PBB tentang Hak-Hak
Anak (Convention of the rights of the
child), Undang-Undang Nomor 4 Tahun 4
Nashriana, Op.cit, hlm. 13
5
1979 tentang Kesejahteraan Anak, Achmad Fauzi, “Anak dalam belenggu Hukum”
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Artikel pada Jurnal Nasional, Hakim Pengadilan
Agama Kotabaru, Kalimantan Selatan, tanggal 21
Februari 2012, hlm 2.
1 6
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia, DS. Dewi Fatahilla dan A.syukur, Mediasi Penal
Suatu Pengantar, Refika Aditama, Bandung, : penerapan restorative justice di pengadilan
2010, hlm. 100. anak Indonesia, Indie Pre Publishing, Depok,
2
Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi 2011, hlm. 13.
7
Anak di Indonesia, PT Rajagrafindo Persada, Marlina, Pengantar konsep Diversi dan restoratif
Jakarta, 2011, hlm. 1. justice dalam hukum pidana, USU Press. Medan,
3
Ibid, hlm. 3. 2010, hlm 1.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 2


pidana. 8 Artinya tidak semua masalah dijadikan formula dalam penyelesaian
perkara anak nakal harus diselesaikan beberapa kasus yang melibatkan anak
melalui jalur peradilan formal, dan sebagai pelaku tindak pidana. Dengan
memberikan alternatif bagi penyelesaian langkah kebijakan non penal anak
dengan pendekatan keadilan demi pelaku kejahatan, yang
kepentingan terbaik bagi anak dan penanganannya dialihkan di luar jalur
dengan mempertimbangkan keadilan bagi sistem peradilan pidana anak, melalui
korban. cara-cara pembinaan jangka pendek
Pasal 7 Undang-Undang Nomor atau cara lain yang bersifat
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan keperdataan atau administratif.9
Pidana Anak memuat : Penulis telah melakukan Pra
1. Pada tingkat penyidikan, riset kebeberapa Pengadilan di Tingkat
penuntutan, dan pemeriksaan I di Wilayah Hukum Provinsi Riau,
perkara anak di Pengadilan Negeri dan penulis pada akhirnya memilih
wajib diupayakan Diversi. Pengadilan Negeri Bangkinang
2. Diversi sebagaimana dimaksud sebagai lokasi penelitian, karena
pada Ayat (1) dilaksanakan dalam Jumlah kasus Diversi yang minim dan
hal tindak pidana yang dilakukan : akses yang mudah dijangkau dalam
a) Diancam dengan pidana penjara proses penelitian.
di bawah 7 (tujuh) tahun; dan Berdasarkan data dari hasil pra
b) Bukan merupakan pengulangan riset yang dilaksanakan oleh penulis di
tindak pidana. Pengadilan Negeri Bangkinang
Kepada pejabat yang telah mengenai pelaksanaan Diversi di
diamanatkan Undang-Undang untuk Pengadilan Negeri Bangkinang pada
memberikan upaya Diversi tetapi tidak tahun 2014 dan 2015. Diperoleh data
dilakukan, diberikan sanksi pidana sebagai berikut :
sebagaimana diatur dalam Pasal 96 Tabel I.1
Undang-Undang Nomor 11 Tahun Pelaksanaan Diversi di Pengadilan
2012 yang berbunyi :“Penyidik, Negeri Bangkinang
Penuntut Umum, dan Hakim yang N Tahun Jumlah Jumlah Juml
dengan sengaja tidak melaksanakan O Kasus Kasus ah
kewajiban sebagamana dimaksud Diversi Diversi Kasus
dalam Pasal 7 Ayat (1) di pidana 1 2014 0 36 36
dengan pidana penjara paling lama 2 2015 3 23 26
2 (dua) tahun atau denda paling Sumber : Riset di Pengadilan Negeri
banyak Rp 2.00.000.000,- (dua ratus Bangkinang
juta rupiah)” Data dari Pengadilan Negeri
Pelaksanaan Diversi Bangkinang menunjukkan sejak
dilatarbelakangi keinginan diberlakukannya Diversi yang diatur
menghindari efek negatif terhadap dalam Undang-Undang Nomor 11
jiwa dan perkembangan anak oleh Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
keterlibatannya dengan sistem Anak, pada tahun 2014 tidak ada kasus
peradilan pidana. Upaya pengalihan anak yang di Diversi dan
atau ide Diversi ini, merupakan keseluruhannya kasus berakhir dengan
penyelesaian yang terbaik yang dapat
9
Kusno Adi, Kebijakan Kriminal Dalam
8
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh
Refika Aditama, Bandung, 2009, hlm. 158. Anak, UMM press, Malang, 2009, hlm. 58-59.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 3


putusan pidana, dan ditahun menggunakan pendekatan
berikutnya, tahun 2015 jumlah kasus restorative juctice. Restorative
yang memiliki putusan pidana justice merupakan proses
sebanyak 23 kasus dan 3 kasus penyelesaian yang dilakukan di luar
berakhir dengan Diversi. sistem peradilan pidana (criminal
Berdasarkan uraian latar justice system) dengan melibatkan
belakang di atas maka menarik untuk korban, pelaku, keluarga korban
diteliti yang dituangkan dalam karya dan pelaku, masyarakat serta pihak-
ilmiah dalam bentuk skripsi dengan pihak yang berkepentingan dengan
judul: “Pelaksanaan Diversi terhadap suatu tindak pidana yang terjadi
tindak pidana yang dilakukan oleh untuk mencapai kesepakatan dan
anak di Pengadilan Negeri penyelesaian. Menurut Fruin J.A,
Bangkinang”. peradilan anak restoratif berangkat
B. Rumusan Masalah dari asumsi bahwa tanggapan atau
1. Bagaimanakah Pelaksanaan Diversi reaksi terhadap pelaku delinkuensi
terhadap tindak pidana yang anak tidak akan efektif tanpa
dilakukan oleh anak di Pengadilan adanya kerjasama dan keterlibatan
Negeri Bangkinang? dari korban, pelaku dan
2. Apakah pelaksanaan Diversi masyarakat. Prinsip yang menjadi
terhadap tindak pidana yang dasar adalah bahwa keadilan paling
dilakukan oleh anak di Pengadilan baik terlayani, apabila setiap pihak
Negeri Bangkinang telah menerima perhatian secara adil dan
mencerminkan perlindungan seimbang, aktif dilibatkan dalam
hukum terhadap anak? proses peradilan dan memperoleh
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian keuntungan secara memadai dari
1. Tujuan Penelitian interaksi mereka dengan sistem
a. Untuk mengetahui pelaksanaan peradilan anak.10
Diversi terhadap tindak pidana Sanksi tindakan bertujuan
yang dilakukan oleh anak di lebih bersifat mendidik 11 dan
Pengadilan Negeri Bangkinang berorientasi pada perlindungan
b. Untuk mengetahui pelaksanaan masyarakat.12
Diversi terhadap tindak pidana 2. Konsep Kebijakan Hukum
yang dilakukan oleh anak di Pidana
Pengadilan Negeri Bangkinang Penggunaan hukum pidana
telah mencerminkan di Indonesia sebagai sarana untuk
perlindungan hukum terhadap menanggulangi kejahatan
anak. tampaknya tidak menjadi persoalan,
2. Kegunaan Penelitian hal ini terlihat dari praktek
a. Bagi Penulis perundang-undangan selama ini
b. Bagi Dunia Akademik
10
c. Bagi Instansi Terkai Paulus Hadisuprapto, Delinkuensi Anak,
D. Kerangka Teori Pemahaman dan Penanggulangannya,
1. Konsep Restorative Justice Bayumedia Publishing, Malang, 2008, hlm. 228.
11
Utrecht, E, Rangkaian Sari Kuliah Hukum
Alternatif baru yang kini Pidana II, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, 1994,
banyak diperkenalkan dalam upaya hlm. 360.
12
dalam penanganan perkara tindak Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan
pidana anak adalah dengan Indonesiadari Retribusi ke Reformasi, Pradnya
Paramita, Jakarta, 1996, hlm. 53.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 4


yang menunjukkan bahwa usaha perlindungan anak adalah
penggunaan hukum pidana bagaimana.
merupakan bagian dari kebijakan
atau politik hukum yang dianut di E. Kerangka Konseptual
Indonesia. Penggunaan hukum 1. Pelaksanaan adalah kegiatan yang
pidana dianggap sebagai hal yang dilaksanakan oleh suatu badan atau
wajar dan normal, seolah-olah wadah secara berencana, teratur dan
eksistensinya tidak dipersoalkan. terarah guna mencapai tujuan yang
Persoalan sekarang adalah garis- diharapkan.
garis kebijakan atau pendekatan 2. Diversi adalah sebuah tindakan atau
yang bagaimanakah sebaiknya perlakuan untuk mengalihkan suatu
ditempuh dalam menggunakan kasus dari proses formal ke proses
hukum pidana. informal atau menempatkan ke luar
3. Teori Perlindungan Anak pelaku tindak pidana anak dari sistem
Perlindungan anak adalah peradilan anak. atau menempatkan ke
suatu usaha mengadakan kondisi luar pelaku tindak pidana anak dari
yang melindungi anak dapat sistem peradilan pidana.14
melaksanakan hak dan 3. Tindak pidana adalah suatu
kewajibannya. Menurut Arif pelanggaran norma (gangguan
Gosita, bahwa perlindungan anak terhadap tertib hukum) yang dengan
adalah suatu hasil interaksi karena sengaja ataupun tidak sengaja telah
adanya interrelasi antara fenomena dilakukan oleh seorang pelaku.15
yang ada dan Saling 4. Anak adalah seseorang yang belum
mempengaruhi. 13 Oleh karena itu berusia 18 (delapan belas) tahun,
untuk mengetahui adanya, termasuk anak yang masih dalam
terjadinya perlindungan anak yang kandungan.16
baik atau buruk, tepat atau tidak 5. Pengadilan Negeri Bangkinang adalah
tepat, maka harus diperhatikan pelaksana kekuasaan kehakiman yang
fenomena yang relevan, yang berada dilingkungan peradilan umum
mempuyai peran penting dalam di wilayah hukum Bangkinang.
terjadinya kegiatan perlindungan 6. Restorative Justice adalah adalah
anak. penyelesaian perkara tindak pidana
Pada dasarnya usaha dengan melibatkan pelaku, korban,
perlindungan anak terdapat dalam keluarga pelaku/korban, dan pihak lain
berbagai bidang kehidupan untuk yang terkait untuk bersama-sama
kepentingan anak dan mempunyai mencari penyelesaian yang adil
dampak positif pada orang tua. dengan menekankan pemulihan
Harus diperjuangkan agar asas- kembali pada keadaan semula, dan
asas perlindungan anak bukan pembalasan.17
diperjuangkan dan dipertahankan
sebagai landasan semua kegiatan
14
yang menyangkut pelayanan anak Marliana, Op. cit, hlm. 158
15
secara langsung atau tidak langsung P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana
Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1984, hlm. 172.
demi perlakuan adil kesejahteraan 16
Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 23
anak. Namun hal terpenting dari Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
17
konsep ini di atur dalam Undang-Undang
13
Arif Gosita, Masalah perlindungan anak ed. ke- Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
1, Akademika Pressindo, Jakarta, 2005, hlm. 12 Pidana Anak.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 5


F. Metode penelitian 4. Sumber Data
1. Jenis penelitian a. Data Primer adalah data yang
Ditinjau dari sudut metode penulis dapatkan atau diperoleh
penelitian ini dapat digolongkan dalam secara langsung melalui responden
jenis penelitian hukum sosiologis di lapangan.
(empiris), yaitu sebagai usaha melihat b. Data sekunder adalah data yang
pengaruh berlakunya hukum positif sudah ada sebelumnya atau
terhadap kehidupan masyarakat. Sifat merupakan data jadi atau baku.
peneilitian ini bersifat deskriptif, yaitu c. Data Sekunder dibagi menjadi tiga
penelitian yang memberikan gambaran jenis, yaitu :19
secara jelas dan juga terperinci 1. Bahan Hukum Primer
mengenai permasalahan yang diteliti a) Kitab Undang – Undang Hukum
oleh penulis. Pidana;
2. Lokasi Penelitian b) Kitab Undang – Undang Hukum
Untuk memperoleh data yang Acara Pidana;
diperlukan dalam penelitian ini maka c) Undang-Undang Nomor 11 Tahun
penelitian tersebut dilakukan di Polres 2012 tentang Sistem Peradilan
Bangkinang, Kejaksaan Negeri Pidana Anak;
Bangkinang dan Pengadilan Negeri d) Undang-Undang Nomor 35 Tahun
bangkinang. 2014 tentang perubahan atas
3. Populasi dan Sampel Undang-undang Nomor 23 Tahun
a. Populasi 2002 tentang Perlindungan Anak;
Populasi adalah sekumpulan objek e) Undang-undang Nomor 39 Tahun
yang hendak diteliti berdasarkan 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
lokasi penelitian yang telah 2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu
ditentukan sebelumnya sehubung-an semua publikasi tentang hukum
dengan penelitian ini.18 yang bukan merupakan dokumen-
1. Hakim Pengadilan Negeri dokumen resmi yang meliputi
Bangkinang buku-buku teks, kamus hukum.20
2. Kepala Seksi Pidana Umum 3. Bahan Hukum Tertier, yaitu
Kejaksaan Negeri Bangkinang bahan hukum yang memberikan
3. Kepala Satuan Reserse Kriminal petunjuk atau penjelasan terhadap
Polres Kampar bahan hukum primer dan
4. Keluarga/Anak Pelaku Tindak sekunder
Pidana 5. Teknik Pengumpulan Data
b. Sampel a. Wawancara (Interview) adalah
Untuk mempermudah penulis interaksi dimana pewawancara
dalam melakukan penelitian maka mengajukan pertanyaan seputar
penulis menentukan sampel, di mana masalah penelitian kepada
sampel adalah himpunan bagian atau responden.
sebagian dari populasi yang dapat b. Studi Kepustakaan adalah
mewakili keseluruhan objek Mengkaji, menelaah dan
penelitian. menganalisis berbagai literatur

19
Ibid., hlm. 31
20
Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Edisi
18
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Pertama Cetakan keenam, Kencana Prenada
Praktek, Sinar Grafika, Jakarta :2002,hlm.44. Media Group, Jakarta, hlm.141

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 6


yang berhubungan dengan terciptanya keadilan restoratif, baik
permasalahan yang diteliti. bagi anak maupun bagi korban.22
6. Analisa Data Alternatif baru yang saat ini
Analisis data secara kualitatif diperkenalkan dalam upaya
artinya data yang berdasarkan uraian penanganan perkara tindak pidana
kalimat atau data tidak dianalisis anak adalah dengan menggunakan
dengan menggunakan statistik atau pendekatan restorative juctice.
matematika ataupun sejenisnya,. 21 Restorative justice merupakan proses
Sedangkan metode berpikir yang penyelesaian yang dilakukan di luar
digunakan penulis yaitu deduktif sistem peradilan pidana (criminal
justice system) dengan melibatkan
TINJAUAN PUSTAKA korban, pelaku, keluarga korban dan
pelaku, masyarakat serta pihak-pihak
A. Tinjauan Umum Tentang yang berkepentingan dengan suatu
Restorative Justice (Diversi) tindak pidana yang terjadi untuk
Pelaksanaan sistem peradilan mencapai kesepakatan dan
pidana anak bertumpu atau penyelesaian.
berdasarkan Undang-Undang Nomor Restorative Justice adalah
11 Tahun 2012 tentang Sistem bentuk yang paling disarankan dalam
Peradilan Pidana Anak. Adapun melakukan Diversi terhadap Anak
substansi yang diatur dalam Undang- yang berhadapan dengan hukum. Hal
undang ini, antara lain, mengenai ini dikarenakan konsep restorative
penempatan anak yang menjalani justice melibatkan berbagai pihak
proses peradilan dapat ditempatkan di untuk menyelesaikan suatu
Lembaga Pembinaan Khusus Anak permasalahan yang terkait dengan
(LPKA). Substansi yang paling tindak pidana yang dilakukan oleh
mendasar dalam Undang-undang ini Anak.
adalah pengaturan secara tegas B. Tinjauan Umum Tentang Tidak
mengenai keadilan restoratif dan Pidana Anak
Diversi yang dimaksudkan untuk Istilah “Peristiwa Pidana” atau
menghindari dan menjauhkan anak “Tindak Pidana” adalah sebagai
dari proses peradilan sehingga dapat terjemahan dari istilah bahasa Belanda
menghindari stigma dan menjauhkan “strafbaar feit”. Dalam bahasa
anak dari proses peradilan sehingga Indonesia disamping istilah “peristiwa
dapat menghindari stigmatisasi pidana” untuk terjemahan strafbaar
terhadap anak yang berhadapan feit atau delict dikenal juga beberapa
dengan hukum dan diharapkan anak terjemahan lain tindak pidana,
dapat kembali ke dalam lingkungan perbuatan pidana, perbuatan yang
sosial secara wajar. Oleh karena itu, boleh dihukum dan perbuatan yang
sangat diperlukan peran serta semua dapat dihukum.23Strafbaar feit, terdiri
pihak dalam rangka mewujudkan hal dari tiga kata, yakni Straf, baar, dan
tersebut. Proses itu bertujuan pada
22
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 11
tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak.
23
C.S.T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, Pokok-
21
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Pokok Hukum Pidana, cet. Ke1, Pradnya
Hukum, UI,Press, Jakarta : 1982,hlm.32. Paramita, Jakarta, 2004, hlm. 37

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 7


feit. Secara literlijk, kata “straf' artinya bila ada yang melakukan
pidana, “baar” artinya dapat atau wanprestasi.25
boleh dan `feit” adalah perbuatan. 24 Perlindungan hukum
Anak adalah amanah dan merupakan perlindungan yang
anugerah Tuhan yang masih diberikan terhadap hukum agar tidak
memerlukan perawatan dan ditafsirkan berbeda dan tidak cedera
perlindungan khusus dari negara dan oleh aparat penegak hukum dan juga
masyarakat. Anak perlu mendapat bisa berarti perlindungan yang
perlindungan dari dampak negatif diberikan oleh hukum terhadap
perkembangan pembangunan yang sesuatu. Hukum semestinya
cepat, arus globalisasi di bidang memberikan perlindungan terhadap
komunikasi dan informasi, kemajuan semua pihak sesuai dengan status
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta hukumnya karena setiap orang
perubahan gaya dan cara hidup memiliki keduddukan yang sama
sebagian orang tua yang telah dihadapan hukum. Aparat penegak
membawa perubahan sosial yang hukum pun wajib menegakkan hukum
mendasar dalam kehidupan agar berjalan sesuai fungsinya.
masyarakat yang sangat berpengaruh Menurut Satjipto Raharjo,
terhadap nilai dan perilaku anak. Perlindungan hukum adalah
Bahwa Indonesia sebagai memberikan pengayoman terhadap
Negara Pihak dalam Konvensi Hak- hak asasi manusia (HAM) yang
Hak Anak (Convention on the Rights dirugikan orang lain dan perlindungan
of the Child) yang mengatur prinsip itu diberikan kepada masyarakat agar
perlindungan hukum terhadap anak dapat menikmati semua hak-hak yang
mempunyai kewajiban untuk diberikan oleh hukum.
memberikan perlindungan khusus Upaya perlindungan anak perlu
terhadap anak yang berhadapan dilaksanakan sedini mungkin yakni
dengan hukum. Disadari bahwa sejak dari janin semasih dalam
walaupun kenakalan anak merupakan kandungan sampai anak berumur 18
perbuatan anti sosial yang dapat (delapan belas) tahun, karena anak
meresahkan masyarakat, namun hal adalah tunas, potensi dan generasi
terebut diakui sebagai suatu gejala penerus cita-cita bangsa, maka agar
umum yang harus diterima sebagai anak kelak mampu memikul tanggung
suatu fakta sosial. Oleh karenanya jawab tersebut anak perlu mendapat
perlakuan terhadap tindak pidana anak kesempatan yang seluas-luasnya untuk
seyogyanya berbeda dengan perlakuan tumbuh dan berkembang secara
terhadap tindak pidana pada umumnya optimal baik fisik, mental maupun
yang dilakukan oleh orang dewasa. sosial.
Menurut Soedikno Menurut Pasal 1 Ayat (2)
Mertokusumo yang dimaksud dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
perlindungan hukum adalah : Suatu 2014 tentang Perlindungan Anak yang
hal atau perbuatan untuk melindungi dimaksud dengan perlindungan anak
subyek hukum berdasarkan pada adalah : segala kegiatan untuk
peraturan perundang-undangan yang menjamin dan melindungi anak dan
berlaku disertai dengan sanksi-sanksi
25
Soedikno Mertokusumo, Mengenal hukum
24
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana , (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1991,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 69 hlm. 9

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 8


hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh a. Pekanbaru sudah menjadi ibukota
dan berpartisipasi secara optimal Provinsi Riau.
sesuai dengan harkat dan martabat b. Pekanbaru selain menjadi ibukota
kemanusian, serta mendapat Provinsi juga sudah menjadi
perlindungan dari kekerasan dan Kotamadya.
diskriminasi. Perlindungan bagi anak c. Mengingat luasnya daerah
yang berhadapan dengan hukum Kabupaten Kampar sudah
meliputi anak yang berkonflik dengan sewajarnya ibukota dipindahkan ke
hukum dan anak korban tindak pidana. Bangkinang guna meningkatkan
Hal tersebut menjadi tanggung jawab efisiensi pengurusan pemerintahan
pemerintah dan masyarakat. dan meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat.
GAMBARAN UMUM TEMPAT d. Prospek masa depan Kabupaten
PENELITIAN Kampar tidak mungkin lagi dibina
dengan baik dari Pekanbaru.
A. Gambaran Umum Kabupaten e. Bangkinang terletak di tengah-
Kampar tengah daerah Kabupaten Kampar,
1. Sejarah Singkat Kabupaten yang dapat dengan mudah untuk
Kampar melaksanakan pembinaan ke
Berdasarkan Surat Keputusan seluruh wilayah kecamatan dan
Gubernur Militer Sumatera Tengah sebaliknya.
Nomor : 10/GM/STE/49 tanggal 9 2. Keadaan Geografi
Nopember 1949, Kabupaten Kampar Kabupaten Kampar dengan
merupakan salah satu Daerah Tingkat luas lebih kurang 1.128.928
II di Provinsi Riau yang terdiri dari Hamerupakan daerah yang terletak
Kawedanaan Palalawan, Pasir antara 01°00’40” Lintang Utara
Pangarayan, Bangkinang dan sampai 00°28’30” Lintang Selatan dan
Pekanbaru Luar Kota dengan ibu kota 100°28’30” -101°14’30” Bujur Timur.
Pekanbaru. Kemudian berdasarkan Daerah ini terdiri dari 20 kecamatan
Undang-undang No. 12 tahun 1956 dan 250 desa/kelurahan.
ibukota Kabupaten Kampar Batas-batas daerah Kabupaten
dipindahkan ke Bangkinang dan baru Kampar adalah sebagai berikut:
terlaksana tanggal 6 Juni 1967. a. Sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Kampar dibentuk Kota Pekanbaru dan Kabupaten
berdasarkan Undang-Undang Nomor Siak;
12 tahun 1956, kemudian dengan b. Sebelah selatan berbatasan
diberlakukannya Undang-Undang dengan Kabupaten Kuantan
Nomor 53 Tahun 1999 , maka Singingi;
Kabupaten Kampar resmi di mekarkan c. Sebelah barat berbatasan dengan
menjadi 3 (tiga) Kabupaten yaitu, Kabupaten Rokan Hulu dan
Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Provinsi Sumatera Barat, dan
Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar d. Sebelah timur berbatasan dengan
sebagai Kabupaten Induk. Kabupaten Pelalawan dan
Adapun faktor-faktor yang Kabupaten Siak.
mendukung pemindahan ibukota Di daerah Kabupaten Kampar
Kabupaten Kampar ke Bangkinang terdapat dua buah sungai besar, yaitu
antara lain: sungai Kampar dan sungai Siak bagian

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 9


hulu, serta beberapa sungai kecil. Alamat Pengadilan Negeri
Sungai-sungai besar yang terdapat di Kelas II Bangkinang Jalan Letnan
Kabupaten Kampar ini sebagian masih Boyak No.77. Telp/Fax. (0762)20043
berfungsi baik sebagai Bangkinang 28412
prasaranaperhubungan, sumber air
bersih budidaya ikan maupun sebagai PEMBAHASAN
sumber energi listrik (PLTA Koto A. Pelaksanaan Diversi Terhadap
Panjang). Tindak Pidana Yang Dilakukan
B. Sejarah Pengadilan Negeri Kelas II Oleh Anak Di Pengadilan Negeri
Bangkinang Bangkinang
Bahwa pada awalnya gedung Seseorang yang melanggar
Pengadilan Negeri Bangkinang hukum pidana akan berhadapan
bertempat dijalan Prof. M. Yamin, SH dengan negara melalui aparat penegak
Bangkinang, kemudian dengan adanya hukum. Sebagai sebuah instrumen
DIP. No.52/XIII/3/1977 tanggal 17 pengawasan sosial, hukum pidana
Maret 1977 tentang pembangunan menyandarkan diri pada sanksi karena
gedung kantor Pengadilan Negeri fungsinya memang mencabut hak
Bangkinang yang terletak Dijalan orang atas kehidupan, kebebasan, atau
Letnan Boyak Bangkinang yang hak milik mereka. Invasi terhadap hak
dilaksanakan oleh PT. GIAM dasar ini dibenarkan demi
Pekanbaru dengan nilai kontrak melestarikan masyarakat dan
sebesar 68.698.000 (Enam puluh melindungi hak-hak fundamental dari
delapan juta enam ratus sembilan gangguan orang lain. 26 Pencabutan
puluh delapan ribu rupiah) dengan luas kebebasan seseorang dalam doktrin
tanah 8.280 M2 dengan luas bangunan Hukum Hak Asasi Manusia
624 M2, bangunan terdiri dari dua Internasional termasuk rumpun Hak
lantai dan berpilar sebanyak 4 buah. Sipil dan Hak Politik, karena
Kemudian kantor tersebut menyangkut pemajuan dan
diresmikan oleh Bapak Dirjen perlindungan martabat dan keutuhan
Pembinaan Badan Peradilan Umum manusia secara individual. Terdapat 3
Dep. Kehakiman oleh Bapak Soeroto, (tiga) hak yang bersifat lebih
SH pada tanggal 23 Juli 1979. Setelah fundamental daripada hak lain untuk
empat tahun kemudian tepatnya pada mencapai maksud tersebut, yakni hak
tahun 1983 berdasarkan DIP No. atas hidup, keutuhan jasmani, dan
60/XIII/3/1983 tanggal 11 Maret 1983 kebebasan. Pada ketiga hak inilah
tahun anggaran 1982/1983 Pengadilan semua hak lain bergantung, tanpa
Negeri Bangkinang mendapat ketiga hak ini, hak-hak lain sedikit
tambahan gedung untuk ruang arsip, atau sama sekali tidak bermakna.27
ruang tahanan laki-laki dan wanita Institusi kepolisian merupakan
serta ruang hukum. institusi negara yang pertama kali
Kemudian pada tahun 2007
26
Pengadilan Negeri Bangkinang Haji N.A. Noor Muhammad, Proses Hukum
mendapat pula proyek rehabilitasi Bagi Orang yang DidakwaMelakukan
Kejahatan,dalamHak Sipil dan Politik : Esai-Esai
gedung Kantor Pengadilan Negeri Pilihan, Ifdhal Kasim (Editor), Jakarta, 2001,
Bangkinang seluas 624 M2 hlm. 180
27
berdasarkan DIPA No.0364-0/005- Yoram Dinstein, Hak Atas Hidup, Keutuhan
01.0/IV/07 tanggal 31 Desember 2007. Jasmani, dan Kebebasan, dalam Hak Sipil dan
Politik : Esai-Esai Pilihan, hlm. 128

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 10


melakukan intervensi terhadap anak Sistem hukum continental/civil
yang berkonflik dengan hukum. law yang dianut Indonesia, hakim
Penangkapan, penahan, penyelidikan, menjadi aktor sentral proses
dan penyidikan merupakan perjalanan persidangan. Hakim
kewenangan kepolisian untuk menjadi penentu akhir melalui
menegakkan sistem peradilan pidana penalaran hukum yang tertuang dalam
anak.Dalam menjalankan tugasnya sebuah putusan hakim (vonis). Melalui
kepolisian diberikan kewenangan penalaran hukum hakim memberikan
diskresi (discretionary interpretasi dan konstruksi hukum
power).Kewenangan diskresi adalah suatu instrumen hukum.
kewenangan legal di mana kepolisian Restorative justice dapat
berhak untuk meneruskan atau tidak dijadikan rujukan bagi hakim untuk
meneruskan suatu perkara. menyelesaikan perkara anak. Pada
Berdasarkan kewenangan ini pula prinsipnya restorative justice
kepolisian dapat mengalihkan mengakui 3 (tiga) pemangku
(Diversion) terhadap suatu perkara kepentingan (stakeholders) dalam
anak 28 sehingga anak tidak perlu menentukan penyelesaian perkara
berhadapan dengan penyelesaian anak. Ketiga pihak tersebut terdiri atas
pengadilan pidana secara formal. : (i) korban; (ii) pelaku; dan
Berdasarkan wawancara komunitas. Restorative justice menjadi
dengan Kepala seksi Pidana Umum wahana mempertemukan korban dan
(Kasipidum) Kejaksaan Negeri pelaku dalam rangka mengupayakan
Bangkinang Bapak Herlambang pemulihan bagi korban. Pelaku
Saputro, SH, melalui salah satu jaksa dibebani kewajiban untuk
ibu Wulan Widari, SH menyatakan mempertanggungjawabkan
bahwa pada tahun 2014 ada 1 kasus perbuatannya kepada korban dan
yang di Diversi, dan pada tahun 2015 komunitas. Selain itu, pelaku
ada 2 kasus yang di Diversi. Tetapi bertanggung jawab untuk mengakui
penulis tidak dapat meminta jumlah kejahatannya, dan jika memungkinkan
keseluruhan kasus karena adanya memulihkan penderitaan korban. 29
kesalahan di bidang administrasi Namun semangat restorative justice
pendataan Kejaksaan Negeri tidak nampak dalam Undang-Undang
Bangkinang. Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Berdasarkan wawancara Kekuasaan kehakiman, maupun
dengan Kepala seksi Pidana Umum Undang-Undang Nomor 11 Tahun
(Kasipidum) Kejaksaan Negeri 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Bangkinang Bapak Herlambang Anak. Hakim tidak diberikan
Saputro, SH, melalui salah satu jaksa kewenangan secara eksplisit untuk
ibu Wulan Widari, SH menyatakan memutuskan penyelesaian perkara
bahwa untuk kasus-kasus yang anak dengan sistem penanganan
berhasil untuk di Diversi, maka akan restorative justice.
dibuatkan akta yang akan Berdasarkan wawancara
ditangdatangani para pihak, kemudia dengan Hakim Pengadilan Negeri
diminta pengesahan kepada Hakim Bangkinang Bapak Ferdian Permadi,
Pengadilan Negeri Bangkinang. SH menyatakan bahwa Sanksi bagi
28 29
Purnianti, Mamik Sri Supatmi, dan Ni Made The Fresno County Restorative Justice
Martini, op.cit, hlm. 74 Framework, Februari, 2003

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 11


hakim tidak melaksanakan Diversi kasus, dapat menggambarkan bahwa
padahal kasus anak itu memenuhi upaya pelaksanaan Diversi di
syarat untuk di Diversi, yaitu seperti Pengadilan Negeri Bangkinang belum
yang terdapat dalam Undang-Undang. maksimal. Karena hanya 3 kasus yang
Dapat dituntut dan dipidana. Maka berhasil dari 16 kasus anak yang
untuk menghindari hal tersebut, memenuhi syarat untuk di Diversi.
Sidang anak harus dilakukan hakim Berdasarkan hasil wawancara
yang memiliki sertifikasi dengan pihak penyidik, kejaksaan dan
Berdasarkan wawancara pengadilan, dan berdasarkan data yang
dengan Hakim Pengadilan Negeri telah penulis peroleh dari ketiga
Bangkinang Bapak Ferdian Permadi, instansi penegak hukum tersebut
SH menyatakan bahwakeputusan analisis penulis adalah pelaksanaan
pelaksanaan Diversi ada di Diversi terhadap tindak pidana yang
Pengadiilan Negeri, karena Tidak ada dilakukan oleh anak di Pengadilan
Upaya Hukum untuk meminta Negeri Bangkinang belum berjalan
pelaksanaan. Karena Hakim di maksimal, hal ini tergambar dari
Pengadilan Tinggi hanya memeriksan jumlah kasus yang berhasil di Diversi
berkas penerapan hukum. Tetapi dan juga hambatan-hambatan yang
apabila belum diDiversi. Tetapi ditemukan oleh hakim dalam
pengadilan tinggi bisa memerintahkan mengefektifkan pelaksanaan Diversi
Pengadilan Negeri untuk melakukan bagi anak.
Diversi kembali. B. Perlindungan Hukum Terhadap
Berdasarkan wawancara Anak Dalam Pelaksanaan Diversi
dengan Hakim Pengadilan Negeri Terhadap Tindak Pidana Yang
Bangkinang Bapak Ferdian Permadi, Dilakukan Oleh Anak Di
SH menyatakan bahwa Tantangan Pengadilan Negeri Bangkinang
bagi hakim/pra pihak yang terkait Pemerintah Indonesia pada
dalam Diversi yaitu bisa atau tidak tanggal 26 Januari 1990 telah
mengembalikan seperti keadaan menandatangani Konvensi Hak Anak
semula. Anak sebagai pelaku, korban, tersebut dan telah diratifikasi melalui
saksi. Kondisinya apakah dapat Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun
memberikan pengertian bahwa anak 1990. Keputusan Presiden ini
tidak boleh melakukan pelanggaran, mengintrodusir kaidah hukum yang
anak sebagai korban bisa tidak untuk terdapat dalam Konvensi Hak-hak
move on, anak sebagai saksi, bisa tidak Anak ke dalam hukum nasional. Oleh
melupakan kejadian yang dia lihat. sebab itu, terdapat kewajiban
Anak harus bisa kembali ke keadaan Pemerintah Indonesia untuk
semula.30 menjadikannya sebagai sumber hukum
Berdasarkan uraian Tabel IV. 2 dalam pembentukan hukum nasional
di atas, dapat dianalisa, bahwa yang berkenaan dengan pelaksanaan
keberhasilan pelaksanaan Diversi Konvensi Hak-hak Anak. Sebagai
terhadap anak di Pengadilan Negeri negara peserta yang telah meratifikasi
Bangkinang pada Tahun 2014 dan konvensi tersebut, maka konsekuensi
2015 meningkat. Tetapi jumlah kasus hukumnya bahwa pemerintah
juga meningkat. Tetapi jumlah 3 mengakui adanya hak-hak anak serta
berkewajiban melaksanakan dan
30
Ibid

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 12


menjamin terlaksananya hak-hak hukum yang berlaku. Perlindungan ini
anak.31 perlu karena anak merupakan bagian
Di dalam Undang-Undang masyarakat yang mempunyai
tentang Peradilan Anak tidak ada keterbatasan secara fisik dan
aturan tentang hak anak, dalam mentalnya. Oleh karena itu, anak
undang-undang tersebut hanya memerlukan perlindungan dan
32
mengatur tentang sistem peradilan perawatan khusus Di dalam Undang-
anak saja, maka dari itu pemerintah Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang
membentuk suatu undang-undang agar Perlindungan Anak, pengertian
anak berhak memiliki suatu hak yang perlindungan anak adalah segala
terdapat dalam Undang-Undang kegiatan untuk menjamin dan
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang melindungi anak dalam hak-haknya
perubahan atas undang-undang Nomor agar dapat hidup, tumbuh,
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan berkembang dan berpatrisipasi secara
Anak. Terdapat beberapa hak-hak optimal sesuai dengan harkat dan
anak yang terdapat dalam Undang- martabat kemanusiaan serta mendapat
Undang tentang Perlindungan Anak perlindungan dari kekerasan dan
adalah: diskriminasi. Menurut Arif Gosita
1. Hak untuk hidup, tumbuh, berpendapat bahwa perlindungan anak
berkembang dan berpartisipasi dan adalah suatu usaha untuk melindungi
mendapatkan perlindungan dari anak dapat agar dapat melaksanakan
kekerasaan dan diskriminasi; hak serta kewajibannya dengan baik.33
2. Mendapatkan identitas diri dari Berdasarkan wawancara
suatu kewarganegaraan; dengan Bapak Herlambang Saputro,
3. Mengetahui orang tuanya, SH Kepala Seksi Pidana Umum
dibesarkan dan di asuh oleh orang Kejaksaksaan Negeri Bangkinang,
tuanya sendiri; menyatakan pada prakteknya
4. Mendapatkan pelayanan kesehatan Perlindungan hukum terhadap anak
dan jaminan sosial; pelaku tindak pidana belum maksimal.
5. Memperoleh pendidikan dan Namun keberadaan aturan yang sudah
pengajaran; memrintahkan aparat penegak hukum
6. Hak untuk di asuh oleh orang untuk menerapkan Diversi, menjadi
tuanya sendiri; tugas bagi penegak hukum untuk
7. Memperoleh perlindungan dari mengefektifkan Diversi untuk
penganiayaan; dan melindungi anak pelaku tindak pidana.
8. Anak yang menjadi korban atau Berdasarkan wawancara
pelaku tindak pidana berhak untuk dengan Hakim Pengadilan Negeri
mendapatkan bantuan hukum. Bangkinang Bapak Ferdian Permadi,
Masalah perlindungan hukum SH menyatakan bahwa cerminan
bagi anak merupakan salah satu cara perlindungan hukum dalam
melindungi tunas bangsa di masa pelaksanaan Diversi di Pengadilan
depan. Perlindungan hukum terhadap Negeri Bangkinang, secara hukum
anak menyangkut semua aturan
32
Marlina, Op.Cit, hlm. 42.
31 33
Muhammad Joni dan Zulchaina Z. Maidin Gultom, Perlindungan Hukum
Tanamas, Aspek Hukum Perlindungan Anak Terhadap Anak (dalam sistem peradilan pidana
dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, Citra anak di Indonesia ) Refika aditama, Bandung,
Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm.66. 2010, hlm. 34

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 13


positif sudah, tetapi dalam
pelaksanaannya belum, karena negara PENUTUP
belum menjamin mengenai fasilitas, Berdasarkan hasil pembahasan
itu dilimpahkan kemasing-masing dan penelitian maka dapat ditarik
aparat hukum. Negara belum concern kesimpulan dan saran sebagai berikut:
kepelaksanaan. A. Kesimpulan
Berdasarkan wawancara 1. Pelaksanaan Diversi terhadap tindak
dengan Hakim Pengadilan Negeri pidana yang dilakukan oleh anak di
Bangkinang Bapak Ferdian Permadi, Pengadilan Negeri Bangkinang
SH menyatakan apakah hukuman belum berjalan maksimal, hal ini
penjara merupakan hukuman yang dapat dilihat dari jumlah kasus yang
tepatbagi anak, Jangan-jangan berhasil di Diversi dan juga
dipenjara dia marah blajar lebih jahat. hambatan-hambatan yang ditemukan
Bapak Ferdian Permadi, SH juga oleh hakim dalam mengefektifkan
menyatakan bahwa Perlindungan pelaksanaan Diversi bagi anak
terhadap anak pelaku tindak pidana seperti jumlah hakim memiliki
harus dilakukan semua pihak baik Spesifikasi Hakim Pidana anak
polisi, jaksa dan hakim,untuk hanya 2 orang hakim, Terdapat
mengetahui keadaan internal dan keluarga korban yang berkeras untuk
eksternal anak yang telah melakukan tidak melakukan Diversi, dan
tindak pidana, misalnya: Dari keadaan bersikeras untuk tetap melanjutkan
fisik, psikologis, sosial pendidikan dan ke proses pidana. Kekurangan
ekonomi; Keadaan orang tua, dan cara Fasilitas Pengadilan Negeri
orang tua memelihara anak; Hubungan Bangkinang seperti tidak ada ruang
anak dengan keluarga, masyarakat dan sidang anak, fasilitas tidak
sekolah.34 mendukung, tidak ada ruangan
Berdasarkan uraian hasil kurungan anak hal ini karena
wawancara dan tori dari ahli di atas, keterbatasan administrasi anggaran.
penulis menyimpulkan bahwa 2. Perlindungan hak terhadap anak
perlindungan hak terhadap anak berdasarkan pelaksanaan Diversi di
berdasarkan pelaksanaan Diversi di Pengadilan Negeri Bangkinang
Pengadilan Negeri Bangkinang belum belum maksimal, hal ini tergambar,
maksimal, hal ini tergambar, dari dari jumlah kasus yang berhasil di
jumlah kasus yang berhasil di Diversi, Diversi, keberadaan Undang-Undang
baik itu di Penyidik, Kejaksaan dan di yang masih tergolong baru dan
Pengadilan. kebeadaan Undang- konsep Restoratif justice yang juga
Undang yang masih tergolong baru baru dikenalkan dalam sistem hukum
dan konsep Restoratif justice yang Indonesia, butuh waktu dalam
juga baru dikenalkan dalam sistem memaksimalkannya dalam
hukum Indonesia, butuh waktu dalam implementasi,
memaksimalkannya implementasi, dan B. Saran
butuh keseriusan berbagai pihak 1. Hakim harus menggali cara-cara agar
seperti pemerintah, penegak hukum pelaksanaan Diversi terhadap anak
dan masyarakat untuk menciptakan yang melakukan tindak pidana dapat
perlindungan terhadap anak. terlaksana secara maksimal. Dan
kekurangan-kekurangan yang
34
menjadi alasan tidak maksimalnya
Ibid

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 14


pelaksanaan Diversi dapat di atasi Hadisuprapto, Paulus, 2008, Delinkuensi
oleh pihak-pihak terkait. Pelaksanaan Anak, Pemahaman dan
Diversi harus dimaksimalkan sejak Penanggulangannya, Bayumedia
dipenyidikan. Baik penyidik, hakim Publishing, Malang
dan jaksa harus menerapkan Diversi Hamzah, Andi, 1996, Sistem Pidana dan
atas kasus anak yang memenuhi Pemidanaan Indonesiadari Retribusi
syarat untuk di Diversi. ke Reformasi, Pradnya Paramita,
2. Butuh keseriusan berbagai pihak Jakarta
seperti pemerintah, penegak hukum H.N.A. Noor Muhammad, 2001, Proses
dan masyarakat untuk menciptakan Hukum Bagi Orang yang
perlindungan hukum terhadap anak DidakwaMelakukan
pelaku tindak pidana sehingga tujuan Kejahatan,dalamHak Sipil dan Politik
Diversi dapat tercapai. Karena anak : Esai-Esai Pilihan, Ifdhal Kasim
adalah masa depan bangsa, sehingga (Editor), Jakarta
patut untuk diberi perhatian khusus. Joni, Muhammad dan Zulchaina Z.
Tanamas, 1995, Aspek Hukum
DAFTAR PUSTAKA Perlindungan Anak dalam Perspektif
Konvensi Hak Anak, Citra Aditya
Adi, Kusno , 2009 Kebijakan Kriminal Bakti, Bandung
Dalam Penanggulangan Tindak Marlina, 2010 , Pengantar konsep
Pidana Narkotika Oleh Anak, UMM Diversi dan restoratif justice dalam
press, Malang hukum pidana, USU Press. Medan
C.S.T. Kansil dan Christine S, 2004 --------, , 2009, Peradilan Pidana Anak di
Pokok-Pokok Hukum Pidana, cet. Ke1, Indonesia, Refika Aditama, Bandung
Pradnya Paramita, Jakarta Marzuki, Peter Mahmud, 1982,
Chazawi, Adami, 2002, Pelajaran Penelitian Hukum, Edisi Pertama
Hukum Pidana,Raja Grafindo Persada, Cetakan keenam, Kencana Prenada
Jakarta Media Group, Jakarta
Effendi, Erdianto, 2010, Hukum Pidana Mertokusumo, Soedikno,1991, Mengenal
Indonesia, Suatu Pengantar, Refika hukum (Suatu Pengantar), Liberty,
Aditama, Bandung, Yogyakarta
Fauzi, Achmad, “Anak dalam belenggu Nashriana, 2011, Perlindungan Hukum
Hukum” Artikel pada Jurnal Nasional, Pidana Bagi Anak di Indonesia, PT
Hakim Pengadilan Agama Kotabaru, P.A.F Lamintang, 1984, Dasar-Dasar
Kalimantan Selatan, tanggal 21 Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru,
Februari 2012 Bandung,
Gosita, Arif,2005, Masalah perlindungan Soekanto, Soerjono, Pengantar
anak ed. ke-1, Akademika Pressindo, Penelitian Hukum, UI,Press, Jakarta
Jakarta Waluyo, Bambang, 2002, Penelitian
Fatahilla, DS. Dewi, dan A.syukur, 2011, Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika,
Mediasi Penal : penerapan restorative Jakarta
justice di pengadilan anak Indonesia,
Indie Pre Publishing, Depok
Gultom, Maidin, 2010, Perlindungan
Hukum Terhadap Anak (dalam sistem
peradilan pidana anak di Indonesia )
Refika aditama, Bandung

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 15

Вам также может понравиться