Вы находитесь на странице: 1из 7

ANATALOGI JANGAN MENYERAH

THE GREAT HERO OF MY LIFE


IYOS ROSMELI

Sabar itu batas yang tegas antara Kesuksesan dan Kegagalan


(Sahabat Perubahan)
***
“Coba anak-anakku siapakah pahlwan yang paling berjasa dalam hidup kalian?” tanya ibu guru
sejarahku. Ibu Marayani Namanya.

“Ibuku.”jawab temanku,Ria.

“Umiku.” jawab teman sebangkuku, Meli.

“Guru-guruku mulai aku Tk sampai sekarang.” jawab Roni temanku yang gokil. Walau gokil
jawabannya luar biasa.

“Pahlawan-pahlawan pejuang kemerdekaan, bu!”jawab Fifi si kutu buku. Pecinta baca no satu di
kelas.

“Nenek dan kakekku karena tanpa mereka aku tidak bisa tumbuh sesehat ini.Orang tuaku sudah
tiada.Bu.”

“ Kamu belum jawab Rose? Coba siapa pahlwan yang berjasa dalam hidup kamu?”tanya bu
Maryani.

“Kalau teman-teman ada yang jawab ibu atau umi, terus guru serta kakek nenek, kalua aku
punya yang lain. Beliau orang yang sabar, pekerja keras, mau berkorban hidup jauh dari istri
tercintanya,berpikir jauh ke depan. Beliau adalah bapakku, ayahku.” Jawabku

Aku masih ingat suasana kelas 3 IPS 2 SMAN 1 Tsikmalaya waktu belajar sejarah
Indonesia sedang mengulas salah satu Bab sejarah Indonesia. Ibu Maryani membuka pelajaran
hari itu dengan mengajukan pertanyaan tetang pahlawan yang berjasa dalam hidup kita. Dari
waktu aku masih duduk di SD sampai SMA bapak adalah sosok yang luar biasa. Dari dulu
sampai sekarangpun aku bangga punya sesok ayah yang luar biasa. Pahlawan adalah sebutan
yang pas dan cocok untuknya.Kenapa demikian?
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pahlawan adalah orang yang menonjol karena
keberaniannya dan pengorabanannya dalam membela kebenaran,atau pejuang yang gagah berani.

Nah dari pengertian di atas aku menggaris bawahi kata kebaranian, pengorbanan, serta
pejuang. Maka kalau aku menyebut bapaku pahlawan apa salah?Tidakkan? Kenapa?

Bapak terlahir dari kampung yang jauh dari hiruk pikuk kota. Sejak kecil orang tuanya
hanya sebagai buruh kebun dari juragan tuan tanah di kampung halamannya. Jauh dari kota
kabupaten Tasikmalaya. Karena tidak punya biaya akhirnya sejak usia SD bapak sudah tinggal
dengan salah satu anak juragan dimana bapaknya bekerja yang tinggalnya di kota Bogor. Pagi
pergi sekolah mencari ilmu.Lalu pulang sekolah kerja bantu-bantu di rumah anak juragan dimana
dia diberi numpang tidur dan makan. Bapak bertahan sampai SMP tinggal dengan anak juragan
itu. Setelah itu bapak pamit tidak tinggal lagi di sana. Bapak pergi kerjaan supaya bisa mencari
nafkah untuk biaya hidup dirantau orang. Selama jadi lajang awal karir bapak adalah supir
pribadi dari bos perusahan asing. Sampai akhirnya pindah kerja di tempat lain pun bapak masih
jadi supir pribadi.

Pada tahun 1974 awal ayah menemukan tambatan hatinya di daerah Setai Budi Jakarta.
Gadis yang bapak nikahi adalah Ibuku, yang sama-sama dari Tasik. Karena berada di rumah
kontrakan yang berdekatan dan seringnya bertemu, akhirnya berjodoh juga. Setelah menikah
bapak sama ibu ngontrak rumah di Jakarta. Setelah anak pertama lahir, bapak memutuskan untuk
menitipkan ibu dan anak pertamanya di kampung. Ibuku tinggal dengan mertua. Bapak tidak
mau membesarkan anaknya di Ibu Kota. Pada waktu itu aku itu aku belum tahu alasannya
kenapa. Bapak punya pimikiran yang jauh je depan sepertinya.

Keberuntungan berpihak ke bapakku. Pada tahun dimana aku lahir 1976 bapak diangkat
menjadi PNS karena Bosnya yang seorang dosen di Univeritas Indonesia yang bernama Pak
Buchori. Bapakku adalah bekerja sebagai supir pribadi beliau. Berkat jasa pak Buchori bapak
bisa menjadi PNS. Di mata pak Buchori bapak adalah sosok manusia yang jujur dan berakhlak
baik. Atas modal kejujuran, pak Buchori merekomendasikan bapak sebagai karyawan di UI yang
waktu itu masih berlokasi di Salemba dan Rawamangun. Dan bapakpun diangkat menjadi PNS
golongan I karena hanya bermodalkan ijazah SMP. Begitu mudahnya zaman bapakku menjadi
PNS. Masa dimana tidak akan pernah terjadi lagi untuk masa sekarang. It’s impossible, right?
Sejak menikah dan punya anak dua, bapak tidak pernah mau memboyong anak istrinya
tinggal Bersama-sama di Ibu Kota Jakarta. Bapak memilih hidup mandiri tanpa dilayani untuk
kebutuhan biologis dan fisik dari istri tercinta di masa hidup tinggal di Jakarta. Hanya tinggal
dipojokan koperasi mahasiswa bapak tinggal di kesehariannya. Dari pagi sampai sore jadi kantor
melayani kebutuhan mahasiswa. Dan malam hari tempat itu dijadikan istirahat tidur hingga pagi.
Bapak rela tidur beralaskan kardus aqua dan makan-makanan ringan. Kadang bapak diajak
mahasiswa ke kost-an mereka untuk bermalam sambal begadang. Tidak mau mengontrak rumah
bahkan satu kamar sekalipun. Uang sewa buat rumah lebih baik ditabung untuk dibawa pulang
ke kampung yang hanya bisa bapak lakukan sebulan sekali. Ya, bapak bisa ketemu istri dan
anak-anaknya hanya sebulan sekali.Can you imagine that? Rutinitas ini berlangsung bertahun -
tahun.

“Pak kenapa Bapak nga mau bawa kita ke Jakarta?Tinggal Bersama-sama kan lebih enak
walupun susah dan senang kita bisa kumpul bareng tiap hari.”itu pertanyaan aku dan kakakku
yang pertama waktu kita sudah SMP.

“Udah kalian di sini saja di kampung. Tinggal sama emak, abah sama ibu. Kalian bisa
belajar ngaji dan sekolah yang bener. Kalau di Jakarta kalian belum tentu bisa ngaji cari ilmu
agama seperti di sini. Di sini pesantren dekat dan masjid juga deket rumah. Suasana desa lebih
nyaman dan tenag untuk kalian. Biarlah bapakmu ini yang merasakan pahit getir, hiruk pikuk,
macet dan panasnya Ibu Kota. Kalian di sini saja ya!”begitulah bapak menjelaskan pada aku dan
kakakku.

“Kita sedih pak. Bapak harus bolak-balik Tasik- Jakarta. Di rumah Cuma semalam.
Datang menjelang subuh di Tasik hari Sabtu. Eh, minggu malam jam 9 bapak harus balik lagi
kerja ke Jakarta.
“ Bapak pamit dulu ke Jakarta, hari Senin harus masuk kerja. Kalian belajar yang bener,
bantuin mamah di rumah, jangan banyak main, ya!

“Iya pak hati-hati di jalan semoga bapak selamat sampai Jakarta”.

***
Dengan kondisi keluarga yang terpisah aku dan kakakku serta dua adikku membuat kita
dewasa. Bapak mau berjuang dengan jiwa dan raganya untuk kami. Kamipun berjuang dengan
menujukan semangat belajar yang tinggi. Dan empat anak perempuan bapak bisa jadi juara di
sekolah dari mulai SD dan SMA. Kita selalu mendapat juara kelas.

Waktu berganti hari, bulan dan tahun. Kakaku yang pertama dengan support dari bapak
akirnya bisa tembus di UI mengambil jurusan aktuaria program D-3 di FISIP. Sejak saat itu
bapak mulai ngontrak rumah petakan di sekitar kampus UI di Depok bareng sama kakakku.

Satu tahun setelah kakaku masuk Universitas akupun diterima di Univeristas Pendidikan
Indonesia Bandung jurusan Bahasa Inggris. Waktu itu masih disebut IKIP Bandung. Namun
ketika aku wisuda Nama IKIP diganti dengan UPI Bandung.

Waktu itu aku masih ingat bagaimana bapak mensupport aku dengan moril dan materil.
Mendampingi aku seleksi UMPTN di Jakarta. Dengan menumpang nginap di rumah teman
bapak aku yang menjadi suplayer teh botol SOSRO ke KOPMA di kampus FISIP UI, bapak dan
aku biasa manggil dia “Enko”.

Engko punya rumah di Pesona Depok dan waktu itu bapak diminta untuk mengisis rumah
tersebut untuk sementara waktu. Karena sayang tidak ada yang merawat dan membersihakan
rumahnya.

Pagi-pagi aku udah bangun dan siap-siap untuk tes UMPTN dari Depok naik kereta KRL yang
penuh sesak menuju Cikini. Lokasi aku tes ada di SMK Grafika Cikini. Bapak dengan semangat
dan sigap mengawal aku. Bapak izin tidak masuk kerja waktu itu. Siap siaga mendampingi aku
bawa alas kaca untuk ujian. Waktu ujian bapak rela menungui sampai selesai.

“ Gimana tadi tesnya bisa? Bisa kan? Bapak dagdigdug takut kamu nga bisa. Dan bapak
akhirnya baca-baca do’a aja di lantai satu nungu kamu ujian.” ujar bapak semangat

“Insya allah bisa pak tadi.” Jawabku

Begitulah perjuangna bapak mengawal anaknya ujian seleksi UMPTN tahun 1995. Tiada
tara pengorbanan bapak waktu itu. Dengan dukungan bapak yang penuh memberiku aura yang
positif dan keyakinan akan lulus. Aku adalah satu-satunya anak bapak yang mengalami UMPTN
. Dan bapaklah yang menjadi pengawalnya. Dua adikku tidak mengikuti UMPTN. Satu dapat
jalur PMDK ke UGM tahun 1997 tanpa bilang ikut. Tahu -tahu bapak dan kami sekeluarga dapat
informasi bahwa adikku yang pertama lolos diterima. Dan yang bungsu ikut seleksi di FKM di
UI jurusan Manajemen Rumah Sakit program D-3.

Gaji PNS golongan II yang bapak aku terima setiap bulan bila di hitung secara
matematika tidak bisa mencukupi untuk mebiayai 4 anaknya kuliah. Biaya kost yang harus bapak
tanggung ada tiga. Satu kontrakan di Yogya, di Bandung dan di Depok. Uang makan sehari-hari,
biaya transport, dan biaya kuliah tiap semester dan biaya-biaya yang tak terduga untuk empat
anaknya. Semua bila dirinci dan ditotal antara biaya dengan gaji bapak tidak akan balance.
Matematika allahlah yang menjamin semua ini.

Allah senantiasa memudahkan jalan bagi orang-orang yang berjihad menuntu ilmu.
Begitu salah satu hadist yang aku tahu.Dan ini terbukti. Keluarga kami mengalami ini.Berkat
karakter bapak yang supel dan mau bergaul dengan anak mahasiswa disana kadang banyak yang
perhatian sama bapak. Ada yang ngasih uang, kamus, buku-buku. Subhana allah. Allah is the
Greatest One. Pertolongan Allah begitu dekat.

Dengan semangat bapak dan ibu yang iklas menerima kondisi kelaurga yang hidupnya
berjauhan. Niat dan tekad yang kuat menyekolahkan anak-anaknya semua terlewati dengan
lancar dan baik.

“Ada rahasia dimana kalian tidak tahu yang bapak tutupi selama ini. Bapak senang kalian
bisa jadi sarjana dari Univeristas negeri yang ternama. Bapak bangga pada kalian semua. Lihat
saudara kita tidak semua anak-anaknya bisa jadi sarjana padahal bapak ibunya seorang guru dan
sarjana pula. Ini anak-anak bapak lahir dari seoarang ayah yang lulusan SMP dan ibu yang tidak
lulus SD. Bisa membuktikan kepada yang lain bahwa bapak tidak salah mengambil keputusan
untuk membiarkan kalian hidup di kampung tidak bapak ajak tinggal di kota Jakarta. Anak-anak
bapak berhasil jadi sarjana. Dan ini suatu kebanggan yang luar bisa buat bapak dan ibu kalian.
Bapak dan ibu dari awal sudah bertekad harus menyekolahkan anak-anak bapak sampai
universitas. Tidak boleh seperti bapak ibunya. Dan alhamdulillah Allah memberikan rizki sehat
sehingga bapak mampu bekerja dan mambanting tulang untuk Pendidikan kalian. ”

“Kalau boleh kami tahu apa rahasia yang bapak tutupi dari kami?” tanya kakaku
“Ya sudahlah bapak tidak akan cerita. Biarlah itu menjadi bagian perjalan hidup bapak
sebagai kepala keluarga yang harus bertanggung jawab atas anak dan istrinya. Sudah- sudahlah
ayo kita makan!” pinta bapak.

“Kalian ingin tahu apa yang bapak tidak pernah ceritakan waktu menjalani hidupnya di
Jakarta dan Depok?” tanya sepupuku yang tiba-tiba datang ke rumah pasti kita mau makan
malam.

“Ayo atuh Kang bilang dan cerita ke kita!” pintaku ke anak dari kakaknya bapak yang
perempuan.

“Pokonya kalian harus tahu dan bangga punya bapak seperti ini.Seribu satulah
pokoknya.”kata sepupuku.

Ya allah bapak kita semua terharu mendengarkan kang Dede cerita pengorbanan bapak
selama ini. Kang Dede tahu betul keharian bapak dari pagi sampai malam. Dan jualan aqua
dingin dilakukan dihari minggu kalau bapak tidak pulang kampung dari siang sampe sore.
Kakakku dan adikku yang kuliah di Depok sering mendapati bapak pulang malam bukan sore
setelah jam kerja memang. Pantesan bapak kadang pulang malam. Kita semua membayangkan
bagaimana bapak menjajakan barang dagangannya di kereta KRL Bogor-Jakarta Kota. Kondidsi
kereta yang padat dan cuaca yang panas, di antara ratusan pedangan, dan ribuan penumpang
kereta KRL, bapak tetap semangat mencari nafkah untuk anak-anak dan istrinya di kampung.
Suasana KRL dulu sama sekarang tidak sama. Bapak masih bisa bebas berjualan waktu itu.

[“Aqua, aqua dingin, yang haus, yang haus!”


“Pak, aquanya satu ya!.”
“Ya, 2500 bu!.”
“Terima kasih”.]
Kesabaran adalah garis yang tegas antara kesuksesan dan kegagalan. Bapak sudah
mencontohkannya padaku. Jadilah sosok yang kuat, sabar, ulet dan tekun dalam menjalani
kehidupan. Jangan menyerah. Hadapi segala tangtangan. Kalaupun harus mengorbankan harta
bahkan nyawa sekalipun kalau yang diperjuangkan adalah hal yang baik dan seharusnya
lakukanlah. Tak penting penilaian dan kata orang apa, yang penting yang kamu lakukan adalah
benar tidak melanggar aturan dan norma- norma. Bapakku sudah memberikan contoh
kesuksesannya menghantarkan putri-putrinya dengan membekali ilmu melalui pendidikan.
Bapak tidak mewariskan harta, tanah, perusahan serta rumah yang mewah. Namun ilmu jauh
lebih bermanfaat untuk bekal masa depan generasi berikutnya. Dalam hidup bapak punya prinsip
“No Gengsi No Korupsi”. Yang penting Halal.

“Terima kasih Bapak..I love you. You’re the geatest hero of our life.”kami peluk bapak
dengan haru.

“Semoga bapak selalu sehat ya. Semoga dengan aku menjadi pendidik di sekolah bisa
menjadi lading amal jariah yang takkan putus sampai akhir zaman. Aamiin

Profile Penulis

Iyos Rosmeli lahir di Tasikmalaya, 23 Februari 1976. Meliliki 3 anak


(dua laki-laki dan satu perempuan). Lulusan UPI Bandung tahun 2000 jurusan B.Inggris.
Iyos Rosmeli tinggal di Indaramayu. Sekarang hari hari diisi dengan kegiatan mengajar di salah
satu SMK di Haurgeulis. Pengalaman mengajar sudah lumayan dan pernah juga mengajar di
salah satu Islamic School di provinsi Songkhla Thailand selama 1 bulan pada tahun 2013. Dan
kegiatan barunya adalah belajar menuangkan ide lewat tulisan, yang mana terinspirasi oleh
soulmatenya MS.Marry. Contact WA: 081223799276

Вам также может понравиться