Вы находитесь на странице: 1из 9

MAKALAH

ILMU KALAM
TENTANG JABARIYAH , QODARIAH & AHLUSUNNAH

DI SUSUN OLEH :
1. RICKY IRAWAN (1521020162)
2. RETNO NING TYAS(1521020296)
3. NUR HALIMAH(1521020288)
4. NURSAID KUNTO ARIE WIBOWO(1521020289)

DOSEN PEMBIMBING : Drs.Hi.Muhammad Rusfi M.Ag

IAIN RADEN INTAN LAMPUNG

2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“jabariyah,qodariyah,ahlusunnah” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada bapak Drs.Hi.Muhammad Rusfi M.Ag
selaku Dosen mata kuliah tauhid ilmu kalam yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai jabariyah,qodariyah,ahlusunnah. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Bandar Lampung , Desember 2015

penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................. I
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah .........................3
B. Sejarah Timbulnya Aliran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah..5
C. Tokoh dan Ajaran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah...............9
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................16
B. Saran .................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aqidah ilmu kalam sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar
dari suatu agama. Setiap orang yang ingin menyelami seluk-beluk agamanya
secara mendalam, perlu mempelajari akidah yang terdapat dalam agamanya.
Mempelajari akidah/teologi akan memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang
berdasarkan pada landasan yang kuat , yang tidak mudah diombang-ambingkan
oleh peredaran zaman.
Teologi dalam Islam disebut juga ilmu At-Tauhid. Kata Tauhid mengandung
arti satu/esa dan keEsaan dalam pandangan Islam merupakan sifat yang terpenting
diantara sifat-sifat Tuhan. Teologi Islam disebut juga ilmu kalam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari jabariah ?
2. Apa pengertian dari qodariah ?
3. Apa pengertian ahlusunnah ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari jabariah ?
2. Untuk mengetahui apa pengertian dari qodariah ?
3. Untuk mengetahui ahlusunnah ?

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 JABARIYAH

Pengertian jabariyah
Secara bahasa jabariyah berasal dari kata ‫ َجبَ َر‬yang mengandung pengertian
memaksa, dan mengharuskan melakukan sesuatu. Di dalam kamus Al-Munjid
dijelaskan bahwa nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti
memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu. Sedangkan secara istilah,
jabariyah adalah menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan
semua perbuatan kepada Allah. Dengan kata lain adalah manusia mengerjakan
perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur) . Menurut Harun Nasution jabariyah
adalah faham yang menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan
oleh qadha dan qadar Allah. Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang
dikerjakan manusia tidak berdasarkan kehendak manusia, namun diciptakan oleh
Tuhan dan dengan kehendak-Nya. Di sini manusia tidak mempunyai kebebasan
dalam berbuat karena tidak memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahkan
bahwa jabariyah adalah aliran manusia menjadi wayang dan Tuhan sebagai
dalangnya.
Pengertian arti kata secara etimologi diatas telah dipahami bahwa kata jabara
merupakan suatu paksaan di dalam melakukan setiap sesuatu. Atau dengan kata
lain ada unsur keterpaksaan. Kata Jabara setelah berubah menjadi Jabariyah
(dengan menambah Yaa’ nisbah) mengandung pengertian bahwa suatu kelompok
atau suatu aliran (isme). Ditegaskan kembali dalam berbagai referensi yang
dikemukakan oleh Asy-Syahratsan bahwa paham Al-Jabar berarti menghilangkan
perbuatan manusia dalam arti sesungguhnya dan menyandarkannya kepada Allah,
dengan kata lain, manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.

5
Dalam referensi Bahasa Inggris, Jabariyah disebut Fatalism atau Predestination.
Yaitu paham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah ditentukan dari
semula oleh qadha’ dan qadar Allah.
Dapat Kita simpulkan bahwa aliran Jabariyah adalah aliran sekelompok
orang yang memahami bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan merupakan
sebuah unsur keterpaksaan atas kehendak Tuhan dikarenakan telah ditentukan oleh
qadha’ dan qadar Tuhan. Jabariah adalah pendapat yang tumbuh dalam masyarakat
Islam yang melepaskan diri dari seluruh tanggungjawab. Maka Manusia itu
disamakan dengan makluk lain yang sepi dan bebas dari tindakan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, manusia itu diibaratkan benda mati
yang hanya bergerak dan digerakkan oleh Allah Pencipta, sesuai dengan apa yang
diinginkan-Nya. Dalam soal ini manusia itu dianggap tidak lain melainkan bulu di
udara dibawa angin menurut arah yang diinginkan-Nya.

2.2 QODARIYAH

Pengertian Qodariyah

Pengertian Qadariyah secara etomologi, berasal dari bahasa Arab, yaitu


qadara yang bemakna kemampuan dan kekuatan. Adapun secara termenologi
istilah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak
diinrvensi oleh Allah. Aliran-aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah
pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya
atas kehendaknya sendiri. Aliran ini lebih menekankan atas kebebasan dan
kekuatan manusia dalam mewujudkan perbutan-perbutannya. Harun Nasution
menegaskan bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian
bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.

6
Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Hadariansyah, orang-orang
yang berpaham Qadariyah adalah mereka yang mengatakan bahwa manusia
memiliki kebebasan berkehendak dan memiliki kemampuan dalam melakukan
perbuatan. Manusia mampu melakukan perbuatan, mencakup semua perbuatan,
yakni baik dan buruk.
Sejarah lahirnya aliran Qadariyah tidak dapat diketahui secara pasti dan
masih merupakan sebuah perdebatan. Akan tetepi menurut Ahmad Amin, ada
sebagian pakar teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali
dimunculkan oleh Ma’bad al-Jauhani dan Ghilan ad-Dimasyqi sekitar tahun 70
H/689M.
Ibnu Nabatah menjelaskan dalam kitabnya, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Ahmad Amin, aliran Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh orang Irak
yang pada mulanya beragama Kristen, kemudian masuk Islam dan kembali lagi ke
agama Kristen. Namanya adalah Susan, demikian juga pendapat Muhammad Ibnu
Syu’ib. Sementara W. Montgomery Watt menemukan dokumen lain yang
menyatakan bahwa paham Qadariyah terdapat dalam kitab ar-Risalah dan ditulis
untuk Khalifah Abdul Malik oleh Hasan al-Basri sekitar tahun 700M.
Ditinjau dari segi politik kehadiran mazhab Qadariyah sebagai isyarat
menentang politik Bani Umayyah, karena itu kehadiran Qadariyah dalam wilayah
kekuasaanya selalu mendapat tekanan, bahkan pada zaman Abdul Malik bin
Marwan pengaruh Qadariyah dapat dikatakan lenyap tapi hanya untuk sementara
saja, sebab dalam perkembangan selanjutnya ajaran Qadariyah itu tertampung
dalam Muktazilah.

7
2.3 AHLUSUNNAH
Pengertian Ahlusunnah
Bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah suatu golongan yang telah Rasulullah SAW janjikan
akan selamat di antara golongan-golongan yang ada. Landasan mereka bertumpu pada ittiba’us
sunnah (mengikuti as-Sunnah) dan menuruti apa yang dibawa oleh nabi baik dalam masalah
‘aqidah, ibadah, petunjuk, tingkah laku, akhlak dan selalu menyertai jama’ah kaum Muslimin.

Dengan demikian, maka definisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak keluar dari definisi Salaf. Dan
sebagaimana telah dikemukakan bahwa salaf ialah mereka yang mengenalkan Al-Qur-an dan
berpegang teguh dengan As-Sunnah. Jadi Salaf adalah Ahlus Sunnah yang dimaksud oleh Nabi
SAW. Dan ahlus sunnah adalah Salafush Shalih dan orang yang mengikuti jejak mereka.

Inilah pengertian yang lebih khusus dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Maka tidak termasuk dalam
makna ini semua golongan ahli bid’ah dan orang-orang yang mendikuti keinginan nafsunya,
seperti Khawarij, Jahmiyah, Qadariyah, Mu’tazilah, Murji’ah, Rafidhah (Syiah) dan lain-lainnya
dari ahli bid’ah yang meniru jalan mereka.

Maka sunnah adalah lawan kata bid’ah, sedangkan jama’ah lawan kata firqah (gologan). Itulah
yang dimaksudkan dalam hadits-hadits tentang kewajiban berjama’ah dan larangan bercerai-
berai.

Inilah yang dimaksudkan oleh “Turjumanul Qur-an (juru bicara al-Qur-an)” yaitu ‘Abdullah bin
‘Abbas r.a. dalam menafsirkan firman Allah Ta’ala, “Pada hari yang diwaktu itu ada muka yang
putih berseri, dan ada pula maka yang hitam muram”. (Ali Imran: 106).
Beliau berkata, “Muka yang putih berseri adalah muka Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan muka
yang hitam muram adalah muka ahlil bid’ah dan furqah (perselisihan).” (Lihat Tafsir Ibnu
Katsir, Juz I hal. 390 (QS. Ali Imran: 106).

8
BAB III

PENUTUP

Вам также может понравиться