Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dalam buku ini dimuat petunjuk tata laksana dari beberapa tindakan
yang mempunyai resiko infeksi nosokomial serta cara penanggulangan
dan pencegahannya. Dengan adanya buku ini diharapkan semua
petugas dapat mengetahui serta melaksanakan setiap kegiatan
pengendalian infeksi nosokomial di RS. Islam Klaten secara efisien dan
mencapai hasil yang sebaik – baiknya.
- Kewaspadaan Universal
- Tindakan Invasif
- Tindakan Non invasive
- Tindakan terhadap anak dan neonatus
- Sterilisasi dan Desinfeksi
KEWASPADAAN
Definisi :
“ Universal Precautions “ atau Kewaspadaan Universal adalah suatu
pedoman yang ditetapkan oleh Centers for Disease Cotrol ( CDC ) ( 1985 )
untuk mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang ditularkan
melalui darah di lingkungan rumah sakit maupun sarana pelayanan
kesehatan lainnya. Adapun konsep yang dianut adalah bahwa semua
darah dan cairan tubuh tertentu harus dikelola sebagai sumber yang
dapat menularkan HIV, HBV dan berbagai penyakit lain yang ditularkan
melalui darah.
5. Prosedur Anesthesi
Prosedur Anasthesi merupakan salah satu aktifitas yang dapat
memaparkan HIV pada tenaga kesehatan pula. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Perlu disediakan nampan /troli untuk alat – alat yang sudah
dipergunakan.
b. Jarum harus dibuang sesegera mungkin setelah pemakaian ke dalam
wadah yang aman.
c. Pakailah obat – obatan sedapat – dapatnya untuk dosis dengan 1 kali
pemberian.
d. Menutup spuit adalah prosedur resiko tinggi.
e. Sangat dianjurkan agar petugas anasthesi melewati uji kelayakan
terlebih dahulu untuk meminimalkan resiko terluka oleh jarum suntik
dan alat lain yang tercemar darah dan cairan tubuh.
TINDAKAN INVASIF
b. Alat
- Tidak steril.
- Diluar batas waktu yang ditetapkan ( kadaluwarsa ) tanpa disterilkan
lagi.
- Untuk pemakaian berulang tanpa disterilkan lagi.
- Penyimpanan tidak baik.
- Kotor.
- Rusak / karatan.
c. Pasien
- Higiene pasien tidak baik.
- Keadaan gizi tidak baik.
- Menderita penyakit kronis.
- Menderita penyakit infeksi / menular / karier.
- Sedang menapatkan pengobatan imunosupresif.
- Persiapan pasien dari ruang rawat tidak baik.
- Daerah sekitarnya terdapat tanda – tanda infeksi, missal : sakit kulit,
dsb.
d. Lingkungan
- Penerangan / sinar matahari tidak cukup.
- Sirkulasi udara harus cukup, tidak lembab dan berdebu.
- Dijaga kebersihannya.
- Menghindari serangga.
- Mencegah air tergenang.
- Tempat sampah selalu dalam keadaan tertutup.
- Tidak ada serangga.
- Permukaan lantai harus rata dan tidak berlubang.
- Ruangan bersih, kering dan tidak berbau.
- Dinding kamar operasi harus licin mudah dibersihkan.
- Sudut ruangan tidak tajam.
- Mengatur system sirkuasi udara dalam kamar operasi.
- Cahaya cukup terang.
- Dipisahkan lalu lintas untuk petugas, pasien, barang bersih dan kotor.
- Jumlah petugas yang keluar masuk ke kamar operasi dibatasi.
- Ruangan dibersihkan secara rutin, mingguan atau pada kasus infeksi
tertentu.
1. Alat
- Semua alat yang dipakai selalu dalam keadaan bersih dan kering.
- Harus dalam keadaan steril kalau mungkin alat disterilkan dengan
autoklaf atau dapat juga dengan menggunakan desinfektan setelah
alat dibersihkan.
- Inkubator / tempat tidur bersih dan kering kalau mungkin disterilkan
dengan desinfektan / detergen. Tempat tidur / incubator dibersihkan
setiap bayi / anak dipulangkan / dipindah / meninggal.
- Bayi / anak hanya boleh disatu tempat tidur selama 1 minggu.
- Tempat tidur tidak boleh dibersihkan selama anak berada ditempat
tidur.
4. Lingkungan
- Kamar / ruang peralatan cukup sinar matahari yang masuk ketempat
perawatan sehingga secara tidak langsung bayi yang kuning
mendapatkan terapi sinar.
- Kamar / ruang harus ada penerangan / sinar yang diperlukan untuk
menghangatkan ruangan.
- Penyediaan air bersih untuk keperluan pasien.
- Penyediaan air bersih untuk keperluan pasien.
- Lantai, dinding dan jendela dibersihkan dengan desinfektan / detergen
atau penghisap debu kering yang diikuti dengan wet vaccum pick up
machine. Bagian yang harus dibersihkan adalah sekitar pasien dan
lingkungan tempat perawatan.
STERILISASI
1. Pengertian
Sterilisasi adalah proses pengolahan suatu alat atau bahan dengan
tujuan mematikan semua mikroorganisme termasuk endospora pada
suatu alat / bahan.
Proses sterilisasi di rumah sakit sangat penting sekali dalam rangka
pengawasan pencegahan infeksi nosokomial.
Keberhasilan usaha tersebut akan tercermin pada kualitas dan
kuantitas mikroorganisme yang terdapat bahan, alat serta lingkungan
kerja rumah sakit.
Sebaiknya proses sterilisasi di RS dilaksanakan secara sentralisasi
dengan tujuan agar tercapainya :
1. Efisiensi dalam menggunakan peralatan dan sarana.
2. Efisiensi tenaga.
3. Menghemat biaya investasi, instalasi dan pemeliharaannya.
4. Sterilisasi bahan dan alat yang disterilkan dapat dipertanggung
jawabkan.
5. Penyederhanaan dalam pengembangan prosedur kerja, standarisasi
dan peningkatan pengawasan mutu.
2. Tehnik Sterilisasi
Sebelum memilih tehnik sterilisasi yang tepat dan efisien diperlukan
pemahaman terhadap kemungkinan adanya kontaminasi dari bahan
dan alat yang akan disterilkan.
3. Pengawasan
Suatu bahan steril yang dihasilkan selama dalam penggunaan harus
dapat dijamin kualitas dan kuantitasnya. Waktu kadaluwarsa suatu
bahan steril sangat tergantung kepada tehnik sterilisasi. Pengawasan
terhadap proses sterilisasi dapat dilakukan dengan cara mentest bahan
atau alat yang dianggap masih steril dengan memakai indicator fisika,
kimia dan biologi tergantung pada tehnik sterilisasi yang digunakan
waktu mensterilkan bahan / alat tersebut.
4. Pengujian
Ada tiga pilihan yang dapat digunakan sebagai tehnik dalam pengujian
sterilisasi :
a. Pemanasan sample langsung pada media pembenihan.
b. Pembilasan penyaring, hasil pembilasan diinkubasikan setelah
ditanam dalam media pembenihan.
c. Penambahan media pembenihan paket ke dalam larutan yang akan
diuji kemudian diinkubasi.
DESINFEKSI
1. Pengertian
Desinfeksi adalah suatu proses baik secara kimia atau secara fisika
dimana bahan yang patogenik atau mikroba yang menyebabkan
penyakit dihancurkan dengan suatu desinfeksi dan antiseptic.
Desinfektan adalah senyawa atau zat yang bebas dari infeksi yang
umumnya berupa zat kimia yang dapat membunuh kuman penyakit
atau mikroorganisme yang membahayakan menginaktifkan virus.
Antiseptik adalah zat – zat yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan hidup.
Unit kerja yang bertanggung jawab terhadap penyediaan desinfektan
dan antiseptic di rumah sakit adalah Instalasi Farmasi.
Instalasi Farmasi mempunyai kegiatan mulai dari perencanaan,
pengadaan, pembuatan, penyusunan dan penyaluran desinfektan /
antiseptic ke unit pemakai di rumah sakit.
2. Tehnik Desinfeksi
Tehnik desinfeksi yang dilakukan tidak mutlak bebas dari
mikroorganisme hidup seperti pada sterilisasi karena desinfektan /
antiseptic tidak menghasilkan sterilisasi.
Pemilihan desinfetan yang tepat seharusnya memenuhi criteria berikut :
a. Daya bunuh kuman yang tinggi dengan toksisitas yang rendah.
b. Spektrum luas, dapat mematikan berbagai macam mikroorganisme.
c. Dalam waktu singkat dapat mendesinfeksi dengan baik.
d. Stabil selama dalam penyimpanan.
e. Tidak merusak bahan yang didesinfeksi.
f. Tidak mengeluarkan bau yang mengganggu.
g. Desinfektannya sederhana dan tidak sulit pemakaiannya.
h. Biaya murah dan persediaannya tetap ada dipasaran.
2. Pengawasan Desinfeksi
Pengawasan desinfeksi dilakukan terhadap penggunaan desinfeksi
sangat tergantung kepada pengaruh suhu, pencemaran, pH, aktifitas
permukaan, jumlah mikroorganisme dan adanya zat – zat yang
mengganggu pada waktu mempergunakan desinfektan.
BAB III
SURVEILANS
Jenis Operasi :
a. Operasi Bersih :
- Operasi pada kasus non trauma.
- Operasi yang tak mengenal daerah dengan tanda infeksi.
- Operasi yang tak membuka respiratori, urinarius.
- Umumnya luka operasi ditutup primer dan tak dipasang drain.
Mis : FAM, hernia, lipoma, tiroid, internal fixasi pada fraktur – fraktur
tertutup.
c. Operasi Tercemar :
- Operasi membuka getivus dengan pencemaran nyata.
- Operasi membuka billiard dengan empedu yang terinfeksi.
- Operasi membuka urinarius dengan urine yang terinfeksi.
- Operasi membuka respiratorius dengan infeksi respiratoris.
- Operasi pada luka karena trauma yang bersih dan kurang dari 6 jam.
Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua
jenis mikroorganisme :
* Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik
Biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih
dari dua jenis kuman.
3.1.1. Klinis
1). Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan.
Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :
- Suhu > 380C, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian
antipiretika.
- Hipotesi, sistolik < 90 mmHg.
Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc/kbBB/jam
Dan
Semua gejala / tanda yang disebut dibawah ini :
- Tidak ada tanda – tanda infeksi di tempat lain.
- Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis.
CATATAN :
- Suhu badan diukur secara aksiler selama 5 menit dan diulang setiap 3
jam,
- Apabila pasien menunjukkan gejala, suhu tubuh diukur secara oral
atau rectal.
2). Untuk bayi umur 12 bulan. Ditemukan salah satu gejala / tanda
berikut tanpa penyebab lain :
- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100x/mnt
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
3) Untuk Neonatus
Dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3
atau lebih diantara enam gejala berikut :
- Keadaan umum menurun antara lain : malas minum, hipotermi (<
370C) hipertermi ( 380C ) dan sklerema.
- Sistem kardiovaskuler antara lain :
tanda renjatan yaitu takikardi, 160/mnt atau bradikardi, 100/mnt dan
sirkulasi perifer buruk.
- Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah
dan hepatomegali.
- Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan
takipnea.
- Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang
dan letargi.
- Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan
perdarahan.
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada
pertumbuhan kuman.
- Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.
3.1.2. Laboratorik
Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan.
Ditemukan satu diantara 2 kriteria berikut :
1). Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada
hubungannya dengan infeksi ditempat lain.
2). Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut :
- Demam > 380C.
- Menggigil
- Hipotensi
- Oliguri
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman
tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ /
jaringan ) lain.
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang
menggunakan alat intravascular ( kateter intravena ) dan dokter telah
memberikan antimikroba yang sesuai dengan sepsis.
CATATAN :
Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila :
1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari
3 hari.
2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa didapatkan pintu
masuk kuman.
3. Pintu masuk kuman jelas misalnya luka infuse.
Atas dasar semuanya ini perlu ada kebijakan rumah sakit tentang
pengaturan penggunaan antibiotic agar dapat menekan serendah –
rendahnya efek yang merugikan dalam pekamaian / penggunaan
antibiotic.
TUJUAN
Untuk membudayakan penggunaan antibiotic secara rasional di rumah
sakit sebagai upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan sesuai
dengan fungsi rumah sakit dengan tidak mengurangi tanggung jawab
professional dari dokter dan apoteker dalam pengobatan terhadap
pasien.
PEMBERIAN ANTIBIOTIK
1. Profilaksis
• Bedah
• Medik
3. Terapetik
• Secara Empirik ( educated guess )
• Secara definitive ( pasti)
BAB V
PENUTUP
KEPUSTAKAAN
RS. ISLAM
KLATEN
PANITIA PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
RS. ISLAM KLATEN
2007
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Surat Keputusan
BAB I
BATASAN – BATASAN
CATATAN :
A. Bila tanda – tanda infeksi sudah timbul pada masa kurang dari 3 x 24
jam sejak mulai perawatan tergantung masa inkubasi dari masing –
masing jenis infeksi.
B. Untuk penderita yang setelah keluar Rumah Sakit kemudian timbul
tanda – tanda infeksi, baru dapat digolongkan sebagai Infeksi Nosokomial
apabila infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari Rumah sakit.
C. Tidak termasuk infeksi nosokomial ialah : keracunan makanan yang
tidak disebabkan oleh produk bakteri.
BAB II
Catatan :
Antimikroba yang diberikan pada luka operasi kotor dimasukkan dalam
kelompok terapeutik.
INTRA OPERASI
1. Tehnik operasi : harus dilakukan dengan sempurna untuk menghindari
kerusakan jaringan lunak yang berlebihan, menghilangkan rongga,
mengurangi perdarahan dan menghindarkan tertinggalnya benda asing
yang tidak diperlukan ( kategori I ).
2. lama operasi : operasi dilakukan secepat – cepatnya dalam batas yang
aman ( kategori I )
3. pemakai drain : pemakaian drain harus dengan system tertutup, baik
dengan cara penghisapan atau dengan cara memakai gaya tarik bumi (
gravitasi ) dan drain harus melalui luka tusukan di luar luka operasi (
kategori I ).
PENGENDALIAN LINGKUNGAN
1. Semua pintu kamar operasi harus tertutup dan jumlah personil yang
keluar masuk kamar operasi harus dibatasi ( kategori I ).
2. Alat – alat operasi setelah dibersihkan dari jaringan, darah atau sekresi
harus disterilkan dengan autoklaf.
3. Kamar operasi harus dibersihkan :
• Antara 2 operasi.
• Tiap hari walaupun kamar operasi tidak dipakai.
• Tiap minggu ( 1 hari untuk pembersihan menyeluruh ) ( kategori I )
4. Pemakaian keset dengan antiseptic pada pintu masuk kamar operasi
tidak dianjurkan ( kategori I )
5. Biakan udara dan biakan yang diambil dari personil kamar operasi
secara rutin, tidak diperlukan ( kategori I )
6. Operasi bersih dilakukan sebelum operasi kotr, jika akan dipakai untuk
operasi berikutnya harus dibersihkan secara sempurna ( kategori I ).
7. Barang – barang terkontaminasi seperti pus, harus dikumpulkan
terpisah dan di beri tanda kontaminasi ( kategori I ).
8. untuk operasi pasien infeksi misalnya hepatitis, usahakan memakai
alat sekali pakai dikumpulkan secara khusus dan diberi tanda infeksi (
kategori I ).
2. PNUEMONIA
2.1. DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia suatu infeksi saluran pernafasan bagian bawah ( ISPB )
Seorang pasien dikatakan menderita pneumonia bila ditemukan satu
diantara kriteria berikut ini :
Untuk dewasa dan anak > 12 bulan.
Kriteria I : Pada pemeriksaan fisik terdapat ronki basah atau pekak (
dullness ) pada perkusi, febris > 380C dan salah satu keadaan berikut :
• Baru timbulnya sputum purulen atau terjadinya perubahan sifat sputum.
• Isolasi kuman positif biakan darah.
• Isolasi kuman pathogen positif dari aspirasi trakea, sikatann / cuci
bronkus atau biopsi.
Kriteria III : Penderita berusia < 12 bulan dengan 2 ( dua ) tanda dari
tanda – tanda dibawah ini :
• Apnea.
• Bradikardi
• Whezing
• Brachipnea
• Ronki atau batuk disertai salah satu dari keadaan.
Kriteria IV: Pada anak berusia < 12 bulan yang pada foto toraknya
menunjukkan infiltrasi cara yang progesif, cavitas, konsolidasi atau
adanya “ pleural effusion “ disertai sesuai dengan salah satu keadaan
seperti criteria 3.
CUCI TANGAN
Cuci tangan dilakukan setiap kali kontak dengan sekret saluran nafas baik
dengan atau tanpa sarung tangan. Cuci tangan juga dilakukan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien yang mendapat intubasi dan
trakeostomi ( kategori I ).
PEMANTAUAN MIKROORGANISME
1. Jika tidak ada kejadian luar biasa ( KLB ) atau rate endemic infeksi
paru nosokornial tidak tinggi maka proses desinfeksi alat terapa
pernafasan tidak perlu dipantau dengan biakan sampel dari alat tersebut.
Dengan kata lain sampel rutin tidak perlu dilakukan ( kategori I )
2. Interpretasi hasil pemeriksaan mikro biologik sulit dilakukan karena
itu sampel mikro biologik rutin alat bantu nafas yang sedang dipakai
pasien dianjurkan ( kategori I )
ISK SIMPTOMATIK
Seorang pasien dikatakan menderita ISK bila ditemukan satu di antara 3
kriteria berilkut :
( Untuk orang dewasa dan anak > 12 bulan )
Kriteria 1. Didapatkan salah satu dari gejala / keluhan ini :
Demam > 380 C, axilar
Disuri
Polakisuri
Nikuri ( anyang – anyangan )
Nyeri supra pubik dan hasil biakan urin porsi tengah ( midstream ) lebih
dari 105 kumam perml urin dengan jenis kumam tidak lebih dari 2
species
Kriteria 2 Ditemukan dua diantara gejala / keluhan berikut ::
Demam > 380 C
Disuri
Polakisuri
Nyeri supra pubik dan salah satu dari hal berikut :
• Tes carik celup ( diptick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit
• Piuri terdapat lebih dari 10 lekosit per ml atau terdapat lebih dari 3
lekosit per LPB 45 kali dari urin yang tidak dipusing
• Ditemukan kumam dengan pewarnaan gram dari urin yang tidak
dipusing ( decentrifuge )
• Biakan urin 2 kali berturut – turut menunjukkan jenis kumam
urophatogen yang sama, dengan jumlah labih dari 100 koloni kumam per
ml urin yang di ambil dengan kateter
• Biakan urin menunjukkan 1 jenis urophatogen dengan jumlah < 105
koloni per ml pada penderita yang telah mendapat pengobatan anti
mikroba yang sesuai
• Atau di diagnosa ISK oleh dokter yang menangani
• Telah mendapat pengobatan antimikroba yang sesuai oleh dokter yang
menangani
Untuk bayi yang berumur < 12 bulan, apabila dijumpai satu kriteria
tersebut dibawah ini :
Kriteria 1 Ditemukan salah satu dari tanda / gejala :
Demam 380 C rektal
Hipotermi < 370 C rektal
Apnea
Bradikardi < 100 / menit
Disuri
Letargi atau
Muntah – muntah dan hasil biakan urin > 105 kumam / ml urin dengan
tidak lebih dari 2 jenis kumam
Kriteria 2 Atau ditemukan salah satu dari tanda / gejala :
Demam 380 C rektal
Hipotermi < 370 C rektal
Apnea
Bradikardi < 100 / menit
Disuri
Letargi atau
Muntah – muntah dan salah satu dari hal berikut
• Test carik celup positif untuk lekosit esterase dan atau nitrit
• Piuri > 10 kkosit / mm3 atau > 3 kkosit perlapangan pandang besar
• Pewarnaan gram urin tanpa dipusing menunjukkan hasil positif
• Biakan urin 2 kali berturut – turut dengan jenis kumam yang sama
dengan jumlah > 100 kumam per ml urin yang diambil dengan kateter
• Pada biakan urin ditemukan satu jenis urophatogen dalam jumlah < 105
koloni kumam per ml pada penderita yang telah di beri anti mikroba
• Di diagnosa ISK oleh dokter yang menangani
BAKTERIUSASI ASIMPTOMATIK
Seorang dikatakan menderita bakteriuri asimptomatik bila di temukan
satu diantara kriteria berikut :
Kriteria 1. Pasien pernah memakai kateter kandung kemih dalam waktu 7
hari sebelum biakan urin dan ditemukan biakan urin > 105 kumam per ml
urin dengan jenis kumam maksimal 2 species.
TANPA gejala – gejala / keluhan : demam suhu > 380 C, polakisuri, nikuri,
disuri, dan nyeri suprapubik.
Kriteria 2 Pada pasien tanpa kateter kandung kemih menetap dalam 7
hari sebelum dibiakan pertama dari biakan urin 2 kali berturut – turut
ditemukan tidak lebih 2 jenis kumam yang sama dengan jumlah > 105 per
cm3.
TANPA gejala / keluhan : demam, polakisuri, nikuri, disuri, nyeri
suprapubik.
ISK LAIN
( Ginjal, ureter, kandung kemih, uretra, jaringan sekitar retroperitoneal
atau rongga perinefrik ). Seorang pasien dikatakan menderita ISK lain bila
ditemukan kriteria berikut:
Kriteria 1 Ditemukan kumam yang tumbuh dari biakan cairan bukan urin
( jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai terinfeksi )
Kriteria 2 Adanya abses atau tanda infeksi lain yang dapat dilihat, baik
secara pemeriksaan langsung, selama pembedahan, atau melalui
pemeriksaan hispatologi.
Kriteria 3 Dua dari tanda berikut :
Demam > 380 C
Nyeri local, nyeri tekan pada daerah yang di curigai terinfeksi. Dan salah
satu dari tanda / gejala berikut :
• Keluar pus atau aspirasi purulen dari tempat yang dicurigai terinfeksi
• Ditemukan kumam pada biakan darah. Pemeriksaan radiologis
memperlihatkan gambaran terinfeksi
• Di diagnosis infeksi oleh dokter yang menangani
Dokter yang menangani memberikan pengobatan antimikroba yang
sesuai
Untuk bayi berumur < 12 bulan
Kriteria 4 Ditemukan salah satu tanda / gejala :
Hipotermi < 370 C rektal
Apnea
Bradikardi < 100 / menit
Letargi
Muntah – muntah dan salah satu diantara keadaan berikut :
• Keluar pus dari lokasi yang terinfeksi
• Biakan darah positif
• Pemeriksaan radiologi memperlihatkan gambaran infeksi
• Di diagnosa infeksi oleh dokter yang menangani
• Dokter yang menangani memberikan pengobatan antimikroba yang
sesuai
TENAGA PELAKSANA
1. Pemasangan kateter hanya di kerjakan oleh tenaga yang betul – betul
memahami dan trampil dalam teknik pemasangan kateter secara aseptic
dan perawatan kateter ( kategori I )
2. Personil yang memberikan asuhan pada pasien dengan kateter harus
mendapat latihan secara berkala khusus dalam teknik yang benar tentang
prosedur pemasangan kateter kandung kemih dan pengetahuan tentang
komplikasi potensial yang timbul ( kategori II )
PEMASANGAN KATETER
1. Pemasangan kateter dilakukan hanya bila perlu saja dan segera di lepas
bila tidak diperlukan lagi. Alas an pemasangan kateter tidak boleh hanya
untuk kemudahan personil dalam memberi asuhan pada pasien ( kategori
I)
2. Cara drainase urin yang lain seperti : kateter kondom, kateter
suprapubik, kateteriasi selang – seling ( intermitten )dapat digunakan
sebagai ganti kateteriasi menetap bila memungkinkan ( kategori III )
3. Cuci tangan : sebelum dan sesudah manipulasi kateter harus cuci
tangan ( kategori I )
PERAWATAN MEATUS
Dianjurkan membersihkan dan perawatan meatus ( selama kateter di
pasang ) dengan larutan povidone Iodine, walaupun tidak mencegah
kejadian infeksi saluran kemih ( kategori II )
PENGGANTIAN KATETER
Kateter urin menetap tidak harus diganti menurut waktu tertentu /
secara rutin ( kategori II )
RUANG PERAWATAN
Untuk mencegah terjadinya infeksi silang antara pasien yang memakai
kateter menetap maka pasien yang terinfeksi harus di pisahkan dengan
tidak terinfeksi ( kategori III )
PEMANTAUAN BAKTERIOLOGIK
Pemantauan bakteriologik secara rutin pada pasien yang memakai kateter
tidak di anjurkan ( kategori III )
A. Klinis
Untuk dewasa dan anak > 12 bulan, di temukan salah satu diantara gejala
berikut tanpa penyebab lain :
Suhu > 380 C axilar, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa
pemberian antipiretika
Hipotensi, sistolik < 90 mm Hg
Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc / kg BB / jam
Semua tanda / gejala yang disebut :
Tidak ada tanda – tanda infeksi ditempat lain
Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis
Penderita usia < 12 bulan dengan salah satu tanda di bawah ini :
Panas > 380 C, hipotermi < 370 C, apnea atau bradikardi < 100 x /
menit
Catatan :
Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila :
1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3
hari.
2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa di dapatkan pintu masuk
kumam.
3. apintu masuk kumam jelas misalnya luka infuse.
B. Laboratorik
Kultur darah menunjukkan kuman kontaminasi kulit pada 2 x
pemeriksaan yang berbeda waktu.
Kultur darah menunjukkan kuman kontaminasi kulit pada 1x
pemeriksaan pada penderita dengan infuse dan dokter memberikan terapi
antibiotika.
Antigen tes darah yang positif dan disertai gejala serta pemeriksaan
laboratorium tidak menunjukkan infeksi di tempat lain.
Kategori I :
Keharusan mutlak ( Strongly Recommended for Adoption )
Ditunjang kuat oleh penelitian klinis yang terencana / terkontrol baik
atau dipandang berguna oleh pakar, dapat dipakai dan praktis untuk
semua rumah sakit.
Kategori II :
Sangat dianjurkan ( Moderatly Recommended for Adoption )
Ditunjang oleh penelitian secara klinis dipandang sangat mungkin dan
secara teoritis adalah rasional. Praktis tapi tak dapat dilaksanakan oleh
semua rumah sakit.
Kategori III :
Dianjurkan ( Weakly Recommended for Adoption )
Dianjurkan oleh pejabat yang berwenang tapi tidak ditunjang oleh data
yang kuat / teori. Dilaksanakan oleh beberapa rumah sakit.
SURAT - KEPUTUSAN
No:269/SK/UM.11/V/2001
Tentang :
PEMBERLAKUAN BUKU PEDOMAN
PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
MENIMBANG :
a. Bahwa salah satu kegiatan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
di Rumah Sakit adalah Pengendalian Infeksi Nosokomial.
b. Bahwa agar lebih terarah dan teratur kegiatan Pengendalian Infeksi
Nosokomial di Rumah Sakit perlu adanya buku Pedoman Pengendalian
Infeksi Nosokomial.
c. Bahwa untuk maksud tersebut butir 1 & 2 perlu ditetapkan Surat
Keputusan Direktur RS. Islam Klaten tentang Pemberlakuan Buku
Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial.
MENGINGAT :
a. Undang – undang Kesehatan tahun 1992 tentang Pokok Kesehatan.
b. SK nomor 033/SK/YJH/V/2001, tentang penyempurnaan Pedoman
Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja RS. Islam Klaten.
c. SK Direktur RS. Islam Klaten No. 197/SK/YM.60.5/VIII/2000, tentang
Reorganisasi Pokja Pengendalian Infeksi Nosokomial.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
Pertama : Memberlakukan Buku Pedoman Pengendalian Infeksi
Nosokomial di lingkungan Rumah Sakit Islam Klaten
Kedua : Buku Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial berlaku untuk 3
( yiga ) tahun dan akan ditinjau ulang
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan apabila
ada kekeliruan akan di adakan perubahan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : KLATEN
Pada tanggal : 30 Mei 2001
Direktur
DR. dr. HM. Syamsulhady, SpKj
Tembusan
Komite Medik
Semua Instalasi/ Bagian/ Bidang