Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Makalah
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PANCASILA
SEBAGAI SISTEM FILSAFAT.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak
Faruq Abdul Muid, selaku dosen mata kuliah pendidikan kewarganegaraan dan teman-teman.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih dan kepada teman-teman yang ikut
berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan di masa yang akan datang, dan penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
(kelompok 1)
D. PEMBAHASAN ............................................................................................................ 1
E. KESIMPULAN ........................................................................................................... 16
Pancasila yang terdiri atas lima sila, pada hakekatnya merupakan sistem
filsafat. Yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Pancasila sebagai system filsafat adalah merupakan kenyataan pancasila
sebagai kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada pancasila sendiri
terlepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang. Kenyataan
obyekrif yang ada dan terletak pada pancasila, sehingga pancasila sebagai suatu
system filsafat bersifat khas dan berbeda dalam system-sistem filsafat yang lain. Hal
ini secara ilmiah disebut sebagai filsafat secara obyektif. Dan untuk mendapatkan
makna yang lebih mendalam dan mendasar, kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila
dari kajian filsafat secara menyeluruh,
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1
Heri Herdiawanto, S.Pd, M.Si dan Jumanta Hamdayama, M.Si, Cerdas Kritis dan Aktif
Berwarganegara(Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi), (Jakarta: Erlangga, 2010), 9h.
2
Drs. Slamet Sutrisno, M. Si., Filsafat dan Idiologi Pancasila, (Yogyakarta: Andi, 2006), 25h.
3
Heri Herdiawanto, S.Pd, M.Si dan Jumanta Hamdayama, M.Si, Cerdas Kritis dan Aktif
Berwarganegara(Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi), (Jakarta: Erlangga, 2010), 9h.
Filsafat Pancasila berbeda dengan filsafat lainnya, karena filsafat Pancasila memiliki
karakteristik tersendiri, antara lain yaitu:
1) Sila-sila dalam Pancasila memiliki kesatuan sistem yang bulat dan utuh,
sehingga jika sila dalam Pancasila tidak bulat dan utuh atau tidak saling
berkaitan antar satu sila dengan sila yang lainnya tidak dapat disebut Pancasila.
4
Dra. Hartati Soemasdi, pemikiran filsafat Pancasila, (Yogyakarta: Andi, 1992), 47h.
Gambar D.1.2.1
1 2 3 4 5
2
1 3 4 5
2 1 3 4 5
3 2 1 4 5
1
4 3 2 1 5
Gambar D.1.2.2
5 2
4 3
Gambar D.1.2.3
a. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi, menjiwai, dan mendasari sila 2,
3, 4, 5.
b. Sila kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap, diliputi, dijiwai, dan didasari sila
1 dan meliputi, menjiwai, dan mendasari sila 3, 4, 5.
c. Sila ketiga : Persatuan Indonesia, diliputi, dijiwai, dan didasari sila 1, 2 dan
meliputi, menjiwai, dan mendasari sila ke 4, 5.
d. Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, diliputi, dijiwai, dan didasari sila 1, 2, 3 dan meliputi,
menjiwai, dan mendasari sila 5.
e. Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, diliputi, dijiwai, dan
didasari sila 1, 2, 3, 4.
5
Heri Herdiawanto, S.Pd, M.Si dan Jumanta Hamdayama, M.Si, Cerdas Kritis dan Aktif
Berwarganegara(Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi), (Jakarta: Erlangga, 2010), 10h.
1) Kuasa materialis, berhubungan dengan materi atau bahan, yaitu Pancasila digali
dari nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia.
2) Kuasa Formalis, yang berhubungan dengan bentuknya, yaitu Pancasila yang ada
dalam UUD 1945 memenuhi syarat formal atau kebenaran formal.
3) Kuasa Efisien, yaitu merumuskan dan menuysun Pancasila sebagai dasr negaga
Indonesia merdeka yang dilakukan pada kegiatan BPUPKI dan PPKI.
4) Kuasa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, yaitu diusulkannya
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka. 6
Sehingga esensi atau inti sila-sila dalam Pancasila meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Sifat-sifat Tuhan
Yaitu dimana tuhan sebagai kuasa prima yang memiliki sifat-sifat yang
tidak terbatas, seperti maha agung, maha pengetahuan, maha pengasih dan
sebagainya sehingga Pancasila mengajarkan agar manusia Indonesia percaya
kepada tuhan yang maha esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing.
2) Manusia
Yaitu manusia sebagai makhluk individu dan juga mahluk sosial dimana
setiap keputusan dan tindakannya berasal dari norma-norma sosial dan kasusila
atau moral yang objektif bukan subjektif apalagi sewenang-wenang sehingga
sikap dan perbuatan manusia sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang
berbudi, sadar nilai dan berbudaya.
3) Satu
6
Heri Herdiawanto, S.Pd, M.Si dan Jumanta Hamdayama, M.Si, Cerdas Kritis dan Aktif
Berwarganegara(Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi), (Jakarta: Erlangga, 2010), 10h.
4) Rakyat
Rakyat yaitu mencakup seluruh penduduk semua negara atau
sekumpulan orang yang hidup di suatu tempat.7 Sehingga rakyat adalah unsur
mutlak suatu negara dan bagian-bagian yang menyusunnya yaitu kerja sama dan
gotong royong agar terjalin kenyamanan, keamanan, dan kerukunan dalam
kehidupan rakyat Indonesia.
5) Adil
Yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya, atau memberikan kepada
diri sendiri dan orang lain apa yang menjadi haknya, serta tidak lupa
menjalankan kewajiban kita kepada negara, alam semesta maupun kepada
sesama manusia.
Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang sesuatu yang dianggap penting oleh
seseorang dalam hidupnya. Nilai dapat berada di dua kawasan, kognitif dan efektif. Nilai adalah
ide, bisa dikatakan konsep, tetapi juga bisa dikatakan abstraksi (Sidney Simon, 1986). Nilai
merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih memberi dasar dan
prinsip akhlak yang merupakan standar keindahan dan efesiensi atau keutuhan kata hati
(potensi). Langkah-langkah awal “nilai” adalah seperti halnya ide manusia yang merupakan
potensi pokok human being. Nilai tidaklah tampak dalam dunia pengalaman. Dia nyata dalam
jiwa manusia. Dalam ungkapan lain ditegaskan oleh Sidney B. Simon (1986) bahwa
sesungguhnya yang dimaksud dengan nilai adalah jawaban yang jujur, tetapi benar atas
pertanyaan.
7
Charlie Rudyat, S.H., Kamus Hukum, (Yogyakarta: Mahardika, 2013), 353h.
Refleksi filsafat yang dikembangkan oleh Notonagoro untuk menggali nila-nilai abstrak
dan hakikat nilai-nilai Pancasila, ternyata kemudian dijadikan pangkal tolak
pelaksanaannyayang berwujud konsep pegamalan yang bersifat subjektif dan objektif.
Pengamalan secara objektif adalah pengamalan di bidang kehidupan kenegaraan atau
kemasyarakatan,yang penjelasannya merupakan suatu perangkat ketentuan hukum yang secara
hierarkis berupa pasal-pasal UUD, ketetapan MPR, undang-undang organic, dan peratura-
peraturan pelaksanaan lainnya. Pengamalan secara subjektif adalah pengamalan yang
dilakuakan oleh manisia individual, baik sebagi pribadi maupun sebagi warga masyarakat
,maupun sebagi pemegang kekuasaan, yang penjelmaannya berupa tingkah laku dan sikap
dalam hidup sehari-hari.
Nilai-nilai yang berumber dari hakikat Tuhan, manusia, suatu rakyat, dan adil
dijabarkan menjadi konsep etika Pancasila, yaitu hakikat manusia Indonesia adalah memiliki
sifat dan keadaan yang berperi ketuhanaan yang Maha Esa, kemanusiaan, kebangsaan,
kerakyatan, dan keadilan sosial. Konsep pancasial dijabarkan menjadi sistem etika Pancasila
yang bercorak normatif.
Sistematis
Mendalam
Mendasar
Analitis
Komprehensif
Rasionalisme
Idealisme
Positivisme
Eksistensialisme
Hedonisme
Stoisme
Marxisme
Realisme
Liberalisme
Materialisme
Utilitarianisme
Soiritualisme
1. Bidang Ontologi:
Yaitu bidang yang membicarakan hakikat yang ada atau keberadaan dari segala
sesuatu, termasuk didalamnya keberadaan alam semesta, manusia, dan tuhan. Dan
secara Ontologism. Menurut Nototnegoro hakikat dasar ontology Pancasila adalah
manusia, karena manusia merupakan subjek hukum pokok sila-sila Pancasila. Didalam
Pancasila terkandung asas dan nilai ontologi, yakni:
a. bahwa tuhan yang maha esa merupakan maha sumber, sebab pertama (causa
prima) yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh orang lain dan segala
sesuatu yang ada. Dijelaskan dalam Pancasila sila pertama, bahwa manusia
adalah mahluk ciptaan tuhan. Oleh karena itu manusia harus percaya, berbakti
dan taat kepada tuhan yang maha esa. Selain itu, keberadaan semesta yang tak
terbatas merupakan pemberian tuhan yang menjadi wujud dan hukum alam, dan
sumber daya yang terkandung didalamnya merupakan sumber kehidupan bagi
umat manusia.
b. Eksistensi manusia sebagai mahluk yang monopluralis dan sekaligus
monodualis, baik sebagai makhluk tuhan maupun makhluk pribadi yang
tersusun dari unsur jasmani dan rohani, dengan sifat individu dan sosialisnya,
merupakan makhluk yang merdeka dan berdaulat yang membentuk suatu
budaya dan tata nilai yang dibangun berdasarkan tanggung jawab dan
kesemestaan yaitu menyangkut hubungan antar sesama manusia dan alamnya,
maupun terhadap tuhan yang maha esa.
c. Eksistensi dan tata budaya merupakan perwujudan dari martabat dan
kepribadian manusia sebagai makhluk yang unggul (makhluk yang mulia)
dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Adanya kebudayaan
merupakan perwujudan martabat dan keribadian manusia baik kebudayaan
nasional, maupun kebudayaan universal yang menyangkut semua umat
manusia. Oleh karena itu sistem nilai dan sistem kelembagaan, seperti keluarga,
masyarakat, negara, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknolog harus
diarahkan untuk mendukung harkat dan martabat manusia.
8
Heri Herdiawanto, S.Pd, M.Si dan Jumanta Hamdayama, M.Si, Cerdas Kritis dan Aktif
Berwarganegara(Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi), (Jakarta: Erlangga, 2010), 16h.
9
Heri Herdiawanto, S.Pd, M.Si dan Jumanta Hamdayama, M.Si, Cerdas Kritis dan Aktif
Berwarganegara(Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi), (Jakarta: Erlangga, 2010), 16h.
pancasila sebagai sistem filsafat merupakan suatu kebenaran yang digunakan sebagai
dasar negara yang memiliki satu kesatuan sistem yang utuh dan logis. Pancasila juga memiliki
karakteristik yang bulat, berkaitan, mandiri, dan berkembang didalam Indonesia dan
masyarakat sebagai suatu kenyataan hidup bangsa. Adapun prinsip-prinsip pancasila sebagai
sistem filsafat yaitu (1) Kausa Material yaitu sebab yang berhubungan dengan materi atau
bahan. Dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa
Indonesia sendiri. (2) Kausa Formalis ialah sebab yang berhubungan dengan bentuknya.
Pancasila di dalam pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat formal (kebenaran formal). (3)
Kausa Efisiensi yaitu kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan pancasila
sebagai dasar negara Indonesia merdeka. (4) Kausa Finalis Ialah berhubungan dengan
tujuannya, dimana tujuan yang diusulkannya pancasila menjadi dasar negara Indonesia
merdeka.
Adapun nilai nilai hakikat filsafat yang abstrak dan hakikat nilai-nilai Pancasila,
ternyata kemudian dijadikan pangkal tolak pelaksanaannya yang berwujud konsep pegamalan
yang bersifat subjektif dan objektif. Pengamalan secara subjektif adalah pengamalan yang
dilakuakan oleh manisia individual, baik sebagi pribadi maupun sebagi warga masyarakat
,maupun sebagi pemegang kekuasaan, yang penjelmaannya berupa tingkah laku dan sikap
dalam hidup sehari-hari. Dan Pancasila juga memiliki pokok-pokok pikiran yaitu dalam bidang
Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi yang saling berkaitan satu sama lain.
Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama. Cerdas Kritis dan Aktif Berwarganegara(Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi). 2010. Jakarta: Erlangga, 2010.