Вы находитесь на странице: 1из 21

PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


Yang Diampu Oleh Bapak Faruq Abdul Muid, M.pd
Oleh:

Indi Fadhlullah G71218040


Titin Sufairok G71218057
Octaviana Candra Wardani G71218047

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
APRIL, 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PANCASILA
SEBAGAI SISTEM FILSAFAT.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak
Faruq Abdul Muid, selaku dosen mata kuliah pendidikan kewarganegaraan dan teman-teman.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih dan kepada teman-teman yang ikut
berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan di masa yang akan datang, dan penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, April 2019

Penulis
(kelompok 1)

i | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

A. LATAR BELAKANG .................................................................................................. iii

B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. iii

C. TUJUAN ....................................................................................................................... iii

D. PEMBAHASAN ............................................................................................................ 1

D.1 DEFINISI FILSAFAT PANCASILA ........................................................................... 1

D.1.1 PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA ........................................................... 1

D.1.2 KARAKTERISTIK SISTEM FILSAFAT PANCASILA ....................................... 2

D.1.3 PRINSIP-PRINSIP FILSAFAT PANCASILA ...................................................... 5

D.1.4. HAKIKAT NILAI-NILAI PANCASILA.............................................................. 6

D.2. POKOK-POKOK PIKIRAN DALAM PANCASILA ................................................. 9

E. KESIMPULAN ........................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 17

ii | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


A. LATAR BELAKANG

Pancasila yang terdiri atas lima sila, pada hakekatnya merupakan sistem
filsafat. Yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Pancasila sebagai system filsafat adalah merupakan kenyataan pancasila
sebagai kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada pancasila sendiri
terlepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang. Kenyataan
obyekrif yang ada dan terletak pada pancasila, sehingga pancasila sebagai suatu
system filsafat bersifat khas dan berbeda dalam system-sistem filsafat yang lain. Hal
ini secara ilmiah disebut sebagai filsafat secara obyektif. Dan untuk mendapatkan
makna yang lebih mendalam dan mendasar, kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila
dari kajian filsafat secara menyeluruh,

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi filsafat Pancasila?

2. Apa saja karakteristik filsafat pancasila?

3. Apa prinsip dan hakikat nilai-nilai Pancasila?

4. Apa pokok-pokok pikiran dalam Pancasila?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi filsafat pancasila.


2. Untuk mengetahui karakteristik filsafat pancasila.
3. Untuk mengetahui prinsip dan hakikat nilai-nilai pancasila.
4. Untuk mengetahui pokok-pokok pikiran dalam pancasila.

iii | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


D. PEMBAHASAN

D.1 DEFINISI FILSAFAT PANCASILA


D.1.1 PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA
Filsafat merupakan induk ilmu pengetahuan. filsafat berasal dari kata philein yang
memiliki arti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan, keduanya diambil dari bahasa
Yunani sehingga jika kita gabungkan menjadi kata Philosophia atau filsafat sehingga filsafat
memiliki arti cinta akan kebijaksanaan, atau mencintai kebenaran maupun pengetahuan.
Filsafat secara sederhana dapat diartikan sebagai keinginana yang sungguh-sunggguh untuk
mencari kebenaran yang sejati. Seseorang yang menciptakan suatu karya mengenai filsafat
disebut Filosof yang berarti ahli pikir, kata filosof pertama kali dipakai oleh Hera Kleitos.
Menurut Professor Langeveld cara membedakan antara filosof dan ahli fisafat, yaitu: Filosof
adalah orang yang mengasilkan atau menciptakan karya filsafat, sedangkan ahli filsafat adalah
orang yang mengusai pengetahuan filsafat, dapat berbicara tentang filsafat, membahas dan
mengajarkan filsafat (sarjana filsafat) tetapi tidak menciptakan karya filsafat.

Menurut J. Gredt, dalam bukunya Elementa philosophiae, filsafat didefinisikan sebagai


“Ilmu pengetahuan yang timbul dari prinsip-prinsip mencari sebab-musebabnya yang
terdalam”. 1 Sedangkan menurut Passmore seorang ilmuan dari Inggris mengemukakan
pendapatnya mengenai filsafat yang didefinisikan sebagai suatu bentuk perbincangan kritis,
demikian pula dengan ilmu, yakni sebagai bentuk yang paling maju dari perbincangan kritis.
Keistimewaan filsafat terletak pada kedudukannya sebagai suatu perbincangan kritis. 2

Sedangkan filsafat Pancasila menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila merupakan filsafat


negara yang lahir sebagai collective ideology (cita-cita bersama) seluruh bangsa Indonesia.
Dikatakan sebagai filsafat karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam
yang dilakukan oleh the founding fathers kita, kemudian dituangkan dalam suatu “system” yang
tepat.3 Sehingga dapat kita simpulkan bahwa filsafat pancasila merupakan suatu kebenaran
yang digunakan sebagai dasar negara yang memiliki satu kesatuan sistem yang utuh dan logis.

1
Heri Herdiawanto, S.Pd, M.Si dan Jumanta Hamdayama, M.Si, Cerdas Kritis dan Aktif
Berwarganegara(Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi), (Jakarta: Erlangga, 2010), 9h.

2
Drs. Slamet Sutrisno, M. Si., Filsafat dan Idiologi Pancasila, (Yogyakarta: Andi, 2006), 25h.

3
Heri Herdiawanto, S.Pd, M.Si dan Jumanta Hamdayama, M.Si, Cerdas Kritis dan Aktif
Berwarganegara(Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi), (Jakarta: Erlangga, 2010), 9h.

1 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


Menurut Notonagoro seorang guru besar di fakultas hukum Universitas Gajah Mada
Yogyakarta dalam lokakarya yang diadakan di Yogyakarta pada tahun 1976 mengenai
pengalaman Pancasila, beliau mengatakan bahwa filsafat Pancasila dinyatakan dalam
pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alenia ke-empat, yang berbunyi: “Disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia berkaudalatan rakyat dengan
berdasar kepada: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawarata/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.” Kata-kata dengan berdasar kepada tersebut menentukan kedudukan
Pancasila dalam Negara Republik Indonesia sebagai dasar negara, dalam pengertian dasar
filsafat. Dari pembicaraan oleh badan penyelidikk usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia menjelang proklamasi kemerdekaan dapat disimpulkan bahwa dasar itu dimaksudkan
sebagai dasar filsafat.4

D.1.2 KARAKTERISTIK SISTEM FILSAFAT PANCASILA

Filsafat Pancasila berbeda dengan filsafat lainnya, karena filsafat Pancasila memiliki
karakteristik tersendiri, antara lain yaitu:

1) Sila-sila dalam Pancasila memiliki kesatuan sistem yang bulat dan utuh,
sehingga jika sila dalam Pancasila tidak bulat dan utuh atau tidak saling
berkaitan antar satu sila dengan sila yang lainnya tidak dapat disebut Pancasila.

4
Dra. Hartati Soemasdi, pemikiran filsafat Pancasila, (Yogyakarta: Andi, 1992), 47h.

2 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


2) Sila-sila dalam Pancasila yang saling berkaitan dapat kita gambarkan sebagai
berikut:

Gambar D.1.2.1

Dapat juga di gambarkan sebagai berikut:

1 2 3 4 5

2
1 3 4 5

2 1 3 4 5

3 2 1 4 5
1

4 3 2 1 5

Gambar D.1.2.2

3 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


Atau juga dapat digambarkan sebagai berikut:

5 2

4 3

Gambar D.1.2.3

Dari ketiga gambar tersebut menggambarkan bahwa Pancasila memiliki arti


yaitu:

a. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi, menjiwai, dan mendasari sila 2,
3, 4, 5.
b. Sila kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap, diliputi, dijiwai, dan didasari sila
1 dan meliputi, menjiwai, dan mendasari sila 3, 4, 5.
c. Sila ketiga : Persatuan Indonesia, diliputi, dijiwai, dan didasari sila 1, 2 dan
meliputi, menjiwai, dan mendasari sila ke 4, 5.
d. Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, diliputi, dijiwai, dan didasari sila 1, 2, 3 dan meliputi,
menjiwai, dan mendasari sila 5.
e. Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, diliputi, dijiwai, dan
didasari sila 1, 2, 3, 4.

3) Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer Pancasila


sebagai suatu yang mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri. 5

5
Heri Herdiawanto, S.Pd, M.Si dan Jumanta Hamdayama, M.Si, Cerdas Kritis dan Aktif
Berwarganegara(Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi), (Jakarta: Erlangga, 2010), 10h.

4 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


4) Pancasila sebagai suatu yang bersifat realita, yang memiliki arti tumbuh, dan
berkembang didalam setiap individu di Indonesia dan masyarakat sebagai suatu
kenyataan hidup bangsa.

D.1.3 PRINSIP-PRINSIP FILSAFAT PANCASILA

Ditinjau dari kuasa Aristoteles, Pancasila dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kuasa materialis, berhubungan dengan materi atau bahan, yaitu Pancasila digali
dari nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia.
2) Kuasa Formalis, yang berhubungan dengan bentuknya, yaitu Pancasila yang ada
dalam UUD 1945 memenuhi syarat formal atau kebenaran formal.
3) Kuasa Efisien, yaitu merumuskan dan menuysun Pancasila sebagai dasr negaga
Indonesia merdeka yang dilakukan pada kegiatan BPUPKI dan PPKI.
4) Kuasa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, yaitu diusulkannya
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka. 6

Sehingga esensi atau inti sila-sila dalam Pancasila meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Sifat-sifat Tuhan
Yaitu dimana tuhan sebagai kuasa prima yang memiliki sifat-sifat yang
tidak terbatas, seperti maha agung, maha pengetahuan, maha pengasih dan
sebagainya sehingga Pancasila mengajarkan agar manusia Indonesia percaya
kepada tuhan yang maha esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing.

2) Manusia
Yaitu manusia sebagai makhluk individu dan juga mahluk sosial dimana
setiap keputusan dan tindakannya berasal dari norma-norma sosial dan kasusila
atau moral yang objektif bukan subjektif apalagi sewenang-wenang sehingga
sikap dan perbuatan manusia sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang
berbudi, sadar nilai dan berbudaya.

3) Satu

6
Heri Herdiawanto, S.Pd, M.Si dan Jumanta Hamdayama, M.Si, Cerdas Kritis dan Aktif
Berwarganegara(Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi), (Jakarta: Erlangga, 2010), 10h.

5 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


Yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri atau ciri khasnya sendiri
sehingga dapat dibedakan dengan bangsa lain dan merupakan suatu yang bulat
atau tidak dapat dipecah-pecah karena bangsa Indonesia mempunyai satu tanah
air, satu bangsa, dan satu bahasa.

4) Rakyat
Rakyat yaitu mencakup seluruh penduduk semua negara atau
sekumpulan orang yang hidup di suatu tempat.7 Sehingga rakyat adalah unsur
mutlak suatu negara dan bagian-bagian yang menyusunnya yaitu kerja sama dan
gotong royong agar terjalin kenyamanan, keamanan, dan kerukunan dalam
kehidupan rakyat Indonesia.

5) Adil
Yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya, atau memberikan kepada
diri sendiri dan orang lain apa yang menjadi haknya, serta tidak lupa
menjalankan kewajiban kita kepada negara, alam semesta maupun kepada
sesama manusia.

D.1.4. HAKIKAT NILAI-NILAI PANCASILA

Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang sesuatu yang dianggap penting oleh
seseorang dalam hidupnya. Nilai dapat berada di dua kawasan, kognitif dan efektif. Nilai adalah
ide, bisa dikatakan konsep, tetapi juga bisa dikatakan abstraksi (Sidney Simon, 1986). Nilai
merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih memberi dasar dan
prinsip akhlak yang merupakan standar keindahan dan efesiensi atau keutuhan kata hati
(potensi). Langkah-langkah awal “nilai” adalah seperti halnya ide manusia yang merupakan
potensi pokok human being. Nilai tidaklah tampak dalam dunia pengalaman. Dia nyata dalam
jiwa manusia. Dalam ungkapan lain ditegaskan oleh Sidney B. Simon (1986) bahwa
sesungguhnya yang dimaksud dengan nilai adalah jawaban yang jujur, tetapi benar atas
pertanyaan.

7
Charlie Rudyat, S.H., Kamus Hukum, (Yogyakarta: Mahardika, 2013), 353h.

6 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


Studi tentang nilai termasuk dalam ruang lingkup estetika dan etika. Estetika cenderung
kepada studi dan justrifikasi yang menyangkut tentang manusia memikirkan keindahan atau hal
yang mereka senangi. Sementara itu, etika cenderung kepada studi dan justifikasi tentang aturan
atau bagaimana manusia berperilaku.pada dasarnya studi tentang etika merpakan pelajaran
tentang moral yang secara langsung merupakan pemahaman tentang benar dan salahnya suatu
hal.

Bangsa indonesiasejak awal mendirikan negara memiliki konsesnsus untuk memegang


dan menganut Pancasila sebagai sumber inspirasi, nilai, dan moral bangsa. Secara epistimologi,
bangsa Indonesia memiliki keyakinan bahwa nilai dan moral yang terpancar dari asas Pancasila
ini sebagai suatu hasil sublimasi dan kristalisasi sistem niali budaya bangs dan agama yang
kesemuanya bergerak vertikal dan horizontal serta dinamis dalam kehidupan masyarakat.

Refleksi filsafat yang dikembangkan oleh Notonagoro untuk menggali nila-nilai abstrak
dan hakikat nilai-nilai Pancasila, ternyata kemudian dijadikan pangkal tolak
pelaksanaannyayang berwujud konsep pegamalan yang bersifat subjektif dan objektif.
Pengamalan secara objektif adalah pengamalan di bidang kehidupan kenegaraan atau
kemasyarakatan,yang penjelasannya merupakan suatu perangkat ketentuan hukum yang secara
hierarkis berupa pasal-pasal UUD, ketetapan MPR, undang-undang organic, dan peratura-
peraturan pelaksanaan lainnya. Pengamalan secara subjektif adalah pengamalan yang
dilakuakan oleh manisia individual, baik sebagi pribadi maupun sebagi warga masyarakat
,maupun sebagi pemegang kekuasaan, yang penjelmaannya berupa tingkah laku dan sikap
dalam hidup sehari-hari.

Nilai-nilai yang berumber dari hakikat Tuhan, manusia, suatu rakyat, dan adil
dijabarkan menjadi konsep etika Pancasila, yaitu hakikat manusia Indonesia adalah memiliki
sifat dan keadaan yang berperi ketuhanaan yang Maha Esa, kemanusiaan, kebangsaan,
kerakyatan, dan keadilan sosial. Konsep pancasial dijabarkan menjadi sistem etika Pancasila
yang bercorak normatif.

Ciri atau karakteristik berpikir filsafat adalah:

 Sistematis
 Mendalam
 Mendasar
 Analitis
 Komprehensif

7 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


 Spekulatif
 Representatif
 Evaluative

Cabang-cabang filsafat meliputi:

 Epistomologi (filsafat pengetahuan)


 Etika(filsafat moral)
 Estetika (filsafat seni)
 Metafisika 9membicarakan tentang segala sesuatu di balik yang ada)
 Politik filsafat pemerintahan)
 Filsafat agama
 Filsafat ilmu
 Filsafat pendidikan
 Filsafat hukum
 Filsafat sejarah
 Filsafatmatematika
 Kosmologi (membicarakan tentang segala sesuatu yang ada yang teratur)

Aliran filsafat meliputi:

 Rasionalisme
 Idealisme
 Positivisme
 Eksistensialisme
 Hedonisme
 Stoisme
 Marxisme
 Realisme
 Liberalisme
 Materialisme
 Utilitarianisme
 Soiritualisme

8 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


D.2. POKOK-POKOK PIKIRAN DALAM PANCASILA
Filsafat Pancasila yang rumusannya tercantum dalam pembukaan undang-undang
dasar 1945 memiliki konsep-konsep atau pokok-pokok pikiran dalam bidang ontologi,
epistimologi, maupun aksiologi :

1. Bidang Ontologi:
Yaitu bidang yang membicarakan hakikat yang ada atau keberadaan dari segala
sesuatu, termasuk didalamnya keberadaan alam semesta, manusia, dan tuhan. Dan
secara Ontologism. Menurut Nototnegoro hakikat dasar ontology Pancasila adalah
manusia, karena manusia merupakan subjek hukum pokok sila-sila Pancasila. Didalam
Pancasila terkandung asas dan nilai ontologi, yakni:
a. bahwa tuhan yang maha esa merupakan maha sumber, sebab pertama (causa
prima) yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh orang lain dan segala
sesuatu yang ada. Dijelaskan dalam Pancasila sila pertama, bahwa manusia
adalah mahluk ciptaan tuhan. Oleh karena itu manusia harus percaya, berbakti
dan taat kepada tuhan yang maha esa. Selain itu, keberadaan semesta yang tak
terbatas merupakan pemberian tuhan yang menjadi wujud dan hukum alam, dan
sumber daya yang terkandung didalamnya merupakan sumber kehidupan bagi
umat manusia.
b. Eksistensi manusia sebagai mahluk yang monopluralis dan sekaligus
monodualis, baik sebagai makhluk tuhan maupun makhluk pribadi yang
tersusun dari unsur jasmani dan rohani, dengan sifat individu dan sosialisnya,
merupakan makhluk yang merdeka dan berdaulat yang membentuk suatu
budaya dan tata nilai yang dibangun berdasarkan tanggung jawab dan
kesemestaan yaitu menyangkut hubungan antar sesama manusia dan alamnya,
maupun terhadap tuhan yang maha esa.
c. Eksistensi dan tata budaya merupakan perwujudan dari martabat dan
kepribadian manusia sebagai makhluk yang unggul (makhluk yang mulia)
dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Adanya kebudayaan
merupakan perwujudan martabat dan keribadian manusia baik kebudayaan
nasional, maupun kebudayaan universal yang menyangkut semua umat
manusia. Oleh karena itu sistem nilai dan sistem kelembagaan, seperti keluarga,
masyarakat, negara, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknolog harus
diarahkan untuk mendukung harkat dan martabat manusia.

9 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


d. Eksistensi bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat merupakan puncak
prestasi perjuangan bangsa Indonesia merupakan suatu rahmat tuhan sebagai
causa prima. Dan negara merupakan akibat dari eksistensi Tuhan yang telah
menciptakan manusia Indonesia, yang secara kodrati memiliki kedaulatan dan
kemerdekaan. Oleh karena itu pemerintahan negara harus dilandasi dengan rasa
tanggung jawab terhadap tuhan yang maha esa.
2. Bidang Epistimologi:
Yaitu cabang dari fisafat yang menyelidiki sumber pengetahuan Pancasila serta
susunan pengetahuan pancasila. Sumber pengetahuan Pancasila adalah nilai-nilai yang
ada pada bangsa Indonesia sendiri. Sedangakan susunan pncasila sebagai suatu sistem
pengetahuan, memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan
maupun isi arti sila-sila dalam Pancasila tersebut. Sumber pengetahuan atau ilmu dalam
Pancasila yaitu sebagai berikut:
a. Maha sumber ilmu pengetahuan adalah Tuhan Yang Maha Esa yang
menciptakan manusia dengan berbagai potensi yang dimilikinya, seperti rasa,
akal, karsa, dan panca indra.
b. Secara teoritis, sumber pengetahuan di bedakan menjadi tiga, yakni:
a) Sumber primer: yaitu sumber yang diperoleh dari pemahaman dan
penghayatan terhadap alam linkungan dengan segala dinamika dan
perubahannya.
b) Sumber sekunder: yaitu sumber yang diperoleh dari bidang-bidang ilmu
pengetahuan yang sudah ada atau berkembang, kepustakaan, atau
dokumentasi.
c) Sumber tersier: yaitu sumber yang berasal dari orang-orang yang
memiliki pengetahuan dan telah diakui oleh otoritasnya dalam
bidangnya masing-masing, seperti: para cendikiawan, ilmuan, ahli,
narasumber.

Selanjutnya, mengenai susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan,


memiliki bentuk piramid dan susunan kesatuan nilai-nilai Pancasila yang bersifat
hierarkis. Yang memiliki arti:

a. Sila pertama dalam Pancasila mendasari dan menjiwai keemmpat sila


lainnya.

10 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


b. Sila kedua didasari dan dijiwai sila pertama serta mendasari dan
menjiwai sila ketiga, keempat, dan kelima.
c. Sila ketiga dijiwai dan didasari sila pertama, serta mendasari dan
menjiwai sila keempat dan kelima.
d. Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, dan ketiga serta
mendasari dan menjiwai sila kelima.
e. Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga, dan
keempat.

Sehingga sistem Pancasila juga memiliki sisem logis, yang


menyangkut kualitas maupun kuantitasnya yang terdiri dari isi arti sila-sila
Pancasila tersebut. Seperti sila ketuhanan yang maha esa memberikan
landasan kebenaran pengetahuan manusia yang berasal dari intuisi yang
pada hakikat, kedudukan, dan kodratnya adalah makhluk tuhan yang maha
esa. Sehingga sila Pancasila yang pertama, sesuai dengan epistimologis
Pancasila yang mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak dan
diterima dengan keyakinan wawasan Pancasila.

Selanjutnya, kebenaran dan pengetahan manusia merupakan


perpaduan yang harmonis antara potensi-potensi kejiwaan manusia, yang
mencakup akal, rasa, dan kehendak manusia untuk mendapatkan kebenaran
yang tertinggi yang digunakan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat
manusia.

Selain itu, estimologis Pancasila juga mengakui kebenaran


konsensus terutama dalam kaitanya dengan hakikat sifat kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai sistem
pengembangan pengetahuan, manusia harus mengembangkan ilmu dan
teknologi berdasarkan pada sosio-budaya dan filsafat bangsa. selain itu
pengembangan ilmu dan teknologi harus diarahkan untuk menjunjung
martabat dan kepribadian bangsa sesuai dengan sila ketiga, keempat, dan
kelima dalam Pancasila.

Sebagai suatu paham epistimologi, Pancasila mendasarkan


pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai
karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta

11 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


moralitas religious dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan
pengetahuan dalam hidup manusia. Itulah sebabnya Pancasila secara
epistimologis harus menjadi dasar moralitas bangsa dalam membangun
perkembangan sains dan teknologi.

Penjelasan diatas sesuai dengan wujud tingkatan pengetahuan yang


dibedakan secara hierarkis, yaitu:

a) Pengetahuan indra yang diperoleh dari pengalaman.


b) Pengetahuan ilmiah yang merupakan gabungan yang telah tersusun
secara sistematis, metodis, obyektif, dan universal dan sering disebut
sebagai ilmu.
c) Pengetahuan filosofis yang berasal dari pemikiran yang mendalam,
mendasar, dan menyeluruh atas segala sesuatu yang difikirkan atas dasar
otologis tertentu.
d) Pengetahuan religious, yakni pengetahuan yang didasarkan atas wahyu
dan diterima dengan keyakinan dalam wawasan Pancasila, posisi dan
fungsi dalam ilmu pengetahuan dalam hubungan dengan sosio-budaya
dan filsafat bangsa dan negara merupakan suber dan landasan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Bidang Aksiologi
Yaitu sumber filsafat yang menyelidiki tentang pengertian, jenis, tingkatan, sumber,
dan hakikat suatu nilai Pancasila. Istilah nilai dalam kajian filsafat Pancasila dipakai
untuk merujuk pada ungkapan abstrak yang dapat diartikan juga sebagai keberhargaan
atau kebaikan, dan kata kerja yang artinya sesuatu tindakan kejiwaan tertentu dalam
menilai atau melakukan penilaian.
Sedangkan dalam dictionary of sociology and related sciences dikemukakan nilai
adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu beda untuk memuaskan
manusia. Sifat tersebut menarik minat seserorang atau kelompok . jadi, nilai itu sendiri
pada hakkikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek dan ada
karena adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai.
Terdapat berbagai macam teori tentang nilai, karena hal ini disebabkan oleh titik
tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan pengertian nilai. Bagi
kalangan materialis hakikat nilai tertinggi adalah nilai material, sedangkan dalam
pandangan kaum hedonis nilai tertinggi adalah nilai kenikmatan. Dari berbagai

12 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


pandangan tentang nilai, nilai dapat dikelompokkan menjadi menjadi dua yaitu, yang
pertama adalah sesuatu itu bernilai karena berkaitan dengan subjek pemberian nilai,
yakni manusia dan hal ini bersifat subjektif, dan yang kedua yaitu pandangan yang
menyatakan pada hakikatnya sesuatu yang melekat pada dirinya sendiri memang
bernilai dan merupakan pandangan dari paham objektivisme.
Menurut Notonegoro, nilai- nilai Pancasila termasuk nilai-nilai kerohanian, tetapi
nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai-nilai material dan vital. Dengan demikian,
nilai-nilai Pancasila yang tergolong nilai-nilai kerohanian itu juga mengandung nilai-
nilai lain secara lengkap dan harmonis seperti nilai material, vital, kebenaran,
keindahan atau estetis, kebaikan atau moral, ataupun kesucian yang secara keseluruhan
bersifat sismatik-hierarkis, dimana sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa
menjadi basis semu sila Pancasila (Darmodihardjo, 1978).8
Pokok-pokok Pancasila dapat disarikan sebagai berikut:
a. Tuhan yang maha esa sebagai sumber nilai dengan bijaksana menciptakan:
1) Alam semesta dengan segala isinya, keteraturan serta hukum-hukumnya
merupakan substansi nilai yang mempengaruhi secara mutlak dan
merupakan objek bagi manusia. Manusia dapat menikmati dan merubah
alam lingkungannya tetapi juga tidak bisa melepaskan diri dari hukum
alam, seperti penuaan dan kematian.
2) Nilai dan hkum moral yang mengikat manusia secara imperative bersifat
obyektif dan universal.

b. Manusia dapat dibedakan secara hakiki sumber-sumber nilai:


1) Tuhan yang maha esa dan agama sebagai sumber nilai kesemestaaan dan
kebajikan.
2) Alam semesta dengan hukumnya sebagai sumber nilai kehidupan,
sebagai sumber keindahan, keselarasan, keserasian, dan keteraturan.
3) Manusia dengan segala potensi yang dimiliki (cipta, karsa dan rasa) dari
kreatifitasnya merupakan sumber yang unik dagi bangsa.

8
Heri Herdiawanto, S.Pd, M.Si dan Jumanta Hamdayama, M.Si, Cerdas Kritis dan Aktif
Berwarganegara(Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi), (Jakarta: Erlangga, 2010), 16h.

13 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


4) Negara dengan sistem kenegaraan (filsafat, ideology, undang-undang,
UUD 1945, dan lain-lain) merupakan sumber cipta dan karya bagi
bangsanya.
5) Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sumber nilai dalam
kehidupan intelektual dan sekaligus sebagai wahana pengabdian melalui
cipta dan karya dalam mencapai kesejahteraan.

c. Nilai dan kesadaran manusia dan perwujudannya dalam realita meliputi:


1) Perwujudan tuhan yang maha esa terdapat dalam nilai agama yang
diwahyukan.
2) Perwujudan alam semesta adalah hukum alam dan unsur-unsurnya
menjamin kehidupan bagi semua makhluk seperti tanah, air, udara, dan
panas yang semuanya bernilai atau bermanfaaat bagi kehidupan.
3) Kesadaran manusia akan kodratnya mendorong munculnya rasa
tanggung jawab dan cinta kasih terhadap dirinya sendiri dan sesama
makhluk hidup, dana lam semesta, serta Tuhan.
4) Ilmu pengetahuan dan teknologi telah membentuk sistem nilai dalam
peradaban manusia menurut tempat dan jamannya menrupakan hasil
dudaya manusia secara keseluruhan.

d. Manusia dengan potensi dan kodratnyamenduduki fungsi ganda dalam


hubungan dengan nilai, yaitu:
1) Manusia sebagai subyek nilai, yaitu sebagai pencipta atau produsen
nilai. Dengan karya dan prestasinya manusia secara ndividu maupun
kelompok mampu menghasilkan sesuatu yang bernilai.
2) Manusia sebagai objek nilai, yaitu sebagai pengemban nilai. Manusia
sebagai subjek nilai sekaligus objek nilai mempunyai kedudukan
sebagai pengamal, penghayat, serta pengemban nilai. Menuisa
mendayagunakan nilai bagi dirinya sendiri dan kehidupannya.

e. Martabat manusia secara potensial merupakan integrasi dari berbagai unsur


yang membentuk hakikat manusia sebagai monopluralis dan monodualisme.
Karena itu nilai dari manusia sangat ditentukan oleh kemampuan untuk
mengaktualisasikan seluruh unsur-unsur secara terpadu.

14 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


f. Mengingat tuhan yang maha esa sebagai sumber nilai, dan manusia sebagai
makhluk ciptaannya yang paling mulia yang dilengkapi dengan akal bidi,
sehingga secara potensial mampu menghayati dan mempercayai tuhan yang
menciptakan segalanya dengan dasar sifat pengasih dan penyayang . dan
tuhan mengikat ciptaannya dengan hukum alam dan hukum moral agar tetap
tercipta keharmonisan yang lestari.
g. Manusia sebagai subjek nilai mempunyai tanggung jawab dan kewajiban
untuk mendayagunakan, mewariskan, dan melestarikan nilai-nilai dalam
kehidupannya serta mengembangkan rasa cinta kasih kepada seluruh
makhluk hidup yang ada di dunia.
h. Seluruh kesadaran manusia tentang nilai tercermin dalam kepribadian,
tindakan, amal dan kewajibannya. Tidak hanya terhadap tuhan yang maha
esa dan agamanya, melainkan juga kesadarannya untuk memahami,
menghayati, dan mengaktualisasikan kodratnya sebagai manusia dengan
cara membina hubungan baik dengan sesama manusia.

Sehingga, secara aksiologi, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai


Pancasila (subscriber of values Pancasila). Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan sosial. Sebagai
pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang menghargai, mengakui, menerima pancasia
sebagai suatu yang bernilai. Pengakuan, penghargaan, dan penerimaan Pancasila sebagai
sesuatu yang bernilai itu akan tampak menggejala dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan
bangsa Indonesia. Kalau pengakuan, penerimaan, atau penghargaan itu telah menggejala dalam
sikap, tingkah laku, dan perbuatan manusia dan bangsa Indonesia, bangsa Indonesia dalam hal
ini sekaligus merupakan pengembangannya dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan manusia
Indonesia. 9

9
Heri Herdiawanto, S.Pd, M.Si dan Jumanta Hamdayama, M.Si, Cerdas Kritis dan Aktif
Berwarganegara(Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi), (Jakarta: Erlangga, 2010), 16h.

15 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


E. KESIMPULAN

pancasila sebagai sistem filsafat merupakan suatu kebenaran yang digunakan sebagai
dasar negara yang memiliki satu kesatuan sistem yang utuh dan logis. Pancasila juga memiliki
karakteristik yang bulat, berkaitan, mandiri, dan berkembang didalam Indonesia dan
masyarakat sebagai suatu kenyataan hidup bangsa. Adapun prinsip-prinsip pancasila sebagai
sistem filsafat yaitu (1) Kausa Material yaitu sebab yang berhubungan dengan materi atau
bahan. Dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa
Indonesia sendiri. (2) Kausa Formalis ialah sebab yang berhubungan dengan bentuknya.
Pancasila di dalam pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat formal (kebenaran formal). (3)
Kausa Efisiensi yaitu kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan pancasila
sebagai dasar negara Indonesia merdeka. (4) Kausa Finalis Ialah berhubungan dengan
tujuannya, dimana tujuan yang diusulkannya pancasila menjadi dasar negara Indonesia
merdeka.

Adapun nilai nilai hakikat filsafat yang abstrak dan hakikat nilai-nilai Pancasila,
ternyata kemudian dijadikan pangkal tolak pelaksanaannya yang berwujud konsep pegamalan
yang bersifat subjektif dan objektif. Pengamalan secara subjektif adalah pengamalan yang
dilakuakan oleh manisia individual, baik sebagi pribadi maupun sebagi warga masyarakat
,maupun sebagi pemegang kekuasaan, yang penjelmaannya berupa tingkah laku dan sikap
dalam hidup sehari-hari. Dan Pancasila juga memiliki pokok-pokok pikiran yaitu dalam bidang
Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi yang saling berkaitan satu sama lain.

16 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT


DAFTAR PUSTAKA

Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama. Cerdas Kritis dan Aktif Berwarganegara(Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi). 2010. Jakarta: Erlangga, 2010.

Rudyat, Charlie. Kamus Hukum. 2013. Yogyakarta: Mahardika.

Soemasdi, Hartati. pemikiran filsafat Pancasila. 1992. Yogyakarta: Andi.

Sutrisno, Slamet. Filsafat dan Idiologi Pancasila. 2006. Yogyakarta: Andi.

Salam, Burhanudin. Filsafat Pancasilaisme. 1988. Jakarta: Bina Aksara.

Rukiyati. 2005. Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa. http://staff.uny.ac.id//. Diakses tanggal 09


april 2019.

17 | PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : PANCASILA DALAM SISTEM FILSAFAT

Вам также может понравиться