Вы находитесь на странице: 1из 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mual dan muntah merupakan hal yang normal dalam kehamilan. Mual
dan muntah sering terjadi pada kehamilan berusia muda, yaitu dimulai dari
minggu ke 6 setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang
lebih 10minggu.Mual dan muntah terjadi pada 50-70% dari seluruh wanita yang
hamil (Winkjosastro H, 2009).
Word Health Organization (WHO) (2013) menyatakan bahwa
perempuan meninggal selama mengandung atau melahirkan sebanyak 585.000
orang. Sedangkan kematian Ibu hamil akibat masalah persalinan atau kelahiran
terjadi di negara-negara berkembang sebanyak 99%. Rasio kematian Ibu di
negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian Ibu per
100 ribu kelahiran bayi yang hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian Ibu
di 9 negara dan 51 negara persemakmuran.
Di Indonesia berdasarkan total kasus program Jamkesda tahun 2008
mengenai kasus hiperemesis gravidarum mencapai sebesar 1,13%. Sedangkan
prevalensi anemia Ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari 10 wanita hamil
menderita anemia. Anemia defisiensi besi dijumpai pada Ibu hamil 40%.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita anemia
kehamilan terbanyak (Admin, 2012).
Upaya pemerintah dalam pencegahan terhadap penyulit atau komplikasi
pada masa kehamilan dengan menggunakan ANC terpadu yang tujuannya untuk
memenuhi hak setiap Ibu hamil agar memperoleh pelayanan antenatal yang
berkualitas dan komprehensif sehingga mampu menjalani kehamilan yang sehat,
dengan mendapatkan pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Pelayanan antenatal yang dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan yaitu TM I
melakukan kunjungan satu kali pada usia kehamilan 14-28 minggu, dan TM II
melakukan kunjungan dua kali pada usia kehamilan 28-36 minggu dan setelah 38

1
minggu. Pelayanan antenatal bisa dilakukan lebih dari 4 kali bergantung pada
kondisi Ibu dan janin yang dikandungnya (Kemenkes RI, 2015).
Dalam hal ini, sangat diperlukan adanya peran perawat dalam perawatan
Ibu hamil di tingkat dasar antara lain pengkajian faktor risiko, promosi kesehatan,
intervensi klinikal dan psikososial. Perawat memiliki akses, seperti informasi
tentang perawatan sebelum konsepsi untuk memberikan anjuran atau nasihat
kepada orang tua dan mengevaluasi kehamilan. Dari peran perawat tersebut
diharapkan dapat menghasilkan sebuah kehamilan yang sehat (Regina VT, 2011).

B. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Definisi Hiperemesis Gravidarum dan Anemia.
2. Untuk Mengetahui Etiologi Hiperemesis Gravidarum dan Anemia.
3. Untuk Mengetahui Gambaran Klinis Hiperemesis Gravidarum dan Anemia.
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum dan Anemia.
5. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum dan Anemia.
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Hiperemesis Gravidarum dan
Anemia.
7. Untuk Menegtahui Komplikasi Hiperemesis Gravidarum dan Anemia.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi
1. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi
kira-kira sampai umur kehamilan 20 minggu. Ketika umur kehamilan 14
minggu (trimester pertama), mual dan muntah yang di alami ibu begitu hebat.
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi lebih buruk.
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada
kehamilan trimester 1, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10
minggu. Sekitar 60%-80% multigravida mengalami mual muntah, namun
gejala ini terjadi lebih berat hanya pada 1 diantara 1000 kehamilan.
Hiperemesis Gravidarum didefinisi sebagai vomitus yang berlebih yang
menyebabkan dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit atau defisiensi nutrisi,
dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 100 kelahiran.
Walapun kebanyakan kasus ringan dan hilang seiring perjalanan waktu, satu
dari setiap 1000 wanita hamil akan menjalani rawat inap.
Hiperemesis gravidarum umumnya sembuh dengan sendirinya( self -
limiting), tetapi penyembuhan ber kondisi ini paling serinh terjadi di anatara
wanita kehamilan berikutnya. Faktor faktor predisposisi lain meliputi usia ibu
kurang dari 20 tahun, obesitas, gestasi multijanin, dan penyakit trofoblastik(
molq hidatidpsa).
Hiperpeemisis gravidarum dapat disebabkan oleh kadar estrogen yang tinggi
dan hipertiroidismr yang mjngkin disebabkan peningkatan kadar gona dotrin
krorionok manusia.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi memburuk, karena terjadi dehidrasi (Esti, 2009).
Hiperemesis gravidarum adalah komplikasi kehamilan yang di tandai dengan
mual dan muntah yang tidak dapat dikendalikan dan terus menerus sebelum
minggu ke 20 kehamilan.(green j carool 2012).

3
2. Anemia adalah gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil,
mempengaruhi sekurang-kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki
insiden komplikasi puerpural yang lebih tinggi seperti infeksi,dari pada
wanita hamil dengan nilai hematologi kurang. (Bobak M.I, 2005)
Disebut anemia bila kadar Hb kurang dari 7-8 gr/dl, disebut anemia berat,
atau bila kurang dari 6 gr/dl disebut anemia gravis. (Nugraheny Esti, 2010)
Anemia pada ibu hamil didefinisikan bila kadar Hb dibawah 11 gr/dl.
(Manuaba, 2011).
Definisi pasti anemia pada wanita meliputi dipersulit adanya keadaan normal
konsentrasi hemoglobin antara wanita dan pria, antara wanita berkulit putih
dan hitam, antara wanita yang hamil dan yang tidak hamil yang mendapat
suplemen besi dan mereka yang tidak. (Cunningham F.G, 2006).
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa anemia adalah
penurunan jumlah kadar hemoglobin didalam darah kurang dari 10 gr% dan
penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen.

B. Etiologi
1. Penyebab hiperemesis Gravidarum belum di ketahui scara pasti.Berikut ini
adalah faktor predisposisi terjadi nya mual muntah. Faktor predisposisi yang
sering di kemukakan adalah primigravida, molahidatidosa dan kehamilan
Ganda. Biasa nya molahidatidosa dan kehamilan Ganda merupakan faktor
pemegang peranan karena pada kedua keadaan tersebut hormon korionik
gonadotropin di bentuk berlebihan. Masuk nya vili korialis dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolic akibat Hamil serta resistensi yang
menurun dari pihak ibu. Alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu
terhadap anak disebut salah satu faktor organik. Faktor psikologi memegang
peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungan dengan
terjadinya hiperemesis Gravidarum belum di ketahui dengan pasti. Faktor
faktor psikologis dapat merupakan penyebab hiperemesis gravidarum.
Ambivalen terhadapat kehamilan dan perasaan yang saling berkomflik
tentang peran di masa depan sebagai ibu, perubahan tubuh, dan perubahan
gaya hidup dapat menjadi penyebab episode vomitus. Wanita yang pola
reaksi normalnya terhadap stres mencakup gangguan pencernaan sering
mengalami hiperemesis. Pada kasus hiperemesi gravidarum yang ekstrem,

4
vomitus yang persisten menyebabkab penurhnan berat badan dan dehidrasi
yang menyebabkab ketidakseimbangan elektrolit dna cairan. Dehidrasi
menyebabkab hipovolemia, yang dimanifestasi sebagai hipotensi, takikardi,
peningkatan hematokrit dan BUN serta penurunab haluran urine . Vomitus
menyebabkan penurunan cairan asam lambung juga lebih dalam. Hal ini
menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. Penurunan nutrisi ibu yang
ekstrim yang ekstream atau kelaparab yang menyebabkan hipiproteinemia
dan hipovitaminosis. Ikterik dan hemorogi akibat dafisiensi vitamin C dan B
komplrks menyebabkan perdarahan daru permukaan mukosa.

Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab pasti Hiperemesis gravidarum tidak di ketahui; akan tetapi,


terdapat teori mengenai etiologi:

1. Teori endokrin: penyebabnya mungkin kadar human chorionic


gonadotropin (hCG) dan estrogen yang tinggi selama kehamilan
2. Teori psikosomatik: teori ini menjelaskan bahwa stres psikologis dapag
meningkatkan gejala.
3. Teori Alergi: masuknya antigen baru (janin/placenta)dapat menimbulkan
reaksi sistem imun.
4. Teori metabolisme: definisi vitamin B6 dan penurunan fungsi hati
mungkin penyebabnya.
2. Penyebab Anemia
Perdarahan aktif
Kehilangan darah bisa terjadi karena perdarahan, menstruasi berat, atau luka
sehingga dapat menyebabkan anemia. Jika perdarahan berlebihan atau terjadi
selama periode waktu tertentu (kronis ), tubuh tidak akan mencukupi
kebutuhan zat besi atau cukup disimpan untuk menghasilkan hemoglobin
yang cukup atau sel darah merah untuk menggantikan apa yang hilang.a
a. Kurangnya asupan makanan. Kurangnya zat besi mungkin terjadi karena
tidak atau kurang mengkonsumsi zat besi. wanita hamil tubuh
membutuhkan lebih banyak zat besi. Perempuan hamil dan menyusui
sering terjadi kekurangan ini karena bayi memerlukan sejumlah besar
besi untuk pertumbuhan.

5
b. Gangguan penyerapan. Kondisi tertentu mempengaruhi penyerapan zat
besi dari makanan pada saluran gastrointestinal (GI) dan dari waktu
kewaktu dapat mengakibatkan anemia.
c. Penyakit Kronis. Setiap kondisi medis jangka panjang dapat
menyebabkan anemia. Mekanisme yang tepat dalam proses ini tidak
diketahui tetapi setiap berlangsung lama dan kondisi medis yang
berkelanjutan seperti infeksi kronis atau kanker dapat menyebabkan
anemia.
d. Penyakit ginjalkronis. Pada orang dengan penyakit ginjal kronis (jangka
panjang) produksi hormon ini berkurang dan ini pada gilirannya
mengurangi produksi sel darah merah yang menyebabkan anemia..
e. Giziburuk. Kekurangan dalam gizi buruk dapat menyebabkan anemia
karena kekurangan produksi sel darah merah. Asupan makanan yang
buruk merupakan penyebab penting rendahnya kadar asam folat dan
vitamin B12. (Proverawati, 2011).
C. Gambaran Klinis
1. Hiperemisi gravidarum
Tanda dan Gejala
Subjektif : keluhan mual,pusing, dan lemah.
Objektif : muntah,penurunan berat badan sebanyak 5% atau lebih di
bandingkan berat badan sebelum kehamilan, dehidrasi (penurunan turgor kulit,
peningkatan nadi, peningkatan suhu, penurunan haluaran urine). Hiperemesis
Gravidarum menurut berat ringanya gejala dapat dibagi kedalam tiga tingkatan
yaitu sebagai berikut:
a) Hiperemisis gravidarum tingkat pertama
1. Muntah terus menerus mempengaruhi keadaan umum penderita.
2. Ibu merasa lemah
3. Nafsu akan tidak ada
4. Berat badan menurun
5. Nyeri pada efigastrium
6. Nadi meningkat sekitar 100X / Permenit.
7. Tekanan darah sistolik menurun.
8. Turgor kulit berkurang.
9. Lidah mengering dan mata cekung

6
b) Hiperemisis gravidarum tingkat kedua
1. Penderita tampak lebih lemah dan apatis.
2. Turgor kulit lebih mengurang
3. Lidah mengering dan tampak kotor
4. Nadi kecil dan cepat
5. Suhu kadang kadang naik dan mata sedikit ikterus.
6. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung
7. Tekanan darah menurun
8. Oliguria
9. Konstipasi.
10. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena mempunyai aroma
yang khas dan dapat pula diemukan dalam urine.
c) Hiperemisis gravidarum tingkat ketiga
1. Keadaan umum lebih parah, muntah
2. Kesadaran menurun sampai koma
3. Nadi kecil dan cepat
4. Suhu meningkat dan tekanan darah menurun
5. Kmplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebgaia
Ensefalopati Wernick dengan gejala nistagmus, diplopia dan erubahan
mental ( hanifa Wiknjosastro 2011).
2. Anemia

a. Anemia ringan. Biasanya anemia ringan tidak menimbulkan tanda dan


gejala apapun, jika anemia secara perlahan terus menerus (kronis), tubuh
dapat beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin
tidak ada gejala apapun sampai anemia menjadi berat.
1. Anemiasedang
Karena jumlah sel darah merah yang rendah menyebabkan berkurangnya
pengiriman oksigen kesetiap jaringan dalam tubuh, anemia dapat
menyebabkan berbagai tanda dan gejala.
Gejala anemia mungkin termasuk : kelelahan, penurunan energi, kelemahan,
sesak nafas, ringan, tampak pucat.

2. Anemia Berat. Beberapa tanda dan gejala yang mungkin menujukan anemia

7
berat pada seseorang, seperti: perubahan warna tinja, denyut jantung cepat,
tekanan darah rendah, frekuensi nafas cepat, pucat atau kulit dingin, pusing,
sakit kepala, dan nyeri dada. Gejalanya seperti: sembelit, daya konsentrasinya
rendah, rambut rontok, dan memburuknya masalah jantung.
(Proverawati, 2011).

D. Patofisiologi
1. Hiperemesi Gravidraum
Perasaan mual terjadi akibat kadar ekstrogen meningkat. Mual dan
muntah terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hipnotramia,
hipokloresimia, penurunan klorida urine, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi
yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunyya zat
toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi emak
tidak sempurna hingga terjadi ketosis. Hipokalemis akibat muntah dan ekresi
yang berlebihan selnjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar.
Selaput lendir esophagus dan lambung dpata robek ( sindrom Mallory Weiss)
sehingga terjadi pendarahan gastrointestinal.

Faktor alergi Faktor Predisposisi Peningkatan Estrogen

Emesis Gravidarum Penurunan


Pengosongan lambung

Komplikasi

Peningkatan tekanan
Penyesuaian
gaster

Hiperemesis Gravidarum

Intake nutrisi Kehilangan cairan


berlebih
menurun

8
Dehidrasi
DX. Kep ketidak
seimbangan nutrisi Pengeluaran
kurang dari ke nutrisi berlebih
butuan tubuh

Cairan exkstra
seluler dan plasma hemokonsentrasi

Alirah darah ke
Jaringan menurun
DX. Kep Kurang
Volume Cairan
dan Elektrolit

Metabolisme intra Perfusi jaringan


sel menurun otak

Otak lemah Penurunan


kesadaran

Kelemahan tubuh

DX. Kep Intoleransi Aktivitas

( Arief Mansjoer, 2011).

2. Anemia

9
E. Penatalaksanaan
1. Hiperemesis Gravidarum
a. Pengobatan yang baik pada hiperemesi gravdarum sehingga dapat mencegah
hiperemesi gravidarum. Dalam keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi
ringan.
b. Pemberian cairan pengganti . Dalam keadaan darurat diberikan cairan
pengganti sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yag
dapat di berikan adalah glukosa 5% samopai 10% dengan keuntungan dapat
mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebgai sumber energi. Sehingga
terjadi perubahan metabolisme dari lemak menuju protein menuju ke arah
pemecahan glukosa.
c. Dalam cairan dpat ditambah vitamin C, B kompleks atau kalium yang
diperlukan untuk kelancaran metabolisme.
Selama pemberian cairan harus mendapat perhatian tentang keseimbangan
cairan yang masuk dan keluar melalui kateter, nadi, tekanan darah, suhu,
pernafasan. Lncarnya pengeluara urine meberikan petunjuk bahwa keadaan
wanita hamil berangsur- angsur membaik.

10
d. Obat yang diberikan. Memberikan obat pada hiperemesi gravidarum
sebiakya berkonsultasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang tidak
bersifat teratogenik 9 dapat menyebabkna kelainan kongetinal cacat bawaan
bayi). Komponen susunan obat yang dapat diberikan:
Sedative ringan( Phenobarbita( Lumina ) 30 mg, valium), anti alergi (
anthistamin, dramamin, avolin), obat anti mual( mediamer b6, emetore),
vitamin( b kompleks, vitamin C).
e. Isolasi pengobatan psikologis. Dengan melakukan isolasi di ruangan sudah
dapat meringankan wanita hamil karena perubahan suasana dari lingkungan
rumah tangga. Petugas dapat meberikan komunikasi, informasi dan edukasi
tentang berbagai maslah berkita dengan kehamilan.
f. Menghentikan pendarahan. Pada bebrapa kasus, pengobatan hiperemesi
gravidarum tidak berhasil malah menjadi kemunduran dan keadaan semiakin
menurun sehingga di perlukan pertimbangan untuk melakukan aborsi. Hal
yang mempertimbangkan aborsi adalah ( gangguan kejiwaan, gangguan
penglihatan, ganggunn Faal).
2. Penatalaksanaan Medik Anemia pada Kehamilan
1. Anemia ringan
a. Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr/dl masih dianggap ringan
sehingga hanya perlu diperlukan kombinasi 60mg/hari zat besi dan
500mg asam folat peroral sekali sehari.
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan yang baik
dikonsumsi selama hamil, misalnya : daging, sayuran hijau seperti
bayam, daun singkong, kangkung, kacang- kacangan, dan buah-
buahan.(Pudiastuti, 2011).

2. Anemia Sedang

a. Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi seros 600- 1000


mg/hari seperti sulfat ferosus atau glukosa ferosus.
b. Meningkatkan konsumsi tablet besi secara rutin dan mengkonsumsi
makanan yang bergizi serta banyak mengandung zat besi.
c. Memberikan tablet tambah darah sehari 1 tablet/90 tablet selama hamil.

11
3. Anemia Berat
a. Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 400 mg 6 bulan selama
hamil dilanjutkan sampai 3 bulan setelah melahirkan.
b. Meningkatkan konsumsi tablet besi secara rutin, memperbaiki kesehatan
lingkungan, mengkonsumsi makanan yang bergizi, banyak mengandung
zat besi dan lakukan transfusi darah
(Manuaba, 2010).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hiperemisis Gravidraum
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit hiperemesis gravidarum
adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaanurine
Urin diperiksa untuk mendeteksi keberadaan keton. Pemeriksaan ini
dilakukan saat bangun tidur dan setiap kali makan atau cemilan tertunda.
Apabila terjadi ketonuria, asupan karbohidrat harus dengan hati-hati
ditingkatkan atau cemilan lain dapt ditambahkan kedalam rencana makanan
sehari-hari. (Bobak, 2004). Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum pada
pencernaannya yang tidak adekuat mengakibatkan tubuh membakar lemak
untuk mempertahankan panas dan energi tubuh. Sehingga hasil pembakaran
dari metabolisme lemak terdapat dalam darah dan urin (terdapat atau
kelebihan keton dalam urin) (Runiari, 2010).
b. Darah Rutin
Tujuan dilakukan pemeriksaan haemoglobin : pemeriksaan Hb secara rutin
selama kehamilan merupakan kegiatan rutin untuk mendeksi anemia (Ai
yeyeh,dkk, 2009). Pada wanita hamil yang kurang darah lebih sering terjadi
hiperemesis gravidarum dapat dimasukandalam ruang lingkup faktor
adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia (Manuaba, 2010).
c. Uji Glukosa
Uji glukosa darah merupakan metode yang dipilih untuk memantau glukosa
darah dan dapat dilakukan pengontrolan glikemia wanita terutama pada
wanita selama kehamilan (Bobak, 2004). Pada seorang wanita yang
mengalami diabetes melitus, selama trisemester pertama kadar glukosa darah
meningkat dan glikemia meningkat. Pada wanita yang mengalami diabetes

12
melitus pada trisemester pertama juga ditandai dengan nausea, vomitus.
(Bobak, 2004).
d. Pemeriksaan tiroid (tiroksin danTSH)
Kehamilan akan menyebabkan perubahan struktur dan fungsi kelenjar tiroid
ibu, sehingga kadang-kadang menyulitkan penegakan dignosis penyakit atau
menentukan adanya kelainan tiroid. Gangguan kelenjar tiroid pada umumnya
di dapatkan pada perempuan muda, terdapat hubungan erat antara fungsi
kelenjar tiroid ibu dan janin yang dikandungnya. Kehamilan berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan tiroksin yaitu sekitar sepertiganya dan
kemungkinan akibat meningkatnya produksi hormon estrogen
(Prawirohardjo, 2010). Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat
perasaan enek (nausea). Mungkin ini akibat hormon estrogen yang
meningkat (Ai yeyeh, dkk, 2009). Faktor keturunan merupakan faktor resiko
lainnya untuk terjadinya kegagalan kelenjar tiroid adalah penyakit diabetes
melitus tipe 1. (Prawirohardjo, 2010)
e. USG untuk memastikanmola
Pada hiperemesis gravidarum pemeriksaan USG dilakukan untuk
mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk mengetahui
kemungkinan adanya kehamilan kembar atau pun kehamilan molahidatidosa
(Prawirohardjo, 2010. 814-818). Pada wanita dengan molahidatidosa uterus
membesar lebih cepat dari biasa, penderita mengeluh tentang mual dan
muntah, tidak jarang terjadi perdarahan pervaginam. Kadang-kadang
pengeluaran darah disertai dengan pengeluaran beberapa gelambung villus,
yang memastikan diagnosis molahidatidosa. (Winkjosastro, 2006).

2. Pemeriksaan Penunjang Anemia pada kehamilan


Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan
alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai
berikut :
a. Hb11gr/dl :Normal
b. Hb 9 –10gr/dl : Anemiaringan
c. Hb 7 –8gr/dl : Anemiasedang
d. Hb <7gr/dl : Anemiaberat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada

13
trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu
hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90
tablet selama kehamilan (Manuaba, 2010).

G. Komplikasi
1. Hiperemesis gravidarum yang di alami oleh hamil dapat menimbulkan
berbagai macam komplikasi. Komplikasi tersebut bisa dari yang ringan
hingga berat. Komplikasi dapat berupa dehidrasi berat, ikterik, takikardi,
suhu meningkat,alkalosis,kelaparan,gangguan emosional yang berhubungan
dengan kehamilan, serta hubungan keluarga, menarik diri dan depresi.
Dapat terjadi dehidrasi berat, ikterik, takikardi, suhu meningkat, alkalosis.
2. Komplikasi Anemia pada Kehamilan
Pengaruh anemia terhadap kehamilan persalinan dan nifas: Kegugura,
Partusprematurus, Inersia uteri dan partus lama, ibulemah, Atonia uteri dan
menyebabkanperdarahan, Syok, Afibrinogemia dan hipofribinogemia, Infeksi
intrapartum dan nifas. Bila terjadi anemia gravis terjadi payahjantung.
Pengaruh anemia terhadap hasilkonsepsi : Abortus, IUFD, Stillbirth
(kematian janin waktulahir), Kematian perinataltinggi, Prematuritas, Dapat
terjadi cacatbawaan, Cadangan besi kurang. (Sulistyawati, 2010)

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Pada Hiperemesis Gravidarum


1. Pengkajian pada Hiperemesis Gravidarum
a. Keluhan Utama yang dirasakan pasien dengan hiperemesis gravidarum
adalah ual, muntah yang berlebihan, badan lemas, tidak nafsu makan,
pusing, nyeri uluhati.
b. Riwayat Penyakit Sekarang biasanya klien pertama kali yang dirasakan
mengalami mual muntah yang berlebihan 10 kali/ hari sampai
menggangu aktivitas sehrai hari dan menimbulkan gejala seperti nafsu
makan berkurang, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mata tampak
cekung, keadan umum lemah, tekanan darah turun dan nadi meningkat.
c. Riwayat penyakit dahulu yang pernah diderita klien yag ada
hubungannya dengan penyakit sekarang, misal gastritis.
d. Riwayat Penyakit Keluarga merupakan faktor penyebab penting yang
perlu dikaji yaitu penyakit berat yang pernah dideria sala satu anggota
yang berhubungan dengan operasi.
e. Riwayat Obstetri yang perlu dikaji keadaan haid tentang menarche, siklus
haid, hari pertama hari terakhir, jumlah, warna darah yang keluar,
lamanya haid, nyeri atau tidak.
f. Riwayat kehamilan yang perlu dikaji adalah berapa kali melakukan
ANC( Ante Natal Care) selam kehamilan periksa dimana, perlu diukur
tinggi badan dan berat badan.

2. Pengkajian Keperawatan Anemia


a. Keluhan utama: cepat lelah, sering pusing, mata berkunang – kunang,
malaise,lidahluka,konsentrasihilang,nafaspendek(padaanemiaparah),
mual dan muntah pada hamil muda, danpalpitasi.
b. Aktivitas
1) Keletihan, kelemahan, malaiseumum.
2) Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untukbekerja

15
3) Toleransi terhadap latihanrendah.
4) Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebihbanyak
c. Sirkulasi
1) Riwayat kehilangan darahkronis,
2) Palpitasi.
3) CRT lebih dari duadetik
d. IntegritasEgo : Cemas, gelisah, ketakutan
e. Eliminasi ( Konstipasi, Sering kencing)
f. Makanan /cairan ( Nafsu makan menurun, Mual/muntah )
g. Nyeri /kenyamanan ( Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan
kepala )
h. Pernapasan ( Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifita
i. Seksual ( Dapat terjadi pendarahan pervagina,
Pendarahanakut.sebelumnya, Tinggi fundus tidak sesuai
denganumurnya)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hiperemesis Gravidarum
a. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih.
b. Keseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah berlebihan.
c. Diagnosa : Cemas berhubungan dengan psikologis kehamilan, koping
Individu inefektif.

2. Diagnosa Anemia
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah.

b. Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan


penurunan suplai oksigen ke jaringan/ke sel

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak

16
seimbang anantara kebutuhan dan suplai oksigen

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan


pengetahuan mengenai anemia

C. Intervensi Keperawatan
1. Hiperemesis Gravidarum

a. Diagnosa keperawatan : Kurang volume cairan berhubungan dengan


kehilangan cairan berlebih.

Tujuan dan Hasil Intervensi Rasional Evaluasi


yang diharapkan

Kesimbangan 2. Monitor  Untuk Pasien


cairan dan status mengetahau menerima
elektrolit akan hidrasi i status cairan
kembali ke hidrasi pada intravena
kondisi normal, pasien selama 3 hari
yang terbukti  Upaya sampai seluruh
dengan turgor memperbai nilai
kulit normal, 3. Timbang ki laboratorium
membrane berat keseimbang kembali
mukosa lembab, badan an elektrolit normal. Turgor
berat badan stabil, setiap dan cairan kulit,
tanda tanda vital hari. yang membrane
DBN. 4. Monitor dilakukan mukosa dan
hasil melalui tanda-tanda
Pasien tidak akan pemeriksa pemberian vital pasien
muntah lagi an terapi kembali
laboratori parenteral normal.
Pasien akan
um sampai
mengkonsumsi
5. Catat Berat badan
asupan jumlah pasien
intake Pasien
yang adekuat. dapat
output menurut 2 pon
menoleransi
hitung atu lebih,

17
balance asupan oral. tetapi setelah
cairan  Keseimban kembali
gan cairan kerumah
6. Berikan dan beratnya
asupan elektrolit meningkat
cairan harus setengah pon.
sesuai dikoreksi
kebutuhan untuk
mencegah
komplikasi
yang berat,
seperti
asidosis
metabolic
dan
kematian
janin dan
ibu.

b. Diagnosa : Keseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan mual dan muntah berlebihan.

Tujuan dan Intervensi Rasional Evaluasi


Hasil yang
diharapkan

Pasien akan  Identifikasi Nutrisi Pada hari ke 3


mengkonsumsi status nutrisi maternal yang Hospitalisasi,
asupan oral diet  Identifikasi adekuat sangat pasien
yang makanan yang penting untuk mentoleransi
mengandung zat disukai kesehatan ibu cairan oral dan
gizi yang  Monitoring dan dengan perlahan
adekuat. asupan pertumbuhan menoleransi diet

18
makanan serta yang teratur pada
 Monitoring perkembangan hari

Pasien tidak lagi berat badan janin. pemulangannya.

mengalami  Sajikan

Nausea dan makanan

Vomittus secara menarik Pasien


dan suhu mengkonsultasikan
Pasien akan yangs sesuai. sebanyak 2 kali
menjelaskan  Berikan dan mengatakan
komponen- makanan bahwa pasien
komponen diet tinggi kalori memahami
nutrisi yang dan protein. program diet dan
adekuat dan  Berikan pentingnya
akan suplemen mematuhi dari
mengungkapkan makanan program tersebut.
kemauan untuk
mengikuti diet
tersebut.
Berat Badan
pasien meningkat
sebelum dia
Paien
pulang.
Menoleransi
Diet yang telah
diprogramkan.

Pasien akan
mengalami
peningkatan BB
yang sesuai
selama
kehamilan.

19
c. Diagnosa : Cemas berhubungan dengan psikologis kehamilan, koping
Individu inefektif

Tujuan dan Hasil Intervensi Rasional Evaluasi


yang diharapkan

Perasaan dan  Dorong untuk Sikap yang Pasien


kekhawatirannya mengungkapk menerima rasa mendiskusikan
tentang an perasaan takut pasien akan rasa
kesejahteraan dan memungkinkan kekhawatirannya
janinnya kekhawatirann komunikasi dengan perawat
berkurang ya. terbuka tentang menyatakan
 Bantu pasien sumber ketakutan bahwa ia merasa
mengidentivik lega setelah
asi kekuatan berdiskusi tentang
dirinya dan Pengetahuan resiko
mekanisme tentang resiko hyperemesis
koping yang potensial pada gravidarum pada
sebelumnya ia janin dapat janin.
gunakan. membantunya
 Berikan menghilangkan
informasi rasa takut. Keluarga
yang diidentifikasi
berhubungan sebagai sumber
dengan resiko
Strategi koping dukungan utama
potensial yang
yang efektif pasien dan ia dapat
dapat terjadi
dibutuhkan untuk dilebatkan dalam
pada janin. diskusi.
memampukan
 Dorong pasien
pasien mengatasi
untuk
penyakit yang
mendiskusika
dideritanya dan
n
efek penyakit
kekhawatirann
tersebuty.
ya dengan

20
tenaga
kesehatan.
 Bantu pasien
mengidentifik
asi sumber-
sumber
dukungan dan
menggerakkan
individu
/kelompok
yang dapat
memberikan
dukungan
berdasarkan
pilihannya
sendiri.
 Kolaborasi
pasien untuk
mendapat
konsultasi
psikologis.

21
2. Intervensi Keperawatan Anemia
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah.

Tujuan dan Kriteria


NO INTERVENSI RASIONAL
Hasil

1. § Tujuan : Kebutuhan nutrisi


) Kaji riwayat nutrisi, Mengidentifikasi
terpenuhi. termasuk makan yang defisiensi, memudahkan
disukai. intervensi pasien.
Kr Kriteria hasil :
Menunujukkan Observasi dan catat Mengawasi masukkan
peningkatan/mempertaha masukkan makanan kalori atau kualitas
nkan berat badan dengan kekurangan konsumsi
nilai laboratorium normal. makanan.
Tidak mengalami tanda
Timbang berat badan Mengawasi penurunan
mal nutrisi.
setiap hari. berat badan atau
Menununjukkan perilaku,
efektivitas intervensi
perubahan pola hidup
nutrisi
untuk meningkatkan dan
atau mempertahankan
berat badan yang sesuai.

22
b. Gangguan perfungsi jaringan berhubungan dengan
penurunan suplai oksigen ke jaringan/ke sel

Tujuan dan
NO INTERVENSI RASIONAL
Kriteria Hasil

1. Tu Tujuan : Tanda vital kaji Memberikan informasi


peningkatan pengisian kapiler, warna tentang derajat/keadekuatan
perfusi jaringan kulit/membrane mukosa, perfusi jaringan dan
dasar kuku membantu menetukan
§ Kriteria hasil :
kebutuhan intervensi.
menunjukkan
perfusi adekuat, Tinggikan kepala tempat Meningkatkan ekspansi paru
misalnya tanda tidur sesuai dan memaksimalkan
vital stabil. oksigenasi

Awasi upaya pernapasan Dispnea, gemericik


; auskultasi bunyi napas menununjukkan gangguan
perhatikan bunyi jantung karena regangan
adventisius. jantung lama/peningkatan
kompensasi curah jantung.

23
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak
seimbang anantara kebutuhan dan suplai oksigen

Tujuan dan
NO INTERVENSI RASIONAL
Kriteria Hasil

1. T Tujuan : Dapat Kaji kemampuan ADL Mempengaruhi pilihanintervensi atau b


mempertahankan/m pasien. antuan. keseimbangan, gaya jalan dan
eningkatkan kelemahan otot.
ambulasi/aktivitas.
Kaji kehilangan atau Menunjukkan perubahan neurology
§ Kriteria hasil gangguan karena defisiensi vitamin B12
: Melaporkan mempengaruhi keamanan pasien/risiko
peningkatan cedera
toleransi aktivitas
Observasi tanda-tanda Manifestasi kardiopulmonal dari upaya
(termasuk aktivitas
vital sebelum dan jantung dan paru untuk membawa
sehari-hari)
jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
Menunjukkan
penurunan tanda Berikan lingkungan Meningkatkan istirahat untuk
intolerasi fisiologis, tenang, batasi menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
misalnya nadi, dan menurunkan regangan jantung dan
pernapasan, dan paru.
tekanan darah
masih dalam
rentang normal.

24
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan
pengetahuan mengenaianemia

Tujuan dan
NO INTERVENSI RASIONAL
Kriteria Hasil

1. Tu Tujuan : pasien Berikan informasi Memberikan dasar


mengerti dan tentang anemia pengetahuan sehingga pasien
memahami dapat membuat pilihan yang
tentang penyakit, tepat. Menurunkan ansietas
prosedur dan dapat meningkatkan
diagnostic dan kerjasama dalam program
rencana terapi
pengobatan.
Tinjau tujuan dan Ansietas atau ketakutan
§ Kriteria hasil : persiapan untuk tentang ketidaktahuan
pemeriksaan diagnostic meningkatkan stress,
Pa paaien menyatakan
selanjutnya meningkatkan
pemahamannya
beban jantung. Pengetahuan
proses penyakit
menurunkan ansietas
dan
penyakitnya.
penatalaksanaan
penyakit. Kaji tingkat Megetahui seberapa jauh
mengidentifikasi pengetahuan klien dan pengalaman dan pengetahuan
factor penyebab. keluarga tentang klien dan keluarga tentang
Melakukan penyakitnya dan penyakitnya.
tiindakan yang kondisinya sekarang
perlu/perubahan
Berikan penjelasan pada Dengan mengetahui penyakit
pola hidup.
klien tentang dan kondisinya sekarang,
memperhatikan diet klien dan keluarganya akan
makanan nya merasa tenang dan
mengurangi rasa cemas.

25
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi
kira-kira sampai umur kehamilan 20 minggu. Ketika umur kehamilan 14 minggu
(trimester pertama), mual dan muntah yang di alami ibu begitu hebat. Faktor
predisposisi yg sering di kemukakan adalah primigravida, molahidatidosa dan
kehamilan Ganda. Pada hipermesis gravidarum memiliki gambaran klinis sesuai
dengan tingkatannya yaitu tingkatan pertama, tingkatan kedua dan tingkatan
ketiga. Penatalaksanaannya berupa pemberian cairan pengganti, obat, isolasi, dan
menghentikan perdarahan. Pemeriksaan penunjang pada hiperemesis gravidarum
berupa pemeriksaan urin, pemeriksaan darah rutin, uji glukosa, USG dan
pemeriksaan tiroid.
Pada asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
memiliki beberapa diagnosa keperawatan seperti kurang volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih, keseimbangan Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah berlebihan dan
cemas berhubungan dengan psikologis kehamilan, koping Individu inefektif.
Sedangkan pada ibu hamil dengan anemia memiliki definisi tersendiri.
Anemia merupakan penurunan jumlah kadar hemoglobin didalam darah kurang
dari 10 gr% dan penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen. Penyebab
dari anemia pada ibu hamil yaitu kurangnya asupan makanan, perdarahan,
gangguan penyerapan dan penyakit kronis. Komplikasi pada anemia meliputi
keguguran, partusprematurus, inersia uteri dan partus lama, ibulemah, atonia uteri
dan menyebabkanperdarahan dan syok. Asuhan keperawatan pada ibu hamil
dengan anemia meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Yuli Reni. 2017. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Cv Trans info
Media

GreenJ Garol and Wilkinson M Judith. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan


Maternal dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC

Hutahean, Serri. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika

Kementerian Keshatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta:
Kemenkes RI.

Khumaira, M. 2012. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka.

Mitayani. 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Mansojer, Arief.2001. Kapita selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI

Manuaba, I. B. G. 2010. Ilmu Kandungan dan Penyakit Kandungan. Jakarta: EGC.

Proverawati, Atikah. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Regina VT Novita. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sulistyawati A & Nugraheny E. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.


Jakarta: EGC.

Winkjosastro H, 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta .

27

Вам также может понравиться