Вы находитесь на странице: 1из 11

BAB IV

METODE PENELITIAN

IV.1 JENIS PENELITIAN

IV.1.1 Ruang Lingkup Penelitian : Klinis

IV.1.2 Waktu Penelitian : Time Series

IV.1.3 Substansi : Terapan

IV.1.4 Hubungan antar variable : Analitik

IV.1.5 Adanya Perlakuan : Quase Ekperimental

IV.2 DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-over design

IV.3 LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian dilakukan di SD Inpres Kampus Universitas Hasanuddin

dan Laboratorium Bagian Mikrobilogi Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin.

IV.4 WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Februari – Maret 2013

26
IV.5 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Populasi penelitian yang digunakan adalah murid SD Inpres Kampus

Universitas Hasanuddin usia 6-12 tahun. Sedangkan yang menjadi sampel

penelitian ini adalah 30 anak usia 6-12 tahun dengan indeks OHI-S buruk.

IV.6 METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random

sampling.

IV.7 JUMLAH SAMPEL

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30 orang. Namun karena

penelitian ini menggunakan desain cross-over, maka jumlah sampel terhitung 60

orang.

IV.8 KRITERIA SAMPEL

IV.8.1 KRITERIA INKLUSI

1. Sampel yang dipilih memiliki nilai OHI-S yang buruk

2. Sampel bersedia mengikuti prosedur penelitian

IV.8.2 KRITERIA EKSKLUSI

1. Sampel sedang menderita penyakit autoimun atau sistemik lain

2. Sampel menderita alergi tertentu

3. Sampel tiba-tiba tidak bersedia mengikuti prosedur penelitian

27
IV.9 VARIABEL PENELITIAN

Variabel independen : Topikal aplikasi bahan CPP-ACP dan

topikal aplikasi bahan Sodium fluoride

Variabel dependen : tingkat koloni Streptococcus mutans

IV.10 ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan pada penelitian ini, antara lain :

1. Diagnostik set 6. Inkubator

2. Wadah plastik tempat sampel saliva 7. Alat Sterilisator

3. Gelas

4. Cawan petri

5. Alat tulis menulis

Bahan yang digunakan pada penelitian ini, antara lain :

1. Topikal aplikasi bahan CPP-ACP sekitar 1 mg

2. Topikal aplikasi bahan Sodium fluoride sebanyak 0.5 ml

3. Cotton bud dan cotton pellet

4. Handskun dan masker

5. Media GNA(Glucose Nutrient Agar), sebagai media uji bakteri

Streptococcus mutan.

28
IV.11 DEFINISI OPERASIONAL

 Topikal aplikasi Casein Phosphopeptide – Amorphous Calcium Phospate

(CPP-ACP) adalah salah satu anticariogenic agent yang telah dikemas

secara pabrik dalam bentuk pasta dan cara pemakaian dengan

mengoleskan bahan ini pada seluruh permukaan gigi dengan durasi selama

30 menit.

 Topikal aplikasi Sodium fluoride adalah aplikasi topikal yang telah di

kemas secara pabrik dalam bentuk liquid dan cara pemakaian dengan

mengoleskan pada seluruh permukaan gigi kemudian didiamkan selama 30

menit.

 Anak usia 6-12 tahun adalah usia anak yang dihitung berdasarkan tahun

kelahiran, bukan tanggal dan bulan kelahiran.

 Oral Hygiene Indeks – Simplified (OHI-S) adalah alat ukur yang

digunakan untuk mengukur angka kebersihan gigi dan mulut seseorang.

 Streptococcus mutans merupakan bakteri yang diambil dari saliva anak,

kemudian dibiakkan dalam media dan dihitung jumlah koloninya

menggunakan metode colony counter dengan satuan CFU (Colony

Forming Unit).

IV.12 PROSEDUR PENELITIAN

 Tahap 1

Pengambilan sampel

29
1. Dilakukan pemeriksaan status kebersihan dengan menggunakan indeks

OHI-S pada anak usia 6-12 tahun, pengambilan sampel pada anak dengan

indeks OHI-S tergolong buruk

2. Sampel yang dibutuhkan sebanyak 30 orang, dimana diberikan 2

perlakuan terhadap masing-masing anak, yakni topikal aplikasi CPP-ACP

dan topikal aplikasi Sodium fluoride. Sampel diberi perlakuan dua bahan

tersebut dengan periode wash-out satu minggu.

3. Tindakan pertama yang dilakukan yaitu pengambilan saliva awal tanpa

intervensi apapun yang kemudian disimpan dalam wadah plastic yang

digunakan.

4. Topikal aplikasi CPP-ACP dan topikal aplikasi Sodium fluoride

diberikan pada masing-masing anak dengan cara sebagai berikut :

- Keringkan seluruh permukaan gigi sampel menggunakan kapas atau

cotton pellet.

- Topikal aplikasi CPP-ACP sekitar 1 mg dan topikal aplikasi Sodium

fluoride sebanyak 0.5 ml dioleskan pada seluruh permukaan gigi

sampel.

5. Setelah 15 menit pengaplikasian bahan topikal, dilakukan pengambilan

saliva kedua

6. 30 menit kemudian, dilakukan pengambilan saliva yang ketiga

7. Selanjutnya sampel dibawa ke laboratorium untuk evaluasi jumlah

koloni Streptococcus mutans.

30
 Tahap II

Prosedur Laboratorium

1. Siapkan alat dan bahan

2. Sterilkan alat yang akan digunakan terlebih dahulu di dalam autoclave

3. Dilakukan pengambilan saliva dari wadah plastik kemudian dilakukan

pengenceran 10ˉ̄ ³

4. Hasil pengenceran 10ˉ̄³ kemudian diisolasi dengan cara digoreskan

menggunakan senkelit sebanyak 0,04 ml secara aseptik di cawan petri

yang berisi medium GNA, yang digunakan untuk membiakkan bakteri

5. Setiap cawan petri ditempelkan sebuah label yang berfungsi sebagai

pembeda

6. Kemudian dilakukan pengeraman pada inkubator selama 24 jam untuk

bakteri Streptococcus mutans dengan suhu 37 derajat

7. Kemudian dilakukan pengamatan bakteri dan menghitung jumlah koloni

bakteri CFU (Colony Forming Unit) bakteri Streptococcus mutans

8. Data hasil perhitungan bakteri diperoleh lalu dicatat dalam bentuk tabel

IV.13 KRITERIA PENILAIAN

 Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut seseorang, maka telah

ditetapkan oleh Green and Vermilillion yaitu dengan memilih enam

permukaan gigi indeks tertentu yang cukup dapat mewakili segmen depan

maupun belakang dari seluruh pemeriksaan gigi pada rongga mulut.

31
 Gigi yang dipilih sebagai gigi indeks beserta permukaan indeks yang

dianggap mewakili tiap segmen adalah :

- Gigi 16 pada permukaan bukal

- Gigi 11 pada permukaan labial

- Gigi 26 pada permukaan bukal

- Gigi 36 pada permukaan lingual

- Gigi 31 pada permukaan labial

- Gigi 46 pada permukaan lingual

Bukal Labial Bukal

6 1 6

6 1 6

Lingual Labial Lingual

Bila gigi penentu tidak ada, maka yang digunakan sebagai gigi penentu

adalah gigi dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Apabila gigi molar pertama tidak ada maka penilaian dilakukan pada gigi

molar kedua, apabila gigi molar pertama dan kedua tidak ada maka

penilaian dilakukan pada gigi molar ketiga akan tetapi bila gigi molar

pertama, kedua dan ketiga tidak ada, maka tidak ada penilaian untuk

segmen tersebut

b. Apabila gigi incisivus pertama kanan atas tidak ada, maka dapat diganti

oleh gigi incisivus kiri dan apabila gigi incisivus kiri bawah tidak ada,

dapat diganti dengan gigi incisivus pertama kanan bawah, akan tetapi bila

32
gigi incisivus pertama kiri atau kanan tidak ada, maka tidak ada penilaian

untuk segmen tersebut.

c. Gigi indeks dianggap tidak ada pada keadaan-keadaan seperti: gigi hilang

karena dicabut, gigi yang merupakan sisi akar, gigi yang merupakan

mahkota jaket baik yang terbuat dari akrilik maupun logam, mahkota gigi

sudah hilang atau rusak lebih dari ½ bagiannya pada permukaan indeks

akibat karies maupun fraktur, gigi yang erupsinya belum mencapai ½

tinggi mahkota klinis.

d. Penilaian dapat dilakukan apabila minimal ada dua gigi indeks yang dapat

diperiksa.

 Pemeriksaan debris index (DI)

Debris index adalah endapan lunak/ plak yang melekat pada gigi penentu.

Cara pemeriksaannya yaitu dengan menggunakan sonde

Kriteria penilaian:

0 = jika tidak ada debris lunak dan pewarnaan ekstrinsik

1= kurang dari 1/3 permukaan gigi terdapat debris lunak atau tidak ada

debris lunak, tetapi ada pewarnaan ekstrinsik

2 = lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi terdapat debris

lunak

3= lebih dari 2/3 permukaan gigi terdapat debris lunak

33
Debris index = ∑ nilai debris

∑ jumlah gigi yang diperiksa

 Calculus Index (CI)

Adalah nilai dari endapan keras atau karang gigi yang melekat pada gigi

penentu

Kriteria penilaian adalah:

0= permukaan gigi bersih

1= kurang dari 1/3 permukaan gigi terdapat karang gigi supra gingival

2= lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi terdapat karang

gigi supra gingival atau pada servikal gigi terdapat bercak-bercak karang

gigi sub gingival tapi permukaan gigi bersih

3= lebih dari 2/3 permukaan gigi terdapat karang gigi atau permukaan gigi

bersih, karang gigi melingkari leher gigi

Calculus Index (CI) = ∑ penilaian calculus

∑ jumlah gigi yang diperiksa

34
Oral Hygiene Index merupakan penjumlahan debris index dan

calculus index

Tingkat kebersihan oral hygiene dapat digolongkan sebagai berikut:

Baik : 0,0-1,2

Sedang : 1,3-3,0

Jelek : 3,1-6,0

IV.14 DATA PENELITIAN

IV.14.1 Jenis data

Jenis data yang digunakan adalah data primer

IV.14.2 Penyajian data

Data disajikan dalam bentuk table dan uraian

IV.14.3 Pengelolaan data

Pengeolahan data menggunakan software SPSS versi 18.0 for

Windows

IV.14.4 Analisis data

Analisis data dilakukan dengan ANOVA dan paired t-test

35
36

Вам также может понравиться