Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh
Atikah Herawati D0116017
1. Angka kelahiran
2. Angka kematian
3. Perpindahan penduduk, yang meliputi:
a. Urbanisasi,
b. Reurbanisasi,
c. Emigrasi,
d. Imigrasi,
Yang menjadi fokus penyebab kepadatan penduduk Jakarta saat ini adalah
adalah Urbanisasi. Dimana, fakta berbicara bahwa penduduk kota Jakarta mayoritas
adalah para urban. Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta 2010 mengatakan bahwa
jumlah penduduk Jakarta bertambah sebanyak 134.234 jiwa per tahun. Jika tidak ada
program dari pemerintah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, maka
pada 2020 Jakarta akan menjadi lautan manusia.
Oleh karenanya, arus urbanisasi yang selalu terjadi seusai Idul Fitri menjadi
perhatian pihaknya. Setiap tahun, sedikitnya 65.000 pendatang baru datang ke Jakarta
memanfaatkan momentum arus balik Lebaran. Secara keseluruhan, jumlah pendatang
ke Jakarta setiap tahun rata-rata mencapai 100.000 orang. “Bahkan tahun kemarin
jumlah pendatang baru mencapai 135.000 orang. Pernah juga sekitar 140.000 orang.
Tapi rata-rata 100.000 orang pendatang,” kata Djarot, di Jakarta.
Dia mengharapkan, tahun ini semakin sedikit pendatang baru yang menetap di
Jakarta. “Karena, kota ini sudah sangat padat, tidak mampu lagi menampung warga
daerah lain yang ingin mengadu nasib di sini,” jelas mantan wagub DKI Jakarta ini.
Menurut Djarot, dengan luas wilayah sekitar 740 kilometer persegi, idealnya Jakarta
hanya menampung 7,5 juta jiwa. Namun, tahun ini jumlah penduduk Jakarta sudah
mencapai 10,2 juta jiwa.
“Itu (jumlah) di malam hari. Kalau di siang hari, jumlah penduduk di Jakarta bisa
mencapai 14,5 juta jiwa. Ini menjadi beban Jakarta. Karena setiap orang yang datang
ke Jakarta membutuhkan ruang, tempat, pijakan untuk bisa hidup. Jadi bukan hanya
menyangkut masalah tempat tinggal, tetapi persoalannya macam-macam,” ujarnya.
Bila pendatang baru tidak dibatasi, lama kelamaan Jakarta tidak akan mampu
menampung lagi kedatangan warga daerah lain. Kondisi ini tentu membawa dampak
semakin maraknya perkampungan padat penduduk, perkampungan kumuh dan
miskin, serta meningkatkan kemiskinan dan kriminalitas.
“Beberapa negara yang kota-kotanya sangat padat penduduk telah menjadi kota yang
tertutup. Seperti di Tiongkok, misalnya, Kota Beijing, Guangzhou, dan Shanghai,
sekarang sangat ketat bagi untuk pendatang. Tetapi Jakarta belum bisa seperti itu,”
ungkapnya.
Dia menegaskan, Jakarta tetap menjadi kota terbuka bagi warga daerah lain yang
ingin berkunjung dan menetap. “Bagi warga daerah lain yang ingin mengadu nasib di
Jakarta, disertai dengan keterampilan atau keahlian khusus, Pemprov DKI juga
menerimanya dengan tangan terbuka. Jakarta masih sebagai kota terbuka. Silakan
datang ke sini, tapi yang punya keterampilan. Sehingga ketika di sini tidak menjadi
pengangguran. Atau mereka rata-rata yang tidak punya keterampilan akhirnya kerja di
sektor informal,” jelasnya.
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta, Edison
Sianturi mengungkapkan, dalam lima tahun terakhir ini, jumlah rata-rata pendatang
baru ke Jakarta mencapai 62.000. Sedangkan pada 2016, jumlah pendatang baru
mencapai 68.763 jiwa. Karena itu ia memprediksi, pendatang baru pada tahun 2017,
akan mencapai di kisaran 62.000 hingga 68.000 jiwa.
“Kalau mengacu pada lima tahun terakhir ini, rata-rata 62.000 dan tahun kemarin
sebanyak 68.763 jiwa, maka kami prediksi tahun ini pendatang baru di Jakarta akan
mencapai antara 62.000 hingga 68.000 orang,” katanya.
Berdasarkan data Dukcapil DKI Jakarta, dalam empat tahun terakhir ini, jumlah
pendatang baru di Jakarta selalu mengalami naik turun. Meski demikian, adanya
urbanisasi ini telah membuat jumlah penduduk di Ibu Kota juga semakin meningkat.
Tercatat, pada tahun 2013, populasi penduduk di DKI Jakarta ada sebanyak 9,9 juta
jiwa. Selama empat tahun, pada tahun 2012, populasi penduduk di DKI sudah
mencapai 10,2 juta jiwa. Artinya ada penambahan populasi penduduk sekitar 300.000
jiwa dalam waktu empat tahun. Bila dirata-ratakan, ada sekitar 75.000 pendatang baru
yang kemudian menjadi warga Jakarta.
Namun, dari semua upaya untuk menggerakkan pembangunan desa tidak serta merta
mematahkan arus urbanisasi warga desa ke kota-kota besar di Indonesia. “Jakarta
merupakan kota besar yang tetap menjadi sasaran utama urbanisasi,” tandasnya.
Kemudahan yang didapat di Jakarta, akhirnya membuat para warga daerah lain ini
mengubah tujuan kedatangannya di Jakarta. Mereka pun memilih ingin tinggal dan
menjadi warga Jakarta. “Tetapi mereka kerap kali lupa, tanpa keterampilan atau
keahlian khusus untuk bekerja, mereka tidak akan bisa bertahan hidup dengan baik,”
ujarnya.
C. Solusi
1. Adapun strategi pembangunan perumahan yang dilaksanakan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan rumah horizontal/ landed melalui mekanisme pasar,
swasta dan masyarakat
b. Pembangunan rumah susun, pengadaan rumah susun mewah bagi
masyarakat berpenghasilan tinggi dengan proporsi 20% atau 5600 unit
per tahun sudah dipenuhi oleh para pengembang, pengadaan rusun
menengah bagi masyarakat berpenghasilan menengah dengan proporsi
40% atau 11.200 unit per tahun, pengadaaan rusun bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dengan proporsi 40% atau 11.200 unit per
tahun, menjadi target bagi pemerintah membangun 3.360 unit/tahun
dan developer/bumn/bumd sebanyak 7.840 unit/tahun.
Hingga saat ini pemerintah DKI Jakarta sudah mendirikan banyak
Rumah Susun sederhana Sewa untuk dapat menanggulangi kebutuhan
hunian bagi penduduknya. Keberadaan rumah susun ini tentunya
sangat berguna bagi masyarakat di dalam pemenuhan kebutuhan akan
hunian yang nyaman dan layak. Hingga saat ini sudah lebih dari 10
rumah susun yang tersebar di seluruh penjuru ibukota dengan status
Rumah susun yang telah di bangun dan di huni, 7 rumah susun yang
telah di bangun dan belum di huni, 3 yang sedang dalam tahap
pembangunan dan 10 yang masih dalam tahap perencanaan.
D. Teori
1. Emile Durkheim adalah seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada
akhir abad ke-19. Apabila Dumont menekankan perhatiannya pada faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, maka Durkheim
menekankan perhatiannya pada keadaan akibat dari adanya pertumbuhan
penduduk yang tinggi (Weeks, 1992). Ia mengatakan, akibat dari tingginya
pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan diantara penduduk untuk
dapat mempertahankan hidup. Dalam memenangkan persaingan tiap-tiap
tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan
keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu, keadaan seperti ini
jelas terlihat pada kehidupan masyarakat perkotaan dengan kehidupan
yang kompleks.
Apabila dibandingkan antara kehidupan masyarakat tradisional dan
masyarakat perkotaan, akan terlihat bahwa pada masyarakat tradisional
tidak terjadi persaingan dalam memperoleh pekerjaan, tetapi pada
masyarakat industri akan terjadi sebaliknya. Hal ini disebabkan ada
masyarakat industri tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduknya
tinggi. Tesis dari Durkheim ini didasarkan atas teori evolusi dari Darwin
dan juga pemikiran dari Ibn Khaldun.
2. Laju pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi membuat pertambahan
jumlah penduduk semakin meningkat. Kenaikan tersebut tentu saja akan
membawa dampak bagi kependudukan di Indonesia. Dalam penentuan
kebijakan semakin banyak yang perlu dipertimbangkan baik dalam hal
penyediaan berbagai sarana dan prasarana, fasilitas umum dan yang
terpenting adalah kebijakan dalam rangka mengurangi laju pertumbuhan
yaitu dengan program komunikasi pembangunan yang dikenal dengan
program KB.
Pembangunan menurut Moeljarto dirumusukan sebagai proses perubahan
yang terencana dari suatu situasi nasional yang satu ke situasi nasional
yang lain yang diniali lebih tinggi. Dengan kata lain, pembangunan
menyangkut proses perbaikan (Harun dan Ardianto, 2011 : 12).
Program Keluarga Berencana menurut UU No 21 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera.
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program
pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan
ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat
dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional
(Depkes, 1999).
Tujuan KB , tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan
misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi
yang kokoh bagi pelaksanaan program KB di masa mendatang untuk
mencapai keluarga berkualitas tahun 2015. Fenomena tersebut menjadi
perhatian Indonesia sebagai salah satu negara terbanyak keempat didunia
setelah negara Cina, India dan Amerika Serikat. Pada pendataan penduduk
oleh Kementrian Dalam Negeri, jumlah penduduk di Indonesia pada bulan
desember tahun 2010 berdasarkan hasil sensus adalah sebanyak
237.641.326 orang, yang terdiri dari 119.630.913 laki-laki dan
118.010.413 perempuan, laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar
4,5 juta jiwa setiap tahunnya (www.bps.go.id).