Вы находитесь на странице: 1из 12

Analisis Isu Penduduk dan Keluarga Berencana di DKI Jakarta

Diajukan untuk memenuhi Tugas Individu


Mata Kuliah Pendidikan Perspektif Global
yang diampu Oleh Dwi Oktariani, M.Pd

Oleh
Atikah Herawati D0116017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA KALIMANTAN BARAT
JULI 2019
A. Masalah
DKI Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia yang memiliki jumlah
penduduk pada tahun 2008 sebesar 9.15 juta jiwa sehimgga Jakarta merupkan
salah satu kota terpadat di wilayah. Negara Indonesia. Dengan jumlah penduduk
yang banyak maka DKI Jakarta mempunyai banyak masalah kependudukan
Jakarta sudah benar-benar overload karena daya tampung penduduk Ibu Kota
yang sudah melebihi kapasitas. Fauzi Bowo menganggap masalah terbesar yang
saat ini terjadi di Jakarta adalah membludaknya jumlah penduduk di Jakarta.
Selain macet dan banjir, peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan sebagain
besar lahan di Jakarta dipadati pemukiman, sentra bisnis dan perkantoran yang
lebih mengerikan dari pada itu adalah ada wacana yang disebutkan para ahli
bahwa 2080 ada kemungkinan Jakarta akan tenggelam. Jakarta sebagai pusat
ekonomi, sosial, budaya, hukum pemerintahan dan juga politik. Jakarta menjadi
pusat segala peradaban yang terjadi di Indonesia. Semuanya ada di Jakarta.
Masyarakat Indonesia memandang Jakarta sebagai tambang emas, karena
semuanya ada di Jakarta. Oleh karena itu banyak para urban berbondong-bondong
ke kota ini dengan tujuan dapat merubah kondisi perekonomian di desa.
Menurut hasil sensus nasional terakhir, ibu kota dihuni oleh hampir 9,6 juta
orang melebihi proyeksi penduduk sebesar 9,2 juta untuk tahun 2025. Populasi
kota ini adalah 4 persen dari total penduduk negara, 237.600.000 orang. Dengan
angka-angka ini, kita dapat melihat bahwa populasi kota telah tumbuh 4,4 persen
selama 10 tahun terakhir, naik dari 8,3 juta pada tahun 2000. Pada tingkat ini,
Jakarta memiliki kepadatan penduduk 14.476 orang per kilometer persegi.
Sebagai akibatnya, para pembuat kebijakan kota perlu merevisi banyak target
pembangunan kota ini, termasuk sebagai peredam masalah pada saat kota sudah
mengalami kepadatan penduduk yang sangat menghawatirkan.
Jumlah penduduk ditentukan oleh:

1. Angka kelahiran

2. Angka kematian
3. Perpindahan penduduk, yang meliputi:

a. Urbanisasi,

b. Reurbanisasi,

c. Emigrasi,

d. Imigrasi,

Yang menjadi fokus penyebab kepadatan penduduk Jakarta saat ini adalah
adalah Urbanisasi. Dimana, fakta berbicara bahwa penduduk kota Jakarta mayoritas
adalah para urban. Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta 2010 mengatakan bahwa
jumlah penduduk Jakarta bertambah sebanyak 134.234 jiwa per tahun. Jika tidak ada
program dari pemerintah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, maka
pada 2020 Jakarta akan menjadi lautan manusia.

Ada banyak faktor yang memicu urbanisasi misalnya; modernisasi teknologi,


rakyat pedesaan selalu dibombardir dengan kehidupan serba wah yang ada di kota
besar sehingga semakin mendorong mereka meninggalkan kampungnya. Pendidikan.
Faktor pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap melunjaknya jumlah penduduk.
Universitas terbaik di Indonesia baik negeri maupun swasta ada perkotaan termasuk
di Jakarta. Lapangan Kerja. Jakarta sebagai kota besar dan berpenduduk banyak
tentunya sangat menjanjikan untuk orang-orang kecil yang berniat untuk mencari
sesuap nasi dikota ini mulai dari pedagang kaki lima (PKL), pedagang asongan,
tukang ojek, tukang sngat menjanjikan untuk hidup. Semir sepatu, buruh pabrik,
pembantu rumah tangga, office boy, satpam, sopir, kondektur dll yang penting bisa
bekerja tanpa mempunyai keahlian khusus. Jika ditambah dengan orang-orang yang
berkeahlian khusus yang didatangkan dari luar kota maupun luar negeri untuk bekerja
di Jakarta. Pusat Hiburan. Jakarta merupakan magnet dan pintu gerbang Indonesia.
Indonesia mempunyai daya tarik tersendiri sebagai kota Jakarta dekat dengan tempat-
tempat hiburan yang seperti mall, pantai indah kapuk, dufan, pantai Tidung, sea world
dan banyak arena-arena yang lainnya yang tidak ada di kota-kota lain di Indonesia.
Pasti ada dampak dari suatu hal yang berlebihan begitu pula over populasi
Jakarta. Kesesakan yang diakibatkan oleh berlebihannya penduduk Jakarta
mengakibatkan; Sifat Konsumtif, Kekumuhan kota, Kemacetan lalu lintas,
Kriminalitas yang tinggi, Struktur kota yang berantakan, isu Jakarta tenggelam,
Banjir, pelebaran kota dengan tata kota yang tidak baik, melonjaknya sector informal,
terjadinya kemerosotan kota, dan pengembangan industry yang menghasilkan limbah.
sekitar 2,8 juta penduduk Jakarta bermukim di 490 wilayah yang dikategorikan
sebagai "kantong kemiskinan". Data penduduk bervariasi, antara 7,8 juta sampai 12,5
juta, tergantung metodologi yang digunakan. Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta
pada bulan Maret 2009 sebesar 323,17 ribu orang (3,62 persen). Dibandingkan
dengan penduduk miskin pada Maret 2008 sebesar 379.6 ribu orang (4,29 persen),
berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 57,45 ribu (0,67 persen). Keadaan ini
dapat terjadi karena salah satu penyebabnya adalah adanya deflasi pada bulan januari
sampai maret sebesar 0,13%.

Durkheim berpendapat bahwa peningkatan kepadatan penduduk lazimnya


berhubungan dengan lebih luasnya dan produktifnya pembagian kerja. Tapi kenapa
teori itu tidak sesuai dengan keadaan kota Jakarta ini, yang faktanya bahwa kota ini
memiliki masyarakat yang banyak tapi malah membuat tingkat kehidupan
masyarakatnya rendah. Sesuai dengan apa yang dikatakan David M Heer, bahwa
kemajuan teknologi dan organisasi merangsang peningkatan angga kelahiran dan
kesejahteraan masyarakat, Jadi Jakarta kurang dalam perkembangan mencitakan
inovasi – inovasi teknologi dalam pembagian kerjanya, sehingga masyarakat pada
saat ini mengalami kekurangan pekerjaan dan kemiskinan meningkat. Tahun – tahun
dimana terjadi kelangkaan pangan yang diakibatkan kurangnya lapangan kerja
mengakibatkan terjadinya angka kematian yang tinggi dan kesejahteraan rakyat
menjadi rendah. Aka nada fenomena – fenomena keluarga miskin yang akan terjadi.
Dalam hal perbaikan, pemerintah Jakarta memang mengambil langkah-langkah untuk
membatasi urbanisasi. Pemerintah mengeluarkan peraturan yang membatasi
masuknya imigran ke kota, dengan hanya mereka yang telah dijamin pekerjaannya
diijinkan untuk tinggal di kota, sementara petugas dari lembaga ketertiban umum kota
sering melakukan serangan terhadap warga ilegal. Semua upaya untuk mengekang
tingkat kelahiran di kota itu akan menjadi tidak berarti jika kita tidak dapat
membatasi urbanisasi. Pemerintah sekarang juga sudah mencanangkan program
Bkkbn untuk menekan laju kelahiran penduduk, seperti yang telah dikemukakan oleh
para aliran Neo Malthusianisme bahwa aliran ini menganjurkan pembatasan kelahiran
dengan menggunakan alat – alat kontrasepsi.

Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengakui, kondisi


kependudukan di wilayahnya saat ini mendekati titik kritis. Dengan daya dukung
yang ada saat ini, beban maksimal Jakarta menampung 12,5 juta penduduk. Jumlah
itu diprediksi baru akan terjadi pada 2030. Namun, kenyataannya saat ini pada siang
hari ada sedikitnya 14,5 juta warga yang beraktivitas di Jakarta pada siang hari.
Adapun jumlah penduduk Jakarta sendiri saat ini mencapai 10,2 juta jiwa.

Oleh karenanya, arus urbanisasi yang selalu terjadi seusai Idul Fitri menjadi
perhatian pihaknya. Setiap tahun, sedikitnya 65.000 pendatang baru datang ke Jakarta
memanfaatkan momentum arus balik Lebaran. Secara keseluruhan, jumlah pendatang
ke Jakarta setiap tahun rata-rata mencapai 100.000 orang. “Bahkan tahun kemarin
jumlah pendatang baru mencapai 135.000 orang. Pernah juga sekitar 140.000 orang.
Tapi rata-rata 100.000 orang pendatang,” kata Djarot, di Jakarta.

Dia mengharapkan, tahun ini semakin sedikit pendatang baru yang menetap di
Jakarta. “Karena, kota ini sudah sangat padat, tidak mampu lagi menampung warga
daerah lain yang ingin mengadu nasib di sini,” jelas mantan wagub DKI Jakarta ini.
Menurut Djarot, dengan luas wilayah sekitar 740 kilometer persegi, idealnya Jakarta
hanya menampung 7,5 juta jiwa. Namun, tahun ini jumlah penduduk Jakarta sudah
mencapai 10,2 juta jiwa.

“Itu (jumlah) di malam hari. Kalau di siang hari, jumlah penduduk di Jakarta bisa
mencapai 14,5 juta jiwa. Ini menjadi beban Jakarta. Karena setiap orang yang datang
ke Jakarta membutuhkan ruang, tempat, pijakan untuk bisa hidup. Jadi bukan hanya
menyangkut masalah tempat tinggal, tetapi persoalannya macam-macam,” ujarnya.

Bila pendatang baru tidak dibatasi, lama kelamaan Jakarta tidak akan mampu
menampung lagi kedatangan warga daerah lain. Kondisi ini tentu membawa dampak
semakin maraknya perkampungan padat penduduk, perkampungan kumuh dan
miskin, serta meningkatkan kemiskinan dan kriminalitas.

Karena itu, Pemprov DKI melakukan kegiatan untuk membatasi pertambahan


penduduk DKI Jakarta akibat urbanisasi. Sebab, batas penduduk di Jakarta pada 2030
maksimal mencapai 12,5 juta orang. Batas itu sudah terlampaui bila melihat data
penduduk Jakarta di siang hari yang mencapai 14,5 juta jiwa.

“Beberapa negara yang kota-kotanya sangat padat penduduk telah menjadi kota yang
tertutup. Seperti di Tiongkok, misalnya, Kota Beijing, Guangzhou, dan Shanghai,
sekarang sangat ketat bagi untuk pendatang. Tetapi Jakarta belum bisa seperti itu,”
ungkapnya.

Dia menegaskan, Jakarta tetap menjadi kota terbuka bagi warga daerah lain yang
ingin berkunjung dan menetap. “Bagi warga daerah lain yang ingin mengadu nasib di
Jakarta, disertai dengan keterampilan atau keahlian khusus, Pemprov DKI juga
menerimanya dengan tangan terbuka. Jakarta masih sebagai kota terbuka. Silakan
datang ke sini, tapi yang punya keterampilan. Sehingga ketika di sini tidak menjadi
pengangguran. Atau mereka rata-rata yang tidak punya keterampilan akhirnya kerja di
sektor informal,” jelasnya.

Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta, Edison
Sianturi mengungkapkan, dalam lima tahun terakhir ini, jumlah rata-rata pendatang
baru ke Jakarta mencapai 62.000. Sedangkan pada 2016, jumlah pendatang baru
mencapai 68.763 jiwa. Karena itu ia memprediksi, pendatang baru pada tahun 2017,
akan mencapai di kisaran 62.000 hingga 68.000 jiwa.
“Kalau mengacu pada lima tahun terakhir ini, rata-rata 62.000 dan tahun kemarin
sebanyak 68.763 jiwa, maka kami prediksi tahun ini pendatang baru di Jakarta akan
mencapai antara 62.000 hingga 68.000 orang,” katanya.

Berdasarkan data Dukcapil DKI Jakarta, dalam empat tahun terakhir ini, jumlah
pendatang baru di Jakarta selalu mengalami naik turun. Meski demikian, adanya
urbanisasi ini telah membuat jumlah penduduk di Ibu Kota juga semakin meningkat.

Tercatat, pada tahun 2013, populasi penduduk di DKI Jakarta ada sebanyak 9,9 juta
jiwa. Selama empat tahun, pada tahun 2012, populasi penduduk di DKI sudah
mencapai 10,2 juta jiwa. Artinya ada penambahan populasi penduduk sekitar 300.000
jiwa dalam waktu empat tahun. Bila dirata-ratakan, ada sekitar 75.000 pendatang baru
yang kemudian menjadi warga Jakarta.

Dia mengakui, pemerintah pusat sudah menempuh banyak upaya memeratakan


pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Mulai dari pembangunan infrastruktur
untuk mempermudah kegiatan perekonomian antarwilayah, hingga mengalirkan dana
desa yang rata-rata sebesar Rp 800 juta per desa.

Namun, dari semua upaya untuk menggerakkan pembangunan desa tidak serta merta
mematahkan arus urbanisasi warga desa ke kota-kota besar di Indonesia. “Jakarta
merupakan kota besar yang tetap menjadi sasaran utama urbanisasi,” tandasnya.

Urbanisasi besar-besaran, lanjutnya, selalu terjadi saat pascalebaran. Di saat warga


Jakarta kembali ke Ibu Kota, mereka pun tak lupa membawa sanak saudara, kerabat
dan keluarga dekat untuk menikmati tinggal di Jakarta.

“Awalnya, mereka sekadar ingin menikmati kehidupan di Jakarta. Seperti tempat


wisata, pusat perbelanjaan, transportasi yang lebih baik, atau sekadar ingin
membuktikan dan merasakan secara langsung apa yang selama ini diketahuinya dari
pemberitaan di media massa mengenai kemajuan Kota Jakarta,” jelasnya.

Kemudahan yang didapat di Jakarta, akhirnya membuat para warga daerah lain ini
mengubah tujuan kedatangannya di Jakarta. Mereka pun memilih ingin tinggal dan
menjadi warga Jakarta. “Tetapi mereka kerap kali lupa, tanpa keterampilan atau
keahlian khusus untuk bekerja, mereka tidak akan bisa bertahan hidup dengan baik,”
ujarnya.

B. Sumber atau Fakta


1. DKI Jakarta merupakan kota besar dengan magnet penyerapan penduduk
tertinggi di Indonesia. Dengan jumlah penduduk 12.000.000 jiwa
penduduknya tersebar di 5 kota Administrasi dan 1 kabupaten dengan
komposisi 9,2% di Kota Administrasi Jakarta Pusat, 18,6%(delapan belas
koma enam persen) di Kota Administrasi Jakarta Utara, 24,1% (dua puluh
empat koma satu persen) di Kota Administrasi Jakarta Timur, 22,6% (dua
puluh dua koma enam persen) di Kota Administrasi Jakarta Selatan, 25,3%
(dua puluh lima koma tiga persen) di Kota Administrasi Jakarta Barat, 0,2%
(nol koma dua persen) di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

C. Solusi
1. Adapun strategi pembangunan perumahan yang dilaksanakan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan rumah horizontal/ landed melalui mekanisme pasar,
swasta dan masyarakat
b. Pembangunan rumah susun, pengadaan rumah susun mewah bagi
masyarakat berpenghasilan tinggi dengan proporsi 20% atau 5600 unit
per tahun sudah dipenuhi oleh para pengembang, pengadaan rusun
menengah bagi masyarakat berpenghasilan menengah dengan proporsi
40% atau 11.200 unit per tahun, pengadaaan rusun bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dengan proporsi 40% atau 11.200 unit per
tahun, menjadi target bagi pemerintah membangun 3.360 unit/tahun
dan developer/bumn/bumd sebanyak 7.840 unit/tahun.
Hingga saat ini pemerintah DKI Jakarta sudah mendirikan banyak
Rumah Susun sederhana Sewa untuk dapat menanggulangi kebutuhan
hunian bagi penduduknya. Keberadaan rumah susun ini tentunya
sangat berguna bagi masyarakat di dalam pemenuhan kebutuhan akan
hunian yang nyaman dan layak. Hingga saat ini sudah lebih dari 10
rumah susun yang tersebar di seluruh penjuru ibukota dengan status
Rumah susun yang telah di bangun dan di huni, 7 rumah susun yang
telah di bangun dan belum di huni, 3 yang sedang dalam tahap
pembangunan dan 10 yang masih dalam tahap perencanaan.

2. Program keluarga Berencana merupakan salah satu pencegahan masalah


kependudukan, Program Keluarga Berencana adalah bagian yang terpadu
untuk mencapai program pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut
serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, sosial dan budaya.
Keluraga berencana pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan
kepedulian dan peran serta masyarakat untuk meningkatnya kesejahteraan
keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
Dengan demikian pelaksanaan program pembangunan kependudukan dan
KB selanjutnya mampu mempertahankan pengendalian laju pertumbuhan
penduduk dan memantapkan pemberdayaan keluarga sebagai bagian
upaya pemberantasan kemiskinan. Dengan tidak terkendalinya
pertumbuhan penduduk, maka akan menambah beban negara dalam
penyediaan berbagai kebutuhan pokok penduduk, sementara sumber daya
alam yang kita miliki semakin terbatas.
Pentingnya program KB juga tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan
Daerah Tahun 2015. Di sana disebutkan, dalam rangka peningkatan
pelayanan bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera meliputi jenis
pelayanan dasar yang mencakup pelayanan Komunikasi Informasi dan
Edukasi Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (KIE KB dan KS).

D. Teori
1. Emile Durkheim adalah seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada
akhir abad ke-19. Apabila Dumont menekankan perhatiannya pada faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, maka Durkheim
menekankan perhatiannya pada keadaan akibat dari adanya pertumbuhan
penduduk yang tinggi (Weeks, 1992). Ia mengatakan, akibat dari tingginya
pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan diantara penduduk untuk
dapat mempertahankan hidup. Dalam memenangkan persaingan tiap-tiap
tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan
keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu, keadaan seperti ini
jelas terlihat pada kehidupan masyarakat perkotaan dengan kehidupan
yang kompleks.
Apabila dibandingkan antara kehidupan masyarakat tradisional dan
masyarakat perkotaan, akan terlihat bahwa pada masyarakat tradisional
tidak terjadi persaingan dalam memperoleh pekerjaan, tetapi pada
masyarakat industri akan terjadi sebaliknya. Hal ini disebabkan ada
masyarakat industri tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduknya
tinggi. Tesis dari Durkheim ini didasarkan atas teori evolusi dari Darwin
dan juga pemikiran dari Ibn Khaldun.
2. Laju pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi membuat pertambahan
jumlah penduduk semakin meningkat. Kenaikan tersebut tentu saja akan
membawa dampak bagi kependudukan di Indonesia. Dalam penentuan
kebijakan semakin banyak yang perlu dipertimbangkan baik dalam hal
penyediaan berbagai sarana dan prasarana, fasilitas umum dan yang
terpenting adalah kebijakan dalam rangka mengurangi laju pertumbuhan
yaitu dengan program komunikasi pembangunan yang dikenal dengan
program KB.
Pembangunan menurut Moeljarto dirumusukan sebagai proses perubahan
yang terencana dari suatu situasi nasional yang satu ke situasi nasional
yang lain yang diniali lebih tinggi. Dengan kata lain, pembangunan
menyangkut proses perbaikan (Harun dan Ardianto, 2011 : 12).
Program Keluarga Berencana menurut UU No 21 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera.
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program
pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan
ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat
dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional
(Depkes, 1999).
Tujuan KB , tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan
misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi
yang kokoh bagi pelaksanaan program KB di masa mendatang untuk
mencapai keluarga berkualitas tahun 2015. Fenomena tersebut menjadi
perhatian Indonesia sebagai salah satu negara terbanyak keempat didunia
setelah negara Cina, India dan Amerika Serikat. Pada pendataan penduduk
oleh Kementrian Dalam Negeri, jumlah penduduk di Indonesia pada bulan
desember tahun 2010 berdasarkan hasil sensus adalah sebanyak
237.641.326 orang, yang terdiri dari 119.630.913 laki-laki dan
118.010.413 perempuan, laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar
4,5 juta jiwa setiap tahunnya (www.bps.go.id).

E. Kaitan di Sekolah Dasar


Disekolah dasar telah dibahas jelas tentang kependudukan di Indonesia
dengan yang telah diatur dalam kurikulum 2013, pada mata pelajaran ilmu
pengetahuan social, karna pembelajaran tematik. Nah materi tersebut bisa
dikaitkan dengan pembelajaran lainnya sehigga berkesinambungan.
KURIKULUM 2013 KELAS VI MAPEL ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL
KI KD
3. Memahami pengetahuan faktual 3.1 Memahami aktivitas dan
dan konseptual dengan cara perubahan kehidupan manusia dalam
mengamati, menanya dan mencoba ruang, konektivitas antar ruang dan
berdasarkan rasa ingin tentang waktu serta dan keberlanjutannnya
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan dalam kehidupan sosial, ekonomi,
kegiatannya, dan benda-benda yang pendidikan dan budaya dalam lingkup
dijumpainya di rumah, di sekolah nasional
dan tempat bermain
3.2 Mengenal perubahan dan
keberlanjutan yang terjadi dalam
kehidupan manusia dan masyarakat
Indonesia pada masa penjajahan,
masa tumbuhnya rasa kebangsaan
serta perubahan dalam aspek sosial,
ekonomi, pendidikan dan budaya
3.3 Memahami manusia dalam
hubungannya dengan kondisi
geografis di wilayah Indonesia
3.4 Memahami manusia Indonesia
dalam aktivitas yang yang terkait
dengan fungsi dan peran
kelembagaan sosial, ekonomi dan
budaya, dalam masyarakat Indonesia
3.5 Memahami manusia Indonesia
dalam bentuk-bentuk dan sifat
dinamika interaksi dengan lingkungan
alam, sosial, budaya, dan ekonom
4. Menyajikan pengetahuan faktual 4.1 Menyajikan hasil pengamatan
dan konseptual dalam bahasa yang mengenai aktivitas dan perubahan
jelas, sistematis, logis dan kritis, kehidupan manusia dalam ruang,
dalam karya yang estetis, dalam konektivitas antar ruang dan waktu
gerakan yang mencerminkan anak serta dan keberlanjutannya dalam
sehat, dan dalam tindakan yang kehidupan sosial, ekonomi,
mencerminkan perilaku anak beriman pendidikan dan budaya dalam lingkup
dan berakhlak mulia nasional dari sumber-sumber yang
tersedia
4.2 Menceritakan hasil pengamatan
mengenai perubahan dan
keberlanjutan yang terjadi dalam
kehidupan manusia dan masyarakat
Indonesia pada masa penjajahan,
masa tumbuhnya rasa kebangsaan
serta perubahan dalam aspek sosial,
ekonomi, pendidikan dan budaya
dalam berbagai jenis media
4.3 Menyajikan pemahaman tentang
manusia dalam hubungannya dengan
kondisi geografis di wilayah
Indonesia
4.4 Menceritakan secara tertulis
pemahaman tentang manusia
Indonesia dan aktivitasnya yang yang
terkait dengan fungsi dan peran
kelembagaan sosial, ekonomi dan
budaya, dalam masyarakat Indonesia
4.5 Menceritakan secara tertulis hasil
kajian mengenai aktivitas manusia
Indonesia dalam dinamika interaksi
dengan lingkungan alam, sosial,
budaya, dan ekonomi

Вам также может понравиться