Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
JUDUL
Oleh :
Pendamping :
dr. Sujito
DHARMASRAYA
2016
PORTOFOLIO
Diagnosis
Dermatitis Atopi Pada Pasien Hipertensi
Penatalaksanaan
Sistemik : Cetirizine 10 mg tablet 1x1
Metilprednisolon 4 mg tablet 2x1
Obat Hipertensi dilanjutkan
Topikal : Hidrokortison 0,5 % + Neomisin oles pagi dan sore di lesi
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Daftar Pustaka
1. Panduan Diagosisdan Tatalaksana Dermatitis Atopik di Indonesia. In Perhimpunan Dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI); 2014.
2. Eichenfield LF, al e. Guidelines of Care for The Management of Atopic Dermatitis. Section
1: Diagnosis and Assessment of Atopic Dermatitis. J Am Acad Dermatol. 2014 February;: p.
338-346.
Hasil Pembelajaran
Menegakan diagnosis Dermatitis Atopi
Memberikan penatalaksanaan Dermatitis Atopi pada Pasien Hipertensi
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN
1. SUBJEKTIF
Seorang pasien, perempuan berusia 59 tahun datang mengeluhkan adanya rasa gatal di
daerah wajah dan kedua siku yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Gatal muncul tiba- tiba dan
terasa berkurang sesaat setelah pasien mandi, namun tidak lama kemudian gatal muncul kembali.
Gatal sering dialami pada saat pagi hari. Gatal juga disertai perubahan warna kulit yang menjadi
hitam di daerah yang gatal. Warna tersebut muncul bersamaan dengan gatal. Gatal ini dialami
sudah berulang kali. Pasien pernah menderita serangan asma 1 kali saat tahun 2003, dan
diberikan obat minum oleh dokter tapi pasien tidak tahu nama obatnya. Riwayat alergi makanan
disangkal. Pasien menderita hipertensi dan menggunakan obat hipertensi, TD tertinggi mencapai
190 mmHg
2. OBJEKTIF
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisikdiagnosis pada kasus ini ditegakkan
berdasarkan :
- Gejala klinis : Gatal pada daerah wajah dan lipat siku, gatal dialami berulang dan
seringnya saat pagi hari, gatal pada kulit disertai dengan perubahan warna, pasien
memiliki riwayat asma dan hipertensi.
- Hasil pemeriksaan fisik :
Keadaan Umum / Kesadaran : Baik / Compos Mentis
Tekanan Darah : 190/90 mmHg
Frekuensi nadi : 88 x/mnt, reguler
Frekuensi nafas : 20 x/mnt
Suhu : 37,0 oC
Status Generalis
o Kepala : Normocephali
o Mata : konjungtiva anemis (-/-), skela ikterik (-/-), pupil bulat isokhor, diameter 3
mm/ 3 mm, reflex cahaya (+/+)
o Mulut : bibir lembab (+)
o Hidung : pernafasan cuping hidung (-)
o Telinga : normotia, liang telinga lapang, membrane timpani intake
o Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung kanan : ICS IV Linea Parasternalis dextra, batas
jantung kiri : ICS 5 Midclavicula sinistra, pinggang jantung : ICS 3 Linea
Parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
o Paru
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : vocal fremitus kanan > kiri
Perkusi : sonor / redup
Auskultasi : suara nafas vesicular (+/+), rhonki (+/+), wheezing (-/-)
o Abdomen
Inspeksi : simetris, distensi (-)
Palpasi : soepel, nyeri tekan (+), lien tidak teraba, hepar tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
o Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik CRT < 2 detik, edema (-). Refleks
fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-)
o Status Dermatologis : tampak patch eritema ukuran nummular hingga plakat
berbatas tidak tegas, dengan likenifikasi dan terdapat skuama halus diatasnya,
distribusi simetris.
3. ASSESMENT ( Penalaran Klinis)
Dermatitis atopik (DA) adalah inflamasi pada kulit yang menahun, residif, umumnya
muncul pada bayi, kanak-kanak, ataupun dewasa, yang mempunyai riwayat atopi pada dirinya
sendiri ataupun pada keluarganya, baik berupa astma, rhinitis alergika, konjunctivitis , maupun
dermatitis atopik, dengan gejala pruritus dan distribusi khas.
Pasien dalam kasus ini merupakan wanita berusia 59 tahun. Walaupun angka kejadian
dermatitis atopic banyak terjadi pada anak- anak yaitu sekitar 10-20%, akan tetapi penyakit ini
masih dapat terjadi pada orang dewasa, yaitu sekitar 3%. Gejala pruitus yang merupakan keluhan
utama pada pasien dapat diakibatkan oleh sel peradangan, ambang rasa gatal yang rendah akibat
kekeringan kulit, perubahan kelembaban udara, keringat berlebihan, dan juga faktor stres.
Kekeringan yang terjadi pada penderita DA diduga terjadi akibat kadar lipid epidermis yang
menurun, trans epidermal water loss meningkat, skin capacitance (kemampuan stratum korneum
mengikat air) menurun, terlebih karena pasien berusia tua. Kekeringan kulit ini menyebabkan
ambang rangsang gatal menjadi relatif rendah dan menimbulkan sensasi untuk menggaruk,
dimana garukan ini dapat menyebakan kerusakan sawar kulit sehingga memudahkan
mikroorganisme dan bahan iritan/alergen lain untuk masuk ke dalam kulit.
Kortikosteroid sistemik golongan glukokortikoid banyak digunakan dalam bidang
dermatologi karena obat tersebut mempunyai efek imunosupresan dan anti-inflamasi. Hal ini
juga disukai oleh para dokter karena pemberian secara sistemik memberikan hasil yang lebih
cepat dibandingkan topical. Rebound flare dan peningkatan keparahan penyakit merupakan
fenomena yang terjadi setelah penghentian steroid sistemik, sehingga untuk mencegah hal
tersebut harus di tapering off. Jadi, meskipun sementara efektif, steroid sistemik (oral atau
parenteral) umumnya harus dihindaripada orang tua dan anak-anak dengan dermatitis atopik
karena efek jangka panjang yang merugikan, dijelaskan di BAB sebelumnya.
Penggunaan kotikosteroid dapat menurunkan permeabilitas kapiler karena obat ini
menurunkan efek enzim proteolitik sehingga mencegah kehilangan plasma ke dalam jaringan.
Selain itu kortikosteroid menghilangkan pembentukan prostaglandin dan leukotrien yang
meningkatkan vasodilatasi dan mobilitas sel darah putih. Hormone ini juga menekan system
imun dengan menurunkan reproduksi limfosit T, sehingga akan mengurangi proses inflamasi
pada jaringan tersebut.
Glukokortikoid juga menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah jika dioleskan langsung
ke pembuluh darah. Karena itu pemberian steroid pada pasien dengan hipertensi, gangguan
jantung, atau keadaan lain yang bermasalah dengan retensi natrium, maka dipilih kortikosteroid
yang efek mineralokortikoidnya sedikit/tidak, terlebih bila diperlukan dosis yang yang lebih
tinggi.
Tabel Potensi relative glukokortikoid
Macam Potensi Dosis Ekuivalen Potensi
Kortikosteroid glukokortikoid (mg) mineralokortikoid
Kerja singkat
Hidrokortison 1 20,0 2+
Kortison 0,8 25,0 2+
Kerja sedang
meprednison 4-5 4,0 0
Metilprednisolon 5 4,0 0
Prednisolon 4 5,0 1+
Prednison 4 5,0 1+
Triamsinolon 5 5,0 0
Kerja lama
Betametason 20-30 0,6 0
Deksametason 20-30 0,75 0
Parametason 10 2,0 0
4. PLAN
a) Diagnosis : Dermatitis Atopi Pada Pasien Hipertensi
b) Penatalaksanaan :
Pembimbing
( dr. Sujito )