Вы находитесь на странице: 1из 90

Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza

Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

BAB I
PERENCANAAN STRATEGIK

1.1. Pendahuluan
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang menunjukkan tentang
kualitas dari masyarakat. Masyarakat yang sehat akan menghasilkan kualitas
hidup yang baik untuk lebih aktif dan produktif. Kesehatan ditunjang melalui
berbagai sumber daya di bidang kesehatan meliputi tenaga, perbekalan kesehatan,
sediaan farmasi, alat kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan serta pembiayaan
kesehatan. Berbagai upaya harus dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan harus didukung oleh seluruh masyarakat
Indonesia mulai dari tenaga kesehatan hingga masyarakat awam yang ikut
berpean aktif. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan
memperbaiki hal-hal yang dapat menunjang kesehatan tersebut.
Dalam bidang kesehatan tentu sudah tidak asing lagi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan farmasi, mulai dari sumber daya hingga sediaan farmasi. Unit
pelayanan kesehatan milik pemerintah hampir di seluruh Indonesia harus
memiliki suatu unit yang mengelola semua hal yang berkaitan dengan sediaan
farmasi. Adapun peredaran sediaan farmasi di masyarakat yang tidak melalui unit
pelayanan kesehatan pemerintah juga harus diawasi penggunaannya untuk dapat
menjamin mutu sedian farmasi yang digunakan beserta dengan ketepatan
penggunaan sediaan farmasi sehingga tercapai efek terapi yang diinginkan.
Apoteker sebagai profesi yang mempunyai wewenang dan kewajiban terhadap
pengelolaan sedian farmasi tentunya harus ikut berperan aktif dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Apoteker adalah tenaga kesehatan
yang bertugas melakukan pelayanan kefarmasian secara langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien
(PP No. 51 th 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Bab I pasal 1), salah satu
tempat praktik apoteker dalam menjalankan pelayanan kefarmasian adalah di
apotek. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker (PMK no. 35, 2014).

1
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Berdasarkan PP No. 51 tahun 2009, pekerjaan kefarmasian meliputi adalah


pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pelayanan Kefarmasian
(Pharmaceutical Care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung
profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien (KepMenKes 1027, 2004). Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah
bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan
kefarmasian (PharmaceuticalCare). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula
hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang
komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.
Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan
interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah
melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui
tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik (KepMenKes
1027, 2004).
Apotek merupakan salah satu unit pelayanan kefarmasian yang sudah
banyak diketahui masyarakat. Dengan adanya apotek maka, seorang apoteker
dapat menjalankan kewajibannya untuk menjamin keamanan, mutu, manfaat dan
khasiat dari sediaan farmasi yang didistribusikan. Keikutserataan seorang
apoteker dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat
diwujudkan dengan melakukan pelayanan kesehatan berupa pendirian sebuah
apotek.
Apotek Anza merupakan salah satu wujud dari praktek kerja kefarmasian.
Pendirian Apotek Anza diharapkan dapat mengoptimalkan kualitas kesehatan
masyarakat sekitar dengan cara pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang terjamin mutu dan keterjangkauan
harga, serta pemberian informasi dan pelayanan yang tepat.
Pendirian sebuah apotek diperlukan suatu rencana strategik untuk
mengoptimalkan mengoptimalkan pelayanan dan kesejahteraan apotek.

2
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Perencanaan strategik ini berupa perencanaan jangka panjang yang disusun untuk
menjamin tujuan organisasi, memberikan kerangka dasar dalam mengambil
keputusan manajerial, sebagai alat dalam mengambil keputusan, dan merupakan
suatu gabungan dalam kegiatan manajerial.

1.2. Visi dan Misi Apotek Anza


1.2.1. Visi
Menjadi apotek yang senantiasa melakukan pelayanan kefarmasian
berdasarkan prinsip asuhan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien.
1.2.2. Misi
a. Menjadikan Apotek Anza sebagai tempat yang tepat untuk mendapatkan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang berkualitas, tepat pengguaan dan
terjamin dengan harag yang terjangkau.
b. Menjadikan Apotek Anza sebagai tempat melakukan pelayanan
kefarmasian sesuai dengan standar pelayan kefarmasian di apotek.
c. Menjadikan Apotek Anza sebagai tempat yang memberikan pelayanan
swamedikasi dengan menciptakan suasana pelayanan yang ramah dan
memberikan kenyamanan pasien untuk melakukan konseling mengenai
masalah kesehatan terkait kefarmasian.
d. Melaksanakan program pengabdian masyarakat dengan menjadikan
Apotek Anza sebagai media informasi, edukasi, dan komunikasi kesehatan,
khususnya tentang penggunaan obat dan alat kesehatan secara rasional,
aman, tepat, dan berkualitas.
e. Memberikan standar pelayanan terbaik dan profesional sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien.

1.3. Tujuan
Tujuan pendirian Apotek Anza adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan
berbasis standar pelayanan kefarmasian yang tidak hanya berorientasi pada obat,
namun lebih kepada pasien (asuhan kefarmasian) serta sebagai wadah

3
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

pengembangan ketrampilan berwirausaha sehingga dalam pelaksanaanya


mempunyai beberapa tujuan antara lain :
a. Memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang tepat, berkualitas, bermutu, dengan harga
terjangkau.
b. Sebagai sarana pengabdian profesi apoteker untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran perbekalan kepada masyarakat.
c. Sebagai tempat yang dapat meningkatkan pemahaman masyarakat melalui
komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penggunaan obat dan alat
kesehatan secara rasional, aman, dan terjangkau.
d. Sebagai badan usaha yang mampu menghasilkan profit sehingga apotek
dapat terus berkembang.
e. Sebagai lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar yang kompeten
di bidang kesehatan.
f. Sebagai sarana pengabdian kepada masyarakat sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup dari pasien dengan menerapkan standar
pelayanan yang berorientasi terhadap pasien.

1.4. Sarana dan Prasarana


1.4.1. Lokasi
Lokasi Apotek Anza direncanakan terletak di Jl.Raya Kertosono-Kediri,
Kecamatan Gampengrejo, Desa Turus, Kabupaten Kediri.
1.4.2. Bangunan
Luas bangunan Apotek Anza direncanakan ± 50 m2 (5m x 10 m).
Bangunan didesain dengan gaya modern minimalis berwarna putih, lantai terbuat
dari keramik, dengan tembok yang kokoh, pintu kaca transparan, lampu yang
terang, sumber air dari PDAM, sumber listrik dari PLN, ventilasi dan sanitasi
yang memadai. Sebagai identitas, di bagian depan apotek dipasang papan yang
berisi nama, alamat, nomor telepon, dan jam buka apotek.

4
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

1.4.3. Tata Ruang


Ruang dan peralatan Apotek Anza diatur sedemikian rupa sehingga dapat
menimbulkan rasa nyaman, bagi setiap pengunjung. Adapun tata ruangnya adalah
sebagai berikut :
a. Lahan parkir yang bebas biaya parkir
b. Ruang tunggu
Pada ruangan ini terdapat kursi tunggu, kipas angin, dan papan informasi
berisi identitas apotek (nama apotek, alamat dan nomor telepon, nama APA,
SIPA dan SIA).
c. Ruang display
Ruangan ini berisi obat OTC, kosmetik, dan alat kesehatan yang disusun
secara rapi dalam etalase.
d. Ruang penerimaan resep, penyerahan obat OTC dan kasir
Pada ruangan ini dilakukaan kegiatan penerimaan resep dari pasien dan dapat
digunakan untuk ruang penyerahan obat OTC (Over the Counter). Ruangan
ini terletak pada bagian paling depan apotek dan mudah terlihat oleh pasien.
e. Ruang konseling
Pada ruangan ini dilakukan kegiatan penyerahan sediaan farmasi dan
konseling di meja yang letaknya terpisah sehingga memberikan privasi bagi
pasien. Fasilitas di ruangan ini diantaranya adalah meja, kursi, buku referensi
dan alat-alat bantu untuk konseling.
f. Ruang peracikan
Pada ruangan ini terdapat meja peracikan, peralatan peracikan, lemari
penyimpanan obat, lemari narkotika-psikotropika, lemari penyimpanan
peralatan peracikan, lemari penyimpanan bahan obat dan bahan pembantu
peracikan dan lemari es. Dalam ruangan ini dilakukan kegiatan mulai dari
penyiapan obat, peracikan, pengemasan dan pemberian etiket. Di bagian
belakang dari ruangan ini terdapat wastafel untuk mencuci alat.
g. Ruang diskusi dan arsip
Pada ruang ini terdapat meja kerja, kursi, telepon dan lemari tempat
menyimpan dokumen yang berhubungan dengan pelayanan ataupun
manajemen apotek. Selain itu, di ruangan ini juga dilakuakan kegiatan

5
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

administrasi dan manajerial apotek, digunakan pula untuk diskusi ataupun


rapat dengan pegawai.
h. Gudang Obat
Ruangan terpisah dari ruang utama yang berfungsi untuk menyimpan stok
obat dalam jumlah yang besar dan peletakan obat-obat yang masuk dalam
golongan narkotika, psikotropika dan prekursor.

1.4.4. Perlengkapan Apotek


Berdasarakan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/MENKES/SK/X/2002 Bab I Pasal 1, yang dimaksud dengan perlengkapan
apotek adalah semua peralatan yang digunakan untuk melaksanakan pengelolaan
apotek dan merupakan sarana penunjang kegiatan di apotek. Perlengkapan yang
terdapat di Apotek Anza, meliputi:
a. Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan
1. Timbangan gram dan miligram dengan anak timbangan masing-masing 1
(satu) set yang ditera setiap 1 tahun
2. Mortir dan stamper 2 (dua) set dengan ukuran yang berbeda (garis tengah
mortir 5-10 cm dan 10-15 cm)
3. Gelas ukur 10 ml dan 100 ml masing-masing 1 (satu) buah
4. Cawan penguap
5. Spatel/sendok logam, porselen, dan tanduk
6. Ayakan
7. Batang pengaduk dan sudip
8. Termometer berskala 100oC 1 (satu) buah
9. Rak tempat pengeringan alat

b. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi


1. Etalase kaca untuk obat bebas, obat bebas terbatas, suplemen, jamu, obat
herbal terstandar (OHT), dan fitofarmaka, dan alat kesehatan.
2. Lemari dan rak penyimpanan obat di ruang penyiapan obat.
3. Lemari khusus penyimpanan narkotika dan psikotropika
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28

6
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Tahun 1978, tempat untuk menyimpan narkotika dengan persyaratan


sebagai berikut, yaitu terbuat dari kayu, berukuran 40 x 80 x 100 cm ,
terjamin keamanannya. Lemari tersebut dibagi menjadi dua bagian
masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan
untuk penyimpanan narkotika/psikotropika untuk persediaan, dan bagian
lainnya untuk menyimpan narkotika/psikotropika untuk penggunaan
sehari-hari.
4. Lemari pendingin (kulkas) untuk penyimpanan obat yang tidak stabil
terhadap suhu tinggi.
5. Lemari penyimpanan arsip.

c. Wadah pengemas dan pembungkus


1. Bahan pengemas yang terdiri dari wadah puyer yang diberi identitas
nama apotek, plastik klip, kantong plastik, cangkang kapsul, kertas
perkamen, pot plastik, botol, dan dus bedak.
2. Etiket obat dibedakan menjadi dua macam yaitu etiket warna putih dan
biru. Etiket warna putih untuk sediaan yang melewati saluran cerna.
Sedangkan etiket warna biru untuk sediaan obat luar (tidak melewati
saluran cerna). Selain itu, disediakan pula label “simpan di dalam lemari
es” untuk obat-obat yang harus disimpan dalam lemari es, serta label
“kocok dahulu” untuk sediaan suspensi.

d. Alat administrasi
1. Blanko surat pesanan obat reguler dan alat kesehatan (lampiran)
2. Blanko surat pesanan prekursor (lampiran)
3. Blanko surat pesanan psikotropika (lampiran)
4. Blanko surat pesanan narkotika (lampiran)
5. Blanko tanda terima faktur (lampiran)
6. Blanko kartu stok obat (lampiran)
7. Blanko turunan resep (lampiran)
8. Blanko PMR (lampiran)
9. Kwitansi (lampiran)

7
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

10. Nota penjualan (lampiran)


11. Ordner penyimpanan faktur
12. Buku katalog obat dan daftar harga (lampiran)
13. Buku daftar obat habis (defecta)
14. Buku daftar batas kadaluwarsa (lampiran)
15. Buku catatan penggunaan narkotika dan psikotropika (lampiran)
16. Buku keuangan apotek: buku rekapan penjualan harian (resep dan non
resep), buku rekapan penjualan bulanan/buku omzet
17. Buku rekapan faktur masuk, buku rekapan faktur lunas
18. Buku penerimaan kas
19. Buku pengeluaran kas
20. Form laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika
21. Kalkulator
22. Stempel apotek
23. Alat-alat tulis, steples, dan alat administrasi lainnya

e. Buku-buku, seperti Farmakope Indonesia V, kumpulan Peraturan


Perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek, MIMS terbaru,
dan ISO Indonesia terbaru.

1.5. Rencana Kerja Analisis Pendirian Apotek


1.5.1. Studi Kelayakan
Studi kelayakan dilakukan dengan melakukan survei mengenai lokasi,
populasi, perancangan jasa, produk, sarana, pangsa pasar, pesaing,
penentuan harga, promosi dan pemasaran, penampilan, program, personil,
dan proses.
a. Lokasi
Rencana pembangunan Apotek Anza berada di pinggir jalan raya
Kertosono-Kediri. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi
apotek salah satunya berada di lokasi yang strategis dengan pertimbangan:
1. Lokasi yang merupakan jalan utama menuju kota Kediri dan keluar
kota Kediri yang tentunya selalu dilewati oleh kendaraan umum

8
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

maupun luar kota sehingga dapat dipastikan akses jalan menuju apotek
mudah dijangkau.
2. Berada di area perumahan warga.
3. Berada di area pasar tradisional warga.
4. Terletak 500 m dari area Industri PT. Surya Pamenang dan PT. Surya
Zig Zag.
5. Terletak 3 km dari puskesmas Gampengrejo dan 1 km dari Puskesmas
pembantu Gampengrejo
6. Terletak 500 m dari praktek bidan desa Turus, 700 m dari praktek bidan
desa Grompol, dan 1,5 km dari bidan desa Gampeng.
7. Terletak 2 km dari Kantor Kecamatan Gampengrejo.
Pertimbangan di atas diharapkan Apotek Anza akan mudah melakukan
promosi pelayanan kesehatan dan mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat terkait obat dan alat kesehatan.

Gambar 1.1 Peta Lokasi Pembangunan Apotek Anza

9
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Gambar 1.2 Lokasi Tempat Pendirian Apotek Anza

b. Populasi
1. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Gampengrejo tahun 2016 adalah sebesar
34588 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 16435 jiwa dan
penduduk wanita sebesar 18153 jiwa.

10
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

2. Jumlah Apotek
Belum terdapat satupun apotek di area Kecamatan Gampengrejo,
Kabupaten Kediri.
3. Jumlah praktek dokter
Terdapat satu praktek dokter di Kecamatan Gampengrejo yang berjarak
2 km dari tempat untuk calon pembangunan apotek dan satu puskesmas
pada jarak 3 km dan puskemas pembantu pada jarak 1 km.
4. Tingkat sosioekonomi penduduk sekitar Kecamatan Gampengrejo.
Tingkat sosioekonomi penduduk sekitar Kecamatan Gampengrejo
beragam yaitu, menengah ke atas maupun menengah ke bawah.
Masyarakat sekitar mempunyai tingkat kesadaran yang cukup baik
terhadap kesehatan.
5. Keadaan lalu lintas di Jalan Raya Kertosono-Kediri
Keadaan lalu lintas di jalan raya Kertosono-Kediri, Kecamatan
Gampengrejo dan di sekitarnya ramai karena jalan tersebut merupakan
jalan utama menuju kota Kediri dan arah keluar kota Kediri serta
merupakan area industri.

c. Perencanaan Jasa
Jenis pelayanan yang ditawarkan Apotek Anza adalah pelayanan jasa
meliputi pelayanan resep dan non resep (swamedikasi), pelayanan home
care, pelayanan informasi obat atau konsultasi obat. Sebagai apotek baru,
Apotek Anza akan berusaha melakukan pelayanan yang ramah, cepat dan
tepat untuk memenuhi kepuasan pasien.
1. Ketersediaan Pelayanan
Pelayanan kefarmasian dilakukan selama 6 hari dalam seminggu. Hari
Senin sampai Sabtu buka pada jam 07.00-22.00 WIB, sedangkan pada
hari minggu dan hari besar tutup.
2. Kapasitas Pelayanan
Resep non racikan diselesaikan kurang lebih 5-15 menit, sedangkan
untuk resep racikan dikerjakan maksimal 30 menit. Layanan home care

11
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

diberikan secara gratis kepada pasien dalam radius 5 km dan untuk


pasien dengan penyakit kardiovaskular dan perlu penagangan khusus.
d. Produk (Product)
Apotek Anza menyediakan obat-obatan, alat kesehatan, kosmetika,
suplemen dan vitamin serta obat-obatan tradisional. Perencanaan produk
disesuaikan dengan permintaan masyarakat, pola penyakit yang sering
terjadi dan pola peresepan yang ditulis oleh dokter serta disesuaikan
dengan anggaran yang ada. Selain itu, untuk mendukung pelayanan yang
berorientasi pada pasien (patient oriented), apotek akan menyediakan
pelayanan konsultasi dan informasi tentang obat.

e. Potensi Pasar
Potensi pasar akan menyesuaikan pada jumlah permintaan atas barang dan
jasa yang disediakan oleh apotek dalam ruang lingkup pasar. Sebagai
apotek baru, survei pasar dilakukan dengan melakukan survei mengenai
pola peresepan di Puskesmas Gampengrejo dan survey penyakit yang
paling sering dikeluhkan oleh masyarakat di sekitar apotek.

f. Pesaing
Letak Apotek Anza cukup strategis, meskipun terletak di dekat Puskesmas
Gampengrejo yang memiliki apotek di dalam Puskesmas tersebut.
Terdapat beberapa toko eceran yang menjual obat bebas di sekitar Apotek
Anza namun dalam jumlah terbatas, selain itu tidak terdapat apotek yang
berdiri disekitar Apotek Anza.

12
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

1.5.2. Analisi TOWS


Berbeda dengan analisis SWOT, tipe analisis ini berorientasi pada masa
depan. Dimulai dari membuat daftar dari faktor threats (ancaman) dan
opportunities (kesempatan) setelah itu baru faktor weaknesses (kelemahan) dan
strengths (kekuatan). Dengan diawali dengan threats kita akan berfikir 3C
(change, competitor,dan customer). Dalam pembuatan list faktor “TO” juga perlu
dilihat faktor “SW” sehingga bukan hanya dari faktor eksternalnya tetapi juga
faktor internalnya. Faktor eksternal (opportunities/threats) diantaranya budaya,
penduduk, ekonomi, politik, teknologi, investor, kreditur, suplier, distributor,
pelanggan, dan kompetitor. Sedangkan faktor internal (strengths/weaknesses)
dapat berupa modal, manajemen, performa, profitabilitas, produktivitas,
kompetensi pegawai, inovasi dan posisi apotek pada pasar.
Dalam pendirian sebuah unit usaha diperlukan analisis terlebih dahulu
mengenai faktor internal dan faktor eksternal yang akan mempengaruhi kinerja
apotek di masa yang akan datang. Analisis mengenai faktor eksternal menjadikan
kita mampu untuk mengenal hal lain di luar sistem dan kinerja apotek yang turut
mempengaruhi perkembangan apotek. Setelah melakukan analisis mengenai
faktor eksternal, kita dapat memilah-milah kondisi dari faktor eksternal yang
merugikan atau menguntungkan unit usaha. Sedangkan analisis mengenai faktor
internal lebih bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap sistem dan kinerja
yang telah dilakukan. Penjelasan lebih lanjut mengenai matriks strategi analisis
TOWS dapat dilihat pada diagram di atas.
Dari analisis faktor eksternal dan internal tersebut dapat dibuat beberapa
strategi yang menggabungkan komponen-komponen di dalamnya. Strategi yang
dapat dibuat antara lain :
1. Strategi TW
Memadukan antara threats (ancaman) dengan weaknesses (kelemahan). Dalam
hal ini terjadi kondisi yang membahayakan. Oleh karena itu, sebisa mungkin
kondisi ini dihindari.

13
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

2. Strategi OW
Memadukan antara opportunities (kesempatan) dengan weaknesses
(kelemahan). Dalam kondisi ini sebisa mungkin menghindari kelemahan
dengan memanfaatkan kesempatan yang ada.
3. Strategi TS
Memadukan antara threats (ancaman) dengan strengths (kekuatan). Dalam
kondisi ini, ancaman yang ada ditanggulangi dengan memanfaatkan seluruh
kekuatan yang dimiliki.
4. Strategi OS
Memadukan antara opportunities (kesempatan) dengan strengths (kekuatan).
Dalam kondisi ini sebisa mungkin mengambil seluruh kesempatan yang ada
dengan menggunakan kekuatan semaksimal mungkin sehingga diharapkan
dapat memperoleh hasil yang maksimal pula.

14
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Tabel 1.1 Matriks Strategi TOWS Apotek Anza


Ancaman (Threats) Kesempatan (Opportunities)
 Terletak di dekat  Berada di jalan raya
TO Puskesmas sehingga mudah diakses
Gampengrejo yang oleh masyarakat.
didalamanya terdapat  Berada di dekat Puskesmas.
apotek.  Berada di dekat praktek
WS
 Terdapat dokter bidan desa, mantri dan
praktek, bidan desa dan dokter praktek.
mantri yang  Tidak terdapat apotek di
kemungkinan lingkungan sekitar apotek
melakukan dispensing.
Kelemahan (Weaknesses) Strategi TW Strategi OW
 Apoteker baru lulus dan a. Pembelian diefektifkan a. Menjalin kerjasama dengan
belum memiliki sediaan farmasi dan Puskesmas Gampengrejo,
pengalaman yang alkes yang lebih dokter praktek, bidan desa
cukup. diperlukan masyarakat dan mantri di sekitar
 Modal relatif terbatas. b. Menjalin kerjasama apotek
 Pola penggunaan obat dengan puskesmas, b. Membuka layanan
masyarakat sekitar dokter praktek, bidan konsultasi untuk pelanggan
apotek belum diketahui desa dan mantri di c. Mencari informasi
pasti. sekitar apotek penggunaan obat maupun
 Obat yang tersedia c. Mengadakan penyakit masyarakat
masih terbatas jenis dan penyuluhan rutin pada sekitar apotek di
jumlahnya masyarakat sekitar dan puskesmas
 Beberapa masyarakat pengenalan apotek pada d. Mencari informasi
yang masih kurang masyarakat penggunaan obat dan
paham tentang penyakit yang sering
pentingnya digunakan masyarakat
mendapatkan obat yang untuk swamedikasi.
berkualitas baik.
Kekuatan (Strengths) Srategi TS Srategi OS
 Apotek dimiliki dan a. Melakukan a. Menjalin kerjasama
dikelola sepenuhnya pendekatan pada dengan Puskesmas
oleh apoteker. warga melalui Gampengrejo dan bidan
 Memberikan pelayanan penyuluhan, leaflet, praktek yang ada di sekitar
di apotek dengan sikap brosur, spanduk dan apotek
yang sopan dan ramah kegiatan b. Memperkenalkan apotek
sehingga membuat pemberdayaan pada warga sekitar apotek
pasien menjadi nyaman. kesehatan lainnya melalui leaflet dan
 Mengutamakan seperti pekan senam spanduk
pelayanan informasi dan sehat. c. Membuka konsultasi obat
edukasi. b. Memberikan pekan dan alkes maupun buletin
 Memberikan jasa cek kesehatan gratis gratis bagi pelanggan
konsultasi langsung kepada masyarakat apotek
maupun melalu telepon sekitar apotek

15
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

dan juga home care.


 Memberikan standar
pelayanan profesiomal
yang berorientasi
terhadap pasien.
 Pengadaan obat yang
resmi dan penjagaan
mutu obat dan alat
kesehatan yang baik.

Berdasarkan analisis terebut diharapakan Apotek Anza dapat berkembang


dan menjadi apotek yang memberikan pelayanan pharmaceutical care dengan
baik sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian yang berlaku. Apotek Anza
juga berkomitmen untuk selalu melakukan pengembangan diri terhadap sistem
pelayanan dan manajerial apotek sehingga dapat bersaing dengan kompetitor.

16
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

BAB II
SISTEM MANAJEMEN

2.1 Modal
Perencanaan modal merupakan salah satu hal yang penting pada awal mula
pendirian apotek. Modal apotek dibuat seminimal mungkin agar tidak membebani
apoteker untuk mencari keuntungan semata. Pada pendirian apotek Anza
menggunakan modal sebesar Rp 148.500.000,- yang berasal dari dana pribadi
Apoteker Penanggungjawab Apotek yang sekaligus bertindak sebagai PSA.

2.2 Rencana Pemasaran dan Strategi


2.2.1 Target Masyarakat
Apotek Anza didirikan di Jalan Raya Kertosono-Kediri yang banyak dilalui
pengguna jalan, berada di aderah pasar, kawasan industri dan kawasan padat
penduduk dengan status sosial mengah kebawah hingga menegah keatas. Target
konsumen di Apotek Anza adalah masyarakat di kawasan apotek dan masyarakat
yang melalui jalan tersebut. Perlu disediakan berbagai macam obat baik generik
maupun non generik, produk kesehatan lainnya, misal: kapas, bedak, sabun, dan
susu serta alat kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar
Apotek.

2.2.2 Rencana Pasar


Pendirian dan pengembangan suatu apotek memerlukan perencanaan serta
persiapan yang matang. Aspek pasar dan sosial perlu diperhatikan agar dapat
memprediksi bagaimana kesempatan suatu apotek untuk dapat berkembang dan
terus beroperasi. Aspek sosial yang meliputi kondisi masyarakat sekitar seperti
pola hidup, pola penyakit dan tingkat sosial masyarakat menjadi pertimbangan
dalam mengambil kebijakan atau keputusan usaha apotek, misalnya dalam
pengadaan obat dan penetapan harga.

17
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

2.2.3 Layanan Kesehatan Lain


Lokasi Apotek Anza berada pada di pinggir jalan raya Kertosono-Kediri
dan di daerah sekitar terdapat praktek dokter umum, puskemas dan dekat dengan
sebuah industri yang mempunyai klinik. Dengan berdirinya Apotek Anza yang
menyediakan obat dan alat kesehatan yang lengkap, diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat akan obat dan alat kesehatan.

2.2.4 Strategi Pemasaran


Sebagai apotek yang baru bediri, Apotek Anza tidak banyak diketahui
keberadaannya oleh masyarakat oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi untuk
melakukan pengenalan apotek baru terhadap masyarakat/maupun beberapa dokter
praktek di sekitar apotek. Pengenalan apotek dapat dilakukan dengan
mengadakaan acara pembukaan apotek dengan mengundang beberapa perangkat
desa dan tenaga kesehatan praktek yang ada di sekitar apotek. Pengenalan
terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan melakukan perkenalan dengan
melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan sekaligus pengenalan
apotek baru di kesempatan acara masyarakat seperti perkumpulan ibu PKK,
perkumpulan ibu pengajian maupun beberapa acara peringatan hari besar.
Pengenalan apotek juga dapat dilakukan dengan membagikan brosur di area
perkampungan rumah penduduk.
Strategi untuk meningkatkan daya saing apotek Anza sebagai apotek baru
juga diperlukan. Pelayanan merupakan salah satu hal yang dapat memberikan
nilai lebih apotek baru. Dengan memberikan pelayanan kefarmasian yang
berorientasi pada pasien maka masyarakat akan merasa bahwa obat yang
didapatkan dari Apotek Anza mempunyai kualitas yang bagus, sesuai dengan
kebutuhan dan aman digunakan. Pelayanan resep dapat dilakukan melalui telepon
maupun media sosial lainnya dan obat akan diantarkan ke rumah pasien. Di ruang
tunggu apotek juga disediakan majalah dan beberapa tempelan poster menarik
tentang kesehatan disertai tempat duduk yang nyaman.
Kerjasama dengan dokter di sekitar apotek juga dapat dilakukan dengan
bertukar informasi tentang obat-obat yang sering diresepkan dokter di sekitar
apotek, sehingga pasien yang berkunjung ke dokter tersebut dapat dengan mudah

18
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

memperoleh obat yang diresepkan. Melalui puskesmas setempat, maka apoteker


juga bisa mendapatkan profil penyakit terbanyak di sekitar lingkungan apotek
sehingga bisa menyediakan obat yang dibutuhkan masyarakat setempat.
Kerjasama dengan tenaga kesehatan lain juga sangat dibutuhkan demi kelancaran
pelayanan apotek. Komunikasi dan ilmu merupakan kunci pokok seorang
appteker dalam melakukan kerjasama dengan tenaga kerja lainnya sesuai peran
masing-masing.

2.3 Ketenagaan
Pada awal pembukaan, Apotek Anza dikelola oleh Apoteker
Penanggungjawab Apotek (APA) sekaligus Pemilik Sarana Apotek (PSA),
Apoteker Pendamping, dua Asisten Apoteker (AA) dan kurir. Karyawan dalam 1
minggu memiliki hak 1 hari libur dengan ketentuan tidak dapat diambil secara
bersamaan antara 1 karyawan dengan yang lainnya. Untuk pembagian shift yaitu
pada jam shift pagi pukul 07.00-15.00 oleh APA dan AA sementara untuk shift
sore pukul 15.00-17.00 ole Aping dan AA sore. Struktur organisasi di Apotek
Anza adalah sebagai berikut:

APA / PSA

Apoteker Pendamping

Asisten Apoteker

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Apotek Anza


Rencananya akan ditambahkan 1 juru resep untuk ke depannya. Tugas dan
kewajiban dari masing-masing personel di Apotek Anza adalah sebagai berikut:

19
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

A. Apoteker Pengelola Apotek (APA)


a. Sebagai pengelola apotek yang merencanakan, mengkoordinasi, serta
mengawasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek.
b. Memberikan kegiatan pelayanan kefarmasian baik pelayanan obat
dengan resep maupun tanpa resep, alat kesehatan, dan PKRT.
c. Bertanggung jawab terhadap pengadaan, penataan, administrasi, dan
pelaporan apotek.
d. Memberikan pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) serta
konsultasi pada pasien/ klien.
e. Memberikan kesejahteraan pegawai dan membina hubungan yang baik
dengan para pegawai, PBF, dokter, dan tenaga medis lainnya.
f. Melakukan pengontrolan harga dan tanggal kadaluwarsa obat pada saat
pembelian obat.
g. Memeriksa dan mencatat perbekalan farmasi yang jumlahnya hampir
habis di buku defekta untuk dilakukan pemesanan kembali dan
mengontrol obat-obat yang mendekati kadaluwarsa.
h. Melakukan kegiatan administrasi harian, seperti melakukan pembukuan
harian, melakukan pencatatan kartu stok, dan lain-lain.
i. Melakukan evaluasi baik tentang hasil yang dicapai apotek, kinerja
karyawan dan langkah-langkah yang perlu diambil demi kemajuan
apotek.

B. Apoteker Pendamping (Aping)


a. Membantu APA dalam merencanakan, mengkoordinasi, serta mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek.
b. Memberikan kegiatan pelayanan kefarmasian baik pelayanan obat
dengan resep maupun tanpa resep, alat kesehatan dan PKRT.
c. Bersama APA ikut bertanggung jawab terhadap pengadaan, penataan,
administrasi, dan pelaporan apotek.
d. Memberikan pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dan
konsultasi pada pasien/ klien.
e. Melakukan pengontrolan harga dan tanggal kadaluwarsa obat pada saat

20
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

pembelian obat.
f. Memeriksa dan mencatat perbekalan farmasi yang jumlahnya hampir
habis di buku defekta untuk dilakukan pemesanan kembali dan
mengontrol obat-obat yang mendekati kadaluwarsa.
g. Melakukan kegiatan administrasi harian, seperti melakukan pembukuan
harian, melakukan pencatatan kartu stok, dan lain-lain.

C. Asisten Apoteker (AA)


a. Membantu apoteker dalam melayani resep, meliputi meracik dan
mempersiapkan obat serta membantu pasien dalam memilih obat
swamedikasi.
b. Melakukan pengontrolan harga dan tanggal kadaluwarsa obat pada saat
pembelian obat.
c. Memeriksa dan mencatat perbekalan farmasi yang jumlahnya hampir
habis di buku defekta untuk dilakukan pemesanan kembali dan
mengontrol obat-obat yang mendekati kadaluwarsa.
d. Melakukan kegiatan administrasi harian, seperti melakukan pembukuan
harian, melakukan pencatatan kartu stok, dan lain-lain.
e. Menyusun, membendel, dan menyimpan resep.

D. Juru resep
a. Membantu dalam mempersiapkan obat dan peracikan.
b. Melakukan pelayanan jasa antar obat pada pasien.
c. Menjamin kebersihan seluruh lingkungan kerja apotek.

2.4 Pelayanan yang tersedia


Produk yang disediakan apotek akan disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat dan anggaran yang dimiliki apotek. Produk yang ditawarkan antara
lain obat-obatan, alat kesehatan, dan perbekalan farmasi lainnya. Layanan yang
diberikan tidak hanya berupa produk obat dan perbekalan farmasi lainnya tetapi
juga informasi obat dan layanan konseling yang diberikan secara langsung oleh
apoteker, juga layanan mengantar obat kerumah pasien. Seluruh proses manajerial

21
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

dan pelayanan dilakukan berdasarkan SOP yang dibuat oleh Apoteker. Sesuai
dengan peraturan pemerintah no. 51 tahun 2009 pasal 23 bahwa (1) dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian, Apoteker sebagaimana dimaksud dalam pasal
20 harus menetapkan standar prosedur operasional (SOP) dan (2) Standar
Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui secara terus-
menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi
dan ketentuan peraturan perundang-undangan. SOP harus dipatuhi oleh semua
karyawan apotek sehingga apotek dapat berjalan sesuai standar yang diharapkan.
SOP yang ditetapkan antara lain tentang pengelolaan obat dan alat kesehatan
(termasuk pemesanan, penerimaan, dan penyimpanan barang), pelayanan resep
dan non resep, serta pelayanan konseling dan pemberian informasi obat.

2.5 Rencana Manajemen


2.5.1 Finansial
2.5.1.1 Penentuan harga
Beberapa pertimbangan dalam proses penetapan harga jual obat di apotek,
antara lain:
a) Faktor biaya
Beban usaha apotek merupakan biaya-biaya yang langsung dikeluarkan
apotek seperti jasa profesi apoteker, gaji asisten apoteker, gaji karyawan, biaya
untuk wadah/ label serta biaya lain yang dikeluarkan secara tidak langsung seperti
biaya sewa dan biaya pemakaian keperluan kantor (Seto et al., 2004).
b) Faktor non biaya
Faktor lain yang harus dipertimbangkan selain biaya-biaya apotek, adalah
persaingan usaha. Harga jual obat harus mempertimbangkan harga jual obat dari
kompetitor, terutama harga jual obat di apotek sekitarnya. Apotek harus memiliki
kelebihan dibanding apotek pesaingnya, misalnya tempat yang nyaman, pelayanan
yang memuaskan, barang yang lengkap. Selain itu harus dibedakan harga antara
obat dengan resep dokter, obat non resep, dan obat bebas (produk swalayan) (Seto
et al., 2004).
Perencanaan pemberian harga di Apotek Anza adalah sebagai berikut:

22
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

1. Harga untuk alat kesehatan, obat tradisional, obat bebas dan bebas terbatas =
harga netto apotek (HNA) + PPn 10% + 33%
2. Harga untuk obat keras (OWA) dengan pelayanan non resep = harga netto
apotek {(HNA) + PPn 10%} x 133%
3. Harga untuk obat dengan pelayanan resep non racikan = harga netto apotek
{(HNA) + PPn 10%} x 133%
4. Harga untuk obat dengan pelayanan resep racikan = harga netto apotek
[{(HNA) + PPn 10%} x 133%] + embalase Rp 1.500,-
5. Harga tambahan resep racikan = Rp 500,-/kapsul, Rp 300,-/bungkus puyer dan
Rp 2000,-/botol dan dus bedak.

2.5.1.2 Neraca Awal


Tabel 2.1 Neraca Awal Apotek Anza
APOTEK ANZA
NERACA AWAL
PER 1 JANUARI 2018
AKTIVA PASIVA
Aktiva Lancar Modal Pemilik
Kas Rp 22.000.000,00 Modal Rp. 148.500.000,00
Persediaan awal Rp 50.000.000,00
obat
Suplai kantor Rp 2.000.000,00
Suplai apotek Rp 2.000.000,00

Aktiva tetap
Inventaris Kantor Rp 24.700.000,00
Inventaris Apotek Rp 11.800.000,00
Inventaris Rp 6.000.000,00
Kendaraan
Bangunan Rp 30.000.000,00
Apotek
Rp. 148.500.000,00 Rp. 148.500.000,00

Berikut adalah rincian biayanya:


Tabel 2.2 Aktiva Lancar Apotek Anza

NO Keterangan Nilai (Rp) Total


1. Kas 22.000.000
2. Inventaris Kantor
Meja & kursi 5.000.000

23
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Komputer, software dan printer 16.300.000


Telepon 300.000
Alat pemadam kebakaran 700.000
Lemari arsip 1.000.000
Lampu 300.000
Tempat sampah, Alat Kebersihan & 100.000
Keset
Jam Dinding 100.000
Kipas angin 500.000
Kalkulator (x2) 200.000
Alat Tulis kantor 200.000
24.700.000
3. Inventaris Apotek
Timbangan gram & milligram 5.000.000
Lemari pendingin (kulkas) 1.000.000
Lemari narkotik dan rak kayu 1.200.000
Etalase 1.200.000
Mortir & stamper 400.000
Wastafel 400.000
Alat gelas, spatel, sendok, sudip & 400.000
ayakan
Literatur (FI, PP, MIMS, ISO) 400.000
Stempel apotek 100.000
Kursi tunggu 600.000
Thermometer berskala 100oC 100.000
Papan nama dan neonbox 1.000.000
11.800.000
4. Inventaris Kendaraan 6.000.000
5. Suplai Kantor
Perlengkapan administrasi (surat
pesanan, copy resep, kuitansi, nota, 2.000.000
form PMR, buku, alat tulis, kartu stok)
6. Suplai Apotek 2.000.000
Wadah puyer, pot pastik, klip plastik,
plastik (¼ dan ½ kilo), etiket, label,
cangkang kapsul, kertas perkamen
7. Persediaan Awal
Obat bebas dan obat bebas terbatas 10.000.000
Obat keras 26.000.000
Bahan pembantu peracikan 2.000.000
Alat kesehatan 4.000.000
Suplemen obat tradisional, 4.000.000
perlengkapan bayi dan wanita
Kosmetika 4.000.000
50.000.000
8. Bangunan Apotek (sewa 3 tahun 30.000.000

24
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

dibayar dimuka)
TOTAL 148.500.000

2.5.1.3 Analisa Break Even (ABE) pada Tahun Pertama Biaya Tetap
Tabel 2.3 Rincian Biaya Tetap Apotek Anza

1 Bulan (Rp) 1 Tahun (Rp) Total (Rp)


Gaji karyawan
- APA 2.000.000 24.000.000
- Aping 1.800.000 21.600.000
- Asisten Apoteker (X2) 2.000.000 24.000.000
70.000.000
Biaya listrik, PDAM, telepon 2.500.000
Biaya pemeliharaan apotek 3.000.000
Biaya Pajak Reklame 300.000
Biaya penyusutan (10%)
- penyusutan inventaris
kantor 2.470.000
- penyusutan inventaris
apotek 1.180.000
- Penyusutan inventaris
kendaraan 600.000
- penyusutan bangunan
apotek 3.000.000
7.250.000
83.050.000

A. Perhitungan Batas Laba Rugi / Break Even Point Tahun Pertama


a. Asumsi (a)
Asumsi biaya variabel adalah 80% dari total pendapatan meliputi
i. Harga Pokok Penjualan (HPP)
ii. Biaya promosi
iii. Biaya pemakaian suplai apotek dan kantor
iv. Biaya serba-serbi
b. Asumsi (b)
Perhitungan BEP mix product dengan VC dan P dari masing-masing obat
yang berbeda tetapi untuk Apotek dengan perbandingan yang sama untuk
masing-masing P dan VC yakni 80%, dengan P unit rata-rata sehingga
dengan asumsi dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

25
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Keterangan: VC = Variabel Cost, P= Volume Penjualan


Analisa Break Even Point
Perkiraan laba tahun pertama = Rp 36.950.000,-
Penjualan (omzet) = FC + VC pada P + Laba
= Rp 83.050.000,- + 80% P + Rp 36.950.000,-
P = Rp 600.000.000,-/tahun
Omzet 1 tahun = Rp 600.000.000,-
P/unit = Rp 50.000,-
HPP = 75%
Faktor Jual = 25/75 x 100%
= 33,3%
VC = 80% P
FC = Rp 83.050.000,-
BEP = FC/RPM
= Rp 83.050.000,- /0.2
= Rp 415.250.000,-/tahun
Kontribusi = RPM x P/unit
= 0,2 x 50.000
= 10.000
BEP (unit) = FC/kontribusi
= Rp 83.050.000,- / (0,2 x Rp 50.000,-)
= 8.305unit (pasien)
Pada omzet Rp. 600.000.000,-
Pemeriksaan hasil P = Rp 600.000.000,-
VC (80%P) = Rp 480.000.000,- _
Rp 120.000.000,-
FC = Rp 83.050.000,- _
Laba = Rp 36.950.000,-
RPM (Ratio Pendapatan Marginal)
= {(P-VC)/P} x 100%
= {Rp 120.000.000/Rp 600.000.000}x 100%
= 20%

26
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Jumlah Pasien yang ke apotek dalam 1 tahun = Rp 600.000.000,-/ Rp 50.000,- =


12.000 pasien
BEP tercapai pada (Rp 415.250.000,-/Rp 600.000.000,-) x 100% = 69,2% dari
prediksi omzet dalam 1 tahun, rasio batas keselamatan (RBK) = (100-69,2%)=
30,8%
Omzet 1 tahun = Rp 600.000.000,
BEP = Rp 415.250.000,-
Margin of safety = Omzet – BEP
= (Rp 600.000.000,-) – (Rp 415.250.000,-)
= Rp 184.750.000,-
Perhitungan Balik :
a. Laba = RPM x margin of safety
= 20% x Rp 184.750.000,-
= Rp 36.950.000,-
b. Laba = RPM x RBK x penjualan
= 20% x 30,8% x Rp 600.000.000,-
= Rp 36.950.000,-
Total Cost (TC) = VC + FC
= (80% x Rp 600.000.000,-) + Rp. 83.050.000,-
= Rp 519.950.000
Kapasitas maks = TC : (P/unit) = 519.950.000,- : 50.000 = 10.399 unit

Target penjualan setahun =

. . . .
= /

= Rp 600.000.000,-/tahun
= Rp 50.00.000-/bulan, 1 bulan = 30 hari
= Rp1.666.700,-/hari
Dengan memperhatikan keadaan sekitar, maka target penjualan per hari yaitu:
Alkes = Rp 120.000,-
Resep masuk per hari 4 lembar @Rp 30.000,- = Rp 120.000,-
OWA = Rp 476.000,-
Non resep (OB dan OBT) = Rp 950.700,- +

27
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Target penjualan per hari = Rp 1.666.700,-


Omzet per bulan = Rp 50.000.000-
Omzet per tahun = Rp 600.000.000,-

Rekonsiliasi
Penjualan Rp 600.000.000,-
Biaya Variabel (80%) Rp 480.000.000,- _
Pendapatan Marginal Rp 120.000.000,-
Biaya Tetap Rp 83.050.000,- _
Laba Rp 36.950.000,-

A. Pajak Penghasilan (PPh) Apotek


Berdasarkan ketentuan PP RI No. 46 tanggal 12 Juni 2013 dan
diberlakukan per 1 Juli 2013, WP orang pribadi yang bersifat final adalah
pendapatan bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000,- (4,8 M) dalam 1 tahun, pajak
penghasilan dihitung berdasarkan tarif 1% dari pendapatan bruto yang dibayar
tiap bulan (dari omzet bulanan) dan hal ini tidak berkaitan dengan PPN.
PPh final yang terutang disetor paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya setelah masa pajak berakhir serta menggunakan SSP dengan kode
MAP 411128.420 dilaporkan paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak
berakhir. Jadi Apotek Anza dalam satu tahun pajaknya adalah :
1 % x Rp 600.000.000,- = Rp 6.000.000,- (yang disetor setiap bulannya sesuai
dengan omzet bulanannya).

B. PPN
Berdasarkan Permenkeu RI No. 197/PMK 03/2013 tentang perubahan
atas Permenkeu No. 68/PMK 03/ 2010 tentang Batasan Pengusaha Kecil Pajak
Pertambahan Nilai pasal 4 ayat 1 yang berlaku mulai 1 Januari 2014 memiliki
ketentuan bahwa pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai pengusaha kena pajak apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun
buku jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan brutonya melebihi Rp
4.800.000.000,-. Apotek Anza memiliki omzet ≤ Rp 4.800.000.000,- per tahun.

28
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Apotek Anza memiliki omzet sebesar Rp 600.000.000,- , sehingga apotek tidak


diwajibkan membayar PPN setiap bulan sejumlah Pajak Keluaran (PK) dikurangi
Pajak Masukan (PM).

C. Pajak Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA)


Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 122/PMK 010/2015
tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang
ditetapkan mulai 29 Juni 2015 adalah Wajib Pajak belum menikah/wanita PTKP
Diri wajib Pajak sebesar Rp 54.000.000,-. Dalam hal ini gaji seorang APA di
apotek Anza adalah Rp 24.000.000,- sehingga apoteker tidak dikenai pajak
penghasilan pribadi.

2.5.1.4 Analisis Laporan Keuangan

Return on Equity (ROE) = x 100%


. .
= x100%
. .

= 24,88 %
Ket : Menurut pengalaman ROE minimal 18% untuk Apotek (Seto et al., 2004),
ROE Apotek Anza selama 12 bulan pertama sebesar 24,88% sehingga ROE
tesebut memenuhi persyaratan.

Return on Assets (ROA) = 100 %


. .
= x 100%
. .

= 24,88 %
Ket : menurut pengalaman, ROA minimal 12 % untuk Apotek (Seto et al., 2004).
ROA Apotek Anza selama 12 bulan pertama sebesar 18% sehingga ROA tersebut
memenuhi persyaratan.

29
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Tabel 2.4 Laporan Laba Rugi Proforma Apotek Anza


Laporan Laba Rugi Proforma Apotek Anza
Tahun 2018

PENDAPATAN
Penjualan Rp 600.000.000,-
HPP (75% dari penjualan) Rp 450.000.000,-
Laba kotor Rp 150.000.000,-
BEBAN USAHA
Gaji (APA, AA) Rp 70.000.000,-
Biaya listrik, PDAM, telepon Rp 2.500.000,-
Biaya pemeliharaan apotek Rp 3.000.000,-
Biaya pajak reklame Rp 300.000,-
Biaya penyusutan Rp 7.250.000,-
Biaya promosi Rp 2.500.000,-
Biaya serba-serbi Rp 11.700.000,-
Biaya pemakaian suplai apotek Rp 2.400.000,-
Biaya pemakaian suplai kantor Rp 2.400.000,-
Rp 107.050.000,- _
Laba sebelum pajak Rp 42.950.000,-
PPh Rp 6.000.000,- _
Laba bersih setelah pajak Rp 36.950.000,-

2.5.1.5 Perencanaan Keuangan Jangka Pendek


Tujuan utama dilakukan perencanaan jangka pendek ini adalah untuk
menjaga likuiditas apotek/perusahaan karena dengan perencanaan ini dapat
diperkirakan: berapa, kapan, dan apakah kebutuhan kas tersebut dapat dibiayai
dari dalam perusahaan atau harus mencari sumber dari luar. Perencanaan
keuangan jangka pendek dibutuhkan karena kas masuk dan keluar tidak mengalir
dengan tetap, selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu karena penjualan,
pembelian obat dan biaya-biaya yang berubah. Umumnya dilakukan dalam
periode kurang dari satu tahun, dengan cara menyusun anggaran kas. Jadi,
anggaran kas merupakan taksiran mengenai kas masuk dan kas keluar pada
periode waktu tertentu. Pada awal pendirian Apotek Anza akan menyusun
anggaran kas untuk bulan Januari, Februari, Maret, dan April 2018 dengan data
tersedia sebagai berikut:
A. Untuk mendapatkan laba Rp 36.950.000,-/tahun (Rp 3.079.200,-/bulan), maka
taksiran penjualan per bulan untuk bulan Januari s.d. Maret 2018 adalah
sebagai berikut :

30
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Tabel 2.5 Taksiran Anggaran Apotek Anza

Bulan Taksiran
Tahun 2018 (Rp)
Januari 47.000.000
Februari 50.000.000
Maret 53.000.000

Asumsi omzet setahun adalah Rp 600.000.000,- berarti dalam 3 bulan pertama,


omzet minimal yang harus diperoleh adalah Rp 150.000.000,-
B. Penjualan di apotek 100% dibayar tunai
C. Harga Pokok Penjualan (HPP)

Tabel 2.6 Harga Pokok Penjualan (HPP)


Taksiran penjualan Faktor
Harga Beli
Jenis per bulan Jual
(Rp)
(Rp)
Non resep (OB & OBT)
32.121.000 1,33 24.151.100
+ Alkes+OT)
Obat keras (OWA) 14.280.000 1,33 10.736.800

Resep 3.600.000 1,33 2.706.800

Total 50.001.000 37.594.700


HPP = Total Harga Beli x 100 %
Total Penjualan
= 37.594.700 x 100 % = 75,18 % = 75%
50.001.000
D. Pembelian obat dengan harga pokok 75% dilakukan satu bulan sebelum
taksiran penjualan tunai pada dua bulan pertama (Januari s.d Februari 2018)
dan bulan selanjutnya secara kredit satu bulan kemudian.
E. Pembelian obat-obatan yang diperlukan untuk penjualan bulan Januari 2018
adalah 75% x 47.000.000,- = Rp 35.250.000. Persediaan obat pada neraca awal
Rp 50.000.000,-. Kelebihan stok pada bulan Januari sebesar Rp 14.750.000,-
digunakan untuk buffer stock bulan Februari 2018 dan seterusnya.

31
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

F. Biaya penyusutan inventaris selama 3 bulan sebesar 10% dari harga perolehan :
Inventaris Kantor Rp 617.400,-
Inventaris Apotek Rp 295.000,-
Inventaris Kendaraan Rp 150.000,-
Inventaris Gedung Rp 750.000,- _
Total Rp 1.812.500,-
G. Biaya gaji per bulan Rp 5.833.000,-
H. Pemakaian suplai kantor per bulan Rp 200.000,-
I. Pemakaian suplai apotek per bulan Rp 200.000,-
J. Biaya operasional lainnya:
Biaya listrik dan telepon Rp 2.500.000,-
Reklame Rp 300.000,-
Biaya Promosi Rp 2.500.000,-
Biaya pemeliharaan Rp 1.500.000,-
Biaya serba-serbi Rp 11.700.000,-
Total Rp 18.500.000,-
Biaya per 3 bulan Rp 4.625.000,-
Biaya per bulan Rp 1.541.700,-
K. Saldo kas akhir bulan Januari 2018 Rp 22.000.000,- dan merupakan jumlah
minimum yang harus dipertahankan tiap bulannya.
L. Bila kas melebihi jumlah minimal, kelebihannya untuk mengembangkan usaha.

32
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Tabel 2.7 Anggaran Kas Apotek Anza Bulan Januari s.d Maret
Tahun 2018 (dalam ribuan Rupiah)
Anggaran Kas Apotek Anza Bulan Januari s.d Maret
Tahun 2018 (dalam ribuan Rupiah)
No. Ket Des ‘17 Jan ‘18 Feb ‘18 Mar ‘18 Apr ‘18
1 Penjualan 47.000 50.000 53.000 47.000

2 100 % tunai 47.000 50.000 53.000 47.000

3 Jumlah Penerimaan 47.000 50.000 53.000 47.000


Kas
4 Pembelian (75% 50.000 35.250 37.500 39.750
penjualan y.a.d)
5 Pembayaran 50.000 35.250 37.500 39.750
pembelian
6 Biaya gaji 5.833 5.833 5.833

7 Biaya operasional lain 1.541,7 1.541,7 1.541,7

8 Pembayaran bunga - - -
9 Jumlah pengeluaran 42.624,7 44.874,7 47.124,7
kas
10 Surplus/deficit 4.375,3 5.125,3 5.875,3
11 Saldo kas awal bulan 22.000 26.375,3 31.500,6
12 Surplus/deficit 4.375,3 5.125,3 5.875,3
13 Saldo kas akhir bulan 26.375,3 31.500,6 37.375,9
tanpa peminjaman
14 Saldo kas minimal 22.000 22.000 22.000

15 Pinjam/pelunasan 0 0 0
16 Saldo kas akhir bulan 26.375,3 31.500,6 37.375,9
setelah peminjaman
17 Saldo pinjaman 0 0 0
kumulatif

33
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Tabel 2.8 Laporan Laba Rugi Proforma Apotek Anza


Bulan Januari s.d Maret 2018
Laporan Laba Rugi Proforma Apotek Anza
Bulan Januari s.d Maret 2018

Penjualan Rp 150.000.000,-
HPP (75%) Rp 112.500.000,-
Laba Kotor Rp 37.500.000,-

Biaya gaji Rp 17.499.000,-


Biaya operasional Rp 4.625.000,-
Biaya penyusutan Rp 1.812.500,-
Biaya pemakaian Rp 1.200.000,-
Rp 25.136.500,-
Laba Apotek (sebelum pajak) Rp 12.363.500,-

Simpulan: bahwa selama periode waktu 3 bulan (Januari s.d Maret 2018),
diprediksi Apotek Anza akan memperoleh laba sebesar Rp 14.038.400,- (sebelum
pajak)
Dari neraca awal dan anggaran kas dapat dievaluasi perubahan-perubahan
dari perkiraan-perkiraan Apotek Anza yang dapat dihitung sebagai berikut:
a. Kas bertambah sampai Rp 37.375.900 dari kas awal Rp 22.000.000,-.
Namun, kas sebesar Rp 37.375.900 dikurangi oleh biaya operasional
sebesar Rp 2.950.100,- dan biaya pemakaian sebesar Rp 1.200.000,-
sehingga kas menjadi Rp 33.225.800,-
b. Persediaan obat :
Stok awal Rp 50.000.000,-
Pembelian Rp 112.500.000,- +
Obat yang dapat dijual Rp 162.500.000,-
Harga pokok penjualan Rp 112.500.000,- _
Stok akhir Rp 50.000.000,-
c. Suplai Apotek:
Awal Rp 2.000.000,-
Pemakaian Rp 600.000,- -
Akhir Rp 1.400.000,-
d. Suplai kantor :

34
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Awal Rp 2.000.000,-
Pemakaian Rp 600.000,- -
Akhir Rp 1.400.000,-
e. Inventaris kendaraan
Awal Rp 6.000.000,-
Penyusutan Rp 150.000,-
Akhir Rp 5.850.000,-
f. Inventaris kantor
Awal Rp 24.700.000,-
Penyusutan Rp 617.400,-
Akhir Rp 24.082.400,-
g. Inventaris apotek
Awal Rp 11.800.000,-
Penyusutan Rp 295.000,-
Akhir Rp 11.505.000,-
h. Inventaris Gedung
Awal Rp 30.000.000,-
Penyusutan Rp 750.000,-
Akhir Rp 29.250.000,-
i. Utang usaha
Awal Rp 0,-
Pembelian (kredit) Rp 0,-
Rp 0,-
Pembayaran utang Rp 0,-
Akhir Rp 0,-
j. Hutang bank
Hutang Bank Awal Rp 0,-
Pinjaman kumulatif Rp 0,-
Hutang Bank Akhir Rp 0,-
k. Modal
Awal Rp 148.500.000,-
Laba sebelum pajak Rp 12.363.500,-

35
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Rp 160.863.500,-
PPh Rp 1.500.000,-
Rp 159.363.500,-

Tabel 2.9 Neraca Proforma Apotek Anza Per 30 Maret 2018


APOTEK ANZA
Neraca Proforma
Per 30 Maret 2018
AKTIVA PASIVA
Aktiva Lancar: Modal Rp 159.363.500,-
Kas Rp 37.375.900 PPh Rp 1.500.000,-
Persediaan obat Rp 50.000.000
Suplai Apotek Rp 1.400.000
Suplai kantor Rp 1.400.000
Jumlah Aktiva Lancar Rp 89.175.900

Aktiva Tetap:
Inventaris Apotek Rp 11.505.000
Inventaris Kantor Rp 24.082.400
Inventaris Kendaraan Rp 5.850.000
Inventaris Gedung Rp 29.250.000
Jumlah Aktiva Tetap Rp 70.687.500

Jumlah Rp 160.863.500,- Rp160.863.500,-

2.5.2 Perbekalan Kefarmasian


Perbekalan farmasi yang akan disediakan pada awal pembukaan Apotek Anza
meliputi :
1. Obat (obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat wajib apotek,
narkotika-psikotropika, baik dalam bentuk paten maupun generik)
2. Obat tradisional (neutraceutical, jamu, obat herbal terstandar, fitofarmaka,
dan obat gosok)
3. Alat–alat kesehatan : alat tes kehamilan (test pack), alat kontrasepsi non
hormonal, alat tes kesehatan elektronik (diabetes, kolesterol, asam urat,
tekanan darah), perban, kasa steril, kapas, termometer dan lain-lain
4. Kosmetika : bedak, sabun mandi, sampo dan lain–lain

36
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

2.5.3.1 Pengadaan Tahap Awal


Untuk pertimbangan dalam pemilihan PBF antara lain
keabsahan/kelengkapan PBF (meliputi nama, alamat, nomor telepon, penanggung
jawab PBF, nomor izin PBF, NPWP, serta stempel PBF), jaminan kualitas
kelengkapan produk, potongan pembelian/diskon yang diberikan, kecepatan
pengiriman dan layanan purna jual (seperti retur produk), pembayaran (jangka
waktu pembayaran). Untuk pengadaan tahap awal, karena pihak PBF belum
mengetahui keberadaan apotek baru maka pihak apotek (APA) datang langsung
ke PBF dengan membawa Surat Pesanan. Alternatif lain yang dapat dilakukan
adalah melakukan pengadaan dengan bekerjasama dengan apotek lain jika
pemesanan tidak memenuhi minimal nilai faktur sebuah PBF. Untuk pemesanan
awal dilakukan secara tunai. Sedangkan untuk pengadaan selanjutnya dapat
dilakukan via telepon dan dapat dilakukan secara kredit dengan batas waktu
pembayaran ditentukan oleh PBF.
Pengadaan narkotika hanya dapat dilakukan di PBF Kimia Farma dengan
menggunakan SP khusus narkotika yang dibuat oleh PBF Kimia Farma. SP ini
dibuat rangkap empat, tiga lembar diserahkan ke PBF Kimia Farma dan satu
lembar untuk arsip apotek. SP narkotika ini hanya memuat satu macam sediaan
untuk satu lembarnya dan memuat nama APA, alamat rumah, nomor SIPA, dan
tanda tangan APA sebagai pemesan. Pengadaan psikotropika menggunakan SP
khusus psikotropika, SP ini rangkap dua yang berisi nama dan alamat APA,
perusahaan/PBF yang dituju dan alamatnya, jenis psikotropika yang dipesan.
Untuk satu lembar SP dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu jenis
psikotropika

2.5.3.2 Perencanaan Selanjutnya


Untuk pemasanan perbekalan apotek baik obat maupun alat kesehatan Apotek
Anza dilakukan sendiri oleh APA dan dibantu oleh TTK dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Buku defecta (buku barang habis) yang berisi daftar nama obat yang habis atau
hampir habis.
2. Satuan kemasan dan harga pada PBF.

37
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

3. Menyesuaikan keuangan apotek dengan jumlah dan jenis obat yang dipesan.
Pemesanan obat-obat dapat dilakukan setiap hari. Obat-obat OTC yang tidak
laku dalam jangka waktu 3 tahun (dead moving) tidak dipesan lagi.

Pemesanan obat dapat digolongkan menjadi :


1. Obat-obat non narkotika, non psikotropika, dan alkes
Pemesanan dilakukan dengan surat pesanan (SP) rangkap 2 meliputi nama dan
alamat apotek, tanggal pemesanan, nomor urut SP, nama dan alamat PBF, jenis,
bentuk sediaan dan jumlah obat yang dipesan. SP ditanda tangani oleh APA
dan diberi stempel apotek. Lembar pertama SP untuk PBF dan lembar kedua
SP untuk apotek. Jika pemesanan dilakukan melalui telepon, maka SP akan
diberikan pada waktu pengiriman barang atau diambil oleh seles PBF yang
bersangkutan.
2. Obat psikotropika
Pemesanan obat golongan psikotropika menggunakan surat pesanan (SP)
khusus rangkap 2 lembar meliputi nama dan alamat apotek, tanggal pemesanan,
nomor urut SP, nama dan alamat PBF, jenis, bentuk sediaan dan jumlah obat
yang dipesan. SP ditanda tangani oleh APA dan diberi stempel apotek. Lembar
pertama SP untuk PBF dan lembar kedua SP untuk disimpan di apotek.
3. Obat narkotika
Pemesanan obat golongan narkotika menggunakan surat pesanan (SP) khusus
narkotika. Satu formulir SP hanya untuk satu item narkotika. SP narkotika
rangkap 4 lembar meliputi nama dan alamat apotek, tanggal pemesanan, nomor
urut SP, nama dan alamat PBF, jenis, bentuk sediaan dan jumlah obat yang
dipesan. SP ditanda tangani oleh APA dan diberi stempel apotek. Tiga lembar
SP untuk PBF dan satu lembar SP untuk disimpan di apotek

2.5.3.3 Prosedur Pengadaan


Pengadaan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
a Pemesanan dilakukan pada distributor (PBF) yang legalitasnya telah diketahui.
Dilihat juga kelengkapan/ketersediaan obat, mutu dan legalitas obat, sistem
pembayarannya (tunai atau kredit), serta jangka waktu pembayarannya.

38
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

b Mengadakan kerja sama dengan apotek lain dalam hal pengadaan perbekalan
farmasi. Hal ini untuk mengantisipasi jika ada kekosongan barang/obat tetapi
masih ada permintaan dan untuk perbekalan farmasi yang permintaannya
jarang sehingga membutuhkan persediaan yang sedikit.
c Membuka konsinyasi dengan perusahaan-perusahaan yang biasanya
mengeluarkan produk-produk baru, misalnya produk madu, teh, dan makanan
suplemen lain.
Prosedur pengadaan perbekalan farmasi Apotek Anza yaitu :
a Memeriksa obat yang sudah habis atau tinggal sedikit (diketahui melalui
pengamatan visual atau dari kartu stok pada setiap obat), dicatat di buku daftar
obat habis dan dilihat bagaimana mobilitas obat tersebut (termasuk
fast/slow/dead moving product)
b Melakukan pemeriksaan pembelian obat tersebut dari PBF mana beserta satuan
kemasan dan harganya untuk memperkirakan harga pembelian dan PBF yang
akan dihubungi.
c Menyesuaikan dengan keuangan apotek untuk menentukan prioritas dan
jumlah pemesanan.
d Menentukan pesanan obat yang meliputi jenis obat (termasuk di dalamnya
bentuk sediaan dan dosis), jumlah obat, dan nama PBF yang dituju.

e Menulis di blanko Surat Pesanan (SP) :

Surat Pesanan obat dan alat kesehatan


a. Dibuat rangkap dua (masing-masing untuk PBF dan arsip apotek)
b. Nomer urut SP yang telah tercetak di buku SP berguna untuk memudahkan
pemeriksaan kembali SP yang telah kita berikan pada PBF bila terjadi
masalah.
c. Ditulis nama dan alamat PBF, jenis dan jumlah obat yang dipesan.

Surat Pesanan Narkotika


a. Diperoleh dari PBF Kimia Farma, dibuat rangkap empat (tiga untuk PBF
Kimia Farma dan satu untuk arsip apotek)
b. Ditulis nomor urut lembar SP, nama, alamat dan jabatan APA sebagai
pemesan, jenis dan jumlah yang dipesan serta tujuan penggunaan.

39
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

c. Satu lembar SP hanya dapat digunakan untuk memesan satu jenis Narkotika.

Surat Pesanan Psikotropika


a. Dibuat rangkap dua (masing-masing untuk PBF dan arsip apotek)
b. Ditulis Nomor urut lembar SP, nama, alamat dan jabatan APA sebagai
pemesan, nama dan alamat PBF, jenis dan jumlah yang dipesan.
c. Satu lembar SP dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu jenis
psiktropika (dengan catatan PBFnya sama)
d. SP ditandatangani oleh APA dan diberi stempel apotek
Pemesanan dapat dilakukan melalui sales PBF yang datang setiap hari ke apotek
atau dengan menelpon PBF yang bersangkutan.

2.5.3.4 Prosedur Penerimaan


Prosedur penerimaan perbekalan farmasi di Apotek Anza yaitu:
1. Diperiksa keabsahan faktur meliputi :
a. Nama, alamat, dan nomor telepon PBF
b. Tanda tangan penanggung jawab PBF
c. Stempel PBF
Bila tidak ada maka dikembalikan
2. Dicocokkan antara SP dengan faktur meliputi
a. Nama PBF
b. Jenis obat yang dipesan
c. Jumlah obat yang dipesan
d. Harga obat yang dipesan
Bila tidak sesuai, ditanyakan kepada kurir yang membawa barang/obat dan
harus disesuaikan.
3. Dicocokkan antara isi faktur dan perbekalan farmasi yang datang meliputi :
a. Jenis perbekalan farmasi yang dipesan
b. Jumlah perbekalan farmasi yang dipesan
c. Nomor batch
d. Tanggal Kadaluarsa
e. Kemasan

40
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

f. Bentuk sediaan
g. Kekuatan
Bila jenis, jumlah, bentuk sediaan, kekuatan, kemasan, tanggal kadaluarsa dan
nomor batch perbekalan farmasi tidak sama dengan yang tercantum pada faktur,
maka dikembalikan dan ditukar sesuai yang tertera pada faktur dan SP.
4. Perbekalan farmasi diperiksa kondisi fisiknya antara lain :
a. Wadahnya harus baik dan tertutup rapat
b. Kondisi sediaan tidak rusak (bentuk, warna, bau)
c. Tanggal kadaluarsa masih jauh
Bila rusak atau tanggal kadaluarsa sudah dekat, dikembalikan kepada PBF atau
ditukar.
5. Setelah pemeriksaan dan pencocokan selesai, faktur ditandatangani pihak
apotek dan diberi stempel apotek.

2.5.3.5 Prosedur Pembayaran


Prosedur pembayaran obat di Apotek Anza dapat dilakukan dengan dua
cara sebagai berikut :
A. Pembayaran secara tunai (Cash on Delivery)
a. Pihak PBF mengirim barang ke apotek dan dilakukan pemeriksaan barang
sesuai prosedur penerimaan barang yaitu jika barang sudah sesuai pesanan,
dapat dilakukan pembayaran dan jika tidak sesuai pesanan, dikonfirmasi
ke pengirim atau retur.
b. Setelah pembayaran, faktur asli yang ditandatangani pihak PBF dan
salinannya akan langsung diberikan kepada penerima barang di apotek.
B. Pembayaran secara kredit
a. Pihak PBF mengirim barang ke apotek dan dilakukan pemeriksaan barang
sesuai prosedur penerimaan barang yaitu :
i. Jika barang sudah sesuai pesanan, faktur ditandatangani petugas
penerima dan diberi stempel apotek. Faktur asli dibawa oleh PBF,
apotek membawa faktur copy, catat nomor faktur, dan jumlah yang
harus dibayar pada buku pembelian, kemudian faktur copy tersebut

41
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

disimpan pada order faktur pembelian sesuai dengan bulannya dan urut
seperti pada urutan buku pembelian.
ii. jika tidak sesuai pesanan, dikonfirmasi ke pengirim atau retur.
b. Beberapa hari sebelum waktu jatuh tempo pembayaran, PBF akan datang
ke apotek, selanjutnya:
i. Faktur asli diserahkan kepada apotek
ii. Apotek membuat tanda terima faktur (rangkap dua) yang
ditandatangani apoteker dan diberi stempel apotek. Tanda terima faktur
asli diserahkan kepada PBF sebagai bukti penagihan kepada apotek
pada waktu jatuh tempo. Jika pada faktur terdapat CN (Credit Nota),
yaitu barang dikembalikan (misalnya karena tidak sesuai pesanan)
maka tanda terima faktur harus dilakukan penyesuaian jumlah uang
yang harus dibayarkan ke PBF. Sedangkan salinan tanda terima faktur
disatukan dengan faktur asli untuk diarsip pada buku kas keluar dan
faktur asli disimpan pada order kas keluar sesuai dengan bulannya.
Semua bukti-bukti pembukuan (faktur copy dan asli, kwitansi, nota dll)
disimpan selama 10 tahun.
c. Pada tanggal pembayaran yang telah disepakati, tagihan dibayarkan apotek
kepada petugas PBF yang datang ke apotek. Tanda terima faktur asli
diserahkan kembali ke apotek. Pada faktur asli diberi tanda lunas serta
tanda tangan dan nama terang petugas PBF, dan disimpan kembali sebagai
arsip apotek.

2.5.3.6 Pengembalia Barang (Retur)


Retur adalah proses pengembalian barang dari apotek kepada PBF karena
suatu hal. Alasan dilakukan retur antara lain:
1. Obat mendekati waktu kadaluarsa
2. Produk rusak baik stabilitas sediaan maupun kondisi kemasan
3. Instruksi pemerintah/ industri farmasi tentang penarikan pesanan
4. Jumlah obat yang diterima dan banyaknya tidak sesuai pesanan
Pada umumnya retur dilakukan karena barang telah kadaluarsa atau rusak.
1. Karena kadaluarsa

42
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Persyaratan PBF untuk menerima retur dari apotek berbeda-beda, antara


lain pengembalian bulan kadaluarsa; 1,2,3 atau 5 bulan sebelum
kadaluarsa; harus 1 dos penuh; No. Batch sama, menyertakan surat
pengantar retur, dan melampirkan salinan faktur pembelian. Kemudian
PBF dapat menukar obat dengan obat sejenis yang memiliki waktu
kadaluarsa panjang atau memotong tagihan dengan nota retur. Namun,
adapula beberapa PBF yang tidak menerima retur barang.
2. Karena rusak
Ketika obat yang dipesan datang, dilakukan pemeriksaan fisik obat. Jika
obat/kemasan obat rusak, maka pada faktur (disamping nama obat yang
rusak) diberi tanda ”retur” dan tanda tangan sales pengirim.
Pengembalian obat karena rusak akan diganti dengan obat sejenis atau
potong tagihan dengan nota retur.

2.5.3.7 Perencanaan Penataan dan Penyimpanan Perbekalan Farmasi


Penataan perbekalan farmasi merupakan faktor penentu kelancaran kegiatan
operasional di apotek. Adapun maksud dan tujuan penataan dan penyimpanan di
apotek adalah :
1. Penggunaan ruang yang optimum dari ruang yang tersedia
2. Mengurangi kehilangan waktu dan energi karena gerak selama pelayanan
3. Memudahkan pekerjaan dan pengambilan barang
4. Memberikan kenyamanan kepada pasien/klien
5. Mengurangi biaya pemeliharaan
6. Untuk menjamin stabilitas obat.
Penataan dan penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Anza diatur dan
dikelola berdasarkan :
1. Penggolongan obat
a. Obat bebas, bebas terbatas, obat tradisional, kosmetika, beberapa alat
kesehatan dan PKRT diletakkan pada etalase di bagian depan apotek agar
konsumen bebas memilih sesuai keinginannya. Penataannya dilakukan
berdasarkan bentuk sediaan, kelas terapi, dan alfabetis. Layout

43
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

diusahakan seefektif mungkin untuk menarik perhatian konsumen dan


mempermudah pengambilan produk.
b. Obat keras baik generik maupun non generik diletakkan pada lemari
pelayanan di ruang peracikan. Bentuk dan ketinggian lemari dirancang
sesuai dengan kapasitas personel apotek. Penataan dibedakan atas bentuk
sediaan dan alfabetis. Sedangkan untuk obat-obat yang memiliki resiko
tinggi dan indeks terapinya sempit, penyimpanannya disendirikan
berdasarkan kelas terapi kemudian disusun menurut abjad.
c. Obat narkotika dan psikotropika masing-masing diletakkan pada lemari
khusus berukuran 100 x 80 x 40 cm dengan 2 lapis pintu dan dengan dua
kunci yang berbeda. Pintu pertama sebagai lemari pelayanan dan pintu
kedua sebagai gudang. Lemari diletakkan didalam ruang peracikan dalam
kondisi terkunci pada tempat yang tidak terlihat umum dan tidak mudah
dipindahkan.
2. Bentuk sediaan
 Likuida : obat dalam (sirup, elixir, suspensi, emulsi, dry Syrup, dan
obat luar (tetes mata, inhaler)
 Semisolida : salep, krim, gel, ointment
 Solida : tablet, kaplet, kapsul
3. Kelas terapi
Tujuan penataan ini adalah untuk menghindari kesalahan pengambilan obat
karena nama maupun kemasan yang hampir sama, selain itu juga untuk
memudahkan pemilihan obat jika terjadi substitusi terapetik. Untuk obat - obat
yang beresiko tinggi yaitu yang mempunyai indeks terapi sempit seperti
antihipertensi, obat jantung, dan antidiabetes, penataannya disendirikan
berdasarkan kelas terapinya, kemudian disusun secara alfabetis.
4. Penyimpanan khusus (di lemari pendingin)
Di dalam lemari pendingin disimpan sediaan yang tidak stabil pada suhu
kamar atau membutuhkan suhu penyimpanan yang rendah, antara lain
suppositoria, ovula, tablet penicilin dengan asam klavulanat, sediaan dengan
bakteri Lacto bacillus, tablet salut gula dan selaput, sirup, dan lain-lain.

44
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

5. Metode FEFO
Metode First Expired First Out (FEFO) yaitu obat yang waktu kadaluarsanya
lebih pendek dikeluarkan terlebih dahulu, hal ini untuk menghindari obat
kadaluarsa sebelum laku..
6. Alfabetis
Penataan dan penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya setelah ditata
berdasarkan bentuk sediaan kemudian ditata secara alfabetis sehingga
memudahkan pengambilan. Untuk obat-obat yang memiliki indeks terapi sempit
dan beresiko tinggi apabila tertukar seperti obat diabetes mellitus, antihipertensi,
dan jantung penyimpanannya dikelompokkan berdasarkan kelas terapi lalu
disusun menurut alfabetis.
Dengan sistem penataan seperti ini, diharapkan akan lebih memudahkan
pemilihan obat yang sesuai dengan kebutuhan, serta menghindari kesalahan
pemberian obat yang dapat berakibat fatal.
Penataan dan penyimpanan sediaan farmasi juga harus memperhatikan
faktor lingkungan untuk menjaga stabilitas obat. Faktor lingkungan yang
diperhatikan dalam penataaan dan penyimpanan obat adalah sinar matahari, suhu,
dan kelembaban. Diusahakan obat-obat tidak terkena sinar matahari langsung,
suhu dijaga dengan sirkulasi yang cukup, dan lemari penyimpanan dijauhkan dari
kamar mandi karena kelembaban yang relatif tinggi di sekitar kamar mandi.

2.5.3 Administrasi dan Pelaporan


2.5.3.1 Administrasi Apotek Anza
Administrasi yang lengkap dan detail akan membantu dalam ketertiban dan
keteraturan dalam pelaksanaan kegiatan, Apotek Anza menerapkan sistem
administrasi dengan melakukan pencatatan yang meliputi:

1. Pencatatan persediaan
Pencatatan sediaan farmasi meliputi pencatatan pada kartu stok gudang dan
pencatatan pada kartu stok apotek di lemari peracikan ataupun etalase.
Prosedur pencatatan sediaan farmasi :

45
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

a. Dilakukan pencatatan pada kartu stok gudang untuk sediaan farmasi


yang baru datang meliputi nama PBF, tanggal kadaluarsa, nomor batch,
satuan kemasan, harga satuan, jumlah persediaan, jumlah pengeluaran ke
lemari, sisa dan paraf pengarsip. Untuk obat-obat narkotika dan
psikotropika disimpan dilemari khusus, yang terdiri dari dua pintu
dipisahkan antara stok gudang dan stok harian.
b. Dilakukan pencatatan pada kartu stok apotek untuk obat yang
dimasukkan, tanggal pemasukan obat serta jumlah stok pada lemari obat.
Setiap pengeluaran sediaan farmasi dari etalase/lemari peracikan
dilakukan pencatatan pada kartu stok apotek sehingga setiap saat dapat
dipantau jumlah yang keluar dan jumlah yang masih ada.
c. Dilakukan pencatatan stok di software apotek untuk sediaan farmasi yang
baru datang meliputi nama PBF, tanggal kadaluarsa, nomor batch, satuan
kemasan, harga satuan dan jumlah persediaan begitu pula dilakukan saat
terdapat pengeluaran obat atau alat kesehatan.
2. Pencatatan pada buku defecta (buku barang habis)
Pencatatan sediaan farmasi yang habis, tidak ada atau stok tinggal sedikit
dilakukan pada buku defecta sehingga memudahkan pengecekan perbekalan
farmasi yang harus dipesan pada pihak PBF. Pencatatan dilakukan setiap
setiap hari sebelum apotek tutup. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya stock-out (barang habis saat ada permintaan).
3. Buku Pembelian
Buku pembelian digunakan untuk mencatat obat-obat yang dibeli di PBF
secara kredit. Pencatatan pada buku pembelian meliputi pencatatan obat
yang datang, nomor faktur, nominal pembelian. Catatan diarsip dalam buku
tersendiri yang dikelompokkan menurut bulan pembelian.
4. Pencatatan tanggal kadaluarsa
Pencatatan ini dilakukan pada buku tersendiri. Dibuat pengelompokan
berdasar bulan dan tahun kadaluarsa masing-masing item sediaan farmasi
yang masih ada.
5. Pencatatan penjualan harian

46
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Pencatatan penjualan harian dilakukan pada buku tersendiri, kemudian


direkap kembali dengan pencatatan pada komputer, dipisahkan antara file
penjualan untuk non resep (misalnya obat wajib apotek, alat kesehatan,
kosmetik, obat tradisional, obat bebas dan obat bebas terbatas tanpa resep
dan komoditi lainnya) dan file penjualan dengan resep dokter.
6. Pencatatan narkotika dan psikotropika
Tiap pengeluaran obat narkotika dan psikotropika harus dicatat dalam
catatan pengeluaran narkotika dan psikotropika berisi tanggal, nomor resep,
nama dan alamat pasien, nama dan alamat dokter pemberi resep, jumlah
serta sisa yang ada dipersediaan. Hal ini untuk memudahkan pengawasan
dan pelaporan pemakaian narkotika/psikotropika tiap bulannya.
7. Buku Kas Keluar dan Buku Kas Masuk
Pencatatan keuangan di apotek meliputi pengeluaran kas, pemasukan kas,
serta pembelian. Pengeluaran kas meliputi pengadaan obat secara tunai dan
kredit, biaya-biaya (listrik, air, telepon, gaji karyawan, perlengkapan apotek,
dan lain-lain). Semua bukti pengeluaran diarsipkan dan pengeluaran total
dijumlah tiap bulannya. Pemasukan kas meliputi penjualan obat dengan
resep dan non resep, penjualan alat kesehatan, dan komoditas lainnya. Tiap
hari transaksi yang terjadi serta jumlah uang yang masuk dan yang ada
dicatat dalam buku tersendiri, kemudian setiap bulannya dipindahkan ke
dalam buku penerimaan kas.
8. Pencatatan pengobatan pasien (PMR/Patient Medication Record)
Data masukan berasal dari pencatatan penjualan yang meliputi data pasien,
tanggal penjualan, nomor resep, keterangan dokter, nama obat, dan aturan
pakai. PMR di Apotek Anza menggunakan sistem satu kartu, yaitu buku
rekam pengobatan pasienuntuk disimpan di apotek. Jika pasien sudah mulai
berlangganan bisa dilakukan sistem 2 kartu PMR

9. Pencatatan lain-lain
 Nota, digunakan sebagai bukti untuk penjualan tanpa resep.
 Tanda terima faktur, digunakan sebagai tanda terima penerimaan obat
PBF.

47
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

 Kuitansi, digunakan untuk bukti penjualan dengan resep.


 Turunan resep, diberikan pada pasien yang membeli resep sebagian atau
apabila ada permintaan dari pasien.
 Etiket, digunakan dalam pelayanan resep untuk memberikan keterangan
bagi pasien terhadap obat yang diserahkan, berisi informasi pemakaian
obat, nama pasien, tanggal, dan nomor resep.
 Lembar informasi, digunakan untuk memberikan informasi tertulis
tentang cara pemakaian obat serta hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
pasien selama terapi obat.
Pengelolaan keuangan dilakukan dengan melihat setiap pencatatan dalam
laporan keuangan harian dan bulanan. Pengeluaran keuangan harus disertai
tanda bukti transaksi seperti nota sehingga proses administrasinya teratur dan
benar.

2.5.3.2 Pemeliharaan
Agar dapat menghindari adanya kerusakan, kadaluwarsa, maupun hilangnya obat

maka dalam pemeliharaan obat maupun alat kesehatan, apoteker bertanggung jawab

dalam mengontrol keadaan penyimpanan obat dan batas expired date dari perbekalan

farmasi yang ada di Apotek Anza. Hal tersebut dapat dikontrol dengan menggunakan

kartu stok yang diperiksa setiap hari di Apotek, buku expired date, serta melakukan stock

opname yang dilakukan satu tahun sekali.

2.5.3.3 Penghapusan
Penghapusan/pemusnahan obat-obatan adalah salah satu tugas dari Apoteker
Penanggungjawab Apotek (APA). Pemusnahan akan dilakukan apabila terdapat obat
yang rusak atau kadaluwarsa. Pemusnahan obat dilakukan berdasarkan. Standard
Operating Procedure (SOP) yang akan dibuat, yaitu untuk obat narkotika dan
psikotropika serta untuk obat-obat golongan lain (obat bebas, obat bebas terbatas, obat
keras, obat wajib apotek, dan obat tradisional) serta alat kesehatan.

48
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

2.5.3.4 Pelaporan
Pelaporan digunakan untuk obat narkotika dan psikotropika yang dilakukan tiap
bulan sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya dengan menggunakan form
software SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Pelaporan ini
dibuat secara online untuk Menteri Kesehatan RI, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur, dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri. Hasil
pencetakan SIPNAP tersebut kemudia dicetak dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Kediri dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM Surabaya,
serta satu rangkap digunakan sebagai arsip Apotek Anza.
Selain pelaporan narkotika dan psikotropika, pelaporan Pajak Penghasilan
(PPh) apotek dilakukan setiap bulan menggunakan SSP (Surat Setoran Pajak) dari
kantor pajak dengan dasarnya perhitungan laba/rugi tahun sebelumnya.
Pembayaran dilakukan di kantor pos/bank yang ditunjuk paling lambat tanggal 15
di bulan berikutnya dan bukti setor dari bank dilaporkan ke kantor pajak paling
lambat tanggal 20 ( apabila telat membayar akan dikenai denda, biasanya
bunga/hari dan apabila telat lapor, dikenai sanksi dalam jumlah tertentu).

2.6 Rencana Pengembangan


Untuk berjalannya sebuah apotek secara berkesinambungan dibutuhkan
perencanaan antisipasi masalah yang dapat muncul, sehingga apotek beserta
orang-orang di dalamnya siap dan mempunyai solusi untuk setiap masalah yang
mungkin muncul dengan menggunakan 3 komponen yaitu, regulasi, edukasi, dan
manajerial. Regulasi berarti membuat suatu aturan untuk dijalankan. Edukasi
dengan meningkatkan pengetahuan kepada personel apotek. Manajerial dengan
melakukan penataan pengembangan apotek.

2.6.1 Sumber Daya Manusia


Pada awal pembukaan apotek, sumber daya manusia yang sudah dimiliki
yaitu seorang APA, seorang APING dan 2 orang. Apotek Anza akan
meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan personel, bila perlu maka
sumberdaya apotek akan dikirim untuk mengikuti training. Satu tahun apotek
dibuka, akan diadakan review untuk melihat apakah apotek memerlukan tambahan

49
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

SDM baru atau tidak. Rencana kedepan Apotek Anza akan menambahkan
seorang juru resep sebagai SDM baru.

2.6.2 Manajemen
Evaluasi terhadap kegiatan apotek akan dilakukan setiap akhir bulan untuk
mengevaluasi kinerja apotek dan SDM yang berperan di dalamnya. Evaluasi
tersebut dilakukan untuk mengetahui kekurangan apotek yang harus diperbaiki
untuk meningkatkan pelayanan di apotek serta meningkatkan kepuasan konsumen.
Pengembangan yang dilakukan Apotek Anza salah satunya adalah prosedur
standar operasional. Dengan pengalaman sebelumnya, maka perlu dilakukan
pembaharuan SOP untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan baik
untuk resep, non resep maupun pelayanan swamedikasi. Selain itu diperlukan juga
upaya melengkapi variasi obat, alkes, kosmetik, dan PKRT yang disediakan
sehingga dapat meningkatkan pendapatan apotek khususnya penjualan produk
OTC.

2.6.3 Layanan
Pelayanan yang diberikan di Apotek Anza terdiri dari dua yaitu, pelayanan
resep dan pelayanan non-resep. Pelayanan resep dapat dilakukan dengan datang
langsung ke apotek untuk menebus resep atau melalui telepon dan media sosial
dengan mengirimkan foto resep dan kemudian obat dapat diantarkan ke rumah
pasien. Kegiatan assesment dan pemberian informasi dapat dilakukan melalui
telepon atau melalui media sosial tersebut. Obat yang tertulis di resep kemudian
diantarkan oleh AA disertai lembar informasi seputar obat yang didalamnya juga
terdapat kontak apoteker untuk menanyakan jika ada yang kurang jelas mengenai
informasi yang tertera di lembar informasi, selain itu juga disertai kwitansi
pembayaran. Resep akan diminta oleh AA ketika mengantar obat dan kemudian
resep disimpan oleh apotek sebagai arsip. Pelayanan non-resep juga dapat
dilakukan dengan datang langsung ke apotek atau melalui telepon dan media
sosial. Assesment dan pemberian informai dapat dilakukan seperti pelayan resep
antar dan selain juga diberikan lembar informasi dan nota pembelian untuk pasien.

50
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Pembayaran dapat dilakukan melalui AA yang mengantar obat sesuaidengan yang


tercantum di kwitansi/nota.
Pelayanan di Apotek Anza tidak hanya melayani pembelian obat dan
perbekalan farmasi dengan resep dokter atau non resep, tetapi apotek juga
melakukan pelayanan jasa yaitu komunikasi, informasi dan edukasi berdasarkan
konsep asuhan kefarmasian yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup
pasien. Selain itu terdapat PMR di apotek, PMR disimpan oleh apotek dan
disimpan satu oleh pasien sehingga mempermudah mengetahui riwayat
pengobatan apabila pasien tidak dapat mengambil obat di Apotek Anza. Patient
Medication Record (PMR) dilakukan untuk tiap pasien yang datang dengan
pengobatan jangka panjang dan penyakit kronis atau penyakit degeneratif sebagai
contoh penyakit Diabtes Melitus serta memiliki riwayat alergi. Sedangkan untuk
pelayanan home care dapat dilakukan untuk pasien yang menginginkan dengan
kriteria pasien yang membutuhkan pengobatan jangka panjang atau dengan
penyakit kronis yang rumahnya terletak radius 5 km dari apotek.

51
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN OPERASIONAL
PRAKTEK PELAYANAN

3.1 Skema Konseptual


3.1.1 Pelayanan Obat dengan Resep dan Salinan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Salinan resep
merupakan resep yang disalin dalam blanko salinan resep dan tidak berupa
fotokopi, salinan resep juga diperlakukan sama dengan resep asli dari dokter.
Segala hal yang menyangkut legalitas dalam salinan resep juga diperlakukan sama
dengan resep. Prosedur pelayanan resep dan salinan resep di apotek Anza
berdasarkan PMK no 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek adalah sebagai berikut:

3.1.1.1 Penerimaan Resep


Hal pertama yang dilakukan ketika pasien datang dengan membawa resep
untuk ditebus adalah menerima resep tersebut dan melakukan pengkajian resep
dengan langkah-langkah yaitu sebgai berikut:
1. Kajian administratif yang meliputi:
 Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan
 Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat,nomor telepon dan
paraf
 Tanggal penulian resep
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka apoteker
harus menghubungi dokter penulis resep dan melakukan konfrimasi kepada
pasien.
2. Kajian kesesuaian farmasetik yang meliputi:
 Bentuk dan kekuatan sediaan
 Stabilitas
 Kompatibilitas (ketercampuran obat)

52
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Setalah dilakukan pengkajian pengkajian kesesuaian farmasetik


langkah selanjutnya adalah melihat ketersedian obat yang tertulis di resep.
Jika obat yang diminta tidak ada maka dapat menawarkan obat lain kepada
pasien baik obat generik maupun obat paten yang memiliki bahan aktif sama
sesuai dengan persetujuan dokter dan pasien. Jika obat yang tersedia
jumlahnya kurang dari yang tertulis di resep makan dikonfrimasikan kepada
pasien apakah bersedia menerima dan diberikan salinan resep untuk
mengambil kekurangan obat atau dapat menebus resep di apotek lain. Jika
obat yang dibutuhkan tidak ada maka dapat dikonfirmasikan kepada pasien
untuk menunggu di apotek untuk apotek melakukan pengadaan dari apotek
lain atau pasien dapat menebus resep di apotek lain.
Ketika pasien memutuskan untuk mengambil obatnya, kemudian
apoteker akan menghitung total harga obat dan diberitahukan kepada pasien
berapa total harga yang arus di bayar. Apabila ternyata pasien tidak dapat
membeli semua obat yang dituliskan diresep, maka diberi alternatif yaitu
mengganti obat dengan obat generik atau obat lain yang memiliki bahan
aktif sama dengan harga yang lebih murah atas persetujuan pasien dan atau
dokter atau mengambil obat sesuai kemampuan pasien dengan memberikan
turunan resep sehingga sisa obat dapat dibeli kembali di apotek. Obat yang
terlebih dahulu dapat ditebus oleh pasien disesuaikan dengan terapi mana
yang harus didahulukan untuk pasien. Pasien juga harus diingatkan untuk
segera menebus turunan resep di apotek segera sebelum obat yang habis.
Setelah pasien setuju dengan harga yang diberikan maka dilakukan langkah
selanjutnya.
3. Pertimbangan klinis yang meliputi:
 Ketepatan indikasi dan dosis obat
 Aturan, cara dan lama penggunaan obat
 Duplikasi dan / atau polifarmasi
 Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi
klinis lain)
 Kontra indikasi dan interaksi obat

53
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Pertimbangan klinis dapat dilakukan ketika apoteker mengetahui


keluhan dan keadaan pasien pada saat itu. Untuk mengetahui hal tersebut
maka perlu dilakukan patient assesment yang dapat dilakukan dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada pasien melalui metode Three
Prime Question sebagai langkah awal, yaitu:
1. Apa yang disampaikan dokter tentang obat Anda?
2. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat Anda?
3. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah
Anda menerima terapi obat tersebut?
Kemudian dapat dilakukan penggalian informasi lebih lanjut dengan
memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah
penggunaan obat. Setelah selesai dilakukan patient assesment maka pasien
diberikan nomor antrian dan dipersilhakan menunggu menunggu obatnya
disiapkan di ruang tunggu.

3.1.1.2 Dispensing
Setelah melakukan tahappengkajian resep langkah selanjutnya adalah
melakukan dispensing yang terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
infromasi obat.
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep
Penyiapan obat dapat dilakukan oleh apoteker/AA, dimulai dengan
pengambilan obat di rak sesuai dengan yang tertulis di resep dan menuliskan
kartu stok serta kemudian dilakukan pemberian etiket untuk resep obat jadi
dan dilanjutkan dengan peracikan untuk obat yang membutuhkan peracikan.
2. Melakukan peracikan obat yang diperlukan
Peracikan obat juga dapat dilakukan oleh apoteker/AA. Sebelum dilakukan
peracikan maka perlu dilakukan kembali pengecekan terhadap jumlah obat
dan perhitungan dosis untuk pasien. Selain itu juga meneliti kembali apakah
obat-obat yang masuk dalam peracikan sudah inkompatibel dan sesuai.
3. Penyiapan etiket dan penandaan khusus serta kemasan
Setelah obat siap, kemudian obat dimasukkan kedalam kemasan yang sesuai
dan rapi. Etiket terdiri dari dua yaitu etiket putih (untuk obat yang masuk

54
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

kedalaam saluran cerna) dan etiket biru (untuk obat luar). Etiket yang jelas
diberikan di kemasan obat dengan menggunakan blangko etiket yang
didalamnya terdapat kop apotek dan identitas apoteker, tanggal resep, no
resep, nama pasien, cara pemakaian, penandaan obat luar (etiket biru) dan
paraf apoteker. Beberapa penandaan lain yang perlu ditambahkan misalnya
label “kocok dahulu” untuk sediaan suspensi.
4. Pembuatan salinan resep dan bukti bayar (nota/kuitansi)
Pembuatan salinan resep dilakukan jika obat tidak diambil seluruhnya dan
salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker. Pembuatan kuitansi/nota
bagi pasien yang meminta disertai rincian obat dibaliknya.
5. Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan kepada pasien maka dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien dan etiket, cara penggunaan serta
jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep).
Kemudian, langkah-langkah penyerahan obat adalah sebagai berikut:
1. Memanggil nomor antrian pasien
2. Memeriksa ulang identitas dan nama pasien
3. Memastikan yang menerima obat adalah pasien dan keluarganya
4. Menyerahkan obat disertai pemberian infromasi obat
5. Memberitahukan infromasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang
terkait dengan obat antara lain manfaat obat, kemungkinan efek samping,
cara penyimpanan obat, terapi non-farmakologi dan lain-lain
6. Meminta umpan balik kepada pasien tentang informasi obat yang
diberikan untuk memastikan pasien telah paham dengan infromasi yang
diberikan
7. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik, mengingat kondisi pasien yang tidak sehat mungkin emosinya tidak
stabil.
6. Untuk obat yang menggunakan jasa pengriman ke rumah maka diberikan
lembar informasi untuk cara penggunaan obat dan beberapa informasi
penting mengenai obat, pada lembar informasi tersebut juga diberikan

55
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

nomor telepon apoteker jika pasien merasa ada yang belum jelas dan ingin
bertanya kepada apoteker.
7. Pencatatan Patient Medication Record (PMR)
Pencatatan dilakukan di blanko PMR yang meliputi nama pasien, jenis
kelamin, tanggal lahir, alamat, telepon, riwayat alergi, dan riwayat penyakit.
Di dalama lembar catatan pengobatan pasien tertulis tanggal kunjungan,
identitas dokter, tanggal resep, obat yang diresepkan beserta aturan pakai,
hasil assesment, follow up, dan paraf apoteker. Pencatatan dilakukan
sebanyak 2 rangkap untuk dibawa pasien dan disimpan sebagai arsip apotek.
Tidak semua pasien mendapatkan pelayanan pencatatan PMR, diantaranya
kriteria pasien yang mendapatkan pelayana PMR adalah sebagai berikut:
1. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis
2. Pasien yang mempunyai riwayat alergi terhadap obat
3. Pasien dengan polifarmasi
8. Menyimpan resep sebagai arsip apotek.

56
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

RESEP Tidak sah Resep tidak dilayani

Konsultasi
Pemeriksaaan Tidak ke dokter
keabsahan resep Tetap tidak jelas
jelas
Bertanya kepada pasien:
1. Keluhan
Sah 2. Informasi yang Pasien
disampaikan dokter disarankan
untuk kembali
ke dokter
Kajian resep:
1. Aspek administratif
2. Kesesuaian farmasetik
3. Pertimbangan klinis Jelas Cek ketersediaan obat

Tersedia Tersedia sebagian Tidak tersedia

1. Pasien diberi sebagian, sisa 1. Diganti dengan produk lain


kekurangan obat dicarikan ke dengan kandungan yang sama
apotek lain dan pasien dihubungi, (dengan persetujuan dokter
jika obat sudah tersedia penulis resep dan pasien)
2. Diambil hanya sebagian yang 2. Dipesankan ke PBF atau apotek
tersedia ( diberikan salinan resep) lain dan pasien akan dihubungi
jika obat telah datang

Penetapan harga
pembayaranan

Resep diberi nomor dan dilayani

Penyiapan obat

Pemeriksaan ulang

Penyerahan obat dan KIE

Gambar 3.1 Alur teknis pelayanan obat dengan resep dokter

57
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

3.1.2 Pelayanan Obat Non-resep/Swamedikasi


Menurut WHO, swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh
seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit. Kriteria obat
yang dapat diserahkan tanpa resep berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.919/MenKes/Per/X/1993 adalah:
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak
dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas usia 65 tahun
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidakmemberikan resiko pada
kelanjutan penyakit
3. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan
4. Penggunaanya diperlukan untuk penyakit yanh prevalensinya tinggi di
Indonesia
5. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dsapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Pelayanan obat tanpa resep hanya dapat dilakukan pada obat-obat
golongan tertentu diantaranya adalah:
1. Obat bebas, yaitu obat yang boleh dibeli tanpa resep dokter dan ditandai
dengan label hijau pada kemasannya.
2. Obat bebas terbatas, yaitu obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter
dengan disertai peringatan dan ditandai dengan label biru pada
kemasannya.
3. Obat Wajib Apotek (OWA), yaitu obat keras yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter oleh apoteker di apotek.
Prosedur pelayanan swamedikasi di apotek adalah sebagai berikut:
 Pasien datang dengan keluhan
1. Melakukan assesment kepada pasien dengan metodeh WWHAM
W = Who is the patient (Siapa yang sakit)
Pertanyaan ini ditujukkan untuk mengetahui siapa yang sakit atau siapa
yang akan menggunakan obat tersebut. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan pemberian informasi yang akan diberikan, karena terdapat
perbedaan antara pemberian informasi langsung ke pasien dengan

58
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

pemberian informasi ke pihak ketiga (Blenkinsopp, 2009).


W = What are the symptoms (Apa saja gejala yang dirasakan)
Pertanyaan ini ditujukan untuk mempermudah pemilihan obat yang lebih
tepat untuk gejala (symptom) yang di derita oleh pasien. Oleh karena itu
kerjasama dari pasien diperlukan untuk menceritakan keluhan apa saja
yang sedang dirasakan oleh pasien (Blenkinsopp, 2009).
H = How long have the symptom been present (Sudah berapa lama
merasakan gejala tersebut)
Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui sudah berapa lama pasien
mengalami keluhan tersebut (Blenkinsopp, 2009).
A = Action been taken (Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi
gejala tersebut)
Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui tindakan apa saja yang telah
dilakukan pasien untuk mengatasi keluhannya serta hal apa saja yang
dapat meringankan atau memperberat keluhan tersebut. pertanyaan ini
ditujukan untuk mengetahui apakah pasien sudah minum obat untuk
mengatasi keluhan yang dirasakan, sehingga bisa dijadikan referensi untuk
memilih obat berikutnya (Blenkinsopp, 2009).
M = Medication being taken (Adakah obat lain yang sedang dikonsumsi)
Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui apakah pasien saat ini sedang
menggunakan obat lain karena dapat mempengaruhi pemilihan obat untuk
pasien (Blenkinsopp, 2009).
2. Memastikan bahwa keluhan tersebut layak untuk dilakukan pengobatan
sendiri atau harus dirujuk ke rumah sakit/ dokter.
3. Membantu pasien dalam memilih terapi yang sesuai untuk mengatasi
keluhannya baik terapi obat maupun terapi non-obat.
4. Apabila terapi dengan obat diperlukan, maka apoteker membantu dalam
memilih obat yang sesuai dengan kondisi pasien.
5. Memberikan informasi tentang beberapa obat yang dapat digunakan yaitu
meliputi nama dagang, kandungan bahan aktif, indikasi beserta harganya.
6. Memberikan informasi cara pemakaian, dosis, frekuensi, waktu
penggunaan, kemungkinan efek samping dan cara penyimpanan obat

59
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

kepada pasien.
7. Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan tersebut hanya dapat
dilakukan dalam waktu tertentu dan apabila terapi tidak menunjukkan
perbaikan maka pasien harus segera ke dokter.
 Pasien datang untuk membeli obat tertentu
Apabila ada pasien yang datang hendak membeli atau berkonsultasi
mengenai produk obat tertentu maka langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1. Apabila pasien sudah pernah menggunakan produk tersebut sebelumnya,
maka hal-hal yang perlu ditanyakan adalah:
 Keluhan apa yang akan diobati dengan obat tersebut
 Hasil terapi yang dirasakan oleh pasien setelah menggunakan obat
tersebut
 Menanyakan beberapa hal untuk mengidentifikasi terjadinya efek
samping yang terjadi atau reaksi alergi
 Apakah memerlukan informasi lain mengenai obat tersebut
 Apakah ada obat lain yang sedang digunakan
2. Apabila pasien belum pernah menggunakan obat-obat tersebut
sebelumnya, maka hal-hal yang perlu ditanyakan adalah:
 Keluhan apa yang akan diobati dengan obat tersebut
 Mengapa pasien memilih menggunakan obat tersebut
 Apakah pasien sudah mengetahui cara pemakaian obat tersebut
 Apakah ada obat lain yang sedang digunakan
 Memastikan bahwa keluhan tersebut dapat dilakukan pengobatan
sendiri atau harus dirujuk ke rumah sakit/dokter
3. Apabila jenis obat yang akan digunakan oleh pasien telah ditetapkan
maka:
 Apoteker atau asisten apoteker menginformasikan harganya dan
pasien membayar
 Obat tersebut pada kasir kemudian obat diambilkan dan diserahkan
kepada pasien disertai dengan pemberian informasi yang diperlukan.

60
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Pasien datang untuk membeli obat

Pasien meminta obat tertentu Pasien datang dengan keluhan

Responding to symptoms Responding to symptoms


1. Siapa yang sakit? 1. Siapa yang sakit ?
2. Apa gejala yang dirasakan ? 2. Apakah gejala yang dialami /sakitnya
3. Sudah berapa lama sakitnya? apa?
4. Mendapat info obat tersebut dari siapa? 3. Sudah berapa lama sakitnya?
5. Apakah sudah pernah menggunakan 4. Apakah ada obat yang sudah digunakan
obat tersebut sebelumnya? Hasil terapi untuk mengatasi keluhan tersebut?
yang dirasakan? 5. Apakah ada obat lain yang sedang
6. Apakah ada obat lain yang sedang digunakan?
digunakan? 6. Apakah ada riwayat alergi obat? Obat
7. Apakah ada riwayat alergi obat? Obat apa?
apa?

Tidak bisa diatasi Bisa diatasi dengan Bisa diatasi Tidak bisa diatasi
dengan swamedikasi dengan dengan
swamedikasi swamedikasi swamedikasi

Apoteker memilih beberapa


Obat yang Obat yang diminta
alternatif obat yang sesuai
diminta sesuai tidak sesuai/meminta
dan menginformasikan
obat yang tidak bisa
kepada pasien
dilayani tanpa resep
Permintaan obat
dilayani
Diberi penjelasan dan
Pasien memilih
diberikan alternatif obat
obat/dipilihkan oleh
lain yang sesuai
apoteker

Pasien bersedia dan Pasien tidak bersedia


memilih obat/dipilihkan
oleh apoteker
Tidak dilayani

Pembayaran obat Pengemasan, penyerahan Tidak ada


yang dibeli disertai informasi perbaikan setelah
minum obat

Saran pemeriksaan ke
Dokter/RS

Gambar 3.2 Alur teknis pelayanan obat tanpa resep dokter

61
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

3.1.3 Pelayanan Informasi dan KIE


Pelayanan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) diberikan oleh
apoteker kepada pasien yang membeli obat dengan atau tanpa resep. Hal ini
dilakukan untuk memastikan bahwa pasien telah menerima obat yang rasional,
aman, dan efektif serta pasien dapat menggunakan obat tersebut secara benar.
Pelayanan KIE yang dilakukan terhadap pasien meliputi penjelasan
mengenai macam nama obat, indikasi obat, cara penggunaan obat, efek samping
obat, kemungkinan adanya interaksi obat, efek samping obat beserta hal-hal yang
harus dilakukan, cara penyimpanan terutama untuk obat-obat yang memerlukan
penyimpanan pada kondisi khusus, serta pola hidup yang perlu dilakukan atau
dihindari selama pengobatan yang dapat mendukung keberhasilan terapi.
Pemberian informasi terutama diberikan kepada pasien dengan kriteria
sebagai berikut:
A. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau
ginjal, ibu hamil dan menyusui).
B. Pasien dengan terapi jangka panjang/ penyakit kronis (misalnya: TB, DM,
Hipertensi dan AIDS).
C. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
D. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit agar dapat
dihindari terjadinya intoksikasi.
E. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat untuk indikasi
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari
satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis
obat.
F. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.

62
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

3.2 Care Plan Diabetes Melitus


3.2.1 Pendahuluan
Care plan adalah keputusan dan tindakan profesi dalam merancang rencana
pedoman (patient focus) mengatasi DTP (drugs therapy problem) agar tercapai
goal of therapy, menyediakan panduan tertulis penggunaan obat yang benar dan
baik untuk penderita/keluarga, rencana monitoring penggunaan dan hasil-
dampaknya serta rencana menyiapkan strategi evaluasi dan tindakan lanjut jika
terjadi permasalahan yang timbul. Dalam hal ini akan dibahas care plan untuk
pasien dengan penyakit diabete melitu. Care plan adalah kompetensi mayor
Apoteker menunjukkan tingkat profesionalisme, peran dan tanggungjawabnya
dalam mengimplementasikan tiga paradigma :
1. Quality (menjamin sediaan aktif farmasi dan pilihan produk sediaan farmasi
yang pasti benar dan terbaik untuk diberikan/disampaikan kepada penderita)
2. Efficacy (menjamin sediaan aktif farmasi sampai pada target obat sehingga
efektif melalui informasi dan care plan)
3. Safety (menjamin aman sesuai kondisi penderita)

3.2.2 Input
Tugas yang didapatkan adalah resep untuk terapi diabetes melitus. Namun
tidak didapatkan resep yang baru sehingga menggunakan resep yang sudah
terarsip di apotek. Oleh karena itu, tidak berkesempatan untuk melakukan
assesment kepada pasien secara langsung. Berikut adalah resep penyakit diabetes
melitus yang ditebus di Apotek Putri Airlangga:

63
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

dr. Stw
503.xxx/15xx/I/P.DU/4xx.6.3/2012

Praktek: Tiap hari kerja:


Jl. Kalibutuh no. 56 Pagi: 06.00-09.00
Telp. (031) 5342345 Sore: 17.00-21.00
Surabaya

Surabaya, 25 – 1 – 2016

R/ Glimepirid 4 mg No. XXX


S 1 – 0 – 0 (ac)

R/ Metformin 500 mg No. IX


S 0 – 1 – 1 (ac)

Pro : Ny. Sprn


Alamat : Simorejosari A 6/ 88
No. HP : 085101331xxx

Gambar 3.3 Resep Input Care Plan

3.2.3 Tujuan Terapi


Penatalaksaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas
dan mortalitas DM yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama
yaitu menjaga agar kadar glukosa plasma dalam kisaran normal dan mencegah
atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes.

3.2.4 Data Pasien


Dilakukan pemeriksaan kelengkapan resep yang meliputi:
a. Identitas dokter
Nama dokter : dr. Stw
No. SIP : ada
Alamat Praktek : ada
No. Telp : ada
b. Identitas Pasien
Nama pasien : Ny. Sprn
Usia pasien : tidak ada

64
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Alamat : ada
No. Telp : ada
c. Kelengkapan resep
Tempta dan tanggal penulisan resep : 25 Januari 2016
Nama dan jumlah obat : ada
Bentuk sediaan obat : tidak ada
Aturan pakai : ada dan jelas
Keputusan : Resep diterima dan dilayani
Langkah pertama adalah mengecek ketersediaan obat yang diminta, lalu
menghitung harga seluruh obat yang diminta dalam resep. Selanjutnya melakukan
kesepakatan harga dengan pasien, bila pasien setuju dengan harga tersebut, maka
membayar ke kasir dan menerima nomor antrian

3.2.5 Assesment yang disampaikan


1. Apakah yang menebus resep adalah Ny. Sprn sendiri?
2. Apa yang disampaikan dokter terkait obat?
3. Apa yang dijelaskan dokter terkait cara pemakaian obat Anda?
4. Apa yang disampaikan dokter terkait harapan setelah pemakaian obat?
5. Keluhan apa yang dirasakan?
6. Barapa lama keluhan tersebut dirasakan?
7. Berapa nilai gula darah ketika terakhir melakukan cek gula darah?
8. Sebelumnya apakah sudah pernah mengkonsumsi obat ini?
9. Jika sudah pernah, bagaimana kepatuhan anda terkait pengkonsumsian
obat ini?
10. Apakah pernah terjadi gejala-gejala hipoglikemi (pusing, jantung berdebar
cepat, dan berkeringat dingin) selama mengkonsumsi obat ini?
11. Apakah ada penyakit penyerta yang lain?
12. Adakah obat lain yang juga sedang digunakan?
13. Apakah ada riwayat alergi terhadap obat?

65
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

3.2.6 Disease Factor


Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia (peningkatan kadar glukosa dalam darah) yang
ditandai dengan gangguan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya yang dapat
mengakibatkan kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan
berbagai organ seperti pada mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah
(ADA, 2012).

Klasifikasi Diabetes Melitus


Diabetes Melitus tipe 1 merupakan diabetes yang disebabkan karena
kerusakan sel beta dan kekurangan insulin secara absolut. Hal ini disebabkan
karena faktor autoimun (kekebalan tubuh) dan faktor idiopatik. Diabetes Melitus
tipe 1 terjadi sebelum usia 30 tahun namun tidak selalu demikian karena pada
semua usia dapat mengalami Diabetes Melitus tipe 1. Diabetes melitus tipe 1
dapat disebabkan karena faktor genetik, namun hanya 10-15% dari pasien yang
memiliki riwayat Diabetes Melitus tipe 1. Terapi yang digunakan ialah terapi
insulin. Pada Diabetes Melitus tipe 1 memiliki risiko terjadinya ketoasidosis
(Kennedy & Masharani, 2015).
Dibates Melitus tipe 2 adalah tipe diabetes yang ditandai dengan adanya
resistensi insulin dan berkurangnya sekresi insulin. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan faktor umur, obesitas, hipertensi, dislipidemia dan faktor genetik (Mc
Cance & Huether, 2014).
Diabetes Melitus gestasional adalah keadaaan diabetes yang timbul selama
masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya sementara. Keadaan ini terjadi
karena pembentukan hormon pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin
(Schwinghammer, 2015).

Faktor Resiko Diabetes Melitus


American Diabetes Association (2015) mengemukakan faktor risiko
diabetes melitus yaitu orang dengan riwayat keluarga diabetes (genetik), orang
yang kelebihan berat badan (obesitas), usia (orang di atas 45 tahun), yang tidak

66
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

olahraga rutin, orang dengan impaired glucose tolerance (IGT) dan/atau impaired
fasting glucose (IFG), orang orang dengan rendah kolesterol HDL atau tinggi
trigliserida, tekanan darah tinggi, ras etnis tertentu dan wanita yang pernah
mengalami diabetes gestasional, atau yang pernah melahirkan bayi dengan berat
lahir 9 pounds atau lebih (ADA, 2013).

Patofisiologi Diabetes Melitus


Pada dasarnya semua tipe diabetes merupakan akibat dari defisiensi relatif
aksi insulin dan tingkat gangguan metabolik dipengaruhi oleh seberapa besar
hilangnya aksi insulin. Defisiensi insulin pada tingkat ringan akan menyebabkan
jaringan yang peka insulin mengalami penurunan dalam membersihkan beban
glukosa sehingga mengakibatkan hiperglikemi postprandial namun glukosa puasa
normal. Hilangnya aksi insulin tersebut akan berlanjut dengan hiperglikemi
postprandial dan hiperglikami pada keadaan puasa.
Berbeda jika melihat penyakit diabetes melitus tipe 1 yang dimana sudah
tidak memiliki insulin endogen sehingga jika tidak mendapat terapi yang benar
dapat menyebabkan defisiensi insulin yang berat dan berlanjut pada keadaan
ketosis. Ketosis disebabkan karena adanya lipolisis maksimal akibat hiperglikemi,
lipolisis menghasilkan asam lemak yang akan dimetabolisme menjadi VLDL.
Pada kondisi diabetes, klirens VLDL menurun karena berkurangnya enzim
pemetabolisme akibat defisiensi berat insulin. Dengan penjelasan diatas maka
disimpulkan bahwa pada diabates melitus tipe 1 dan 2 adalah karena peningkatan
VLDL dan lipid dan klirensnya menurun (Suprapti dan Nilamsari, 2013).
Akibat berbagai ganggunan metabolisme diatas, maka diabetes melitus
dapat berkembang ke berbagai macam komplikasi mikrovaskular dan
makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular meliputi retinopati, nefroparti dan
nauropati, sedangkan komplikasi makrovaskular meliputi penyakit jantung
koroner, stroke dan penyakit vaskular perifer. Selain itu juga dapat terjadi
komplikasi akut yaitu ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non-ketotik, asidosis
laktat dan hipoglikemi yang biasanya disebabkan oleh tidak sesuainya waktu
minum obat dengan jadwal makan dan aktivitas (Suprapti dan Nilamsari, 2013).

67
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Diagnosa Diabetes Melitus

Tabel 3.1 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus (ADA, 2012).


Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) jika dilakukan pada sarana laboratorium yang
telah terstandardisasi dengan baik.
Atau
Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7.0 mmol/L). Puasa diartikan
pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
Atau
Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO
yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang
setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
Atau
Gejala klasik Diabetes Melitus + glukosa plasma acak ≥ 200 mg/dL (11,1
mmol/L) Glukosa plasma acak merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada
suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir

3.2.7 Drugs Factor


Terapi non-farmakologi
Terapi non-farmakologi dilakuan tanpa obat yaitu dengan pengaturan diet
yang baik dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat (60-70%),
protein (10-15%) dan lemak (20-25%) dan juga memperbanyak makanan yang
mengandung serat. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status
gizi,umur, stress akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk
mencapai dan mempertahankan berat badan yang ideal. Selain itu juga dianjurkan
kepada pasien diabetes untuk olahraga secara teratur. Pada prinsipnya, olahrga
yang dilakukan tidak perlu berat, cukup olahraga ringan namun teratur (Depkes RI,
2005).

Terapi Insulin
Terapi insulin merupakan terapi yang harus diberikan pada penderita
diabetes melitus tipe 1 karena sel-sel beta pankreas dari penderita rusak sehingga
tidak dapat lagi memproduksi insulin. Insulin juga digunakan pada penderita
diabetes melitus tipe 2 sebagai kombinasi dengan obat antidiabetes oral ketika
gula darah tidak terkontrol hanya denga terapi oral antidiabetes saja. Insulin
bekerja dengan membantu transpor glukosa dari darah ke dalam sel sehingga jika

68
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

insulin menurun maka glukosa akan banyak terdapat di darah dan tidak masuk ke
dalam sel sehingga sel kekurangan energi. Metabolisme karbohidrat, lipid maupun
protein juga sangat dipengaruhi oleh adanya insulin. Sedian insulin biasanya
diberikan secara injeksi subkutan yang terdiri dari berbagai macam sediaan yaitu
insulin masa kerja singkat atau insulin reguler, inulin masa kerja sedang, insulin
masa kerja sedang dengan mula kerja cepat, dan insulin masa kerja panjang
(Depkes RI, 2005).

Target Terapi Diabetes Melitus


Untuk mengetahui keberhasilan pengendalian Diabetes Melitus tipe 2
dapat digunakan nilai HbA1c , kadar glukosa darah, tekanan darah pasien, profil
lipid dan IMT (Indeks Massa Tubuh) (PERKENI, 2011).

Tabel 3.2 Target Pengendalian Diabetes Melitus.

Terapi Farmakologi
 Sulfonilurea
Golongan sulfonilurea dibagi menjadi 2 generasi, generasi pertama
adalah klorpropamid, tolazamid, dan tolbutamid. Ketiga obat dianggap
memiliki efektifitas yang sama meskipun ada perbedaan dalam sifat
farmakokinetika dan efek samping. Dan generasi kedua adalah glipizid,
glyburid (glibenklamid) dan glimipiride. Meskipun golongan sulfonilurea

69
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

generasi kedua lebih kuat 100 kali daripada generasi pertama namun tidak
lebih efektif secara klinis. Sulfonilurea generasi kedua memiliki kelebihan
yaitu efek samping yang lebih rendah dan durasi yang lebih panjang
sehingga penggunaan dosis memungkinkan digunakan satu sampai dua kali
sehari (Kroon & Williams, 2013).
Sulfonilurea merangsang pelepasan insulin dari sel-β pankreas dan
meningkatkan sensitivitas sel-β terhadap glukosa. Reseptor sulfonilurea
yang spesifik terkait erat dengan saluran ion kalium sensitif ATP yang ada
di sel-β. Sulfonilurea menghambat aktivitas pada saluran ion kalium,
sehingga menghalangi pengeluaran kalium dan menurunkan potensial
membran mengakibatkan terjadinya depolarisasi. Hal tersebut memicu
saluran kalsium membuka dan meningkatkan konsentrasi kalsium
intraselluler. Peningkatan kalsium intraselluler menstimulasi sekresi insulin
dari sel-β pankreas. Sulfonilurea juga dapat menormalkan produksi glukosa
hepatik, meningkatkan pembuangan glukosa perifer, dan dapat mengurangi
kadar glukagon dengan penggunaan jangka panjang (Kroon & Williams,
2013). Golongan sulfonilurea sama seperti metfomin menurunkan A1C
1,5% sampai 1,7% (Kroon & Williams, 2013) Golongan sulfonilurea dapat
menurunkan kadar glukosa darah pada 85-90% pasien Diabetes Melitus tipe
2 (Sari,2008). Sulfonilurea menurunkan glukosa darah sebesar 60-70 mg/dL
(3.3–3.9 mmol/L) (Schwinghammer, 2015).
Glimepiride adalah golongan sulfonilurea generasi kedua kerja
panjang (long-acting) memiliki waktu paruh 9 jam dan durasi kerjanya
adalah 24 jam sehingga memungkinkan untuk dosis sekali sehari.
Penyerapan Glimepiride tidak dipengaruhi oleh makanan, efek dari
Glimepiride dapat diamati 2-3 jam setelah digunakan. Glimepiride
dimetabolisme oleh hati, dan metabolit utamanya memiliki 30% dari
aktivitas obat induk. Metabolit diekskresikan lewat feses dan urin.
Penelitian menunjukkan bahwa sulfonilurea dapat menutup saluran kalium
ATP-sensitif dijaringan jantung, mekanisme sama seperti pada sel-β. Di
dalam hati, efek ini bisa mencegah vasodilatasi selama kondisi iskemik.
Glimepiride sangat selektif pada saluran kalium dalam sel-β, sehingga

70
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Glimepiride mempunyai efek yang menguntungkan untuk pasien dengan


penyakit arteri koroner (Kroon & Williams, 2013).

 Glinid
Repaglinid (Prandin) dan nateglinid (Starlix) adalah pemicu sekresi
insulin non-sulfonilurea. Repaglinid masuk kedalam golongan meglitinid
dan nateglinid merupakan derivat asam amino (d-fenilalanin), untuk
kelompok ini sering disebut dengan “glinid” (Kroon & Williams, 2013).
Mekanisme kerja glinid ialah menutup saluran kalium adenosin trifosfat
(ATP) dalam sel-β, sehingga menghambat aktivitas pengeluaran kalium dan
menurunkan potensial membran mengakibatkan terjadinya depolarisasi. Hal
tersebut memicu saluran kalsium membuka dan meningkatkan konsentrasi
kalsium intraselluler. Peningkatan kalsium intraselluler menstimulasi sekresi
insulin dari sel-β pankreas. Glinid memiliki onset yang cepat dan durasi
kerja pendek, sehingga dapat digunakan dengan makanan untuk
meningkatkan penggunaan glukosa postprandial (Alldredge et al, 2013)
Namun obat ini harus diberikan sebelum makan (30 menit)
(Schwinghammer, 2015).
Repaglinid memiliki efek yang sebanding dengan metformin dan
sulfonilurea ketika digunakan sebagai monoterapi. Repaglinid dan
nateglinid pada Diabetes Melitus tipe 2 digunakan sebagai monoterapi atau
kombinasi. Golongan glinid dapat dikombinasikan dengan metformin atau
thiazolidinedion (TZD). Golongan ini tidak dikehendaki dikombinasikan
dengan sulfonilurea karena memiliki mekanisme yang sama sehingga tidak
menghasilkan manfaat tambahan (Kroon & Williams, 2013).

 Biguanid
Metformin merupakan satu-satunya golongan biguanid untuk terapi
Diabetes Melitus tipe 2. Metformin merupakan OAD yang paling akurat.
Meskipun dapat menurunkan kadar glukosa darah namun tidak
menyebabkan efek hipoglikemia terhadap orang yang tidak mengalami
diabetes atau penderita diabetes digunakan sebagai monoterapi. (Kroon &

71
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Williams, 2013). Metformin telah terbukti dapat mengaktifkan 5’adenosine


monophosphate–activated protein kinase (AMPK), merupakan hormon
utama yang meregulasi glukosa dan metabolisme lipid. Melalui aktivasi
AMPK, asetil-CoA karboksilase diaktifkan, sehingga menurunkan sintesis
lipid dan peningkatan oksidasi asam lemak. Aktivasi AMPK juga diduga
berperan dalam penurunan produksi glukosa hepatik dan meningkatkan
stimulasi ambilan glukosa oleh otot dan jaringan lemak (Kroon & Williams,
2013).
Metformin dapat menurunkan kolesterol total (5% -10%) dan
trigliserida (10%-20%) dan dapat mempertahankan atau meningkatkan HDL.
Efek yang diamati pada metabolisme lipid dan faktor-faktor pembekuan,
fungsi trombosit, dan fungsi pembuluh darah bahwa hasilnya dapat
disimpulkan metformin memiliki efek yang menguntungkan untuk CVD.
metformin juga dapat menurunkan berat badan 1,2 kg, dan dapat
menurunkan seberat 1,7 kg apabila dikombinasi dengan sulfonilurea atau
terapi insulin. Sebagai monoterapi, metformin dapat diharapkan untuk
mengurangi A1C yang 1,5% sampai 1,7%. Metformin juga dapat
menurunkan glukosa darah 50 sampai 70 mg/dL (Kroon & Williams, 2013).

 Thiazolidinedion
Golongan thiazolidinedion (TZD) terdapat dua obat yaitu rosiglitazon
dan pioglitazon. Kedua obat tersebu sering disebut insulin sensitizer
(meningkatkan sensitivitas terhadap insulin). Mekanisme kerja golongan
TZD mengikat dan mengaktifkan reseptor Peroksisome proliferator
activated receptor-γ (PPAR-γ) yang sensitif insulin dan berada pada adipose,
otot angka dan jaringan hati. PPAR-γ mengatur transkripsi gen yang
mempengaruhi metabolisme glukosa dan lipid. Stimulasi terhadap reseptor
PPAR-γ dapat meningkatkan transkripsi GLUT-4 (transporter glukosa yang
merangsang penyerapan glukosa), dengan meningkatnya GLUT-4 maka
resistensi insulin akan menurun. Ketika TZD ditambahkan pada terapi
Diabetes Melitus tipe 2 dapat meningkatkan kontrol glikemik, namun dapat
meningkatkan berat badan (±3 kg) dan peningkatan edema kemungkinan

72
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

akan terjadi. TZD dapat menurunkan trigliserida dan meningkatkan kadar


HDL sebesar 10%. Rosiglitazone telah diamati dapat meningkatkan LDL
sebesar 8%-16%, sedangkan pioglitazone tidak mempengaruhi LDL (Kroon
& Williams, 2013).

 Alfa glukosidase inhibitor


Akarbose dan miglitol merupakan penghambat enzim α-glukosidase
(sukrase, maltase, glucoamilase, dan dekstranase) pada usus kecil sehingga
mengurangi fluktuasi setelah makan dengan menunda pencernaan dan
penyerapan zat pati dan disakarida. Hanya monosakarida, seperti glukosa
dan fruktosa, yang dapat diabsorbsi oleh lumen usus dan masuk ke aliran
darah. Zat pati, oligosakarida, dan disakarida harus dipecah menjadi
monosakarida sebelum diabsorsi. Sistem pencernaan difasilitasi oleh enzim
enterik, termasuk α-amilase dan α-glucosidase yang melekat pada
perbatasan sel-sel usus (Kennedy & Masharani, 2015). Efek dari obat ini
adalah menurunkan kadar glukosa postprandial. Dengan menunda
penyerapan glukosa setelah mengkonsumsi karbohidrat atau disakarida,
penghambat α-glukosidase dapat menurunkan konsentrasi glukosa plasma
postprandial pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 sebesar 25-50 mg/dL
(Kroon & Williams, 2013).

 Penghambat DPP-IV
Mekanisme kerja DPP-4 inhibitor adalah menghambat degradasi GIP dan
GLP-1 memasuki pembuluh darah saluran pencernaan, sehingga
meningkatkan efek inkretin endogen pada sekresi insulin fase pertama dan
penghambatan glukagon. Sitagliptin dan saxagliptin adalah penghambat
yang kompetitif DPP-4. Sitagliptin, dengan dosis 100 mg, mengurangi
aktivitas DPP-4 sebesar 80% hingga 24 jam, sedangkan saxagliptin, dengan
dosis 2,5 mg, dapat mengurangi aktivitas DPP-4 sebesar 50% hingga 24 jam
(Kroon & Williams, 2013). Penghambat DPP-4 terutama digunakan sebagai
terapi tambahan dalam kombinasi dengan sulfonilurea, biguanid, TZD, dan

73
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

insulin untuk sitagliptin. Namun sitagliptin dan saxagliptin disetujui untuk


digunakan sebagai monoterapi.

 Penghambat Sodium-Glucose Transpoter2 (SGLT2)


Golongan oral antidiabetika (OAD) baru yaitu penghambat sodium-glucose
transpoter 2 (SGLT2) yang mengurangi reabsorpsi glukosa di ginjal contoh
obat adalah Dapagliflozin. SGLT2 banyak ditemukan di ginjal tubulus
proksimal dan menyerap kembali sebagian besar glukosa yang disaring
melalui glomerulus (~180 g, ambang ginjal) setiap hari. Golongan ini sangat
selektif, menghambat SGLT2 secara reversibel. Dengan meningkatkan
glukosa ekskresi urin, obat ini dapat menurunkan kadar glukosa plasma.
Pasien telah melaporkan peningkatan saluran kemih dan infeksi genital.
Obat ini kemungkinan akan memainkan peran sebagai terapi kombinasi
(Kroon & Williams, 2013).

Terapi yang diterima Pasien


Pasien Ny. Sprn mendapatkan terapi Glimepirid tablet 4 mg yang diresepkan
sebanyak 30 tablet, diminum sehari satu kali satu tablet setiap pagi sebelum
makan dan metformin tablet 500 mg sebanyak 9 tablet yang diresepkan sebanyak
9 tablet diminum dua kali sehari satu tablet siang dan malam sebelum makan.
 Glimepirid
Kandungan : glimepirid
Kekuatan : 4 mg
Bentuk sediaan : tablet
Pabrik : PT. Guardian Pharmatama
Mekanisme kerja :
Glimepirid merupakan antidiabetes oral yang masuk dalam golongan sulfonilurea
bekerja dengan cara merangsang pengeluaran insulin dari sel beta pankreas.
Dosis :
Dosis awal diberikan 1 kali sehari 1 mg Glimepirid tablet. Dosis dapat
ditingkatkan sesuai kebutuhan. Peningkatan dosis harus didasari dengan
pemeriksaan gula darah dan harus bertahap, misalnya pada interval 1-2 minggu

74
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

diberikan dosis glimepiride tablet secara bertahap sebagai berikut: 1 mg, 2 mg, 3
mg, 4 mg, 6 mg, dan pada kasus tertentu 8 mg. Biasanya dosis untuk pasien
dengan kontrol diabetes yang baik adalah 1-4 mg Glimepiride tablet sehari.
Indikasi :
Glimepiride tablet digunakan sebagai tambahan untuk diet dan olahraga untuk
menurunkan glukosa darah pada pasien diabtes tipe 2 dimana kadar gula darah
tidak cukup dikontrol dengan diet, olahraga dan penurunan berat badan.
Kontraindikasi :
1. Kontraindikasi dengan penderita diabetes melitus tipe 1
2. Tidak digunakan untuk pasien yang hipersensitif terhadap glimepirid,
sulfonilurea lainnya, sulfonamida atau zat tambahan lainnya yang dapat
menyebabkan reaksi hipersensitifitas.
3. Tidak boleh digunakan pada wanita yang menyusui
Efek samping : hipoglikemi, gangguan pengelihatan, mual, muntah, nyeri
perut dan diare, reaksi alegi seperti gatal dan urtikaria.
Interaksi obat :
1. Terjadi peningkatan sensitivitas insulin oleh ACE inhibitor sehingga resiko
hipoglikemia meningkat.
2. Ranitidin dapat menghambat metabolisme hepatik sulfonilurea dengan
menghambat enzim sitokrom P450 hati sehingga meningkatkan efek sulfonilurea.
3. Metabolisme hepatik sulfonilurea meningkat dengan adanya rifampisin.
4. Amlodipin dapat menginhibisi sekresi insulin dan menghambat sekresi glukagon
Perhatian :
1. Pada awal penggunaan, resiko hipoglikemi meningkat sehingga perlu
dimonitor secara khusus.
2. Jika terdapat faktor resiko hipoglikemi maka dosis harus diturunkan atau
dihentikan
3. Keamanan dan efektivitas pada pasien anak-anak belum diketahui.
4. Untuk mencapai kadar gula darah optimal diperlukan perbaikan diet,
olahraga cukup dan teratur dan penurunan berat badan jika perlu.
5. Pemantauan kadar glukosa darah harus dilakukan rutin setiap 3-6 bulan.
Penyimpanan : simpan pada suhu dibawah 30o C

75
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

 Metformin
Kandungan : metformin HCl
Kekuatan : 500 mg
Bentuk sediaan : tablet salut selaput
Pabrik : PT. Hexpharm Jaya
Mekanisme kerja :
Metformin merupakan obat antidiabetes oral yang masuk kedalam golongan
Biguanid yang bekerja dengan mekanisme menurunkan kadar gula darah dan
tidak meningkatkan sekresi insulin.
Dosis :
Dosis awal 500 mg sebanyak 3 kali dalam sehari, jika gula darah belum terkontrol
dapat dinaikkan perlahan sampai dengan dosis maksimal 3 gram sehari. Pada
pengobatan dengan kombinasi sulfonilurea pada mulanya diberikan sebanyak 1
tablet 500 mg sehari yang kemudian dinaikkan perlahan sampai mendapatkan
kontrol gula darah optimal.
Indikasi :
1. Untuk pasien diabetes yang tidak tergantung pada insulin dan kelebihan
berat badan dimana gula darah sudah tidak dapat dikontrol dengan
pengaturan diet saja.
2. Dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dapat dikombinasikan dengan
sulfonilurea.
3. Untukterapi tambahan pada pasien diabetes yang tergantung insulin yang
gejalanya sulit dikontrol.
Kontraindikasi :
1. Koma diabetik dan ketoasidosis
2. Gangguan fungsi ginjal yang serius
3. Penyakit hati kronis, kegagalan jantung, miokardialinfark, alkoholisme,
keadaan penyakit kronik maupun akut yang berkaitan dengan hipoksia
jaringan.
4. Hipersensitif terhadap metformin
5. Kehamilan dan menyusui

76
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Efek samping :
gangguan gastrointestinal yang bersifat sementara, anoreksia, mual, muntah, diare,
gejala hipersensitif terhadap metformin.
Interaksi obat :
1. Kemungkinan terjadi interaksi antara metformin dengan antikoagulan
tertentu maka diperlukan penyesuaian dosis antikoagulan.
2. Terjadi penurunan klirens ginjal metformin pada penggunaan bersama
dengan simetidin, maka dosis harus dikurangi.
Perhatian
1. Hari-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal
2. Tidak dianjurkan penggunaan pada pasien yang baru sembuh dari infeksi
serius dan trauma
3. Pemeriksaan kadar gula darah secara rutin
4. Hati-hati pemberian pada pasien usia lanjut yang mempunyai gangguan
fungi ginjal
5. Tidak direkomendasikan penggunaan pada anak-anak
Penyimpanan : simpan pada suhu dibawah 30o C, terlindung dari cahaya

Identifikasi DTP
1. ADR (Adverse Drug Reaction)
Alergic reaction : Adanya reaksi alergi seperti rasa gatal dan ruam
pada kulit serta sesak nafas
Undesirable effect : rasa tidak nyaman pada pencernaan, mual, muntah,
diare
Incorect administration: hipoglikemi
2. Adherance
Pasien lupa untuk meminum obat setiap hari
Pasien tidak meminum glimepirid sebelum makan dan metformin
saat/sesudah makan.

77
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

3.2.8 Develop a Care Plan


Dari pengobatan yang diterima pasien, ditemukan adanya masalah yang
berkaitan dengan obat (Drug Theraphy Problem). Berikut adalah tabel yang
menunjukkan adanya DTP, Monitorng dan rencana tindakan profesi yang
dilakukan :
Drug Therapy Rencana Tindakan
Monitoring (Mx)
Problem Profesi (Ax)
Adverse Drug Menanyakan apakah - Memberikan KIE
Reaction pasien mengalami efek kepada pasien
(allergic reaction, yang tidak diinginkan mengenai efek samping
undesirable effect, seperti tanda-tanda obat yang dapat timbul
incorect hipoglikemi (jantung akibat penggunaan obat
administration) berdebar, keringat dingin, dan apabila ada efek
pusing), reaksi alergi samping obat yang
seperti gatal atau sesak membahayakan seperti
saat bernafas, rasa tidak reaksi alergi atau
enak pada perut selama hipoglikemi. Jika
penggunaan obat hipoglikemi yang
tersebut? dikeluhkan berat maka
segera sarankan untuk
menghubungi dokter.
- Memberitahukan
kepada pasien
mengenai cara
penanganan pertama
jika terjadi
hipoglikemi.
- Efek samping rasa
tidak enak pada perut
kemungkinan
disebabkan oleh karena
penggunaan metformin

78
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

sehingga dapat
disarankan untuk
meminum metformin
segera sesudah makan.
- Melakukan
pemantauan via telepon
untuk mengecek
apakah pasien
mengalami efek
samping obat
Non adherence Menanyakan apakah Menjelakan pentingnya
(Does not sudah penah meminum obat tepat
Understand menggunakan obat yang pada waktunya yaitu
Instruction) telah diresepkan tersebut? glimepirid diminum 30
I menit sebelum makan
dan metformin dapat
diminum saat makan
atau segera setelah
makan.

Implementasi
Untuk menjamin kebenaran penggunaan obat oleh pasien maka diberikan
etiket dan informasi mengenai cara penggunaan obat pada saat dilakukan
penyerahan obat. Etiket yang diberikan adalah sebagai berikut:

Apotek ANZA
Jalan Raya Kertosono-Kediri, Gampengrejo
APA :Anindya Carima, S.Farm., Apt.
SIPA : xxx

Tanggal : 25/01/2016 No : xx

Ny. Sprn
Sehari satu kali satu tablet di pagi hari
30 menit sebelum sarapan

79
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Apotek ANZA
Jalan Raya Kertosono-Kediri, Gampengrejo
APA :Anindya Carima, S.Farm., Apt.
SIPA : xxx

Tanggal : 25/01/2016 No : xx

Ny. Sprn
Sehari dua kali satu tablet pada siang dan sore
hari
Saat/segera setelah makan

Penyerahan dan informasi terkait obat

Glimepiride Metformin
Kegunaan Untuk mengontrol gula darah Untuk memberikan kontrol
setelah makan gula darah dan membantu
menurnkan berat badan
Aturan Pakai Sehari dua kali satu tablet pada Sehari dua kali satu tablet
pagi hari 30 menit ebelum sarapan pada saat siang dan malam
pagi hari saat atau segerasetelah
makan
Efek samping Hipoglikemi (jantung berdebar, Rasa tidak enak pada
keringat dingin, pusing) dan pencernaan (mual, muntah,
reaksi alergi kembung) dan reaksi alergi
Penyimpanan Simpan pada suhu kamar, hindari Simpan pada suhu kamar,
lembab dan cahaya matahari serta hindari lembab dan cahaya
jauhkan dari jangkauan anak- matahari serta jauhkan dari
anak. jangkauan anak-anak.
Informasi Apabila terjadi hipoglikemi segera Jika terjadi rasa tidak enak
tambahan diberikan pertolongan pertama pada pencernaan, jika masih
dan bila tetap tidak membaik dapat ditahan maka efek
segera bawa le dokter. samping dapat dihindari
Obat ini harus diminum setiap dengan meminum obat segera
hari dan rutin setelah makan, jika tidak
dapat ditahan konsultasikan
kepada dokter untuk
mengganti obat.
Informasi non- - Melakukan diet untuk menurnkan berat badan jika BMI melebihi
farmakologi normal
- Menjaga pola makan dengan pola makan seimbang dan rendah
gula
- Rutin melakukan olahraga minimal tiga kali dalam seminggu
selama 30 menit

80
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Monitoring
Monitoring dapat dilakukan dengan melakukan pemantauan gula darah
mandiri secara rutin dan melakukan kontrol ke dokter sesuai jadwal.

3.2.9 Kesimpulan
1. Penggalian informasi terkait kondisi pasien dan obat yang diresepkan
sangat diperlukan apoteker untuk membangun care plan.
2. Monitoring perlu dilakukan untuk menjamin bahwa terapi yang diberikan
sesuai dengan kondisi dan dapat memberikan respon pada pasien.

3.2.10 Kesan dan Saran


Kesan
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang membutuhkan
pemantauan terapi untuk mencapai outcome terapi yang diinginkan yaitu
mencegah terjadinya komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Saran
Seorang apoteker harus berkomitmen untuk membangun care plan pasien
dengan mengimplementasikan keahliannya semaksimal mungkin untuk mencapai
outcome terapi pasien dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

81
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

3.3 Public Health


3.3.1 Latar Belakang
Public health adalah salah satu sarana yang dapat digunakan oleh apoteker
untuk berpartisipasi dalam meningkatakan kualitas hidup masyarakat dan untuk
memperkenalkan profesi poteker di kalangan masyrakat. Public health juga
merupakan bentuk pengabdian apoteker sebagai tenaga kesehatan kepada
masyarakat untuk memberikan informasi kepada masyarakat terkait kesehatan.
Public health dapat disampaikan dalam bentuk brosur, leaflet, poster ataupun
penyuluhan. Tema yang dimabil untuk program public health kali ini adalah
mengenai penyakit Diabtese Melitus.

3.3.2 Tujuan
Memberikan informasi kepada masyarakat terkait penyakit diabetes malitus
yaitu mengenai pengertian dari diabetes melitus, perkembangan penyakit, faktor
resiko, penyebab, gejala dan terapi untuk diabete melitus.

3.3.3 Manfaat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit diabetes melitus
dan terapinya sehingga masyarakat mengeatahui langkah apa yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya diabetes melitus dan mengenali berbagai macam terapi
untuk diabetes melitus.

82
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

3.3.4 Lampiran leaflet

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGA
(PKP-104)

APOTEK PUTRI AIRLANGGA


Jalan Simorejo Sari B no. 19, Surabaya

83
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

84
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

3.4 Research and Development


3.4.1 Latar Belakang
Research and Development merupakan salah satu kegiatan Apoteker
dalam pelayanan informasi obat di Apotek. Sebagai salah satu sarana kesehatan,
apotek memegang peranan penting terkait dengan pelayanan kefarmasian. Pada
saat ini pelayanan kefarmasian telah berorientasi kepada pasien. Research and
Development dapat digunakan sebagai upaya evaluasi apotek dan meningkatkan
pelayanan kefarmasian di apotek. Pelayanan kefarmasian yang baik akan
mewujudkan pencapaian outcome terapi dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Untuk dapat mencapai outcome terapi maka diperlukan monitoring penggunaan
obat. Antibiotik merupakan salah satu obat yang sering digunakan oleh
masyarakat namun seharusnya penggunaan antibiotik merupakan obat keras yang
dapat dibeli dengan resep dokter. Antibiotik juga memiliki resiko efek samping
yang cukup besar yaitu resistensi antibiotik yang bisa menjadi masalah besar jika
antibiotik tersebut tidak digunakan denga baik. Oleh karena itu diperlukan sebuah
penelitian mengenai pengetahuan masyarakat tentang antibiotik dan dari hasil
penelitian tersebut diharapkan dapat menjadi acuan untuk apptek meningkatkan
pelayanannya terhadap antibiotik.

3.4.2 Hasil penelitian


Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan media
kuisioner dengan beberapa pertanyaan tertutup mengenai antibiotik dan
penggunaannya di Apotek Putri Airlangga didapatkan sebanyak 16 responden.
Distribusi jenis kelamin dari responden tersebut yaitu 7 responden (43,7%) adalah
pria dan 9 responden (56,3%) adalah wanita. Dari 16 responden tersebut tidak
semuanya membeli antibiotik untuk digunakan sendiri melainkan untuk
keluarganya. Mendominasinya wanita sebagai pengguna antibiotik disebabkan
oleh karena peran besar seorang wanita dalam keluarga terutama sebagai ibu
untuk merawat diri sendiri dan keluarganya.

85
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Pria
Wanita

43,7 %
56,3 %

Gambar 3.4 Distribusi jenis kelamin pada pengguna antibiotik

Sedangkan berdasarkan persebaran usia didapatkan sebanyak 6 responden


(37,5%) pada usia 18-25 tahun, sebanyak 9 responden (56,3%) berusia 25-50
tahun dan sebanyak 1 responden (6,2%) berusia >50 tahun. Dari penelitian ini
menunjukkan pengguna antibiotik paling banya berada pada usia produktif. Hal
ini dapat menimbulkan masalah jika penggunaan antibiotik tidak sesuai dengan
aturan yaitu menyebabkan resistensi dimana jika resistensi terjadi pada usia
produktif maka akan menjadi sulit dalam melakukan pemilihan antibiotik yang
sesuai untuk terapi pada masa mendatang.

60
Pumlah Pengguna (%)

50
40
30 56,3
20 37,5
10
6,2
0
18-15 25-50 >50
Rentang Usia (tahun)

Gambar 3.5 Distribusi usia pada pengguna antibiotik

Dari 16 responden yang didapatkan mempunyai latar belakang pendidikan


yaitu paling besar sebagai wiraswasta sebanyak 6 responden, diikuti dengan
PNS/Karyawan sebanyak 4 responden, kemudian pekerjaan lainnya (ibu rumah

86
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

tangga) sebanyak 3 responden dan sebanyak 3 responden dari kalangan pelajar.


Jika dilihat berdsarkan latar belakang pendidikan maka didapatkan sebanyak 9
responden lulus SLTA, untuk lulusan SLTP sebanyak 3 responden, lulusan
perguruan tinggi sebanyak 3 responden dan lulusan SD sebanyak 1 responden.
Kedua hal tersebut mempengaruhi pengetahuan masyarakat mengenai antibiotik,
dengan adanya pendidikan yang semakin tinggi dan tingkat pekerjaan yang baik
maka akan mempengaruhi tingkat kepedulian masyarakat terhadap kesehatan
yaitu salah satunya mengenai antibiotik.
Pada mula penelitian ini diberikan penelitian ini diberikan pernyataan
tentang seberapa sering responden menggunakan antibiotik. Sebanyak 9
responden menyatakan bahwa sering menggunakan antibotik sedangkan sisanya
tidak. Kemudian dilanjutkan dengan pernyataan bahwa responden selalu
menggunakan antibiotik berdsarkan resep dokter dan dari pernyataan tersebut
sebanyak 9 responden menjawab setuju. Responden mengatakan pada mulanya
membeli antiobitk dengan menggunakan resep dokter namun untuk untuk
selanjutnya ktika muncul gejala sakit yang sama dengan yang terdahulu maka
responden membeli sendiri antibiotik di apotek tanpa resep dari dokter. Dari
kedua data tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat sering menggunakan
antibiotik dan juga mengetahui bahwa seharusnya penggunaan antibiotik harus
berdasarkan resep dokter. Namun, masih cukup banyak masyarakat yang kurang
mengetahui bahwa antibiotik seharusnya diberikan dengan resep dokter sehingga
berpotensi terjadi penggunaan antibiotik yang tidak sesuai aturan dan dapat
menimbulkan resistensi antibiotik.
Penelitian ini juga memberikan data mengenai pengetahuan masyarakat
tentang kegunaan antibiotik, dalam kuisioner disebutkan bahwa antibiotik dapat
digunakan untuk mengobati infeksi, batuk dan pilek serta nyeri seperti nyeri gigi,
tenggorokan dan sendi. Sebanyak 14 responden telah mengetahui kegunaan
antibiotik yaitu untuk mengobati infeksi, sedangkan sebanyak 11 responden
meyetujui pernyataan bahwa antibiotik dapat digunakan untuk mengobati batuk
dan pilek dan sebanyak 11 responden juga menyetujui bahwa antibiotik dapat
digunakan untuk mengobati nyeri. Dari data tersebut masyararakat sebagian besar
sudah mengetahui bahwa anibiotik dapat digunakan untuk mengobati infeksi,

87
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

namun masih banyak masyarakat yang menganggap antibiotik dapat digunakan


sebagai obat batuk pilek dan nyeri. Hal tersebut tidak benar karena tidak semua
batuk dan pilek serta nyeri dikarenakn adanya infeksi bakteri di dalam tubuh.
Sebagian besar responden juga mengetahui bahwa amoxcicillin merupakan salah
satu antibiotik dan ketika disebutkan antibiotik jenis lain responden hanya
sebagian kecil yang mengetahui yaitu misalnya ampicillin dan tetrasiklin.
Untuk mengetahui bagaimana masyarakat mendapatkan antibiotik maka
terdapat pernyataan yang menyebutkan bahwa antibiotik dapat di beli di toko
kelontong atau warung kecil. Dari 16 responden menjawab dengan hasil yang
seimbang diantara setuju dan tidak setuju namun beberapa responden juga
menyatakan bahwa meskipun mengetahui antibiotik dapat dibeli di toko
kelontong atau warung kecil, untuk mendapatkan antibiotik responden akan lebih
memilih membeli di apotek karena menganggap kualitas dan mutu obat yang di
dapatkan di apotek lebih terjamin. Sedangkan untuk pernyataan tentang antibiotik
tidak boleh dibeli di apotek tanpa resep dokter, responden lebih mengarah ke tidak
setuju karena berdasarkan pengalaman beberapa responden mengatakan sering
mendapatkan antibiotik di apotek.
Pernyataan selanjutnya yaitu mengenai penggunaan antibiotik bahwa
antibiotik hanya diminum ketika terasa sakit saja dan sebanyak 15 responden
menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut karena beberapa responden merasa
takut akan penggunaan obat terlalu lama ketika sudah tidak terasa sakit. Selain itu
sebanyak 12 responden juga menyatakan bahwa penggunaan semua antibiotik
diminum sebanyak tiga kali sehari satu tablet. Sebagian besar responden (13
responden) sudah mengetahui beberapa bentuk sediaan antibiotik selain tablet
yaitu sirup kering dan mengetahui cara pemakaiaannya. Kurannya penegtahuan
masyarakat meneganai bentuk sediaan dan cara penggunaan natibiotik dapat
menimbulkan resiko ketidakpatuhan terhadap penggunaan antibiotik.
Sebanyak 12 responden sudah mengetahui akibat dari penggunaan antibiotik
yang tidak sesuaidengan aturan adalah resistensi antibiotik, namun juga banyak
responden yang tidak mengetahui hal tersebut dan tidak menegatahui arti dari
resistensi antibiotik tersebut. didalam kuisioner tersebut juga dinyatakan bahwa
semua jenis bakteri penyebab infeksi akan resisten terhadap semua jenis antibiotik

88
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

ketika terjadi resistensi antibotik. Sebanyak 14 responden juga membenarkan


pernyataan ketika sudah terjadi resistensi maka antibiotik harus diganti dengan
antibiotik jenis lain yang lebih tinggi dan harganya lebih mahal. Pernyataan
terakhir menyebutkan bahwa resistensi antibiotik dapat disembuhkan dan
sebanyak 12 responden membenarkan pernyataan tersebut dan responden
menganggap bahwa resistensi antibiotik dapat disembuhkan dengan menggunakan
antibiotik lainnya.
Berdasarkan hasil yang didapatakan dari kuisiner tersebut membuktikan
bahwa masyarakat masih kurang mengetahui apa itu antibiotik dan
penggunaannya serta dampak dari penggunaan yang tidak sesuai aturan sehingga
diperlukan pelayanan yang lebih ketika menghadapi pasien yang akan membeli
antibiotik. Palayan yang lebih dimaksudkan harus melakukan konseling dan
penyampaian infromasi terakait cara penggunaan antibiotikyang baik dan benar.
Selain memberikan pelayanan infromasi dan konseling, juga dapat dilakukan
dengan memberikan informasi kepada masyarakat melalui brosur, leaflet, poster
atu media lain untuk promosi kesehatan.

89
Rencana Praktek Kefarmasian Apotek Anza
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

BAB IV
SIMPULAN

4.1 Simpulan
Apotek merupakan sarana yang digunakan oleh Apoteker untuk melakukan
pelayanan kefarmasian. Apotek Anza juga sebagai sarana pelayanan kesehatan,
mengembangkan modal dan meningkatkan kemampuan berwirausaha. Seiring
dengan waktu berjalan, Apotek Anza juga harus menjaga komunikasi dan
kerjasama dengan PBF, apotek, dokter maupun pihak-pihak terkait.
Pengembangan apotek untuk masa depan dapat dilakukan dengan meningkatan
kinerja karyawan apotek, melakukan pengadaan produk baru dan memberikan
harga yang cukup terjangkau bagi masyarakat. Sebagai seorang apoteker di apotek
bertindak sebagai seorang manager yang tugasnya melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian semua kegiatan yang berkaitan
dengan obat dan perbekalan kefarmasian di apotek. Selain itu, apoteker
diharapkan memiliki managerial skill, professional skill dan human relationship
yang baik sehingga dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada
masyarakat.

4.2 Saran
1. Untuk mendirikan sebuah apotek baru seperti Apotek Anza memerlukan
suatu studi kelayakan, antara lain mengenai pola penyakit dan jenis obat
yang digunakan oleh masyarakat sekitar apotek, lokasi dan populasi untuk
mengetahui kebutuhan masyarakat akan obat dan perbekalan kefarmasian
lain.
2. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang berbasis Pharmaceutical Care
perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak terutama masyarakat sekitar
dan tenaga kesehatan yang lain. Selain itu, perlu sosialisasi lebih lanjut
mengenai konsep Pharmaceutical Care yang dilaksanakan oleh Apotek
Anza ke masyarakat sekitar apotek.

90

Вам также может понравиться