Вы находитесь на странице: 1из 9

DASAR-DASAR MANAJEMEN

“STRUKTUR ORGANISASI”

Disusun oleh :

Febby Yolanda (133180005)

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

2019
A. Definisi Struktur Organisasi
Struktur organisasi selalu menjadi faktor penting yang mempengaruhi perilaku
individu-individu dan kelompok-kelompok yang ada di dalam organisasi aturan baru
mengenai manajemen dalam lingkungan bisnis global. Penyusunan struktur organisasi
merupakan langkah awal dalam memulai pelaksanaan kegiatan perusahaan dengan kata
lain penyusunan struktur organisasi adalah langkah terencana dalam suatu perusahaan
untuk melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan.
Terdapat beberapa definisi mengenai struktur organisasi yang dikemukakan
oleh beberapa sumber, sebagai berikut.
1. Struktur organisasi adalah pola formal mengelompokan orang dan
pekerjaan. Struktur acapkali digambarkan melalui bagan organisasi
(Gibson dkk, 2002).
2. Struktur organisasi yaitu pengaturan pekerjaan untuk dilaksanakan
dalam suatu bisnis (Kismono, 2011).
3. Struktur organisasi didefinisikan sebagai susunan hubungan-hubungan
antar satuan-satuan organisasi, jabatan-jabatan, tugas-tugas, wewenang
dan pertanggungjawaban-pertanggungjawaban dalam organisasi
(Wursanto, 2003).
4. Struktur organisasi menjelaskan bagaimana tugas kerja akan dibagi,
dikelompokan, dan dikoordinasikan secara formal (Robbins, 2002).

Dari beberapa definisi tersebut dapat diketahui bahwa Struktur Organisasi


adalah susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada
suatu organisasi atau perusahaan yang telah dikoordinasikan secara formal
dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan.

B. Elemen-elemen Struktur Organisasi


Menurut Stephen P. Robbins & Timothy A. Judge ada enam elemen kunci yang
perlu diperhatikan oleh manajer ketika mereka hendak mendesain struktur organisasi.
Keenam elemen tersebut meliputi.
1. Spesialisasi Pekerjaan

Spesialisasi pekerjaan (work specialization) atau pembagian tenaga


kerja (division of labor) untuk menggambarkan sejauh mana berbagai
kegiatan dalam organisasi dibagi-bagi menjadi beberapa pekerjaan
tersendiri. Hakikat dari spesialisasi pekerjaan adalah bahwa ketimbang
seluruh pekerjaan dilakukan oleh seorang individu, pekerjaan itu
dipecah-pecah menjadi sejumlah tahap, dengan masing-masing tahap
diselesaikan oleh seorang individu tersendiri. Intinya, individu
mengkhususkan diri dalam melakukan bagian dari suatu kegiatan
ketimbang seluruh kegiatan.
Kelebihan Spesialisasi pekerjaan, adalah sebagai berikut.
 Keterampilan karyawan dalam menjalankan tugas dengan berhasil
meningkat berkat pengulangan.
 Lebih sedikit waktu yang dibuang dalam pergantian tugas, dalam
mempersiapkan alat dan perlengkapan yang dibutuhkan seseorang
dari tahap sebelumnya dalam proses kerja, dan dalam menyiapkan
diri untuk tahap berikutnya.
 Lebih mudah danm urah mencari dan melatih pekerja untuk
menjalankan tugas-tugas yang spesifik dan berulang.
2. Departementalisasi
Setelah memecah-mecah pekerjaan melalui spesialisasi, perlu
mengelompokkannya bersama sehingga tugas-tugas yang sama dapat
dikoordinasi dalam satu basis. Dasar pengelompokan bersama pekerjaan
ini disebut departementalisasi (departementalizational).
Tentu saja, departementalisasi berdasarkan fungsi, dapat digunakan
di semua jenis organisasi. Hanya saja, fungsi tersebut dapat berubah
guna mencerminkan tujuan dan aktivitas organisasi. Keuntungan utama
dari cara pengelompokkan semacam ini adalah didapatnya efisiensi dari
disatukannya para spesialis yang sama. Departementalisasi fungsional
berusaha mencapai skala ekonomi dengan cara menempatkan orang-
orang dengan keterampilan dan orientasi yang sama ke dalam unit yang
sama.
Pekerjaan dapat juga didepartementalisasikan berdasarkan jenis
produk yang dihasilkan oraganisasi. Keuntungan utama cara
pengelompokkan ini adalah meningkatnya akuntabilitas terhadap
kinerja produk, karena semua kegitan yang terkait dengan sebuah
produk tertentu berada di bawah kendali seorang manajer tunggal.
3. Rantai Komando
Rantai komando (chain of command) adalah suatu garis wewenang
yang tanpa putus yang membentang dari puncak organisasi ke eselon
paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa.
eselon paling bawah dan menjelaskan siap bertanggung jawab kepada
siapa.
Dua konsep lain yang melengkapi rantai komando, yaitu wewenang
dan kesatuan komando.
a) Wewenang (authority) mengacu pada hak-hak yang melekat
dalam sebuah posisi manajerial untuk memberikan perintah dan
untuk berharap bahwa pemerintah itu dipatuhi. Untuk
memfasilitasi koordinasi, tiap posisi manajerial diberi sebuah
tempat dalam rantai komando, dan tiap manajer diberi tingkat
wewenang tertentu untuk memenuhi tanggung jawabnya.
b) Prinsip kesatuan komando (unity of command) membantu
melanggengkan konsep garis wewenang yang tidak terputus.
Prinsip ini menyatakan bahwa seseorang hanya mempunyai satu
atasan yang kepadanya ia bertanggung jawab secara langsung.
Jika kesatuan komando putus, seorang karyawan mungkin harus
menghadapi berbagai permintaan atas prioritas yang saling
bertentangan dari beberapa atasan.
4. Rentang Kendali
Rentang kendali (span of control) berarti jumlah bawahan yang
dapat diatur manajer secara efektif dan efisien. Yang menentukan
banyaknya tingkatan dan manajer yang harus dimiliki oleh organisasi.
Bila semua hal sama, makin luas atau besar rentang itu, makin efisien
organisasi tersebut.Rentang kendali yang lebih besar akan lebih efisien
dalam hal biaya. Namun dalam keadaan tertentu, rentang yang lebih
lebar bisa mengurangi keefektifan. Apabila rentang tersebut menjadi
terlalu lebar akan menyebabkan kinerja karyawan memburuk karena
para penyedia tidak lagi memiliki waktu untuk memberikan
kepemimpinan dan dukungan yang diperlukan.
Rentang yang sempit atau kecil memiliki pengusungnya
sendiri.Tetapi, rentang yang sempit memiliki tiga kelemahan. Pertama,
hal ini akan mahal karena memperbanyak manajemen. Kedua, hal ini
membuat komunikasi vertikal dalam organisasi lebih rumit, tingkat
hierarki tambahan tersebut memperlambat pengambilan keputusan dan
cenderung mengisolasi manajemen atas. Ketiga, rentang kendali yang
sempit mendorong supervise yang terlalu ketat sehingga menghambat
otonomi karyawan.
5. Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi (centralization) mengacu pada tingkat sampai sejauh
mana pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada satu titik tunggal
dalam organisasi. Biasanya, suatu organisasi dikatakan sentralisasi jika
manajemen puncak membuat keputusan-keputusan kunci organisasi
dengan sedikit masukan atau tanpa masukan sama sekali dari personel
tingkat bawah. Sebaliknya, semakin banyak personel tingkat bawah
yang memberikan masukan atau secara aktual diberi kebebasan memilih
untuk membuat keputusan, semakin desentralistis suatu organisasi.
Organisasi yang dicirikan dengan sentralisasi secara inheren berbeda
dengan organisasi desentralisasi. Dalam organisasi yang desentralisasi,
tindakan untuk memecahkan masalah dapat diambil dengan cepat, lebih
banyak orang bisa memberikan masukan bagi keputusan, dan karyawan
lebihkecil kemungkinannya merasa terasing dari mereka yang mebuat
keputusan yang memengaruhi kehidupan kerja mereka.
6. Formalisasi
Formalisasi (formalization) berarti mengacu pada tingkat di mana
pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi itu dibakukan. Karyawan
diharapkan untuk selalu menangani input yang sama dengan cara yang
sama, serta akhirnya menghasilkan output yang konsisten dan seragam.
Di organisasi dengan tingkat formalitas tinggi, ada deskripsi tugas yang
jelas, beragam aturan organisasi, dan prosedur yang didefinisikan secara
tegas.

C. Bentuk-bentuk struktur Organisasi


Menurut DR. Basu Swastha & Ibnu Sukutsu W, sebenarnya bentuk struktur
organisasi bermacam-macam, tetapi pada pokoknya lima yaitu sebagai berikut.
1. Organisasi Garis (line organization)
Merupakan bentuk struktur organisasi yang menggambarkan bahawa kekuasaan
mengalir secara langsung dari direktur ke kepala bagian dan kemudian terus ke
karyawan-karyawan dibawahnya. Masing-masing bagian merupakan unit yang
berdiri sendiri, dan kepala bagian menjalankan semua fungsi pengawasan dalam
bagiannya.
a. Kebaikan Organisasi Garis
 Adanya kesatuan dalam pimpinan dan perintah.
 Pimpinan dapat lebih cepat dalam mengambil keputusan,
sebab tidak perlu membicarakannya dengan orang lain.
 Pimpinan dapat lebih cepat dalam memberikan perintah,
sebab perintah tersebut dapat diberikan langsung pada
bawahan.
 Menghemat biaya, sebab pengawasan dari berbagai
kegiatan hanya dilakukan oleh seorang saja.
b. Keburukan Organisasi Garis
 Sering terdapat birokrasi yang menghambat jalannya
perusahaan.
 Tidak adanya spesialisasi menyebabkan tugas yang berat
bagi para petugas sehingga kurang efisien.
 Kurangnya kerjasama di antara masing-masing bagian.
2. Organisasi Garis dan Staf
Organisasi Garis dan Staf merupakan kombinasi yang diambilkan dari
keuntungan-keuntungan adanya pengawasan secara langsung dan spesialisasi
dalam perusahaan. Organisasi garis hanya sesuai untuk perusahaan-perusahaan
kecil, maka tipe organisasi garis dan staf ini lebih baik dipakai untuk perusahaan
sedang dan besar.
a. Kebaikan Organisasi Garis dan Staf
 Pimpinan lebih leluasa dalam memberikan saran
terhadap tugas khusus diluar bagiannya.
 Staf dapat membantu untuk mengatasi berbagai
persoalan sehingga akan memperingan pekerjaan dan
meningkatkan efisiensi kerja.
 Staf dapat mendidik para petugas.
b. Keburukan Organisasi Garis Dan Staf
 Terkadang staf tidak lagi memberikan saran tetapi
perintah, sehingga dapat menimbulkan pertentangan
dengan manajer pada bagian yang bersangkutan.
 Dapat menimbulkan anggapan pada petugas untuk
 Staf dapat ikut disalahkan apabila saran yang
diberikan tidak memperoleh hasil.
3. Organisasi Fungsional
Dalam Organisasi Fungsional, masing-masing manajer adalah seorang spesialis
atau ahli dan masing-masing bawahan atau pekerja mempunyai beberapa
pimpinan. Manajer memiliki kekuasaan penuh untuk menjalankan fungsi-fungsi
yang menjadi tanggung jawabnya. Jadi bentuk ini lebih menekankan pada
pembagian fungsi.
a. Kebaikan Organisasi Fungsional
 Masing-masing fungsi dipegang oleh orang yang ahli
dalam bidangnya, sehingga terdapat keserasian
antara tugas dan keahliannya.
 Tugas para manajer menjadi lebih ringan dengan
adanya pembagian fungsi.
b. Keburukan Organisasi Fungsional
 Membingungkan para pekerja karena tidak ada
kesatuan dalam pimpinan dan perintah.
 Tidak ada hubungan garis secara langsung dengan
atasan.
 Kesulitan-kesulitan yang timbul tidak dapat secara
cepat diatasi.

4. Organisasi Komite
Komite sering dilakukan untuk mengumpulkan pendapat tentang berbagai
kegiatan dalam perusahaan.
a. Kebaikan komite
 Merupakan sebuah forum untuk saling bertukar
pendapat diantara beberapa anggota.
 Keputusan ditentukan bersama-sama sehingga dapat
memberikan hasil yang lebih baik.
b. Keburukan komite
 Kesulitan dalam mempersiapkan pertemuankarena
masing-masing anggota sibuk dengan pekerjaannya.
 Keharusan berkompromi.
 Sering menimbulkan kesimpang-siuran dalam
organisasi.
5. Organisasi Matrik
Bentuk baru yang disebut organisasi matrik ini digunakan berdasarkan struktur
organisasi garis dan staf yang sudah ada. Organisasi matrik, juga disebut
organisasi manajemen proyek, dapat didefinisikan sebagai struktur organisasi
dimana para spesialis dari bagian-bagian yang berbeda disatukan untuk
mengerjakan proyek khusus.
a. Kebaikan Organisasi Matrik
 Luwes.
 Memberikan metode untuk memuaskan perhatian
pada masalah.
 Memberikan alat inovasi tanpa menggangu struktur
organisasi yang ada.
b. Keburukan Organisasi Matrik
 Beberapa masalah dapat muncul karena pendekatan
ini melanggar prinsip kesatuan perintah yang
tradisional (satu atasan untuk masing-masing
individu).
 Konflik dapat muncul antara manajer proyek dengan
manajer-manajer bagian lain.

Вам также может понравиться