Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2
METODE PENELITIAN Pengolahan data dengan metode AHP
Metode yang digunakan untuk dalam penelitian ini meliputi :
mengetahui faktor yang paling dominan dalam 1. Perhitungan eigenvector.
pemilihan lokasi perumahan adalah dengan Nilai Eigenvector diperoleh dengan rumus
pembobotan menggunakan AHP (Analytical Eigenvector = A1/n
Hierarchy Process), sedangkan metode yang 2. Perhitungan Consistency Ratio (CR)
digunakan untuk menentukan lokasi prioritas 𝐶𝐼
pembangunan perumahan adalah dengan analisis CR = dengan
𝑅𝐼
spasial menggunakan SIG (Sistem Informasi CI adalah Consistency Index dan RI adalah
Geografi). Adapun parameter yang digunakan Random Index.
dalam penelitian ini terdiri dari factor dan Dalam hal ini penilaian dapat dikatakan
constraint. konsisten jika nilai CR (consistency ratio)
Factor merupakan suatu kritera yang kurang dari 0,1. Apabila nilai CR
dapat meningkatkan atau mengurangi kesesuaian (consistency ratio) lebih besar dari 0,1 maka
lokasi untuk pembangunan perumahan. Factor dilakukan revisi pendapat. Namun jika nilai
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu CR sangat besar maka informan tersebut
aksesibilitas, fisik lahan (kemiringan lereng dan dihilangkan.
penggunaan lahan), harga lahan, kerawanan 3. Perhitungan bobot faktor
bencana, serta utilitas dan fasilitas umum Bobot faktor diperoleh dengan menghitung
(jaringan listrik, jaringan air minum, fasilitas nilai rata-rata eigenvector dari semua
kesehatan, fasilitas pendidikan). informan.
Constraint merupakan kriteria pembatas
untuk membatasi alternatif yang ada. Dalam Lokasi Proritas Pembangunan Perumahan
penelitian ini yang digunakan sebagai constraint Penentuan lokasi prioritas pembangunan
adalah kesesuaian tata ruang dan juga legalitas. perumahan dilakukan dengan menggunakan SIG
Dalam penelitian ini lokasi perumahan tidak (Sistem Informasi Geografi). Data dikumpulkan
boleh berada di kawasan lindung dan harus dari berbagai dinas berupa peta-peta dasar dari
berada dalam zona perumahan sesuai dengan setiap factor dan constraint. Ada tiga tahap
peruntukan yang ditetapkan dalam dokumen dalam menentukan lokasi prioritas pembangunan
RDTR Kecamatan Kasihan. Lokasi perumahan perumahan yaitu :
juga harus memiliki status tanah yang jelas, a. Analisis Spasial
bukan tanah pemerintah. Analisis spasial dilakukan dengan pembuatan
peta-peta tematik dari factor dan constraint yang
Faktor Dominan dalam Pemilihan Lokasi digunakan. Analisis spasial pada factor
Perumahan dilakukan dengan cara pemberian harkat.
Dalam mengidentifikasi faktor dominan Sedangkan pada constraint, untuk lokasi yang
dalam pemilihan lokasi perumahan di Kasihan tidak sesuai dengan ketentuan yang digunakan
digunakan metode analisa AHP (Analytical maka area tersebut dihilangkan.
Hierarchy Process). Data dikumpulkan melalui b. Overlay Peta Tematik
kuesioner perbandingan berpasangan dan Setelah peta-peta tematik maka
wawancara kepada sejumlah 10 informan. selanjutnya dilakukan overlay. Pada tahap ini
Informan yang dipilih adalah stakeholder yang masing-masing factor diberi bobot sesuai dengan
terlibat langsung dalam pembangunan hasil perhitungan AHP. Adapun bobot masing-
perumahan di Kecamatan Kasihan yaitu pihak masing factor dapat dilihat pada gambar 1.
pemerintah (Bappeda Bantul, Dinas PU Bantul, c. Penentuan Tingkat Prioritas
Pemerintah Kecamatan Kasihan) dan swasta Penentuan tingkat prioritas dilakukan
(pengembang yang mempunyai perumahan di dengan mengkalsifikasi nilai hasil pembobotan
Kasihan). dengan metode interval teratur. Lokasi yang
Dalam kuesioner perbandingan, informan paling baik dan yang paling diprioritaskan untuk
akan menentukan nilai prioritas salah satu faktor lokasi perumahan adalah lokasi yang mempunyai
dibandingakan dengan faktor lain dengan skala prioritas I sedangkan lokasi yang paling rendah
1-9. Semakin besar nilainya maka semakin prioritasnya adalah lokasi yang mempunyai
penting faktor tersebut. prioritas V.
3
juga akan berpengaruh terhadap biaya produksi
HASIL DAN PEMBAHASAAN dan nilai jual perumahan.
Faktor Dominan Dalam Pemilihan Lokasi Fenomena pergeseran perumahan ke arah
Perumahan pinggiran kota termasuk Kecamatan Kasihan
Hasil kuesioner menunjukan masing- juga dipengaruhi oleh tingginya harga lahan di
masing informan memiliki penilaian yang perkotaan Yogyakarta. Faktor harga lahan
berbeda-beda terhadap faktor-faktor pemilihan menempati urutan kedua dengan bobot 0,24.
lokasi perumahan dan disajikan dalam Tabel 1 Artinya pemerintah dan juga swasta dalam
berikut : memilih lokasi perumahan tidak hanya melihat
dari tingkat aksesibilitasnya saja namun juga
Tabel 1. Nilai eigenvector dan CR
melihat dari sisi harga lahan. Harga lahan yang
Utilitas
Infor
Akses Fisik Harga Bencana & CR
tinggi akan menyebabkan biaya produksi juga
man
Fasum tinggi. Namun menurut beberapa pengembang,
1 0,40 0,05 0,08 0,23 0,24 0,067
harga lahan yang rendah belum tentu
2 0,44 0,09 0,24 0,06 0,18 0,093
3 0,49 0,07 0,08 0,20 0,17 0,098
menyebabkan nilai perumahan juga rendah
4 0,50 0,13 0,25 0,07 0,05 0,066 karena ada faktor-faktor lain yang bisa
5 0,05 0,15 0,28 0,48 0,05 0,030 menyebabkan nilai perumahan menjadi tinggi
6 0,26 0,04 0,14 0,49 0,07 0,069
seperti biaya material.
7 0,43 0,15 0,15 0,21 0,06 0,081
8 0,25 0,09 0,43 0,14 0,09 0,073
Faktor kerawanan bencana menempati
9 0,34 0,11 0,28 0,15 0,11 0,038 urutan ketiga dengan bobot 0,22. Dalam
10 0,14 0,14 0,43 0,14 0,14 0 menentukan lokasi perumahan, pemerintah dan
Sumber : Pengolahan data, 2015 swasta juga mempertimbangkan aspek
Hasil perhitungan menunjukan nilai kebencanaan. Sesuai dengan fungsinya,
Rasio Konsistensi (CR) < 0,1 untuk semua perumahan sebagai tempat tinggal harus
informan sehingga nilai eigenvector pada menyediakan lingkungan yang aman dari
masing-masing faktor dapat digunakan karena bencana. Hal ini sesuai dengan UU No 1 Tahun
sudah memenuhi syarat. Nilai eigenvector ini 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
kemudian dihitung rata-ratanya sehingga Permukiman yang menyebutkan bahwa dalam
diperoleh bobot untuk masing-masing faktor. perencanaan kawasan permukiman maupun
Bobot masing-masing factor disajikan dalam perumahan harus mencakup aspek mitigasi
gambar 1. bencana.
Faktor kelengkapan utilitas dan fasilitas
umum menempati urutan keempat dengan bobot
Aksesibilitas
0.11 0,11. Artinya utilitas dan fasilitas umum kurang
Fisik Lahan dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi
0.33 perumahan. Hal ini karena menurut pemerintah
0.22 Harga Lahan
dan swasta, Kecamatan Kasihan sudah memiliki
0.10 Kerawanan utilitas dan fasilitas umum yang cukup. Selain itu
0.24 Bencana wilayah ini juga dekat dengan Kota Yogyakarta
Utilitas & Fasum
yang tentu saja memiliki fasilitas lebih lengkap
seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, dan
Gambar 1. Bobot faktor perdagangan. Perumahan di pinggiran kota
sebagian besar memiliki aksesibilitas yang tinggi
Faktor aksesibilitas menjadi faktor yang sehingga dapat dengan mudah menjangkau
mempunyai bobot paling besar yaitu 0,33. Pihak daerah perkotaan Yogyakarta. Alasan inilah yang
pemerintah dan juga swasta (pengembang) menyebabkan pemerintah dan swasta kurang
sepakat bahwa aksesibilitas merupakan faktor mempertimbangkan faktor ini.
utama dalam pemilihan lokasi perumahan di Sementara faktor yang mempunyai bobot
Kecamatan Kasihan dan dianggap lebih penting paling rendah adalah fisik lahan yaitu 0,10.
daripada faktor lainnya. Alasannya, tingkat Faktor fisik lahan yang dipertimbangkan dalam
aksesibilitas akan mempengaruhi pencapaian penelitian ini adalah kemiringan lereng
suatu lokasi baik jarak maupun waktu tempuh. (topografi) dan juga penggunaan lahan. Faktor
Selain itu secara tidak langsung, aksesibilitas fisik dianggap sebagai faktor yang mempunyai
4
pengaruh kecil dalam pemilihan lokasi pergerakan regional dan pergerakan internal.
perumahan oleh pemerintah dan swasta. Sistem pergerakan regional terbentuk cenderung
Alasannya, dengan rekayasa teknis faktor fisik dipengaruhi oleh struktur aktvitas wilayah yang
tidak menjadi masalah dan masih bisa digunakan lebih luas, baik lingkup kabupaten maupun
untuk lokasi perumahan. provinsi. Secara umum pergerakan yang bersifat
regional pada jalan jalan arteri dan kolektor di
Lokasi Proritas Pembangunan Perumahan Kasihan dipengaruhi oleh beberapa pusat
aktivitas yaitu pusat aktivitas perekonomian
Analisis Spasial
wilayah di Gamping, pusat aktivitas
1. Aksesibilitas
perekonomian di Giwangan, pusat aktivitas
Aksesibilitas adalah kemudahan bergerak
perekonomian di Kota Yogyakarta dan Kota
dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu
Bantul, pusat pemerintahan di Kota Yogyakarta
wilayah yang erat sangkut pautnya dengan jarak
dan Kota Bantul, jalur pariwisata ke Kota
(Bintarto, 1979). Dalam penelitian ini yang
Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Kondisi
menjadi pertimbangan untuk faktor aksesibilitas
diatas menyebabkan perkembangan kawasan di
adalah jarak terhadap jalan utama yaitu jalan
Kasihan cenderung tinggi pada jalur-jalur
arteri dan jalan kolektor. Peta jarak terhadap
regional tersebut.
jalan utama diperoleh dari pengolahan data
Pergerakan penduduk dalam lingkup
jaringan jalan dengan analisis buffer. Analisis ini
internal banyak berasal dari kawasan-kawasan
menghasilkan lima kelas yaitu sangat dekat (<0,5
permukiman dan kawasan perumahan ke pusat-
km), dekat (0,5-1 km), sedang (1-1,5 km), jauh
pusat pelayanan pendidikan, kesehatan maupun
(1,5-2 km), dan sangat jauh (>2 km). Hasil
aktivitas perekonomian. Namun pergerakan
pengolahan data ditunjukan dalam Tabel 2
internal tersebut tetap cenderung tinggi pada
berikut :
simpul-simpul tertentu karena keberadaan
Tabel 2. Luas dan Klasifikasi Jarak terhadap jaringan jalan yang tembus ke jalan arteri
Jalan Utama maupun jalan kolektor.
Sangat Sangat
Dekat Sedang Jauh
Desa Dekat Jauh 2. Fisik lahan (kemiringan lereng)
(Km2) (Km2) (Km2)
(Km2) (Km2)
Bangunjiwo 3,72 3,64 3,66 1,47 2,89 Berdasarkan hasil pengolahan data,
Ngestiharjo 2,08 1,84 0,89 - - kemiringan lereng di Kecamatan Kasihan
Tamantirto 4,44 2,41 0,07 - - bervariasi antara 0-2%, 2-8%, dan 8-15%. Desa
Tirtonirmolo 2,68 1,88 0,55 - - Tamantirto, Ngestiharjo, dan Tirtonirmolo secara
Total 12,92 9,77 5,18 1,47 2,89 umum didominasi oleh lahan dengan kemiringan
Sumber : Analisis,2015 lereng 0-2%. Sementara Desa Bangunjiwo
memiliki lahan yang cukup bervariasi namun
Berdasarkan pengolahan data sebagian besar didominasi oleh kemiringan
menunjukan bahwa Kecamatan Kasihan lereng 8-15% dengan luas 1054,44 Ha.
memiliki akasesibilitas yang cukup baik Kemiringan lereng tiap desa dapat dilihat dalam
ditunjukan dengan 12,92 km2 daerahnya Tabel 3.
memiliki kelas sangat dekat dengan jalan utama
Tamantirto menjadi desa yang mempunyai Tabel 3. Kemiringan Lereng Kecamatan
aksesibilitas paling baik apabila dilihat dari Kasihan
luasan daerah yang dekat dengan jalan utama. Luas Kemiringan Lereng (Ha)
Desa
Desa Tamantirto memang mempunyai lokasi 0-2% 2-8% 8 - 15 % Total
yang strategis karena berada di tengah-tengah Bangunjiwo 446,61 37,97 1054,44 1539,02
Kecamatan Kasihan serta di lewati jalan arteri Ngestiharjo 481,14 - - 481,14
primer yaitu jalan Ringroad. Terlebih Tamantirto 612,70 - 79,84 692,54
perkembangan pemanfaatan ruang dan kegiatan Tirtonirmolo 502,70 - 8,41 511,11
selama ini terdapat pada ruas Jalan Ringroad Total 2043,14 37,97 1142,68 3223,80
Selatan – Ringroad Barat berupa Sumber : Analisis, 2015
perdagangan/jasa dan perkantoran. 3. Fisik lahan (penggunaan lahan)
Dalam RDTRK Kasihan tahun 2014- Dalam penelitan ini penggunaan lahan
2034 disebutkan bahwa pergerakan penduduk yang paling baik dan mempunyai nilai paling
BWP Kasihan terbagi menjadi dua, yaitu
5
tinggi untuk lokasi perumahan adalah kebun 5. Kerawanan bencana
campuran sedangkan yang paling jelek adalah Dalam penelitian ini kerawanan bencana
sawah. Selain itu calon lokasi untuk yang digunakan adalah gempa bumi. Tingkat
pembangunan perumahan adalah lahan yang bahaya gempa bumi di Kasihan dapat
belum terbangun. Apabila dilihat dalam tabel 4.4, dikategorikan atas tingkat bahaya sedang hingga
lahan non terbangun yang tersedia di Kecamatan bahaya tinggi. Tingkat bahaya tinggi terutama
Kasihan seluas 1.3444,47 hektar. Kelas dan berada di wilayah Desa Tirtonirmolo dan
luasan penggunaan lahan Kecamatan Kasihan Bangunjiwo. Wilayah Bangunjiwo yang berada
dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut : di tingkat bahaya tinggi mencapai 334,76 Ha,
sedangkan wilayah Ngestiharjo mencapai 233,05
Tabel 4. Kelas Penggunaan Lahan Ha. Hasil analisis tingkat bahaya gempa bumi di
Kasihan dapat dilihat dalam Tabel 6 berikut :
Luas Penggunaan Lahan (Ha)
Desa Non Terbangun
Terbangun Tabel 6.Tingkat Bahaya Gempa Bumi
Baik Sangat Jelek
1. Bangunjiwo 260,25 597,43 681,31 Tingkat Bahaya
Desa
2. Ngestiharjo 68,63 5,71 406,78 Sedang (Ha) Tinggi (Ha)
3. Tamantirto 207,70 31,43 453,39 1. Bangunjiwo 1180,71 334,76
4. Tirtonirmolo 165,34 7,94 337,80 2. Ngestiharjo 245,16 233,05
Jumlah 701,94 642,53 3. Tamantirto 393,35 265,97
Total 1.344,47 1.879,31 4. Tirtonirmolo 107,20 477,80
Sumber : Analisis,2015 Total 1926,42 1311,58
Sumber : RDTRK Kasihan, 2015
4. Harga lahan
Dalam penelitian ini data harga lahan 6. Utilitas (jaringan air minum)
didapatkan dari BPN berupa Peta Zonasi Nilai Berdasarkan hasil pengolahan data
Tanah (ZNT) Kecamatan Kasihan tahun 2014. hampir sebagian besar Desa Bangunjiwo masih
Dari data harga lahan ini kemudian dilakukan belum terlayani jaringan air minum. Dapat dilihat
klasifikasi sehingga menghasilkan kelas yaitu dalam tabel bahwa 1,66 km2 wilayahnya berada
harga sangat rendah (<Rp 215.800), rendah (Rp jauh dari jaringan air minum, dan 8,24 km2
215.800-Rp 431.600), sedang (Rp 431.600-Rp wilayahnya berada sangat jauh dari jaringan air
647.400), tinggi (Rp 647.400-Rp 863.200), minum. Hasil analisis jarak terhadap jaringan air
sangat tinggi (>863.200). minum dapat dilihat dalam Tabel 7 berikut :
Berdasarkan klasifikasi data zonasi harga
lahan Kecamatan Kasihan, hampir setengah Tabel 7. Jarak terhadap Jaringan Air Minum
wilayah kecamatan ini mempunyai harga tanah Sangat
Dekat Sedang Jauh
Sangat
Desa Dekat Jauh
sangat rendah yaitu berkisar antara Rp 0,00 (Km2) (Km2) (Km2)
(Km2) (Km2)
sampai Rp 215.000,00. Tanah tersebut sebagian Bangunjiwo 2,38 1,53 1,59 1,66 8,24
besar berada di Desa Bangunjiwo dengan luas Ngestiharjo 4,24 0,51 0,06 - -
mencapai 1.341 Ha. Luas wilayah berdasarkan Tamantirto 3,41 1,57 0,74 0,49 0,72
klasifikasi harga lahan dapat dilihat dalam Tabel Tirtonirmolo 1,57 1,41 0,66 0,33 1,15
6
Tabel 8. Klasifikasi Jarak terhadap Jaringan perumahan merupakan peruntukan ruang yang
Listrik terdiri atas kelompok rumah tinggal yang
Sangat Sangat mewadahi kehidupan dan penghidupan
Dekat Sedang Jauh
Desa Dekat
(Km2) (Km2) (Km2)
Jauh masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya.
(Km2) (Km2)
Bangunjiwo 7,73 3,78 1,97 1,06 0,86 Berdasarkan hasil pengolahan data, sebagian
Ngestiharjo 3,90 0,79 0,12 0,01 - besar wilayah Kecamatan Kasihan mempunyai
Tamantirto 3,91 2,05 0,89 0,07 -
Tirtonirmolo 4,24 0,71 0,16 0,00 -
peruntukan lahan untuk perumahan yaitu
Total 19,78 7,33 3,13 1,14 0,86 mencapai 1.880,03 hektar yang mencakup
Sumber : Analisis, 2015 seluruh desa. Artinya, dari luas total wilayah
Kecamatan Kasihan, hanya 1.880,03 hektar yang
8. Fasilitas (kesehatan) boleh digunakan untuk lokasi perumahan.
Fasilitas kesehatan merupakan salah satu fasilitas Sementara untuk tingkat desa, Bangunjiwo
yang menjadi prioritas pertama yang harus selalu mempunyai zona perumahan yang paling tinggi
diadakan untuk menunjang pelayanan kesehatan yaitu mencapai 789,39 Ha diikuti Tamantirto
bagi masyarakat sekitar. Fasilitas kesehatan seluas 453,35 ha, Ngestiharjo seluas 347,96 ha
tingkat terendah di setiap kecamatan adalah dan terakhir Tirtonirmolo seluas 289,34 ha.
puskesmas. Peruntukan ruang Kecamatan Kasihan
Kecamatan Kasihan mempunyai dua selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 9.
puskesmas yang lokasinya ada di Desa
Bangunjiwo dan Tirtonirmolo. Berdasarkan
analisis kebutuhan di dalam RDTR Kecamatan Tabel 9. Peruntukan Ruang Kecamatan Kasihan
Kasihan, untuk sarana puskesmas ini dengan
Bangun Ngesti Taman Tirtonir
proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2034 Zona
jiwo (Ha) harjo (Ha) tirto (Ha) molo (Ha)
sudah mencukupi dan tidak memerlukan Industri 122,08 0,45 1,45 43,28
penambahan unit. Apabila dilihat dari lokasinya, Lainnya 564,17 33,36 43,41 69,75
puskesmas ini mudah dijangkau oleh Lindung 5,56 - 2,69 7,40
masyarakat. Terlebih sekarang sudah banyak Pelayanan
9,48 8,29 24,56 1,88
Umum
sarana kesehatan yang mendukung seperti Perdagangan 42,46 87,83 160,56 97,52
praktek dokter, apotek, hingga poliklinik. Perkantoran 0,50 3,60 3,47 -
Perumahan 789,38 347,96 453,35 289,34
9. Fasilitas (pendidikan) Total 1533,64 481,48 689,49 509,17
Fasilitas pendidikan merupakan salah
satu pertimbangan dalam pemilihan lokasi 11. Legalitas
perumahan karena memegang peran penting Legalitas merupakan hal yang sangat
dalam upaya meningkatkan mutu kualitas penting kaitanya dalam pemilihan lokasi
sumber daya manusia. Dilihat dari aspek lokasi, pembangunan perumahan. Legalitas berkaitan
perumahan yang dekat dengan sarana pendidikan dengan sertifikasi lahan yang akan dijadikan
akan sangat memudahkan dalam hal efisiensi lokasi perumahan. Lokasi yang dijadikan
waktu. Fasilitas pendidikan yang ada di Kasihan perumahan harus mempunyai jaminan kepastian
terdiri dari berbagai tingkat pendidikan dari hukum atas status tanah penguasaanya sesuai
Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah dengan peraturan perundang-undangan yang
Menengah Atas (SMA). berlaku.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka Dalam penelitian ini, data tentang status
sebaran fasilitas pendidikan semakin tidak tanah di Kecamatan Kasihan belum didapatkan
merata. Pada tingkatan TK dan SD semua desa sehingga digunakan data tanah sultan ground.
memiliki fasilitas pendidikan tersebut, namun Tanah sultan ground dalam penelitian ini tidak
untuk SLTP dan SLTA hanya beberapa desa dipakai atau dihilangkan sebagai lokasi untuk
yang memilikinya. Untuk SLTA hanya tersedia perumahan.. Berdasarkan pengolahan data, tanah
di Desa Tirtonirmolo dan Ngestiharjo. sultan ground di Kecamatan Kasihan tersebar di
seluruh desa dengan luas total 45,69 Ha. Tanah
10. Pola ruang tersebut paling luas berada di Desa Tamantirto
Di dalam RDTR terdapat konsep rencana dengan luas total 22,61 Ha. Sebaran tanah sultan
pola ruang berisi rencana distribusi sub zona selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 10.
peruntukan termasuk juga zona perumahan. Zona
7
Tabel 10. Sebaran Tanah Sultan Ground Dari 16 calon lokasi untuk perumahan, 11
Sultan Ground diantaranya berada di Desa Bangunjiwo
No Desa
(Ha) sedangkan sisanya berada di Desa Tamantirto.
1. Bangunjiwo 17,53 Hal ini menunjukan bahwa Desa Bangunjiwo
2. Ngestiharjo 0,14 memang potensial untuk dijadikan lokasi
3. Tamantirto 22,61 perumahan. Hal ini selaras dengan Rencana
4. Tirtonirmolo 5,42 Detail Tata Ruang BWP Kasihan yang
Total 45,69 merekomendasikan sebagian besar Desa
Sumber : Analisis, 2015 Bangunjiwo untuk kawasan permukiman dan
tanaman semusim. Apabila dilihat dalam peta
Overlay Peta Tematik dan Penentuan Tingkat pada gambar 3, lokasi yang mempunyai Prioritas
Prioritas I terlihat berdekatan dan berada tidak jauh dari
Lokasi prioritas pembangunan balai desa Bangunjiwo. Selain memiliki akses
perumahan diperoleh berdasarkan hasil overlay yang bagus, kawasan tersebut juga dekat dengan
peta-peta tematik dan juga hasil pembobotan fasilitas pendukung seperti sekolah dan
dengan AHP. Proses overlay peta tematik dapat puskesmas serta dilewati jaringan air minum dan
dilihat dalam gambar 2. Setelah dilakukan listrik.
overlay peta tematik dan pembobotan
selanjutnya dilakukan klasifikasi nilai skor
menjadi 5 kelas untuk menentukan tingkat
prioritas seperti dalam tabel 11.
Berdasarkan pengolahan data, didapatkan
16 lokasi untuk perumahan dengan prioritas I
sampai dengan V. Prioritas I mempunyai luas
total 11,47 ha, Prioritas II mempunyai luas total
24,6 ha, Prioritas III mempunyai luas total 16,54
ha, Prioritas IV mempunyai luas total 10,93 ha,
sedangkan Prioritas V mempunyai luas total 33,6
ha. Terdapat 3 lokasi alternatif yang masuk ke
dalam Prioritas I. Semua lokasi tersebut berada
di Desa Bangunjiwo dan penggunaan lahannya
adalah kebun campuran dengan rincian lokasi 1
seluas 4,38 ha, lokasi 2 seluas 2,5 ha, dan lokasi
3 seluas 4,59 ha.
8
U
9
. Bintarto, R., dan Hadisumarno,S. 1979. Metode
KESIMPULAN Analisa Geografi. LP3ES, Jakarta
1. Faktor yang paling dominan dalam pemilihan Departemen Pekerjaan Umum. 2005. “Tata Cara
lokasi pembangunan perumahan di Pemilihan Lokasi Prioritas untuk
Kecamatan Kasihan menurut pemerintah dan Pengembangan Perumahan dan
swasta adalah faktor aksesibilitas dengan Permukiman di Kawasan Perkotaan”.
bobot 0,33 dengan alasan akan mempengaruhi Bandung : Puslitbang Permukiman
pencapaian suatu lokasi baik jarak maupun Nugraha, Y.K., Nugraha, A.L., Wijaya, A.P.
waktu tempuh. 2014. Pemanfaatan SIG Untuk
2. Terdapat 5 Prioritas lokasi prioritas untuk Menentukan Lokasi Potensial
perumahan di Kecamatan Kasihan yaitu Pengembangan Kawasan Perumahan Dan
Prioritas I (prioritas tertinggi) hingga Prioritas Permukiman. Jurnal Geodesi Undip, 3
V (proritas terendah). Lokasi dengan Prioritas (4), ISSN: 2337-845X
I mempunyai luas 11,47 ha, Prioritas II seluas Pangesti, D. 2015. Aplikasi Sistem Informasi
24,6 ha, Prioritas III seluas 16,54 ha, Prioritas Geografis untuk Pemetaan Lokasi
IV seluas 10,93 ha, serta Prioritas V seluas Kesesuaian Lahan Perumahan di
33,6 ha. Lokasi Prioritas I mempunyai 3 Kelurahan Bangunjiwo, Kasihan, Bantul,
lokasi alternatif yang letaknya berada di Skripsi. Yogyakarta : Universitas Gadjah
sekitar balai desa Bangunjiwo. Ketiga lokasi Mada
ini mempunyai aksesibilitas yang baik serta Ritohardoyo, Su. 2000. Handout Geografi
dekat dengan fasilitas umum seperti fasilitas Permukiman. Yogyakarta : Fakultas
pendidikan dan fasilitas kesehatan. Geografi Universitas Gadjah Mada.
Tyassuci, I.R. 2003. Faktor-faktor Determinan
SARAN Lokasi Perumahan Menurut Pengembang
Penelitian ini masih memiliki kekurangan di Kabupaten Sleman dan Bantul, Skripsi.
terutama terkait parameter-parameter yang Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
digunakan. Semakin banyak faktor-faktor yang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
digunakan dalam pemilihan lokasi perumahan Tahun 2011 tentang Perumahan dan
maka akan semakin baik. Dalam penelitian ini Kawasan Permukiman
hanya digunakan beberapa parameter saja, baik
yang mempunyai sifat factor yaitu aksesibilitas,
fisik lahan (kemiringan lereng dan penggunaan
lahan), harga lahan, kerawanan bencana, serta
utilitas dan fasilitas umum (jaringan listrik,
jaringan air minum, fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan) maupun yang mempunyai sifat
constraint yaitu legalitas dan kesesuaian dengan
tata ruang. Banyak faktor-faktor lain yang bisa
ditambahkan untuk parameter seperti fasilitas
perdagangan, besar pajak, jaringan telepon, daya
dukung, daya tampung, arah perkembangan
wilayah dan lain sebagainya sehingga hasil yang
didapatkan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul. 2014.
Statistik Kecamatan Kasihan, Badan
Pusat Statistik, Yogyakarta
Bappeda Bantul. 2010. Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bantul, Yogyakarta,
Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Bantul
10