Вы находитесь на странице: 1из 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik
berupa urine atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung
kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam proses
eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Proses ini
terjadi dari dua langkah utama yaitu: kandung kemih secara progresif terisi
sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang
kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut
refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung
kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan
keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik
medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat
korteks serebri atau batang otak (Tarwoto dan Martonah, 2010)
Eliminasi urine merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan
pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida yaitu
sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hampir
semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena dan
diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium /
keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk
mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan
asam ( Ambarwati, 2014)
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan
dan sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin
akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan
penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk
sampah didalam urin ( Ambarwati, 2014)

1
B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Gangguan Kebutuhan Eliminasi : Eliminasi Urine

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memperoleh pengalaman nyata dan perencanaan
asuhan keperawatan dasar pada pasien dengan Gangguan Eliminasi Urine
di Ruang Kepodang Bawah RSUD Ajibarang

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penyusunan ini


adalah penulis mampu :

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Tn.A dengan


Gangguan Eliminasi Urine
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Tn. A dengan
Gangguan Eliminasi Urine
c. Merumuskan tujuan keperawatan pada pasien Tn.A dengan
Gangguan Eliminasi Urine
d. Merumuskan rencana keperawatan pada pasien Tn.A dengan
Gangguan Eliminasi Urine
e. Mengevaluasi tindakan Keperawatan pada pasien Tn.A dengan
Gangguan Eliminasi Urine

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kebutuhan Eliminasi
1. Definisi
Eliminasi Menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah pengeluaran,
penghilangan, penyingkiran, penyisihan. Dalam bidang kesehatan,
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa
urin atau bowel (feses). Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-
sisa metabolisme berupa urine. (Tarwoto dan Martonah, 2010)
Gangguan eliminasi urine adalah gangguan keadaan ketika seorang
mengalami atau resiko mengalami disfungsi eliminasi urine (Lynda, 2010)
Masalah-masalah eliminasi urine:
a. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah Ketidakmampuan otot sphincter
eksternal sementara atau tetap untuk mengontrol ekskresi urine. Ada
dua jenis Inkontinensia Urine yang pertama yait stress inkontinensia
adalah stress yang terjadi pada saat tekanan intra-abdomen
meningkat seperti pada saat tertawa. Kedua urge inkontinensia yaitu
inkontinensia yang terjadi pada saat pasien terdesak ingin berkemih,
hal ini terjadi akibat adanya infeksi saluran kemih bagian bawah
bladder. (Tarwoto dan Martonah, 2010)
b. Retensi Urine
Retensi urine adalah Penumpukan urine dalam kandung kemih
akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan
kandung kemih. Penyebab distensi bladder yaitu urine yang terdapat
dalam bladder melebihi 400 ml, sedangkan normalnya urine dalam
bladde 250-400 ml (Tarwoto dan Martonah, 2010)

3
2. Anatomi dan Fisiologi organ yang berhubungan dengan KDM Eliminasi
Organ yang berperan dalam proses eliminasi urine menurut
Ambarwati (2014) yaitu:
a. Ginjal
Organ ginjal berbentuk kurva yang terletak diarea retroporitonial
pada bagian belakang dinding abdomen disamping depan vertebra,
teringgi torakal 12 sampai lumbal ke 3. Pada orang dewasa
panjangnya kira-kira 12 cm dan lebarnya 5-7,5 cm dan tebalnya 2,5
cm, beratnta sekitar 150 gram. Ginjal disokong oleh jaringan adiposa
dan jaringan penyokong yang disebut fasia gerota serta dibungkus
oleh kapsul ginjal yang berguna untuk mempertahanka ginjal,
pembuluh darah dan kelenjar adrenal terhadap adanya trauma. Ginjal
terdiri atas tiga area yaitu korteks, medulla dan pelvis.
Nefron merupakan unit struktural dan fungsional ginjal. Satu
ginjal mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan unit
pembentukan urine. Proses filtrasi, absorbsi, dan sekresi dilakukan
oleh nefron. Filtrasi terjadi di glomerulus yang merupakan gulungan
kapiler yang dikelilingi oleh kapiler dan dikelilingi oleh kapsul epitel
berbanding ganda yang disebut kapsul broman. Filtrasi glomerular
adalah perpindahan cairan dan zat terlarut dari kapiler grumerular.
(Glomerular Filtrasi Rate) GFR adalah jumlah filtrate yang terbentuk
permenit dari semua nefron pada kedua ginjal. GFR merupakan
indikasi jumlah filtrasi yang terjadi, rata-rata jumlah GFR normal
pada dewasa adalah 125 ml/menit atau 180 liter/24 jam.
b. Ureter
Ureter adalah tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara
dikandung kemih. Panjangnya sekitar 25 cm dan diameternya 1,25
cm. Bagian atas ureter dilatasi dan melekat pada hilus ginjal,
sedangkan bagian bawahnya memasuki kandung kemih pada sudut
posterior dasar kandung kemih. Urine didorong melewati ureter
dengan gelombang peristalsis yang terjadi sekitar 1-4 kali/menit.

4
Pada pertamuan ureter dan kandung kemih, terdapat lipatan
membran mukosa yang bertindak sebagai katup guna mencegah
refluks urine kembali ke ureter sehingga mencegah penyebaran
infeksi dari kandung kemih keatas.
c. Kandung kemih
Kandung kemih (vesika urinaria) adalah kanting muskular
tempat urine bermuara dari ureter. Ketika kosong atau setengah
terisi, kandung kemih terletak dibelakang simfisi pubis. Pada pria,
Kandung kemih terletak diantara kelenjar prostat dan rektum, pada
wanita kandung kemih terletak diantara uretus dan vagina. Dinding
kandung kemih sangat elastis sehingga mampu menahan renggangan
yang besar. Pada pria, kandung kemih bisa melebihi simfisi pubis,
bahkan bisa setinggi umbilikus.
d. Uretra
Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra.
Panjang uretra pada pria sekitar 20 cm dan membentang dari
kandung kemih sampai ujung penis. Uretra pria terdiri atas tiga
bagian, yaitu uretra pars prostatika, uretra pars membranosa, dan
uretra pars spongiosa. Pada wanita panjang uretra sekitar tiga cm dan
membentang dari kandung kemih sampai lubang diantara labia
minora 2,5 cm dibelakang klitoris, karena uretranya yang pendek,
wanita lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih.
3. Faktor yang mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine menurut Ambarwati
(2014) meliputi :
a. Pertumbuhan dan perkembangan
Jumlah urine yang dieksresikan dapar dipengaruhi oleh usia dan
berat badan seseorang. Normalnya, bayi dan anak mengeksresikan
400-500 ml urin setiap harinya. Sedangkan orang dewasa
mengeksresikan 1500-1600 ml urine perhari. Seiring penuaan, lansia
juga mengalami perubahan pada fungsi ginjal dan kandung kemih

5
sehingga mengalami perubahan pada pola eliminasi urine.
Sedangkan ibu hamil dapat mengalami peningkatan keinginan miksi
akibat adanya penekanan pada kandung kemih.
b. Asupan makanan dan cairan
Kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan dan minuman tertentu
(misalnya teh, kopi, coklat, alkohol) dapat menyebabkan
peningkatkan eksresi urine karena dapat menghambat hormon anti
diuretik (ADH).
c. Kebiasaan atau gaya hidup
Gaya hidup ada kaitanya dengan kebiasaan berkemih. Misalnya,
seorang terbiasa buang air kecil disungai akan mengalami kesulitan
jika harus berkemih ditoilet atau menggunakan pispot pada saat
sakit.
d. Faktor psikologis
Kondisi stress dan cemas dapat mengakibatkan peningkatan
stimulus berkemih.
e. Aktivitas dan tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan kerja (kontruksi) otot kandung
kemih, abdomen dan pelvis. Jika terjadi gangguan pada gangguan
tonus otot, dorongan untuk berkemih juga akan berkurang. Aktivitas
dapat meningkatkan kemampuan metabolisme dan produksi urine
secara optimal.
f. Kondisi patologis
Kondisi sakit seperti demam dapat menyebabkan penurunan
produksi urine akibat banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui
penguapan kulit. Kondisi inflamasi dan iritasi organ kemih dapat
menyebabkan retersi urine.
g. Medikasi
Penggunaan obat tertentu seperti diuretik dapat meningkatkan
haluan urine, sedangkan pengguanan anti kolinergik dapat
menyebabkan retensi urine.

6
h. Prosedur pembedahan
Tindakan pembedahan menyebabkan stress yang akan memicu
sindrom adaptasi umum kelenjar hipofisis anterior akan melepaskan
hormon ADH sehingga meningkatkan reabsorpsi air dan
menurunkan haluan urine. Selain itu, respon stress juga
meningkatkan kadar aldosteron yang mengakibatkan penuruanan
haluan urine.
i. Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur pemeriksaan saluran kemih sepertti plelogram
intravena dan urogram, tidak membolehkan pasien mengkonsumsi
cairan peroral sehingga akan mempengaruhi haluan urin. Selain itu,
pemeriksaan diagnostik yang bertujuan melihat langsung struktur
perkemihan (misalnya, sitoskopi) dapat menyebabkan edema pada
outlet uretra dan spasme pada sfringter kandung kemih ini
menyebabkan pasien sering mengalami retensi urine dan
mengeluarkan urine berwarana merah muda akibat pendarahan.
4. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Medis Menurut Afrian (2017) pembagian besar
prostat derajat I sampai dengan IV digunakan untuk menentukan cara
penangan BPH:
a. Derajat I
Belum diperlukan tindakan pembedahan, biasanya diberikan
pengobatan konservatif, dengan memberikan obat penghambat
adrenoreseptor alfa (alfatosi, terazoin, paratosin) atau obat anti
androgen yang menekan hormon I.H
b. Derajat II
Dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra
c. Derajat III
Residu urin > 100 ml. Merupakan batas indikasi
dilakukannya endoskopi melalui uretra

7
d. Derajat IV
Tindakan pertama adalah dengan katerisasi, selain itu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnosis kemudian
devenitif dengan TUR (trans uretra resection) atau pembedhan
terbuka

Pembedahan menurut Afrian (2017) yaitu :

a. Prostatectomy
Reseksi bedah benigna prostat yang memotong uretra untuk
meperbaiki aliran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut.
b. Transuretal Resection of the Prostate (TURP)
Jaringan prostat obstruktif dari lobus medial sekitar uretra
diangkat dengan sitoskop/retroskop dimasukkan melalui uretra
c. Suprapubis/ open prostatectomy
Diindikasikan untuk massa lebih dari 60 gr/60 cc. Penghambat
jaringan prostat diangkat melalui insisi garis tengah bawah dibuat
melalui kandung kemih. Pendekatan ini lebih ditujukan pada akibat
batu kandung kemih
d. Retropubis Prostatectomy
Massa jaringan prostat hipertropi (lokasi tinggi sebagian pelvis)
diangkat melalui insisi abdomen bawah tanpa pembukaan kandung
kemih
e. Parical prostatectomy
Massa prostat besar dibawah area pelvis diangkat melalui insisi
diantara skrotum dan rektum. Prosedur radikal ini dilakukan untuk
kanker dan dapat mengakibatkan impotensi.

8
Pasien yang keadaan umumnya tidak memungkinkan untuk
dilakukan pembedahan dapat diusahakan dengan:
a. Transuretral Microwave Thermothrapi (TUMT)
Pemanasan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke
kelenjar prostat melalui antena yang dipasang pada ujung kateter
b. Tranuretral Ultrasound Guarded Laser Induced Prostatectomy
(TULIP)
Penggunaan sinar laser
c. Transuretal Ballon dilatation (TUBD)
Uretra pars prostatic dilatasi dengan balon yang dikembangkan
didalamnya.

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputo bagaimana kebiasaan berkemih serta
hambatannya.
2) Pola berkemih
a) Frekuensi berkemih (Frekuensi berkemih menentukan berapa
kali individu berkemih dalam waktu 24 jam)
b) Urgensi ( Perasaan seseorang untuk berkemih seperti
seseorang sering ketoilet karena takut mengalami
inkontinensia jika tidak berkemih.)
c) Disturia. (Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih.)
d) Poliuria. (Keadaan produksi urine yang abnormal dalam
jumlah besar tanpa adanya peningkatan asupan cairan.)
e) Urinaria Supresi. (Keadaan produksi urine yang berhenti
secara mendadak. Secara normal, produksi urine oleh ginjal
pada orang dewasa memiliki kecepatan 60-120ml/jam (720-
1440ml/hari))

9
f) Volume urine. (Volume urine menentukan berapa jumlah
urine yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam.)
3) Faktor yang mempengaruhi berkemih : Diet, Gaya hidup, Tingkat
aktivitas, Stress psikologis dapat meningkatkan frekuensi
keinginan berkemih.
b. Pemeriksaan fisik
1) Abdomen
Periksa pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi
kandung kemih, pembesaran ginjal, nyeri tekan pada kandung
kemih.
2) Genitalia
Kebersihan genitalia, amati adanya bengkak, rabas atau
radang pada meatus uretra. Pada laki-laki kaji adanya lesi,
pembesaran skrotum atau nyeri tekan. Pada wanita kaji adanya
lesi, nodul dan adanya radang pada labia minora atau mayora.
3) Intake dan output cairan
Kaji intake dan output cairan dalam sehari
Kebiasaan minum
Intake : cairan infus, oral, makanan, NGT.
Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui
ketidakseimbangan cairan.
Output urine dari urinal, cateter bag, drainage ureterostomy,
sistostomi.
Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.
4) Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan urine
Warna normal : jernih
Penampilan normal : jernih
Bau normal : beraroma
PH normal : 4,5-8,0
Berat normal : 1000-1030

10
Glukosa normal : negatif
Keton normal : negatif
b) Kultur urine normal : kuman patogen negatif

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Gangguan Eliminasi


Urine
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan eliminasi
urine menurut Hermand (2015) yaitu :
a. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan infeksi saluran
kemih.
b. Retensi urine berhubungan dengan sumbatan saluran perkemihan.
c. Inkontinensia urinarius fungsional berhubungan dengan keterbatasan
neuromuskular
d. Inkontinensia urine aliran berlebih berhubungan dengan program
pengobatan
e. Inkontinensia urine refleks berhubungan dengan kerusakan jaringan
f. Inkontinensia urine stress berhubungan dengan kelemahan otot
pelvik
g. Inkontinensia urine dorongan berhubungan dengan infeksi saluran
kemih

3. Fokus Intervensi
Fokus intevensi menurut Gloria (2016) yaitu :
a. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan infeksi saluran
kemih.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan masalah eliminasi urine dapat teratasi, dengan kriteria
hasil sebagai berikut :
No Indikator Awal Tujuan Akhir
1 Nyeri saat berkemih 3 5
2 Inkontinensia urine 3 5
3 Retensi urine 3 5

11
Keterangan :
1 : berat
2 : cukup berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada

Intervensi :
1) Monitor intake dan output
2) Pertahankan sistem drainase kemih tertutup dan terhalang.
3) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai perawatan kateter yang
tepat.
4) Lakuka pengosongan kantung kateter jika diperlukan
5) Ajarkan keluarga pasien untuk membersihkan selang kateter
diwaktu yang tepat
6) Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien
7) Tempatkan kantung drainase dibawah permukaan kandung
kemih
Rasional :
1) Untuk mengetahui kebutuhan cairan secara teratur
2) Agar air urine tidak keluar dari urine bag
3) Agar tetap bersih dan tidak terjadi infeksi
4) Agar tidak terlalu penuh di urine bag
5) Agar pasien dan keluarga dapat melakukanya sendiri
6) Agar pasien nyaman dan dapat beristirahat
7) Agar air mengalir dan tidak kembali ke kandung kemih

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada Tn.A di Ruang Kepodang Bawah RSUD
Ajibarang dengan Gangguan Eliminasi Urine pada tanggal 18 Juli 2018,
pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Juli 2018 di Ruang Kepodang Bawah
RSUD Ajibarang. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Identitas klien
Pada data biografi didapatkan nama pasien adalah Tn.A berumur
68 tahun, jenis kelamin laki-laki, beralamat di pangebatan. Pasien sudah
menikah, beragama islam. Pasien masuk RS tanggal 18 Juli 2018 dan
dikaji pada tanggal 19 Juli 2018. Sumber informasi adalah pasien.
2. Riwayat penyakit
Keluhan utama saat masuk RS yaitu pasien mengatakan datang
dengan keluhan nyeri saak BAK dan BAK sedikit. Keluhan utama saat
pengkajian yaitu pasien mengatakan nyeri saat BAK, terasa senut-senut,
skala nyeri 3-4, nyeri yang dirasakan hilang timbul. Pasien datang dari poli
bedah dengan keluhan nyeri BAK, Bak sedikit, terpasang kateter, skala
nyeri 3-4, terasa senut-senut, nnyeri hilang timbul, pasien cemas karena
rencana operasi. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit ini
dahulu, pasien mengatakan dari anggota keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit seperti ini, dengan diagnosa medik BPH
3. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
Intake Makanan : Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x
sehari dengan nasi,sayur,sedangkan selama sakit pasien hanya makan
setengah porsi dari RS. Intake cairan : pasien mengatakan sebelum sakit
minum 6-8 gelas sehari sedangkan selama sakit pasein hanya minum 4-5
gelas dalam sehari. Pola eliminasi : pasien mengatakan sebelum sakit BAB
1x dalam sehari konsistensi padat, bau khas dan selama sakit pasien

13
mengatakan BAB 2 hari 1X. Sebelum sakit pasien mengatakan BAK 4-6
kali dalam sehari, bau khas, warna jernih, sedangkan selama sakit
terpasang kateter, warna pekat. Pola aktivitas dan latihan seperti
makan/minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur,
berpindah, ambulasi. Dan ROM pasein masih dibantu oleh orang lain.
Pola tidur dan istirahat sebelum sakit pasien mengatakan tidur
tidak terganggu, nyenyak dan tidur 8 jam/hari sedangkan selama sakit
pasien susah tidur dan sering bangun. Pola persepsi diri sebelum sakit
pasien mengatakan merasa biasa saja, selama sakit pasein mengatakan
merasa cemas terhadap penyakitnya dan operasi.
4. Pemeriksaan fisik
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil yaitu kesadaran
compos metis dengan tanda-tanda vital (TTV) tekanan darah 110/60
mmHg, RR 20x/menit, Nadi 84x/menit, Suhu 36,2c dengan berat badan
60 kg dan tinggi badan 160 cm.
Pada saat pengkajian didapatkan data : konjungtiva anemis, hidung
bersih tidak keluar cairan, telinga simetris, mulut bersih, leher tidak ada
pembesaran thyroid. Pada pemeriksaan genitalia terpasang kateter,
drainage.
Pada pemeriksaan abdomen: inspeksi: berbentuk datar, terdapat
luka jaitan operasi, auskultasi : bising usus, perkusi : suata tympani,
palpasi : nyeri tekan. Pada pemeriksaan ekstermitas atas antara kanan dan
kiri simetris, terpasang selnag infus RL 20 tpm disebelah kiri. Ekstermitas
bawah, kedua kaki simetris dan dapat digerakan tetapi pelan atau terbatas.
5. Program Terapi
a. Injeksi intravena Tamadol 3X100 mg
b. Injeksi intavena Ranitidin 2 X 50 mg
c. Injeksi intravena Phytomenadilone 1X 650 mg
d. Samol forte 3X 650 mg peroral
e. Infus RL 500 mg 20 tpm

14
6. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 13,5 9/dL 14,0-18,0
Leokosit 21,65 10^3/uL 4,8-10,8
Hematokrit 36,2 % 42,0-52,0
Eritosit 4,27 10^6/uL 4,7-6,1
Trombosit 249 10^3/uL 150-450
MCV 84,8 fL 79,0-99,0
MCH 31,6 Pg 27,0-31,0
MCHC 37,3 g/dL 33,0-37,0
RDW 14,4 % 11,5-14,5
MPV 9,3 fL 7,2-11,1
Hitung jenis
Basofil 0 % 0,0-1,0
Eosinofil 0 % 2,0-4,0
Batang 0,0 % 2,00-5,00
Segmen 9,5 % 40,0-70,0
Lemfosit 4 % 25,00-40,00
Monosit 5 % 2,0-8,0

15
B. Analisa Data
Tanggal Data Etiologi Problem
19 Juli 2018 DS: Infeksi saluran Gangguan eliminasi
pasien mengatakan nyeri saat kemih urine
BAK dan Bak hanya sedikit
DO:
terpasang kateter, warna urine
pekat
19 Juli 2018 DS : Ancaman pada status Ansietas
pasien mengatakan merasa terkini
cemas terhadap penyakitnya dan
rencana operasinya
DO :
pasien tampak gelisah, wajah
tegang
TD : 110/60 mmHg
RR : 20 x / menit
Nadi : 84 x /menit
Suhu : 36, 2 C
19 Juli 2018 DS : Agen cedera biologis Nyeri akut
pasien mengatakan nyeri saat
BAK
P : angen cedera biologis
Q : senut – senut
R : digenitalia dan perut
S : skala 3 – 4
T : hilang timbul
DO:
TD : 110/60 mmHg
RR : 20 x / menit
Nadi : 84 x /menit
Suhu : 36, 2 C

C. Diagnosa keperawatan sesuai prioritas


a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih
b. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
c. Nyeri akut berhubungan dengan angen cedera biologis

16
D. Intervensi keperawatan
a. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
masalah eliminasi urine dapat teratasi, dengan kriteria hasil sebagai
berikut :
No Indikator Awal Tujuan Akhir
1 Nyeri saat berkemih 3 5
2 Inkontinensia urine 3 5
3 Retensi urine 3 5
Keterangan :
1 : berat
2 : cukup berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada

Intervensi :
1) Monitor intake dan output
2) Pertahankan sistem drainase kemih tertutup dan terhalang.
3) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai perawatan kateter yang
tepat.
4) Lakuka pengosongan kantung kateter jika diperlukan
5) Ajarkan keluarga pasien untuk membersihkan selang kateter
diwaktu yang tepat
6) Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien
7) Tempatkan kantung drainase dibawah permukaan kandung kemih
Rasional :
1) Untuk mengetahui kebutuhan cairan secara teratur
2) Agar air urine tidak keluar dari urine bag
3) Agar tetap bersih dan tidak terjadi infeksi
4) Agar tidak terlalu penuh di urine bag
5) Agar pasien dan keluarga dapat melakukanya sendiri
6) Agar pasien nyaman dan dapat beristirahat

17
7) Agar air mengalir dan tidak kembali ke kandung kemih

b. Ansietas behubungan dengan ancaman pada status terkini

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


masalah ansietas dapat teratasi dengan kriteria hasil sebagai berikut :

No Indikator Awal Tujuan Akhir


1 Tidak dapat beristirahat 4 5
2 Wajah tegang 3 5
3 Perasaan gelisah 3 5
Keterangan :
1 : berat
2 : cukup berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada

Intervensi :
1) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2) Berikan aktifitas pengganti yang bertujuan untuk mengurangi
tekanan
3) Atur penggunaan obat – obatan yang mengurangi kecemasan secara
tepat
4) Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan
5) Beri objek yang menunjukan perasaan aman
6) Dengarkan pasien
7) Ciptakan suasana aman dan nyaman
Rasional :
1) Agar pasien dan keluarga pasien percaya pada perawat
2) Agar pasien tidak memikirkan penyakitnya
3) Agar pasien dapat tenang dan cemas berkurang
4) Agar perawat dapat mengetahui tanda kecemasan pasien
5) Agar pasien merasa nyaman atas kehadiran perawat

18
6) Agar pasien tidak menyimpan bebannya sendiri
7) Agar pasien tidak gelisah dan dapat beristirahat

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan
nyeri yang dirasakan dapat berkurang dengan kriteria hasil sebagai
berikut :
No Indikator Awal Tujuan Akhir
1 Nyeri yang dilaporkan 3 5
2 Tidak bisa beristirahat 4 5
3 Ekspresi nyeri wajah 3 5
Keterangan :
1 : berat
2 : cukup berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada

Intervensi :
1) Obsevasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan
terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara
efektif
2) Ajarakan prinsip – prinsip menejemen nyeri
3) Gali penggunaan metode farmakologi yang dipakai pasien saat ini
untuk menurunkan nyeri
4) Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
pasien (misalnya, tidur, nafsu makan, perasaan, pengertian,
hubungan, peforma kerja, dan tanggung jawab peran)
5) Gali bersama pasien faktor yang dapat menurunkan nyeri dan
memperberat nyeri
6) kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya, suhu ruangan,
pecahayaan, suara bising)

19
7) gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
Rasional :
1) agar perawat tahu bahwa pasien tidak nyaman akan kondisi saat ini
2) agar dapat menurunkan dan dapat menurunkan nyeri tanpa
menggunkan obat
3) agar nyeri berkurang menggunakan obat
4) agar mengetahui akibat dari nyeri yang dialami
5) agar pasien dapat mengetahui hal yang boleh dan hal yang tidak
boleh dilakukan
6) agar pasien tidak teganggu dengan kondisi sekitar
7) agar perawat tahu apakah ada kepercayaan pasien mengenai nyeri

E. Implementasi
Implementasi hari ke-1
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih
1. Membersihkan lingkungan pasien
2. Mempertahankan sistem drainase kemih tertutup
3. Melakukan pemerikasaan tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan
b. Ansietas berhubungan ancaman pada status terkini
1. Membersihkan lingkungan pasien dan menggunakan pendekatan
yang tenang dan menyakinkan
2. Melakukan pemeriksaan , TD, nadi, suku, RR
3. Mendengarkan keluhan pasien atau apa yang dirasakan pasien
c. Nyeri akut berhubungan agen cedera biologis
1. Membersihkan lingkungan pasien
2. Membersihkan luka dan mengajarkan pasien untuk nafas dalam
3. Melakukan pemeriksaan , TD, nadi, suku, RR

20
Implementasi Hari ke-2

a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih


1. Memonitor intake dan output cairan
2. Melakukan pemeriksaan , TD, nadi, suku, RR
3. Melakukan pengkosongan urine bag
b. Ansietas berhubungan ancaman pada status terkini
1. Melakukan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
2. Mengkaji tanda verbal kecemasan
3. Melakukan pemeriksaan , TD, nadi, suku, RR
c. Nyeri akut berhubungan agen cedera biologis
1. Menentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
2. Melakukan pemeriksaan , TD, nadi, suku, RR
3. Menggali bersama pasien faktor yang dapat menurunkan nyeri
dan memperberat nyeri

Implementasi hari ke-3

a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih


1. Memonitor intake dan output cairan
2. Melakukan pengosongan urine bag
3. Menciptakan lingkungan yang aman dan
4. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman pada pasien
5. Melakukan pemeriksaan TD, nadi, suku, RR
b. Ansietas berhubungan ancaman pada status terkini
1. Menciptakan lingkungan yang aman nyaman bagi pasien
2. Melakukan pemeriksaan TD, nadi, suku, RR
c. Nyeri akut berhubungan agen cedera biologis
1. Menggali penggunaan metode farmakologi yang dipakai dan
memberikan obat injeksi untuk menurunkan nyeri
2. Mencipkan lingkungan yang nyaman bagi pasien
3. Melakukan pemeriksaan TD, nadi, suku, RR
4. Memberikan obat injeksi melalui inta vena

21
F. Evaluasi
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih
S = pasien mengatakan untuk BAK tidak begitu sakit
O= terpasang kateter, warna urine tidak terlalu pekat
A= masalah gangguan eliminasi urine belum teratasi
No Indikator Awal Tujuan Akhir
1 Nyeri saat berkemih 3 5 5
2 Inkontinensia urine 3 5 4
3 Retensi urine 3 5 4
P= lanjutkan intervensi
Monitor intake dan output
Pertahankan sistem drainase kemi tertutup dan terhalang
Lakukan pengosongan kantung kateter jika diperlukan
Tempatkan kantung drainase dibawah permukaan kandung

b. Ansietas berhubungan ancaman pada status terkini


S= pasien mengatakan sudah tidak begitu gelisah, sudah dapat tidur
(beristirahat)
O= pasien tampak rileks, tenang
A= masalah ansietas belum teratasi
No Indikator Awal Tujuan Akhir
1 Tidak dapat beristirahat 4 5 5
2 Wajah tegang 3 5 5
3 Perasaan gelisah 3 5 4
P= lanjutkan intervensi
Berikan aktivitas pengganti untuk mengurangi tekanan
Beri objek yang menunjukan perasaan aman
Dengarkan pasien
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan

22
c. Nyeri akut berhubungan agen cedera biologis
S= pasien mengatakan masih nyeri dibagian perut
P: agen cedera biologis
Q: senut-senut
R: diperut
S: skala nyeri 2
T: hilang timbul
O= pasien tampak rileks, tenang
TD: 120/80 mmHg
S : 36,5C
RR: 24 x/menit
N : 76 x/menit
A= masalah nyeri akut belum teratasi
No Indikator Awal Tujuan Akhir
1 Nyeri yang dilaporkan 3 5 4
2 Tidak bisa beristirahat 4 5 5
3 Ekspresi nyeri wajah 3 5 5
P= lanjutkan interveni
Penggunaan metode farmakologi penurun nyeri,
Ajarkan prinsip manajemen nyeri

23
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada klien Tn.A dengan


Gangguan Eliminasi Urine di ruangan kepodang atas RSUD Ajibarang. Maka
bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan kasus.
Adapun pembahasan ini meliputi proses keperawatan dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksaan keperawatan dan
evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang
dilakukan dimana penulisan berusaha mengkaji klien secara menyeluruh
melalui aspek bio-psikososial dan spritual. Hasil dari pengkajian berupa data
dasar, data khusus, data penunjang pemeriksaan fisik, membaca catatan medis
dan catatan perawatan.
Faktor pendukung adalah dimana klien dan keluarga klien sangat
koperatif, adapun faktor penghambat adalah kurangnya buku referensi yang
tersedia dan alternatif permasalahan adalah lebih sering lagi untuk membaca
buku referensi-referensi yang lain.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan terhadap kesenjangan antara teori dan kasus
jika pada teori terhadap 7 diagnosa keperawatan yaitu:
1. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
2. Retensi urine berhubungan dengan sumbatan saluran perkemihan.
3. Inkontinensia urinarius fungsional berhubungan dengan keterbatasan
neuromuskular
4. Inkontinensia urine aliran berlebih berhubungan dengan program
pengobatan
5. Inkontinensia urine refleks berhubungan dengan kerusakan jaringan
6. Inkontinensia urine stress berhubungan dengan kelemahan otot pelvik

24
7. Inkontinensia urine dorongan berhubungan dengan infeksi saluran
kemih
Sedangkan pada kasus terdapat 3 diagnosa yaitu: diagnosa pertama:
Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih,
kedua: Ansietas berhubungan ancaman pada status terkini, ketiga: Nyeri
akut berhubungan agen cedera biologis. Ada 6 diagnosa secara teori yang
tidak ditemukan pada kasus. Karena pada kasus tidak ditemukan tidak ada
data-data yang menunjang untuk diagnosa tersebut. Sedangkan ada 2
diagnosa yang diangkat pada kasus tetapi tidak terdapat pada teori yaitu
diagnosa Ansietas dan Nyeri Akut. Penulis dapat mengangkat diagnose
tersebut karena penulis dapat menemukan data-data yang menunjang untuk
diagnose tersebut.

C. Intervensi / Perencanaan
Setelah masalah keperawatan dapat diterapkan maka perlu penetapan
rencana keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut.
Kegiatan perencanaan ini meliputi : memperioritaskan masalah, merumuskan
masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan. Perumusan tujun
pada asuhan keperawatan berdasarkan pada merode SMART (spesifik,
measurable, asureble, reality dan time) yaitu secara spesifik dapat diukur
maupun diatasi dengan tindakan keperawatan.
Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
penulis berusaha memperiotaskan berdasarkan kebutuhan menurut maslow.
Intervensi yang dilakukan sesuai pada teori pada waktu pencapaian tujuan
sesuai dengan rencana yang seharusnya perencanaan waktu melakukan
asuhan keperawatan selama 3 hari.
Kriteria hasil yang ada pada tujuan perencanaan, ketika hari terakir
pelaksaan belum teratasi dikarenakan keterbatasan waktu, keterbatasan
perawat.

25
Penulisan menemukan faktor penghambat dalam menetapkan rencana
asuhan keperawatan karena kurangnya faktor pendukung buku referensi
untuk menetapkan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan teori.

D. Impementasi / Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan
yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan dari rencana tindakan yang telah
disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dalam
pencatatan keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut.
Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan
pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk serta
tindakan yang diberikan kepada klien.
Melakukan tindakan keperawatan penggunaan tiga tahap yaitu
independent, dependent dan interpendent. Tindakan keperawatan secara
independent adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa
penunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan yang lainnya. Dependen
adalah tindakan yang sehubung dengan pelaksanaan rencana tindakan medis.
Interpendent adalah tindak keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan
yang memerlukan suatu kerja samadengan tenaga kesehatan yang lain,
misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter, ketrampilan yang harus dimiliki
oleh perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif, dan
sikap psikomator. Dari beberapa perencanaan keperawatan yang sudah
direncanakan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul.

E. Evaluasi
Ada tahap evauasi merupakan tahap akhir dan alat ukur untuk memulai
kebersihan pemberian asuhan keperawatan. Apakah tujuan keperawatan
berhasil. Evaluasi dilakukan sesuai dengan konsep pada diagnosa pertama :
Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih, kedua
: Ansietas berhubungan ancaman pada status terkini, Ketiga Nyeri akut
berhubungan agen cedera biologis.

26
Adapun faktor pendukung adalah adanya kerjasama yang baik antara
penulis dengan perawat ruangan dengan pasien dan keluarga klien cukup
kooperatif. Faktor penghambat adalah kurangnya buku referensi yang
tersedia, alternatif permasalahan adalah lebih giat dalam mencari buku
referensi dan lebih giat lagi untuk membaca.

27
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan.
Dalam bidang kesehatan. Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-sisa
metabolisme. Organ yang berperan dalam proses eliminasi urine yaitu ginjal,
ureter, kandung kemih dan uretra.
Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada klien Tn.A dengan
Gangguan Eliminasi Urine di ruangan kepodang atas RSUD Ajibarang.
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang dilakukan
dimana penulisan berusaha mengkaji klien secara menyeluruh melalui aspek
bio-psikososial dan spritual. Pada kasus terdapat 3 diagnosa yaitu: diagnosa
pertama: Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan infeksi saluran
kemih, kedua: Ansietas berhubungan ancaman pada status terkini, ketiga:
Nyeri akut berhubungan agen cedera biologis. Kegiatan perencanaan ini
meliputi : memperioritaskan masalah, merumuskan masalah, merumuskan
tujuan, kriteria hasil serta tindakan. Perumusan tujun pada asuhan
keperawatan berdasarkan pada merode SMART (spesifik, measurable,
asureble, reality dan time) yaitu secara spesifik dapat diukur maupun diatasi
dengan tindakan keperawatan.
Pelaksanaan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan
yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan dari rencana tindakan yang telah
disusun. Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu cara
pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan
untuk serta tindakan yang diberikan kepada klien. Melakukan tindakan
keperawatan penggunaan tiga tahap yaitu independent, dependent dan
interpendent. Tindakan keperawatan secara independent adalah suatu
tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa penunjuk dan perintah dokter
atau tenaga kesehatan yang lainnya. Dependen adalah tindakan yang
sehubung dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Interpendent adalah
tindak keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu

28
kerja samadengan tenaga kesehatan yang lain, misalnya tenaga sosial, ahli
gizi, dan dokter, ketrampilan yang harus dimiliki oleh perawat dalam
melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif, dan sikap psikomator.
Ada tahap evauasi merupakan tahap akhir dan alat ukur untuk memulai
kebersihan pemberian asuhan keperawatan. Apakah tujuan keperawatan
berhasil. Evaluasi dilakukan sesuai dengan konsep pada diagnosa pertama :
Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih, kedua
: Ansietas berhubungan ancaman pada status terkini, Ketiga Nyeri akut
berhubungan agen cedera biologis.

B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran
sebagai berikut:
1. Untuk perawat
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan dan
dokumentasi keperawatan yang lebih akurat dan lengkap sesuai dengan
keadaan klien guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang
perkembangan kondisi klien serta tindakan yang telah dilakukan
terhadap klien dan menindaklanjuti masalah yang belum teratasi
2. Untuk Mahasiswa diharuskan untuk lebih memahami teori tentang
Asuhan keperawatn pada klien dengan gangguan eliminasi urine
sehingga mampu melaksanakan Asuhan keperawatan pada klien
gangguan eliminasi urine

29

Вам также может понравиться