Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
FAMILY FOLDER
Ray Sirvel
102012030
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang
berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk
pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Hipertensi atau sering disebut penyakit darah
tinggi adalah suatu keadaan dimana pembuluh darah kehilangan elastisitas (yang dosebabkan salah
satunya adalah oleh kondisi pembuluh darah yang sudah tua, kaku dan rapuh), sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pembuluh nadi atau arteri melebihi nilai normal.
Menurut WHO, seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila tekanan darahnya lebih dari
140/90 mmHg. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada
di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia karena tekanan darah tinggi merupakan
penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer
karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus
hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000,
di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka
penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.
Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4%
yang merupakan hipertensi terkontrol. Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil survei kesehatan rumah
tangga (SKRT) tahun 1972, 1986, dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit
kardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai
penyebab kematian nomor satu.
Hipertensi pada penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1%, suatu persentase yang
rendah bila dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi (33,3%), jadi merupakan faktor
risiko yang kurang penting. Juga kenaikan prevalensi dengan naiknya umur tidak dijumpai.
Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah.
Tujuan program penanggulangan penyakit kardiovaskuler adalah mencegah peningkatan jumlah
penderita risiko penyakit kardiovaskuler dalam masyarakat dengan menghindari faktor penyebab
seperti hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, merokok, stres, obesitas, riwayat keluarga dan lain-
lain
Faktor penyebab hipertensi 90% belum diketahui secara pasti, tapi berkaitan dengan gaya
hidup/ life style (pola makan tidak sehat, tingkat kesibukan yang sangat tinggi dan tingkat stress
tinggi, kurang istirahat dan olah raga).
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit yang mengakibatkan tidak seimbangnya
kemampuan tubuh menggunakan makanan secara efisien yang disebabkan oleh pankreas gagal
memproduksi insulin atau terjadi misfungsi tubuh yang tidak bisa menggunakan insulin secara
tepat. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronik yang prevalensinya terus meningkat
setiap tahun . Jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia tahun 2000 mencapai 8,43 juta jiwa
dan diperkirakan mencapai 21,257 juta jiwa pada tahun 2030, bahkan saat ini prevalensi DM di
Indonesia menduduki urutan ke empat di dunia setelah India, China dan Amerika Serikat.
WHO memperkirakan sekitar 4 juta orang meninggal setiap tahun akibat komplikasi DM.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan (DepKes) angka prevalensi penderita diabetes di
Indonesia pada tahun 2008 mencapai 5,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 12 juta
jiwa. Penyakit DM terdiri dari DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1 yaitu diabetes yang bergantung
pada insulin di mana tubuh kekurangan atau tidak diproduksinya hormon insulin sedangkan DM
tipe 2 yaitu keadaan di mana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan
semestinya.1 Penyakit DM tipe 2 di Indonesia merupakan salah satu penyebab utama penyakit tak
menular atau sekitar 2,1% dari seluruh kematian.
Diperkirakan sekitar 90% kasus DM di seluruh dunia tergolong DM tipe 2. Jumlah
penderita DM tipe 2 semakin meningkat pada kelompok umur dewasa terutama umur > 30 tahun
dan pada seluruh status sosial ekonomi Obesitas terutama yang bersifat sentral merupakan salah
satu factor yang mempengaruhi timbulnya penyakit DM Tipe 2. Timbunan lemak yangberlebihan
di dalam tubuh dapat mengakibatkan resistensi insulin yang berpengaruh terhadap kadar gula
darah penderita diabetes mellitus.1
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tentang penyakit Diabetes Melitus baik penyebab dan
komplikasinya serta menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran secara
komprehensif dan holistik dan peran aktif dari pasien dan keluarga.
2. Untuk memenuhi tugas Skill Lab Family Folder pada blok community medicine.
3. Meningkatkan kesadaran pasien dan keluarganya mengenai pentingnya kesehatan.
4. Memantau perkembangan penyakit pasien serta kepatuhan pasien menjalani terapi.
Serta memberikan penjelasan mengenai pentingnya minum obat untuk mencegah
kekambuhan penyakit.
5. Memberikan penyuluhan mengenai faktor faktor resiko untuk early diagnosis penyakit
pasien sehingga penanganannya lebih baik.
6. Menciptakan komunitas masyarakat yang sehat.
1.4 Metode
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data ini adalah metode observasi, yaitu dengan
melakukan kunjungan langsung ke rumah pasien dengan mendapat alamat dan data dasar dari
Puskesmas Jelambar II.
Bab II
Kunjungan Rumah
I. Identitas pasien :
Nama : Lasmini
Umur : 61 tahun
Telepon : 081280650026
V. Spiritual keluarga
a. Ketaatan beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik
X. Keluhan utama :
Kepala pusing
Tanda-tanda vital :
Beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk diagnosis dan evaluasi adalah riwayat
penyakit, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan fisik, laboratorium (darah, urin,
elektrolit, KGD, kolesterol dll.) dan pemeriksaan khusus (EKG, X-Ray thorax dll).
c. Kuratif :
- Terapi medikamentosa :
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat( Pengobata hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi ( Joint National Committee On Detection,
Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988 ) menyimpulkan
bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi :
Diuretik: HCT 1-2 X 25 mg/ hari atau furosemid 1-2 X 40 mg/ hari.
Kontraindikasi: DM, Gout
Beta bloker : Propanolol 2-3 X 10 mg / hari. Kontraindikasi : Asma, DM,
Gagal Jantung
Adrenergik neuron bloker : Reserpin 1-3 X 0,1 mg . Kontraindikasi : ulkus
ventrikuli
ACE-inhibitor: captopril 2-3 × 12,5-25 mg
Dan lain-lain
XVIII. Prognosis
Penyakit : dubia ad bonam
Keluarga : bonam
Masyarakat : bonam
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 8 Juli 2014, didapatkan bahwa
pasien menderita hipertensi. Pasien berusia 56 tahun. Pasien memberi perhatian yang cukup baik
akan keadaan kesehatan dirinya dan anggota keluarganya. Pasien seorang tukang ojek memiliki 3
orang anak.
Rumah pasien tergolong kurang sehat tetapi dilihat dari ventilasi yang kurang . Penerangan
rumah kurang baik, rumah pasien berlantaikan semen. Di dalam rumah terdapat dapur dan 1 kamar.
Pasien dan keluarganya menggunakan air ledeng di sekitar rumahnya sebagai sumber air minum,
untuk mandi dan mencuci. Tidak terdapat pembuangan sistem pembuangan air limbah dan sampah
di depan rumah pasien. Rumah pasien tidak terdapat pekarangan yang dapat dimanfaatkan.
Terdapat satu kamar mandi yang digunakan bersama keluarganya.
Ditinjau dari spiritual keluarga keluarga pasien merupakan keluarga yang cukup taat
beribadah beragama Islam. Keluarga pasien juga keluarga merupakan yang sehat dan tidak
mengidap penyakit apapun baik yang diderita secara per orangan maupun yang memungkinkan
untuk diturunkan.
Saat ini kondisi pasien cukup baik. Selain pengobatan secara medis, untuk mencapai tingkat
kesehatan yang lebih optimal hendaknya didukung pula oleh kondisi rumah yang lebih sehat,
kebersihan diri yang lebih baik, cukupnya asupan gizi, serta mengontrol pola makan dan berolah
raga secara teratur.
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTENSI
A. Pendahuluan
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain
mneingkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum
mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai
target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas.
B. Etiologi
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan
pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur
bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih ).
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam
yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan
pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine,
prednison, epineprin )
C. Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populsi usia lanjut,
maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga bertambah, dimana baik
hipertensi sistolik maupu n kombinasi hipertensi sistolik dan diastolic sering timbul pada
lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain itu laju pengendalian tekanan
darah yang dahulu terus meningkat, dalam decade terakhir tidak menunjukkan kemajuan
lagi dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34 % dari seluruh pasien
hipertensi. Sampai saat ini data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari Negara-
negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insidens hipertensi pada orang
dewasa adalah sekitar 29-31 % yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di
Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1988-1991.
D. Definisi
Hipertensi adalah tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg
secara kronik. Berdasarkan penyebabnya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
Sumber JNC VII 2003 JNC 7 (the Seventh US National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)
BATASAN
Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi. Tekanan darah di antara normotensi dan hipertensi disebut borderline
hypertension. Batasan tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin sedangkan
batasan hipertensi yang memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh
kaplan (1985) sebagai berikut: pria yang berusia <45 dinyatakan hipertensi jika tekanan
darah pada waktu berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia >45
dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang
mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg atau lebih dinyatakan hipertensi.
E. Patogenesis
Hipertensi esensial adalah multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi antara
faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya kenailan
tekanan darah tersebut adalah :
1. Faktor resiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok dan
genetis
2. System saraf simpatis
Tonus simpatis
Variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel
pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan
interstitium juga memberikan kontribusi akhir
4. Pengaruh system otokrin setempat yang berperan pada system rennin, angiotensin
dan aldosteron.
1. Jantung
Hipertrofi ventrikel kiri
Angina atau infark miokardium
Gagal jantung
2. Otak
Stroke atau transient ischemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
Merokok
Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik
Dislipidimia
Diabetes mellitus
Mikroalbiminuria
Umur (laki-laki) > 55 tahun, perempuan 65 tahun
Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskular premature
Pada orang yang berumur lebih dari 59 tahun, tekanan darah sistolik > 140 mmHg
merupakan faktor resiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular
daripada tekanan darah diastolik :
G. Evaluasi Hipertensi
Evaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk :
1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular lainnya atau
menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan
pengobatan
2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah
3. Menentukan ada tidakanya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular
Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien,
riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang.
Anamnesis meliputi :
Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah, juga untuk evaluasi adanya penyakit
penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya hipertensi sekunder.
Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit penyerta
sistemik, yaitu :
1. Jantung
Pemeriksaan fisis
Foto polos dada (untuk pembesaran jantung, kondisi arteri intratoraks dan
sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan konduksi, aritmia,
serta hipertrofi ventrikel kiri)
Ekokardiografi
2. Pembuluh darah
Pemeriksaan fisis termasuk perhitungan pulse pressure
Ultrasonografi (USG) karotis
Fungsi endotel
3. Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan cranial computed
tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk
pasien dengan gangguan neural, kehilangan memori atau gangguan
kognitif)
4. Mata
Funduskopi
5. Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-
makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus
H. Pengobatan
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi
nonfarmakologis harus dilaksnakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan
menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit
pemyerta lainnya.
Menghentikan merokok
Menurunkan berat badan berlebih
Menurunkan konsumsi alcohol berlebih
Latihan fisik
Menurunkan asupan garam
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak
Diuretika, terutama jenis Thiazide (thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB)
Direct renin inhibitor (DRI)
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target tekanan
darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan
obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam
dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat
antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidkanya
komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah dan
kemudian tekanan darah belum mencapai target maka selanjutnya adalah meningkatkan
dosis obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek
samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun
kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk
mencapai target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya
pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum
bertambah.
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah :
CCB dan BB
CCB dan ACEI atau ARB
CCB dan diuretika
AB dan BB
Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat
I. Pemantauan
Pasien yang telah mulai mendapat pengobatan harus datang kembali untuk evaluasi
lanjutan dan pengaturan dosis obat sampai target tekanan darah tercapai. Setelah tekanan
darah tercapai dn stabil, kunjungan berikutnya dengan interval 3-6 bulan tetapi frekuensi
kunjungan ini juga ditentukan oleh ada tidaknya kormoditas seperti gagal jantung, penyakit
yang berhubungan seperti diabetes dan kenutuhan akan pemeriksaan laboratorium.
Strategi untuk meningkatkan kepatuhan pada pengobatan :
Empati dokter akan meningkatkan kepercayaan, motivasi dan kepatuhan pasien
Dokter harus mempertimbangkan latarbalakang budaya kepercayaan pasien serta
sikap pasien terhadap pengobatan
Pasien diberitahu hasil pengukuran tekanan darah, target yang masih harus
dicapai, rencana pengobatan selanjutnya serta pentingnya mengikuti rencana
tersebut.
Jiak dalam 6 bulan target pengobatan (termasuk target tekanan darah) tidak tercapai, harus
dipertimbangkan untuk melakukan rujukan ke dokter spesialis atau subspesialis.