Вы находитесь на странице: 1из 19

SATUAN ACARA BERMAIN

MENYUSUN PUZZLE PADA ANAK USIA 3 - 5 TAHUN


DI RUANG IRNA I RUMAH SAKIT UMUM MITRA DELIMA

OLEH
KELOMPOK 18

1. SUSANTI (1830052)
2. FITRIA (1830020)
3. NUANZHA WULAN (1830038)
4. PERIYANTO (1830046)
5. VIRA AMBARWATI (1830061)

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS


STIKes KEPANJEN
TA 2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan acara bermain ini telah disarankan dan disetujui pada :

Hari / Tanggal : Minggu, 24 Februari 2019

Tempat : Ruang IRNA 1 Rumah Sakit Umum Mitra Delima

Yang Dilaksanakan Oleh :

1. Susanti (1830052)
2. Fitria (1830020)
3. Nuanzha Wulan (1830038)
4. Periyanto (1830046)
5. Vira Ambarwati (1830061)

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi


SATUAN ACARA BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain


Sub pokok bahasa : Menyusun Puzzle
Sasaran : Anak usia 3 – 5 tahun (pra sekolah)
Pelaksana : Mahasiswa Profesi Ners STIKES KEPANJEN
Waktu Pelaksanaan : Minggu, 10 Februari 2019
Tempat : Ruang Irna I Rumah Sakit Umum Mitra Delima

A. LATAR BELAKANG
Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan di Rumah Sakit dan dapat
menimbulkan trauma dan stres pada klien yang baru mengalami rawat inap di Rumah
Sakit. Hospitalisasi adalah suatu proses oleh karena suatu alasan yang berencana atau
darurat mengharuskan anak untuk tinggal di Rumah Sakit menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Jovan, 2011). Sumaryoko (2008) ,
menyatakan prevalansi kesakitan anak di Indonesia diirawat di Rumah Sakit cukup tinggi
yaitu sekitar 35 per 100 anak, yang ditunjukan dengan selalu penuhnya ruangan anak
baik di Rumah Sakit pemerintah ataupun Rumah Sakit swasta rata-rata anak mendapat
perawatan selama enam hari. Selama membutuhkan perawatan yang spesial disbanding
pasien lain. Waktu yang dibutuhkan untuk merawat anak-anak 20-45% lebih banyak
daripada waktu untuk merawat orang dewasa (Mc Cherty dan Murniasih, 2010).
Wright (2008) dalam penelitiannya tentang efek hospitalisasi pada perilaku anak
menyebutkan bahwa reaksi anak pada hospitalisasi secara garis besar adalah sedih, takut
dan rasa bersalah karena menghadapi suatu yang belum pernah dialami sebelumnya, rasa
tidak aman, rasa tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang bisa dialami dan
sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Anak usia prasekolah memandang hospitalisasi
sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan. Ketika anak menjalani perawatan di
Rumah Sakit, biasanya ia akan dilarang untuk banyak bergerak dan harus banyak
beristirahat. Hal tersebut akan mengecewakan anak sehingga dapat meningkatkan
kecemasan pada anak (Samiasih, 2011).
Reaksi anak usia prasekolah yang menjalani stres akibat hospitalisasi disebabkan
karena mereka belum beradaptasi dengan lingkungan di Rumah Sakit, masih merasa
asing sehingga anak tidak dapat mengontrol emosi dan mengalami stres, reaksinya
berupa menolak makan, sering bertanya, menangis, dan tidak kooperatif dengan petugas
kesehatan. Banyak metode menurunkan stres hospitalisasi pada anak. Perawat harus peka
terhadap kebutuhan dan reaksi klien untuk menentukan metode yang tepat dalam
melaksanakan intervensi keperawatan dalam menurunkan tingkat kecemasan (Kozier,
2010). Respon secara umun yang terjadi pada anak yang dirawat inap antara lain
mengalami regresi, kecemasan perpisahan, apatis, ketakutan, dan gangguan tidur,
terutama terjadi pada anak dibawah usia 7 tahun (Hockkenberry dan Wilson, 2010).
Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien anak yang
mengalami hospitalisasi. Kecemasan yang sering dialami seperti menangis, dan takut
pada orang baru. Banyaknya stresor yang dialami anak ketika menjalani hospitalisasi
menimbulkan dampak negatif yang menggangu perkembangan anak. Lingkungan Rumah
Sakit dapat merupakan penyebab stres dan kecemasan pada anak (Utami, 2014).
Kecemasan hospitalisasi pada anak dapat membuat anak menjadi susah makan, tidak
tenang, takut, gelisah, cemas, tidak mau bekerja sama dalam tindakan medikasi sehingga
menggangu proses penyembuhan anak (Stuart,2007).
Salah satu cara independent untuk menurunkan stres akibat hospitalisasi pada anak
usia prasekolah adalah terapi bermain. Terapi bermain adalah suatu aktivitas bermain
yang dijadikan sarana untuk menstimulasi perkembangan anak, mendukung proses
penyembuhan dan membantu anak lebih kooperatif dalam program pengobatan serta
perawatan. Bermain dapat dilakukan oleh anak sehat maupun sakit. Walaupun anak
sedang dalam keadaan sakit tetapi kebutuhan akan bermainnya tetap ada. Melalui
kegiatan bermain, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan (Evism, 2012).
Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang
mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada (Katinawati, 2011). Bermain
merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi anak-anak. Bermain merupakan
dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang membutuhkan pengembangan pada
pendidikan anak usia dini (Suryanti, 2011). Bermain dapat digunakan sebagai media
psiko terapi atau pengobatan terhadap anak yang dikenal dengan sebutan terapi bermain
(Tedjasaputra, 2007).
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengn kondisi anak. Pada saat dirawat rumah
sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukkan permainan anak akan terlepas
dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukkan permainan anak
akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada
prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal, mengembangkan kretifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit
atau anak di rumah sakit (Wong, 2012).
Pada anak usia 3 – 5 tahun (pra sekolah) menyusun puzzle dapat menjadi salah satu
media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak. Selain itu
menyusun puzle mampu mengembangkan motorik halus, keterampilan kognitif dan
kemampuan berbahasa. Puzzle merupakan salah satu bentuk permainan yang membutuhkan
ketelitian, melatih untuk memusatkan pikiran, karena kita harus berkonstrasi ketika meyusun
kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap.
Sehingga puzzle merupakan jenis permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas
dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress
karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
a. Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
b. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
c. Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.
d. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
e. Beradaptasi dengan lingkungan
f. Mempererat hubungan antara perawat dan anak
C. SASARAN
Yang menjadi sasaran dalam terapi bermain adalah anak yang sedang menjalani
kerawatan di Ruang Irna I Rumah Sakit Umum Mitra Delima usia pra sekolah ( 3 - 5
tahun).
D. SARANA DAN MEDIA
1. Sarana:
a. Ruangan tempat bermain.
b. Lantai untuk anak dan orang tua.
2. Media:
Gambar yang belum disusun (Puzzel)

E. MATERI (terlampir)
1. Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Sesuai Tahapan Anak Usia Pra Sekolah (3 –
5 Tahun)
2. Konsep Bermain Sesuai Tahapan
3. Konsep Bermian Puzzle
4. DDST
F. SUSUNAN ACARA

NO TAHAP WAKTU KEGIATAN


1 Persiapan 10 menit 1. Menyiapkan tempat / ruangan
2. Menyiapkan puzzle.
3. Menyiapkan peserta
2 Orientasi 5 menit 1. Salam terapeutik (salam dari terapis kepada
anak)
2. Evaluasi atau validasi (menanyakan perasaan
anak saat ini)
3. Kontrak
a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
b) Terapis menjelaskan aturan mainnya:
Jika ada anak yang ingin meninggalkan
ruangan harus minta izin kepada terapis

3 Tahap kerja 30 menit 1. Anak diberikan kebebasan dalam memilih


gambar puzzle sesuai selera.
2. Anak diberi kesempatan menyusun rangkaian
puzzle
3. Memberikan bantuan atau arahan jika
diperlukan
4. Terminasi 5 menit 1. Terapis menanyakan perasaan anak setelah
mengikuti terapi bermain puzzle
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan
anak
3. Terapis memotivasi anak untuk bermain puzzle
agar selalu merasa senang dan gembira
meskipun berada di lingkungan rumah sakit.
4. Kontrak kegiatan yang akan datang
5. Terapis membuat kontrak untuk terapi bermain
bermain puzzle yang akan datang
6. Menyepakati waktu dan tempat
5 Evaluasi 5 menit 1. Mengevaluasi kemampuan anak sesuai dengan
tujuan terapi bermain

G. SKEMA TERAPI BERMAIN


1. Deskripsi tugas Terapis
Leader
a. Memimpin jalannya acara bermain
b. Membuka perkenalan
c. Membuat dan mengatur setting tempat dan waktu
d. Menutup kegiatan bermain
Fasilitator
a. Mendampingi / membantu peserta dalam bermain
Observer
a. Mengobservasi jalannya acara permainan
b. Memberikan sekilas penilaian
c. Memberikan kritik dan saran setelah acara selesai
d. Mengevaluasi dan memberikan feedback pada leader
2. Setting Tempat

Keterangan :
: Mahasiswa
: Pasien
Lampiran Materi
A. TAHAPAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3 – 5
TAHUN (PRA SEKOLAH)
1. Pengertian Preschool
Menurut Joyce Engel (2010), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah
anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3 – 5 tahun ( Wong,
2011), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan
dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga
terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB
berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm.
2. Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari 900
kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun
kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,mengunakan 6 sampai 8 kata,menyebut 4
warna atau lebih,dapat menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan
bagiannya,mengetahui waktu seperti hari,minggu dan bulan,anak juga sudah mampu
mengikuti 3 perintah sekaligus.
3. Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan
sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya sendiri,dalam
permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi.tahun
keempat anak sudah cenderung mandiri dan Keras kepala atau tidak sabar,agresif
secara fisik dan vweerbal,mendapat kebanggan dalam pencapaian,masih mempunyai
banyak rasa takut.pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak,lebih
tenang,mandiri,dapat dipercaya,lebih bertanggungjawab,mencoba untuk hidup
berdasarkan aturan,bersikap lebih baik,dalam permainan sudah mencoba mengikuti
aturan tetapi kadang curang.
Personal social :

a. Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan supaya di


anggap di masyarakat

b. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan lingkungan


c. Menyadari hak dan kepentingan orang lain

d. Mulai dapat bermain dengan teman sebaya

e. Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunya kemampuan dan
penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain.

f. Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul” dan sosialisasi
dengan teman sebaya.
4. Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik dalam
berfikir dan berperilaku,mulai memahami waktu,mengalami perbaikankonsep tentang
ruang,dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda. Tahun
keempat anak berada pada fase inisiatif,memahami waktu lebih baik,menilai sesuatu
menurut dimensinya,penilaian muncul berdasarkan persepsi,egosentris mulai
berkurang,kesadaran social lebih tinggi,mereka patuh kepada orang tua karena
mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa
prasekolah anaka sudah mampu memandang perspektif orang lain dan
mentoleransinya tetapi belum memahaminya,anak sangat ingin tahu tentang factual
dunia.
Motorik halus : Bisa menggunakan gunting, Menggambar lingkaran, kotak
Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat, Menaiki sepeda
roda tiga, Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing, menyikat gigi
5. Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
a. Faktor herediter
Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagi dasar dalam mencapai tumbuh
kembang anak disamping faktor lain. Faktor herediter adalah bawaan, jenis
kelamin, ras, suku bangsa.
b. Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai
dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain :
1) Lingkungan prenatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir sampai yang
meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin, kebiasaan merokok
dan lain-lain.
2) Lingkungan post natal
Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak
dalam orang tua dan status kesehatan.

6. Bentuk-bentuk Permainan Menurut 3 - 5 Tahun


Tujuannya adalah :
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya.
l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian
mengenai terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar
& tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, menyusun puzzle.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
B. KONSEP TERAPI BERMAIN PADA ANAK YANG DIRAWAT DI RUMAH
SAKIT
1. Pengertian
Bermain merupakan cara ilmiah bagi seorang anak untuk mengungkapkan konflik
yang ada dalam dirinya yang awalnya anak belum sadar bahwa dirinya sedang
mengalami konfik.
Menurut Foster dan Pearden bermain didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seorang anak secara sungguh-sungguh sesuai dengan keinginannya
sendiri/tanpa paksaan dari orang tua maupun lingkungan dimana dimaksudkan semata
hanya untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan.
Dengan bermain seorang anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi,
serta daya kreasi dengan tetap mengembangkan kreatifitasnya dan beradaptasi lebih
efektif terhadap berbagai sumber stress. Bermain dapat membuat anak
mengungkapkan isi hati melalui kata-kata, anak belajar dan mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, objek bermain, waktu, ruang dan orang.
2. Variasi dan Keseimbangan Dalam Aktivitas Bermain
Variasi dan keseimbangan dalam aktivitas bermain (Sujono Riyadi dan Sukarmin,
2009), antara lain :
a. Bermain aktif
Adalah kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, seperti:
1) Bermain mengamati/menyelidiki (exploratory play)
Perhatian anak pada aat bermain aalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak
memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyinya,
mencium, meraba, menekan dan kadang berusaha untuk membongkar.
2) Bermain konstruksi (Constuction play)
Pada anak umur 3 tahun misalnya dengan menyusun balok- balok menjadi
rumah-rumahan, dll.
3) Bermain drama (dramatic play)
Misalnya bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan
4) Bermain bola, tali dan sebagainya.
b. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, seperti dengan melihat atau mendengar.
Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh:
1) Melihat gambar- gambar dibuku/ majalah
2) Mendengarkan cerita atau musik
3) Menonton tv,dll
3. Fungsi Bermain Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Fungsi bermain terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, (Alice Zellawati,
2011) antara lain :
a. Perkembangan sensori motorik
Permainan akan membantu perkembangan gerak halus dan pergerakkan kasar anak
dengan cara memainkan suatu objek yang sekiranya anak merasa senang.
b. Perkembangan kognitif
Membantu anak untuk mengenal benda-benda yang ada disekitarnya. Misalnya
mengenalkan anak dengan warna dan bentuk.
c. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas pada anak bisa dengan cara memberikan balok-balok
yang banyak kemudian biarkan anak untuk menyusunnya menajdi bentuk-bentuk
yang dia inginkan, kemudian tanyakan bentuk apa yang sudah dia buat.
d. Perkembangan sosial
Dapat dilakukan dengan mengajari anak berinteraksi dengan orang lain ataupun
teman sebayanya.
e. Kesadaran diri (self awareness)
Dengan bermain anak sadar akan kemampuannya sendiri, kelemahannya dan
tingkah laku terhadap orang lain.
f. Perkembangan moral
Dapat dipeoleh dari orang tua, orang lain yang ada disekitar anak.
g. Komunikasi
Bermain merupakan alat komunikasi terutama pada anak yang masih belum dapat
menyatakan perasaannya secara verbal.
C. KONSEP BERMAIN MENYUSUN PUZZLE

1. Pengertian Bermain Puzzel


Puzzel berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media
puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media
puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan
matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle
berdasarkan pasangannya.
2. Fungsi Bermain Puzzel
Permainan puzzle berfungsi untuk:
a. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran
b. Melatih koordinasi mata dan tangan. Anak belajar mencocokkan keping-keping
puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar.
c. Memperkuat daya ingat
d. Mengenalkan anak pada konsep hubungan
e. Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih anak untuk berfikir matematis
(menggunakan otak kiri).
3. Jenis-jenis Puzzel
Ada beberapa jenis puzzle, antara lain:
a. Puzzle konstruksi
Puzzle rakitan (construction puzzle) merupakan kumpulan potongan-potongan
yang terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi beberapa model. Mainan
rakitan yang paling umum adalah blok-blok kayu sederhana berwarna-warni.
Mainan rakitan ini sesuai untuk anak yang suka bekerja dengan tangan, suka
memecahkan puzzle, dan suka berimajinasi.
b. Puzzle batang (stick)
Puzzle batang merupakan permainan teka-teki matematika sederhana namun
memerlukan pemikiran kritis dan penalaran yang baik untuk menyelesaikannya.
Puzzle batang ada yang dimainkan dengan cara membuat bentuk sesuai yang kita
inginkan ataupun menyusun gambar yang terdapat pada batang puzzle.
c. Puzzle lantai
Puzzle lantai terbuat dari bahan sponge (karet/busa) sehingga baik untuk alas
bermain anak dibandingkan harus bermain di atas keramik. Puzzle lantai memiliki
desain yang sangat menarik dan tersedia banyak pilihan warna yang cemerlang.
Juga dapat merangsang kreativitas dan melatih kemampuan berpikir anak. Puzzle
lantai sangat mudah dibersihkan dan tahan lama.
d. Puzzle angka
Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu anak dapat melatih
kemampuan berpikir logisnya dengan menyusun angka sesuai urutannya. Selain
itu, puzzle angka bermanfaat untuk melatih koordinasi mata dengan tangan,
melatih motorik halus serta menstimulasi kerja otak.
e. Puzzle transportasi
Transportasi merupakan permainan bongkar pasang yang memiliki gambar
berbagai macam kendaraan darat, laut dan udara. Fungsinya selain untuk melatih
motorik anak, juga untuk stimulasi otak kanan dan otak kiri. Anak akan lebih
mengetahui macam-macam kendaraan.
f. Puzzle logika
Puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat mengembangkan keterampilan
serta anak akan berlatih untuk memecahkan masalah. Puzzle ini dimainkan dengan
cara menyusun kepingan puzzle hingga membentuk suatu gambar yang utuh.
g. Puzzle geometri
Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat mengembangkan keterampilan
mengenali bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi dan lain-lain), selain itu
anak akan dilatih untuk mencocokkan kepingan puzzle geometri sesuai dengan
papan puzzlenya.
h. Puzzle Penjumlahan dan Pengurangan
Puzzle penjumlahan dan pengurangan merupakan puzzle yang dapat
mengembangkan kemampuan logika matematika anak. Dengan puzzle
penjumlahan dan pengurangan anak memasangkan kepingan puzzle sesuai dengan
gambar pasangannya.
4. Cara Bermain Puzzel
a. Sediakan kertas puzzel bergambar
b. Bongkar kertas pazzel tersebut
c. Pasang kembali kertas pazzel sesuai pasangannya masing
d. Di anjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu
e. Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya
f. Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelm kertas puzzel
di bongkar
D. LAMPIRANDDST
Lembar Evaluasi Kemajuan
Kategori kemampuan anak Penilaian An... An... An... An... An... An... An... An...
Kognitif
- Anak mampu mengerti dan menjelaskan pesan
yang terkandung dalam permainan
- Anak mampu menyelesaikan tugas dalam
permainan dalam berbagai tahapan: Total
a) Tahap ringan Kriteria
b) Tahap sedang
c) Tahap sulit
Sosial
- Anak mau memperkenalkan diri di depan teman
sepermainan
- Anak mampu berkomunikasi baik dengan teman Total
sepermainan Kriteria
- Anak dapat berkomunikasi baik dengan perawat

Afektif
- Anak dapat mematuhi peraturan permainan

Total
Kriteria
Jumlah akhir
Keterangan skor: Kriteria tiap kategori:
0 : Tidak dapat melakukan Baik : jumlah skor 17-24
1 : Dapat melakukan dengan bantuan Cukup : jumlah skor 9-16
2 : Dapat melakukan dengan motivasi Kurang : jumlah skor 0-8
3 : Melakukan dengan mandiri

Вам также может понравиться