Вы находитесь на странице: 1из 10

EVALUASI PELAKSANAAN INSPEKSI APD DI H2, CO2 DAN DRY ICE

PLANT DI PT. X KAWASAN GRESIK

EVALUATION OF IMPLEMENTATION OF PPE INSPECTION IN H2, CO2 AND


DRY ICE PLANT IN PT. X GRESIK AREA

Cynintya Rahmi Chairunnisa, Tjipto Suwandi


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat ,Universitas Airlangga
E-mail: cynintya.030695@gmail.com

ABSTRACT
Materials, machine/tools, production result and environment in the gas industry cause safety and health effects for workers.
Inspection is a formalized and properly documented process of identifying hazards in the workplace. PPE have to used to
reduce hazard in workplace. The aim of this study was to evaluate the implementation of PPE inspection in H2, CO2 and
dry ice plant workers. This research was descriptive observational research and using cross sectional design. This research
conducted at PT. X from December 2016 to April 2017. The population of this study were 18 workers and one HSE Officer.
Sources of data obtained from observation and secondary data. The data analysis presented in narrative and tables. The
result of this study were HSE Officer did not do inspection on all work shifts. There were three kinds (safety helmet, gloves
and safety shoes) of PPE fulfilling the number of workers. However, workers only use safety helmet and safety shoes. HSE
officer never wrote or reported inspection result. So, there was not improvement on the issues in inspection. Based on the
results of this study, HSE officer have to do inspection on all work shifts, fulfillment of PPE workers, sanction the workers
who do not use PPE and report the inspection result to manager or occupational safety and health department.

Keywords: inspection , PPE, HSE officer

ABSTRAK
Bahan baku, alat/mesin, hasil produksi dan lingkungan di industri gas menyebabkan dampak keselamatan dan kesehatan
para pekerja. Inspeksi adalah kegiatan formal yang dokumentasikan untuk mengidentifikasi bahaya yang ada di tempat
kerja. APD wajib digunakan untuk mengurangi bahaya yang ada di tempat kerja. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi
pelaksanaan inspeksi APD di H2, CO2 dan dry ice plant. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dan
menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasi penelitian sebesar 18 pekerja dan satu HSE Officer. Pengumpulan
data melalui hasil observasional dan data sekunder. Hasil analisis disajikan dalam bentuk narasi dan tabel. Hasil penelitian
menunjukkan HSE Officer tidak melakukan inspeksi di semua shift kerja. Ada tiga jenis APD (pelindung kepala, sarung
tangan dan pelindung kaki) yang memenuhi jumlah pekerja. Namun, pekerja hanya menggunakan pelindung kaki dan
pelindung kepala. HSE Officer tidak pernah mencatat atau melaporkan hasil inspeksi. Jadi, tidak ada perbaikan tentang
masalah yang ada pada pelaksanaan inspeksi. Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya HSE Officer melakukan inspeksi
di semua shift kerja, pemenuhan APD para pekerja, memberi sanksi kepada pekerja yang tidak menggunakan APD dan
melaporkan hasil inspeksi kepada manager atau departemen keselamatan dan kesehatan kerja.

Kata kunci: inspeksi, APD, HSE officer

PENDAHULUAN
ada di lingkungan juga merupakan faktor pendukung
Setiap industri tidak lepas dengan adanya bahaya yang dapat berpotensi menimbulkan kecelakaan
yang terdapat pada alat/mesin yang digunakan, akibat kerja atau penyakit akibat kerja.
bahan baku, hasil produksi dan lingkungan. Alat/ Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang
mesin di tempat kerja yang berbahaya dapat tidak terduga dan tidak dikehendaki yang dapat
menimbulkan kecelakaan akibat kerja, sedangkan dialami oleh pekerja serta dapat menyebabkan
bahan kimia berbahaya yang digunakan untuk kerugian untuk pekerja maupun perusahaan.
proses produksi maupun hasil produksi dapat Jika pekerja terikat dalam suatu perusahaan,
mengakibatkan penyakit akibat kerja. Bahaya yang maka perusahaan yang akan menanggung risiko

©2017 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY – SA license doi: 10.20473/ijosh.v6i2.2017.197-206. Received
10 January 2017, received in revised form 3 February 2017, Accepted 10 March 2017, Published online: 30 August 2017
198 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 197–206

kecelakaan tersebut. Risiko yang dialami tergantung APD merupakan bentuk pengendalian bahaya
tingkat keparahan dari kecelakaan yang dialami yang paling terakhir setelah pengendalian secara
pekerja. teknik dan administratif. Perusahaan hanya bisa
Kecelakaan di Indonesia setiap tahunnya mengandalkan pengendalian bahaya melalui APD
mengalami peningkatan. Total jumlah kecelakaan apabila secara teknis dan administratif tidak dapat
kerja setiap tahunnya meningkat sebesar 5%. Namun dipenuhi. Misalnya pengendalian secara teknis,
untuk kecelakaan kerja berat yang mengakibatkan perusahaan harus mengganti bahan baku atau
kematian meningkat sebesar 5–10% setiap tahunnya. peralatan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
Penyebab utama terjadinya kecelakaan di Indonesia atau penyakit akibat kerja menjadi bahan baku
adalah masih rendahnya kesadaran akan pentingnya yang ramah lingkungan dan peralatan yang tidak
penerapan K3 di kalangan industri khususnya berbahaya. Tetapi karena terbatasnya biaya atau
pada pekerja. Selama ini, di beberapa perusahaan jika bahan baku yang diganti tersebut tidak sesuai
menganggap penerapan K3 hanyalah beban biaya, dengan karakteristik bahan baku sebelumnya dan
tanpa memikirkan manfaatnya yaitu sebagai investasi akhirnya hasil produksi yang tidak sesuai dengan
untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya komponen sebelumnya. Maka dari itu, perusahaan
kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja. hanya dapat mengendalikan bahaya di tempat kerja
Sedangkan, laporan terkait penyakit akibat kerja di melalui penyediaan APD.
Indonesia masih belum maksimal. Data penyakit Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun
akibat kerja masih sangat rendah, dikarenakan 1970 Pasal 12 butir b menyatakan bahwa tenaga
apabila data penyakit tersebut dipublikasikan akan kerja berhak dan berkewajiban menggunakan APD
menurunkan citra perusahaan. yang diwajibkan. APD yang ada di setiap perusahaan
Faktor kecelakaan kerja dan penyakit kerja dapat harus memenuhi semua kriteria, misalnya, APD
disebabkan oleh faktor mekanis dan lingkungan yang disediakan harus berdasarkan sifat bahan baku
(kondisi tidak aman) dan faktor manusia (perilaku kimia yang digunakan sebagai proses produksi dan
tidak aman). Dalam beberapa penelitian, mayoritas sifat bahan baku kimia hasil produksinya. Sesuai
kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor manusia Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
yaitu ketidaksadaran manusia akan perilaku tidak No. 8 Tahun 2010, semua pekerja yang berada di
aman yang dilakukan olehnya (Suma’mur, 2009). lingkungan berpotensi bahaya dan berisiko harus
Perilaku tidak aman dapat dikendalikan apabila menggunakan APD dengan lengkap dan benar dan
pekerja menyadari bahwa perilaku yang dilakukan pekerja berhak menyatakan keberatan apabila APD
dapat menyebabkan kecelakaan. Sedangkan kondisi yang disediakan oleh perusahaan tidak memenuhi
tidak aman hanya dapat dikendalikan apabila sudah ketentuan dan persyaratan. APD harus dalam kondisi
melalui proses identifikasi bahwa kondisi tersebut baik, layak pakai, tidak habis masa pakainya, dan
dapat menimbulkan risiko kecelakaan. Kecelakaan lengkap.
disini dapat juga berupa penyakit yang ditimbulkan Pelaksanaan inspeksi menjadi salah satu tolak
dari faktor bahaya yang ada di tempat kerja. Hanya ukur untuk mengidentifikasi bahaya selanjutnya
saja, kondisi yang tidak aman tidak dapat diubah untuk mengendalikan bahaya tersebut, mengontrol
semaksimal mungkin, yang dapat melindungi dari apakah pekerja menggunakan APD secara lengkap
kecelakaan atau penyakit kerja hanya dari pekerja dan benar, jumlah APD sesuai dengan jumlah pekerja
yang menyadari perilaku tidak aman tersebut. dan kondisi APD masih layak digunakan. Kepatuhan
Bird dan Germain (1986) memodifikasi Teori pekerja dalam menggunakan APD secara rutin dan
Domino dengan menyisipkan faktor manajemen lengkap juga harus diperhatikan karena faktor
di antara faktor penyebab terjadinya kecelakaan. bahaya yang ada di PT. X cukup tinggi. Sehingga,
Faktor penyebab tersebut adalah manajemen seperti berdasarkan adanya kasus yang menggambarkan
pengawasan terhadap pekerja, penyebab dasar seperti dari akibat perilaku yang tidak aman, perlu ditinjau
faktor individu dan faktor kerja, penyebab langsung kembali evaluasi manajemen K3 khususnya pada
seperti perilaku tidak aman dan kondisi tidak aman, inspeksi.
insiden dan kerugian yang dialami pekerja atau Menurut Bird dan Germain (1986) inspeksi
perusahaan. Faktor-faktor dalam teori tersebut saling merupakan salah satu jalan terbaik untuk
terkait dan menggambarkan bagaimana penyebab menemukan masalah-masalah dan menilai risikonya
kecelakaan dapat terjadi. sebelum kerugian atau kecelakaan dan penyakit
Cynintya Rahmi Chairunnisa dan Tjipto Suwandi, Evaluasi Pelaksanaan Inspeksi APD… 199

akibat kerja benar-benar terjadi. Inspeksi tempat pekerja berada di peralatan tersebut. Hasil produksi
kerja bertujuan untuk mengidentifikasi sumber- yang dihasilkan dalam plant ini yaitu H2, CO2 dan
sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja, dry ice.
mengevaluasi tingkat risiko terhadap tenaga kerja Letak plant berjarak sekitar 20 m dari jalan
serta mengendalikan sampai tingkat yang aman bagi raya dan 15 m dari kantor. Plant dikelilingi oleh unit
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. maintenance dan kolam ikan. Peralatan diletakkan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi di area terbuka. Di area filling dan penyimpanan
pelaksanaan Inspeksi yang dikhususkan pada APD tabung juga berada di area terbuka tetapi hanya
dan penggunaan APD pada pekerja di H2, CO2 dan diberi atap untuk melindungi tabung dari sinar
dry ice plant. matahari. Di sekitar plant juga terdapat lorry tank
yang digunakan untuk mendistribusikan hasil
produksi ke konsumen.
METODE
Penelitian ini bersifat observasional dengan Identifikasi Risiko di H2, CO2 dan Dry Ice Plant
analisa data bersifat deskriptif, karena hanya Berdasarkan identifikasi bahaya yang terdapat
menggambarkan tentang suatu objek dan di H2, CO2 dan Dry Ice Plant, risiko bahan baku
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan kimia yang dapat diterima pekerja atau lingkungan
dengan akibat. Pengamatan atau pendekatan sekitarnya yaitu, Nalco 365 dapat menyebabkan
dilakukan pada satu saat tidak dalam jangka waktu korosi, dapat merusak jaringan, dapat terbakar,
yang lama atau berulang dan faktor risiko dan efek berbahaya jika terhirup dan kontak dengan kulit,
diidentifikasi pada waktu yang sama sehingga uapnya memiliki bau menyengat yang menyebabkan
menggunakan rancang bangun cross-sectional. pusing kepala, nausea dan muntah. Nalco 1250
Total populasi penelitian ini sebesar 18 pekerja dapat mengiritasi sistem pernapasan, kulit dan mata,
H2, CO2 dan Dry Ice Plant dan 1(satu) HSE Officer. menyebabkan tanda-tanda asma dan gejala-gejala
Waktu penelitian dilakukan pada Desember 2016 hiperaktif perseorangan dan ketika terbakar akan
hingga April 2017. Data terdiri atas data primer dan menghasilkan sulfur oksida dan hidrogen sulfid.
sekunder yang didapatkan melalui observasi baik Selanjutnya, Monoethanolamin dapat berbahaya
pada pekerja dan lingkungan. Hasil analisis data jika terkena kontak mata dan tertelan, kerusakan
disajikan dalam bentuk narasi dan tabel dari hasil jaringan terutama pada membran mukosa, mata,
observasi. mulut dan saluran pernapasan, dapat menyebabkan
racun terhadap ginjal, paru-paru, liver, sistem saraf
HASIL pusat dan jika pajanan berulang dapat menyebabkan
kerusakan organ. Potassium Permanganate dapat
Persiapan Inspeksi APD
menyebabkan iritasi kulit, mata, saluran pencernaan
Identifikasi Bahaya di H2, CO2 dan Dry ice Plant dan saluran pernapasan, korosif untuk mata dan
kulit, jika kontak dengan mata dapat menghasilkan
Berdasarkan hasil observasi, identifikasi bahaya
kerusakan kornea atau kebutaan, jika kontak dengan
yang dilakukan sebagai tahap awal inspeksi tidak
kulit dapat mengakibatkan luka bakar yang sangat
dilakukan secara maksimal oleh HSE Officer.
panas, jika menghirup debu dapat mengiritasi
Berikut hasil observasi bahan baku yang digunakan
saluran pernapasan, mutagenic untuk bakteri, toxic
untuk proses produksi adalah Nalco 1250,
terhadap ginjal, hati, kulit, dan sistem saraf pusat,
Monoethanolamine, Potassium Permanganate,
dan pajanan berlanjut dapat menyebabkan kerusakan
Sodium, Carbonate, Ammonia, Antifoam, Nalco
organ yang dituju.
365 dan Liquified Natural Gas. Bahan baku kimia
Ammonia dapat mengiritasi, mudah terbakar,
tersebut mempunyai karakteristik masing-masing
dapat menyebabkan luka bakar berat mata, kulit,
dan tentunya mempunyai dampak bagi keselamatan
dan jalur pernapasan, dapat menimbulkan api dan
dan kesehatan para pekerja.
ledakan secara cepat ketika konsentrasi melebihi
Alat yang digunakan dalam proses produksi
15%. Sodium carbonate dapat menyebabkan
yaitu desulphurization, reformer furnace, boiler,
iritasi mata, kulit, saluran pencernaan, dan saluran
HT-CO conventer R20, knock out drum dan PSA.
pencernaan, toksik untuk saluran pernapasan bagian
Alat yang digunakan mempunyai fungsi masing-
atas, kulit, mata secara kronis dan paparan berlanjut
masing dan selalu menimbulkan suhu panas jika
200 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 197–206

dapat menyebabkan kerusakan pada organ yang masker, wajib digunakan pekerja di H2, CO2 dan dry
dituju. Antifoam dapat menyebabkan iritasi mata, ice plant karena bahan baku kimia seperti Nalco 365
kulit, saluran pencernaan, dan saluran pencernaan. yang memiliki bau menyengat dapat menyebabkan
Terakhir, Liquified Natural Gas yang sangat mudah kepala pusing, nausea dan muntah. Nalco 1250
terbakar, dapat menyebabkan ledakan di area yang dapat mengiritasi saluran pernapasan dan
terbatas, uapnya dapat menyala dan meledak, uapnya dapat menyebabkan asma. Monoethanolamine yang
lebih padat daripada udara dan menyebar ke tanah, dapat menyebabkan kerusakan organ jika terpajan
dapat menyebabkan asfiksi dan luka bakar dan bila secara terus-menerus. Pottasium permanganate yang
tercampur dengan air dapat membentuk ledakan. bersifat toksik. Ammonia yang dapat mengiritasi
Peralatan yang digunakan untuk proses produksi saluran pernapasan. Sodium carbonate yang bersifat
menimbulkan suhu panas apabila pekerja berada di toksik terhadap saluran pernapasan. Kelima cover
sekitar peralatan tersebut. Selain itu, misalnya boiler all, wajib digunakan pekerja di H2, CO2 dan dry
yang mudah terbakar apabila tekanan yang ada ice plant bahan baku kimia yang digunakan seperti
melebihi batas. Nalco 365, Nalco 1250, Ammonia, dan Liquified
Hasil produksi terutama H 2 sangat mudah Natural Gas yang sangat mudah meledak dan
bereaksi dengan zat kimia lainnya dan mudah terbakar. Hasil produksi yaitu H2 dapat menyebabkan
terbakar dan meledak. CO2 juga mudah meledak ledakan dan kebakaran yang besar. Terakhir adalah
apabila bereaksi dengan zat kimia lainnya, tetapi pelindung kepala, merupakan kebijakan dari
jika meledak tidak sebesar H2 dan juga pekerja PT. X untuk menggunakan pelindung kepala jika
menghirup CO2 terlalu banyak, pekerja tersebut memasuki semua area plant.
dapat pingsan dan tidak sadarkan diri karena
kekurangan O2. Berbeda dengan keduanya, suhu Pelaksanaan Inspeksi APD
yang dihasilkan dry ice dapat menyebabkan kaku Inspeksi dilakukan satu minggu sekali oleh HSE
(mati rasa) pada anggota tubuh yang terkena. Officer. Menurut hasil observasi, satu-satunya HSE
Officer yang terdapat di PT. X sering melakukan
APD yang Harus Digunakan di H2, CO2 dan Dry
inspeksi hanya pada shift pagi saja, sedangkan shift
Ice Plant
sore dan malam jarang sekali dilakukan inspeksi
Berdasarkan hasil observasi terhadap karena keterbatasan sumber daya manusia. Berikut
identifikasi bahaya dan risiko yang ada di H2, CO2 hasil observasi inspeksi yang dikhususkan pada
dan dry ice plant, APD yang harus digunakan yaitu ketersediaan APD dan penggunaan APD pekerja:
pertama pelindung mata, wajib digunakan pekerja
di H2, CO2 dan dry ice plant. Kedua pelindung Ketersediaan APD Pekerja di H2, CO2 dan Dry Ice
mata, melindungi percikan dan pajanan dari bahan Plant
baku kimia yang dapat mengiritasi mata seperti Berdasarkan hasil observasi, melalui identifikasi
Nalco 1250, Monoethanolamine, Potassium bahaya dan risiko yang ada, dapat ditentukan APD
Permanganate, Sodium Carbonate, Ammonia, dan apa saja untuk melindungi pekerja. Berikut hasil
Antifoam. Ketiga sarung tangan, wajib digunakan observasi ketersediaan APD untuk 18 pekerja di H2,
pekerja di H2, CO2 dan dry ice plant karena pekerja CO2 dan dry ice plant.
bersentuhan langsung dengan alat dan bahan. Berdasarkan Gambar 1, menunjukkan di H2,
Tabung silinder yang digunakan sangat berat dan CO2 dan dry ice plant menunjukkan APD terpenuhi
ada sisi-sisi tabung yang tajam, memungkinkan jika sesuai dengan jumlah pekerjanya yaitu sarung
tangan pekerja dapat lecet karena sisi tabung yang tangan, pelindung kaki dan pelindung kepala.
tajam saat memindahkan tabung. Pekerja pengemas
dry ice juga harus menggunakan sarung tangan Penggunaan APD Pekerja di H2, CO2 dan Dry Ice
karena suhu dry ice yang sangat rendah. Keempat Plant
pelindung kaki, merupakan kebijakan dari PT. X
Berdasarkan hasil observasi, melalui identifikasi
untuk menggunakan pelindung kaki setiap memasuki
bahaya yang ada, dapat ditentukan APD apa saja
semua area plant. Tabung yang ada di H2, CO2 dan
untuk melindungi pekerja. Observasi dilakukan
dry ice plant terbuat dari besi sangat memungkinkan
dengan mengamati penggunaan APD seluruh
kaki pekerja dapat terjepit atau tertindih tabung
pekerja di H2, CO2, dry ice plant. hasil observasi
silinder saat memindahkan ke tempat penyimpanan.
menunjukkan bahwa 18 pekerja menggunakan
Pekerja yang terpeleset di area plant. Keempat
Cynintya Rahmi Chairunnisa dan Tjipto Suwandi, Evaluasi Pelaksanaan Inspeksi APD… 201

Gambar 1. Ketersediaan APD

pelindung kaki dan pelindung kepala, sedangkan PEMBAHASAN


jenis APD lainnya hanya beberapa pekerja saja yang Identifikasi Bahaya di H2, CO2, dan Dry Ice
menggunakan. Plant
Pelaporan Hasil Inspeksi APD Identifikasi bahaya dan risiko harus dilakukan
sebelum menentukan apa yang harus dilakukan
Berdasarkan hasil observasi, HSE Officer tidak
dalam mengendalikan bahaya yang ada di tempat
melakukan pelaporan setelah melakukan kegiatan
kerja. Identifikasi tersebut dapat digunakan
inspeksi apabila ada yang tidak sesuai dengan
sebagai tahap awal kegiatan inspeksi yang ada di
form inspeksi. HSE Officer lebih menyimpan hasil
perusahaan.
observasi tersebut dan tidak didiskusikan dengan
Setiap tempat kerja selalu mengandung
siapapun. Sehingga, tidak ada tindakan perbaikan
berbagai potensi bahaya yang dapat memengaruhi
apabila ada yang tidak sesuai dengan rencana.
kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan
Seperti, ketersediaan APD yang tidak sesuai dengan
timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya
APD yang seharusnya ada di H2, CO2 dan dry ice
adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan
plant dan juga penggunaan APD para pekerja.
terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit,
Apalagi, P2K3 tidak berjalan dengan maksimal,
kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan
yang seharusnya menjadi rapat rutin apabila ada
kematian yang berhubungan dengan proses dan
yang tidak sesuai dengan rencana.
sistem kerja. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
Hasil Observasi menunjukkan bahwa HSE
tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan
Officer tidak melakukan identifikasi bahaya
bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan,
secara maksimal, begitu juga dengan identifikasi
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana
kecelakaan sebelumnya. Akibatnya, penyediaan
tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja
APD tidak sesuai dengan bahaya yang ada di tempat
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
kerja dan jumlah APDnya juga tidak sesuai dengan
sumber-sumber bahaya.
jumlah pekerjanya. Penggunaan APD yang maksimal
Sumber bahaya yang berasal dari bahan baku
hanya pada penggunaan pelindung kaki dan kepala
kimia, peralatan, hasil produksi dan lingkungan
saja. Masalah ketersediaan APD dan penggunaan
dapat dikendalikan melalui pengendalian teknis,
APD tidak menjadi bahan laporan yang seharusnya
administratif dan APD. Tidak semua perusahaan
dilakukan setelah kegiatan inspeksi.
dapat memenuhi pengendalian teknis, dikarenakan
membutuhkan biaya lebih banyak dibanding jenis
202 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 197–206

pengendalian lainnya dan ada keterbatasan dari APD. Terkadang permintaan APD oleh pekerja
sub pengendalian teknis yang tidak mungkin dapat membutuhkan waktu yang lama karena cadangan
dilakukan, seperti substitusi. Misalnya, perusahaan APD di gudang habis dan harus memesan di
harus mengganti bahan baku yang lebih aman distributor langganan. Waktu tunggu yang lama
dan tidak membahayakan kesehatan pekerja, tersebut juga menjadi alasan bahwa pekerja
tetapi semua itu tidak dapat dilaksanakan karena hanya memakai APD seadanya karena adanya
tidak ada jenis bahan baku lainnya yang dapat keterlambatan dalam pengadaan APD.
mensubstitusi bahan baku yang sekarang. Begitu Jumlah APD yang kurang mungkin memang
juga dengan pengendalian administratif yang lebih karena APD tersebut hilang, rusak atau sudah
mengarah pada manajemen K3 yang ada di suatu kedaluwarsa. Perusahaan harus tetap siaga
perusahaan. Hanya APD yang paling tidak dapat menyediakan apabila saat kegiatan inspeksi
meminimalisir dampak dari sumber bahaya yang terdapat pekerja yang tidak menggunakan APD
ada di tempat kerja. Tetapi pada dasarnya, tidak karena jumlah APD yang kurang. Karena apabila
ada jenis pengendalian yang dapat memaksimalkan terdapat pekerja yang tidak menggunakan APD
untuk menghindari dari kecelakaan atau penyakit atau tidak kebagian APD, maka akan berisiko tinggi
akibat kerja yang ditimbulkan dari sumber-sumber pada pekerja plant, mengingat potensi bahaya yang
bahaya. terdapat di masing-masing plant yang suatu saat
Sebelum menentukan jenis APD apa saja yang dapat memicu terjadinya kecelakaan akibat kerja dan
digunakan, harus mengetahui karakteristik bahan penyakit akibat kerja.
baku, peralatan, hasil produksi dan lingkungan yang Harga APD yang mahal sebenarnya juga
ada di tempat kerja, agar dapat memaksimalkan menjadi alasan perusahaan untuk tidak dapat
pengadaan APD yang sesuai dengan bahaya memaksimalkan program pengadaan APD.
yang ada di tempat kerja. Pengadaan APD harus Perusahaan pasti lebih memilih harga APD yang
semaksimal mungkin agar pekerja dapat terlindungi lebih murah. Perusahaan tidak memikirkan apakah
dari APD yang digunakannya. APD paling tidak APD yang murah tersebut berkualitas tinggi dan
dapat melindungi pekerja apabila terdapat human dapat melindungi pekerjanya semaksimal mungkin
error yang dilakukan oleh pekerja, seperti kesalahan dari bahaya yang ada di tempat kerja. Biasanya,
LOTO atau lain sebagainya yang dapat berdampak APD yang murah juga menimbulkan rasa tidak
pada keselamatan dan kesehatan pekerja. nyaman pada saat bekerja karena bahan yang lebih
kaku dan berat.
Ketersediaan APD di H2, CO2, dan Dry Ice Plant Sesuai penelitian Putri (2014), semua fasilitas
Jumlah APD yang tersedia di perusahaan APD disediakan perusahaan harus sesuai dengan
menjadi salah satu alasan mengapa pekerja tidak risiko kerja yang ada di tempat kerja, kesesuaian
menggunakan APD secara lengkap. Jumlah APD ukuran fisiologis pekerja, kenyamanan pekerja,
tersebut merupakan bagian dari program pengadaan mudah didapatkan oleh pekerja karena alur
APD di perusahaan. Program pengadaan APD di permintaan APD yang tidak rumit, cukup untuk
PT. X masih kurang maksimal, buktinya APD ada kebutuhan pekerja dalam melindungi pekerja
beberapa pekerja yang tidak menggunakan APD dari bahaya yang ada di tempat kerja dan tempat
karena jumlah APD yang tidak sesuai dan pekerja menyimpan APD yang layak. Menurut Undang-
hanya menggunakan APD seadanya. Undang No. 1 Tahun Kebijakan perusahaan dalam
Mengontrol jumlah APD harus menjadi program penyediaan APD di tempat kerja tercantum pada
dari inspeksi. Selama ini PT. X hanya menerima Peraturan Menteri Pekerja dan Transmigrasi No. 8
permintaan pengadaan APD yang telah rusak atau Tahun 2010 Pasal 2 Ayat 1. Penyediaan APD juga
hilang dari pekerjanya. HSE Officer atau pengurus harus memenuhi Standar Nasional Indonesia dan
lainnya tidak pernah melakukan inspeksi rutin wajib diberikan secara cuma-cuma kepada pekerja.
untuk pengadaan jumlah APD. Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan
observasi penggunaan APD, pekerja memang masih bahwa H2, CO2, dan dry ice plant masih kurang
belum maksimal dalam penggunaan APD , tetapi maksimal dalam pengadaan APD. Jumlah APD yang
bagaimanapun perusahaan harus tetap menyediakan tersedia harus sesuai dengan jumlah pekerja yang
APD yang sesuai dengan jumlah pekerja. ada di plant sesuai dengan kebutuhan jenis APD
Pengadaan APD tidak harus menunggu apa saja di masing-masing plant. Kegiatan inspeksi
laporan atau permintaan pekerja akan kebutuhan ketersediaan APD harus terlaksana agar tidak ada
Cynintya Rahmi Chairunnisa dan Tjipto Suwandi, Evaluasi Pelaksanaan Inspeksi APD… 203

lagi pekerja yang tidak menggunakan APD hanya tersebut, apakah diperlukan pelatihan dan sosialisasi
karena jumlahnya tidak sesuai atau pekerja tersebut sebagai upaya pembentukan perilaku pekerja.
tidak kebagian. Pekerja yang tidak kebagian APD Perilaku tidak aman akan menjadi kebiasaan
berada di plant yang dapat dikatakan berisiko dan pekerja apabila tidak ada inspeksi secara rutin yang
memiliki potensi bahaya yang tinggi, maka sangat dilakukan oleh HSE Officer. Pentingnya peranan
mudah memicu terjadinya kecelakaan akibat kerja HSE Officer adalah menegakkan budaya K3 di
dan penyakit akibat kerja pada pekerja tersebut. setiap pekerja dan di lingkungan kerjanya. Budaya
Jika itu terjadi, perusahaan yang akan menanggung K3 tersebut merupakan salah satu upaya dalam
kerugiannya. penurunan angka kecelakaan akibat kerja dan
penyakit akibat kerja yang diakibatkan oleh bahaya
Penggunaan APD Pekerja H2, CO2 dan Dry Ice yang ada di sekitarnya.
Plant Menurut Alkon (1999), frekuensi atau tingkat
Kebijakan perusahaan dalam menentukan jenis keseringan inspeksi salah satunya ditentukan oleh
APD yang wajib digunakan pekerja plant adalah potensi dan risiko bahaya yang ada di tempat kerja
berdasarkan sifat dan karakteristik bahan baku H2, CO2, dan dry ice plant merupakan plant yang
kimia yang digunakan di masing-masing plant. memiliki potensi bahaya yang cukup tinggi, mulai
Pelaksanaan inspeksi setiap satu minggu sekali dari bahan baku kimia yang digunakan, peralatan
menjadi satu alasan mengapa penggunaan APD atau mesin yang digunakan sebagai proses produksi,
di H2, CO2, dan dry ice plant sangat rendah. PT. hasil produksi dan juga lingkungan sekitarnya.
X mewajibkan setiap pekerja yang masuk dalam Bahaya tersebut seharusnya menjadi salah satu
area plant harus menggunakan pelindung kaki dan penyebab mengapa harus sering dilakukan inspeksi.
pelindung kepala. Biasanya, HSE Officer sudah Pekerja hanya dapat melindungi dirinya dari bahaya-
menganggap pekerja memakai APD walaupun hanya bahaya yang ada dalam penggunaan APD.
satu pekerja di antara 18 pekerja. Padahal, apabila Ketersediaan APD dengan jumlah pekerja
di antara pekerja masing-masing plant ada yang merupakan tolak ukur bagaimana perusahaan
tidak menggunakan APD walaupun hanya satu dapat mengupayakan APD untuk para pekerjanya. Menurut
dikatakan sebagai perilaku tidak aman. Notoatmodjo (2003), ketersediaan merupakan
Frank E. Bird dan Germain (1985) menyatakan salah satu pada faktor enabling yang memengaruhi
bahwa setiap perilaku tidak aman dapat dipengaruhi perilaku seseorang. Usaha perusahaan untuk
oleh faktor dasar internal dan eksternal, dan faktor memenuhi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
dasar tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor Transmigrasi tersebut seharusnya membuat tenaga
manajemen. Dan secara tidak langsung, perilaku kerja patuh menggunakan APD.
tidak aman tersebut tidak menutup kemungkinan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri
untuk mendapat pengaruh dari faktor manajemen. (2014), menyatakan bahwa tidak ada hubungan
Begitu juga dengan inspeksi yang secara tidak yang signifikan antara ketersediaan APD dengan
langsung akan memengaruhi perilaku tidak aman penggunaan APD. Hasil tersebut berbanding
pekerja dalam menggunakan APD. terbalik dengan hasil penelitian ini. Hasil penelitian
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan menunjukkan bahwa ketidakpatuhan pekerja
Transmigrasi No. 8 Tahun 2010 pasal 7 ayat 2 dikarenakan ketersediaan APD yang terbatas atau
butir g dan h yaitu pengurus wajib melaksanakan tidak sesuai dengan jumlah pekerjanya. Keterbatasan
manajemen APD di tempat kerja seperti kegiatan penyediaan APD tersebut mengakibatkan perilaku
inspeksi, evaluasi dan pelaporan penggunaan APD pekerja yang menunjukkan ketidakpatuhan,
para pekerjanya. Inspeksi dilakukan agar pekerja pekerja mengaku akhirnya malas memakai karena
dapat membiasakan diri untuk menggunakan APD penggunaan APD harus bergantian atau menunggu
secara lengkap. Melalui kegiatan inspeksi, pengurus pengadaan APD yang cukup lama dan akhirnya
dapat mengevaluasi dan melaporkan apakah pekerja membentuk perilaku ketidakpatuhan pada pekerja.
sudah menggunakan APD secara lengkap dan benar Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
sesuai dengan jenis APD yang sudah diwajibkan. Ibrahim (2009) bahwa faktor ketersediaan APD
Sehingga, jika masih banyak pekerja yang tidak memiliki hubungan terhadap penggunaan APD.
menggunakan APD dapat dimusyawarahkan bersama Pada penelitian tersebut menjelaskan bahwa APD di
pekerja lainnya untuk menindaklanjuti masalah tempat kerjanya tidak sesuai dengan jumlah pekerja.
204 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 197–206

Begitu pula dengan hasil penelitian Rizkiani (2011), pekerja masih selalu menggunakan APD tersebut.
menyatakan bahwa penggunaan APD pada pekerja Seperti halnya dengan kepatuhan penggunaan
juga harus didukung oleh ketersediaan APD yang pelindung kaki dan pelindung kepala. Walaupun
sesuai dengan jumlah pekerja, agar pekerja tidak banyak pelindung kaki yang sudah rusak, tetapi
bergantian dalam menggunakan APD karena ada pekerja masih memilih menggunakannya karena
keterlambatan program pengadaan APD saat pekerja pengadaan APD yang begitu lama dan juga ada
memesan jenis APD yang mereka butuhkan. yang berpengalaman ditolak karena belum lama
Sebenarnya, kondisi APD juga harus ganti pelindung kaki. Pelindung kepala yang
diperhatikan. Hanya APD dengan kondisi yang seharusnya tidak lebih dari 5 (lima) tahun setelah
baik, komponen yang lengkap dan layak pakai yang tahun pembuatan, malah digunakan selama puluhan
dapat melindungi pekerja secara maksimal. APD tahun oleh pekerjanya. Pada pelindung kepala
secara langsung melindungi pekerja dari kecelakaan yang disediakan oleh perusahaan, ada beberapa
akibat kerja dan penyakit akibat kerja. Apabila salah yang terdapat chin strap dan ada beberapa yang
satu komponen pada jenis APD yang rusak maka tidak, padahal yang ada dalam syarat pemenuhan
pekerja tersebut mempunyai faktor risiko yang APD perusahaan komponen helm harus terdapat
dapat memicu terjadinya kecelakaan akibat kerja chin strap, tetapi pada kenyataannya hanya sedikit
dan penyakit akibat kerja. pelindung kepala yang terdapat chin strap-nya.
H2, CO2, dan dry ice plant telah menyediakan APD juga harus memenuhi kenyamanan pekerja
APD walaupun memang kurang maksimal. Tetapi saat memakainya, hal tersebut menjadi syarat
kondisi dan kelayakan APD juga menjadi faktor kelayakan APD yang ada di tempat kerja juga sesuai
penting apakah program pengadaan APD berjalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
dengan lancar. Pada kenyataannya, tidak ada inspeksi Rizkiani (2011) yang menyatakan bahwa kondisi
rutin untuk mengontrol kondisi dan kelayakan APD dan kenyamanan APD juga menjadi alasan utama
para pekerja. Pekerja yang terpapar berbagai jenis pekerja tidak patuh dalam menggunakan APD
bahaya secara langsung harus maksimal dalam saat bekerja. Begitu pula dengan hasil penelitian
penggunaan APD. Maksimal yang berarti lengkap, Barizqi (2015) alasan pekerja tidak patuh dalam
benar dan APD yang digunakan dalam kondisi baik, menggunakan APD yaitu faktor kenyamanannya.
layak pakai dan tidak kadaluarsa. Seperti halnya pada cover all yang disediakan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan H2, CO2 dan dry ice plant sangat tidak memenuhi
Transmigrasi No. 8 Tahun 2010 Pasal 8 menyatakan syarat kelayakan. Karena APD tersebut jika dipakai
bahwa APD yang tidak berfungsi dengan baik menyerupai robot, perusahaan memang sengaja
karena rusak, retak, atau pecah harus dibuang dan membeli cover all dengan kualitas rendah karena ada
dimusnahkan dan juga APD yang kedaluwarsa pernyataan bahwa jika yang kualitas tinggi harganya
serta mengandung bahan berbahaya akibat paparan jauh lebih mahal. Tetapi alhasil, cover all tersebut
bahan kimia berbahaya harus dimusnahkan. Agar tidak dipakai sama sekali oleh pekerja. Hal tersebut
mengetahui APD dalam kondisi baik, layak pakai memicu ketidakpatuhan pekerja yang sebenarnya
dan tidak kedaluwarsa diperlukan kegiatan inspeksi ingin menggunakan cover all untuk keselamatan
yang dilakukan oleh pengurus perusahaan Kondisi dirinya sendiri.
APD sebenarnya juga harus diperhatikan oleh para Pekerja di H 2 , CO 2 dan dry ice plant
penggunanya, tetapi tidak menutup kemungkinan menggunakan sebagian APD yang diwajibkan.
bahwa perusahaan juga ikut dalam perawatan APD Artinya, pekerja tidak menggunakan APD tersebut
para pekerjanya. secara lengkap dan benar. Tidak ada plant yang
Kondisi APD tersebut kembali pada program memenuhi perilaku aman dalam penggunaan APD.
ketersediaan APD yang ada di H2, CO2, dan dry Rendahnya frekuensi atau tingkat keseringan
ice plant. Ada jenis APD yang tidak baik dan inspeksi yang dilakukan oleh HSE Officer
tidak layak pakai sehingga pekerja malas untuk menjadi salah satu penyebab mengapa rendahnya
menggunakannya, apalagi pengadaan APD yang penggunaan APD. Frekuensi inspeksi harus terus
ada di H2, CO2, dan dry ice plant masih kurang ditingkatkan mengingat potensi bahaya yang ada di
maksimal karena harus menunggu lama saat masing-masing plant cukup tinggi dan penggunaan
memesan. Alhasil, pekerja tersebut akhirnya malas APD secara keseluruhan masih perlu ditingkatkan
untuk menggunakan APD. Ada juga jenis APD yang kembali.
tersedia tidak memenuhi syarat kelayakan, tetapi
Cynintya Rahmi Chairunnisa dan Tjipto Suwandi, Evaluasi Pelaksanaan Inspeksi APD… 205

Ketersediaan APD juga harus sesuai dengan Laporan inspeksi berfungsi untuk dasar
jumlah pekerja yang ada di setiap plant sesuai dengan menentukan tinakan apa yang harus dilakukan
kebutuhan jenis APD apa saja di masing-masing selanjutnya, dokumen K3 dan feedback pekerja, data
plant. Kegiatan inspeksi kesesuaian jumlah APD analisis K3, barometer kesadaran karyawan terhadap
harus terlaksana agar tidak ada lagi pekerja yang K3 dan sebagai bahan laporan Departemen K3 dan
tidak menggunakan APD hanya karena jumlahnya manajemen.
tidak sesuai atau pekerja tersebut tidak kebagian. Tindak lanjut seharusnya menjadi hasil evaluasi
Perusahaan juga harus memaksimalkan pengadaan program K3 yang dijalankan. Tindak lanjut yang
APD yang sesuai dengan kenyamanan pekerja dapat dilakukan kepada pekerja dapat berupa
dan berkualitas tinggi, demi melindungi pekerja peringatan pada pekerja yang tidak menggunakan
semaksimal mungkin dari bahaya yang ada di tempat APD secara lengkap. Tetapi, harus mengetahui latar
kerja. belakang pekerja mengapa tidak menggunakan
Inspeksi mengenai kondisi dan kelayakan APD, apakah memang disebabkan oleh perilaku
APD juga harus terlaksana dan juga meningkatkan tidak aman atau malah kondisi tidak aman. Dimana
frekuensi inspeksi. Masih banyak APD yang perilaku tidak aman dikarenakan memang kesadaran
tidak layak digunakan seperti sarung tangan yang pekerja yang masih rendah atau kondisi tidak aman
berlubang, pelindung kaki sudah rusak, pelindung dikarenakan perusahaan tidak menyediakan APD
kepala yang sudah kedaluwarsa, masker yang tidak semaksimal mungkin. Hal tersebut harus menjadi
memenuhi syarat, cover all yang tidak nyaman tolak ukur keberhasilan program K3. Tidak menutup
dipakai, dan kaca pelindung mata lecet. Khusus pada kemungkinan bahwa pekerja tidak menggunakan
pelindung kepala, menurut standar ANSI Z89.1-2009 APD karena program inspeksi yang kurang
berlaku empat tahun dari tahun pembuatannya di maksimal.
PT. X, pelindung kepala yang digunakan sudah
melebihi tahun kedaluwarsanya, karena mayoritas
SIMPULAN
pekerja yang bekerja lebih dari 10 tahun belum
mengganti pelindung kepalanya karena belum rusak. Simpulan yang dapat diambil dalam penelitian
Padahal, pelindung kepala yang digunakan pekerja ini yaitu pelaksanaan Inspeksi masih belum
tersebut sudah melebihi masa kedaluwarsanya. maksimal, sehingga perlu adanya perbaikan yang
Memang pada kenyataannya faktor bahaya yang dilakukan. Inspeksi sebaiknya dilakukan pada
mengenai kepala rendah, tetapi tidak menutup shift pagi, sore dan malam. HSE Officer sebaiknya
kemungkinan bahwa suatu saat terjadi kecelakaan melakukan identifikasi bahaya dan risiko yang ada
yang mengenai kepalanya dan pelindung kepala di H2, CO2, dan dry ice plant, agar dapat memenuhi
yang sudah kedaluwarsa tidak kuat untuk melindungi kebutuhan APD pekerja shift pagi, sore dan malam.
kepala pekerja. HSE Officer juga sebaiknya membuat laporan setelah
kegiatan inspeksi, agar dapat melakukan perbaikan
Pelaporan Hasil Inspeksi APD masalah yang ada pada saat melakukan kegiatan
Pelaporan hasil inspeksi merupakan evaluasi inspeksi. HSE Officer juga dapat memberikan sanksi
pelaksanaan suatu program dibutuhkan untuk pada pekerja yang tidak menggunakan APD.
melihat sejauh mana program dapat berjalan dengan
lancar dan sesuai dengan harapan dan tujuan yang DAFTAR PUSTAKA
dimiliki oleh perusahaan. Pelaksanaan inspeksi harus
American National Standard Institute. Particleboard
ada evaluasi untuk menindaklanjuti apa yang harus
ANSI Z89.1-2009. Composite Panel Association.
dilakukan dalam pengendalian selanjutnya terhadap
Amoco Mitsui Indonesia. 1999. Practical Modern
sesuatu yang tidak sesuai dengan perencanaan.
Safety Management. Jawa Barat: PT. Amoco
Inspeksi merupakan kegiatan yang dilakukan
Mitsui Indonesia.
untuk pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
Barizqi, I.N. 2015. Hubungan antara Kepatuhan
kerja. Menurut Amoco Mitsui Indonesia (1999),
Penggunaan APD dengan Kejadian Kecelakaan
dalam tahap pelaporan seharusnya ada permasalahan
Kerja pada Pekerja Bangunan PT. Adhi
yang ada pada saat kegiatan inspeksi. Hal tersebut
Karya Tbk. Proyek Rumah Sakit Telogorejo
untuk melakukan tindakan perbaikan yang
Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
seharusnya dilakukan.
Semarang.
206 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 6, No. 2 Mei-Agust 2017: 197–206

Bird, F.E. Germain. 1986. Practical Loss Control Putri, K.D.S. 2014. Analisis Faktor yang Berhubungan
Leadership. International Loss Control dengan Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung
Institute. Diri. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.
Scott, G.E. 2001. The Psychology of Safety Handbook. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Boca Raton. Lewish Publisher. Keselamatan Kerja. Jakarta.
Ibrahim, B. 2009. Tingkat Kepatuhan Penggunaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
S a r u n g Ta n g a n d a l a m K a i t a n S t a n d a r No. 08 Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri.
Kewaspadaan Umum bagi Petugas Laboratorium Jakarta.
Klinik di Kota Cilegon. Skripsi. Program Rizkiani, D.O. 2011. Analisis Kepatuhan Pemakaian
Sarjana FKM UI 2009. Depok: Universitas APD pada Pekerja Laboratorium PPPTMGB
Indonesia. Lemigas Jakarta Tahun 2011. Skripsi.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Program Sarjana FKM UI. Depok: Universitas
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Indonesia.

Вам также может понравиться