Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB III

TINJAUAN ISLAM TERHADAP PEMBERIAN MODAFINIL SEBAGAI

TERAPI PADA NARCOLEPSY

3.1 Narcolepsy menurut Islam

Narkolepsi adalah penyakit yang menganggu pola tidur sehingga

mengganggu aktivitas. Narkolepsi juga sampai saat ini belum ditemukan obatnya,

yang ada sekarang hanya untuk mengatasi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

Dalam Islam, berobat termasuk tindakan yang dianjurkan. Nabi Muhammad SAW

memberikan tuntunan bagi seseorang di dalam menghadapi musibah sakit dan

penyakit, yang harus diperhatikan, dihayati, dan diamalkan, agar tidak terjerumus ke

dalam perbuatan yang merusak keimanan dan tidak diridhoi Allah SWT. Manakala

sakit datang menimpa, hendaknya datang berobat kepada ahlinya sebagai ikhtiar

yang wajib dilakukan dengan keyakinan bahwa kesembuhan akan diberikan Allah

SWT (Tim Binagda RSIJ, 2008).

Dalam berbagai riwayat menunjukan bahwa Nabi pernah berobat untuk

dirinya sendiri, serta pernah menyuruh keluarganya dan sahabatnya agar berobat bila

sakit. Diantara teknik pengobatan yang dilakukan oleh Nabi adalah menggunakan

cara-cara tertentu sesuai dengan perkembangan zaman saat itu (Zuhroni, 2003).

Allah telah menurunkan penyakit dan juga menyediakan obatnya. Walaupun

narcolepsy belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkannya, tetapi Allah telah

1
menjamin semua penyakit yang diturunkan pasti ada obatnya. Oleh karena itu, setiap

umat manusia harus berusaha dan bertawakal mencari obatnya. Sebagaimana yang

pernah dikatakan Rasulullah dalam hadis :

Artinya:
“Dari Usamah bin Syarik, dia berkata,Aku pernah berada di samping Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka
bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya,
wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah
meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu
penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit
tua.” (HR. Al-Bukhari)

Juga disebutkan dalam hadits lain yang diriwiyatkan oleh Abu Hurairah,

bahwa Rasulullah SAW bersabda:

‫اه فداَءء إشلل أفننفزفل لفهه ششففاَء‬


‫فماَ أفننفزفل ل‬
Artinya:
“Allah tidak menurunkan suatu penyakit tanpa menurunkan obatnya”(HR Abu
Hurairah).

Dari hadits Rasullulah saw tersebut di atas menganjurkan berobat apabila

sakit, karena Allah SWT menurunkan penyakit beserta obatnya kecuali penyakit tua.

Manusia diperintahkan untuk berobat dengan obat yang cocok terhadap penyakitnya.

Namun harus yakini bahwa proses penyembuhan terhadap suatu penyakit tidak lepas

dari izin Allah, manusia berusaha untuk pengobatan tetapi Allah SWT yang

menyembuhkan. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah saw :

‫َ بففرأف بشإ شنذشن اش فعلز فوفجلل‬،‫ب اَللدفواَهء اَللداَفء‬ ‫َ ففإ شفذاَ أف ف‬،‫لشهكلل فداَءء فدفواَءء‬
‫صاَ ف‬
Artinya:
“Setiap penyakit ada obatnya.Jika obat yang tepat diberikan, dengan izin Allah,
penyakit itu akan sembuh” (HR Ahmad dan Hakim).

Perintah Allah untuk berobat harus dengan yang halal, dilarang

menggunakan cara atau obat yang dilarang, sebagaimana dinyatakan dalam hadits

Nabi:

2
‫اف أفننفزفل اَللداَفء فواَللدفواَفء فوفجفعفل لشهكلل فداَءء فدفواَءء ففتففداَفونواَ فوفل تففداَفونواَ بشفحراَءم‬
‫إشلن ل‬

Artinya:
“Allah yang menurunkan penyakit dan Dia juga yang menjadikan setiappenyakit
dan obatnya, berobatlah, dan jangan berobat dengan yang haram”(HR Abū
Dāwūd).

Ketentuan obat dalam Islam sebagaimana terdapat dalam al-quran, hadist dan

fikih yaitu manusia hendaknya berobat dengan yang halal dan baik. Tentunya dengan

obat dan terapi yang ditawarkan oleh Al-Qur’an dan Nabi saw.Sesungguhnya apa

yang diciptakan oleh Allah SWT mempunyai hikmah yang amat besar dan apa yang

dilarang atau diharamkan sesungguhnya demi manusia itu sendiri.

Narcolepsy merupakan salah satu bentuk ujian yang diberikan Allah pada

seseorang. Namun Allah tidak akan memberi ujian diluar batas kemampuan manusia

untuk menghadapinya. Allah akan mengangkat derajat seseorang yang mampu

melewati ujian dari-Nya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an :

‫ف نفنفءساَ إشلل هونسفعفهاَ هأو للفئش ف‬


‫ك‬ ‫ت فل نهفكلل ه‬ ‫فواَللشذيِفن آفمهنوُاَ فوفعشمهلوُاَ اَل ل‬
‫صاَلشفحاَ ش‬

‫ب اَنلفجنلشة ِ ههنم شفيِفهاَ فخاَلشهدوفن‬ ‫أف ن‬


‫صفحاَ ه‬
Artinya :
"Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami
tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar
kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di
dalamnya." (QS. al-A'raaf: 42).

Dari ayat tersebut, Allah menjamin bahwa semua ujian dan musibah yang

dihadapi umat-Nya dapat dijalani oleh mereka, karena Allah Maha Mengetahui

segala kemampuan tiap umat-Nya. Allah juga akan mengangkat derajat orang-orang

yang dapat melalui ujian dari-Nya denga ikhtiar, sabar dan tawakal.

3
Bagi umat muslim yang mendapat musibah seperti narcolepsy hendaknya

sabar dan ikhlas dalam menerima ujian Allah. Allah SWT menurunkan ujian kepada

umat-Nya untuk menguji ketakwaan mereka. Maka dari itu, sebaiknya umat yang

mendapat musibah harus berusaha mengatasinya dengan cara-cara yang halal. Setiap

cobaan yang Allah berikan pasti ada hikmahnya, diantaranya diangkat derajat

ketakwaannya dan dihapus dosanya. Dari Abu Said Al-Khudri dan dari Abu

Hurairah radhiallahu anhuma dari Nabi SAW:

‫ب فوفل هفمم فوفل هحنزءن فوفل أفءذىً فوفل فغمم فحتلىَّاَللشنوُفكشة‬ ‫ص ء‬‫ب فوفل فو ف‬ ‫ص ء‬‫اَنلهمنسلشفمشمنن نف ف‬
‫يِهفشاَهكفهاَ إشلل فكفلفر ل‬
‫اه بشفهاَ شمننفخ ف‬
‫طاَفيِاَهه‬
Artinya :
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau
kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya
melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dia berkata: Aku pernah

menjenguk Nabi Saw. ketika sakit, sepertinya beliau sedang merasakan rasa sakit

yang parah. Sabda Rasulullah:

‫ت إلننمذاَمك بلأ منن لممك أمسجمرسيلن مقاَمل أممجسل مماَ لمسن مم س‬


‫سللمم‬ ‫شلديدداَ قمسل م‬
‫إلننمك لممتوُمعمك موسعدكاَ م‬
‫شمجلر‬‫طاَمياَهم مكمماَ تممحاَتت مومرمقاَل ن‬‫ام معسنهم مخ م‬ ‫ت ن‬‫صيِبمهم أمدذىًإ لنل محاَ ن‬
‫يم ل‬
Artinya :
“Sepertinya anda sedang merasakan rasa sakit yang amat berat, oleh karena itukah
anda mendapatkan pahala dua kali lipat.” Beliau menjawab, “Benar, tidaklah
seorang muslim yang terkena gangguan melainkan Allah akan menggugurkan
kesalahan-kesalahannya sebagaimana gugurnya daun-daun di pepohonan.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).

3.2 Terapi Modafinil menurut Islam


Modafinil merupakan salah satu obat untuk meredakan gejala dari

narcolepsy. Modafinil berguna dalam mengatasi rasa kantuk yang tidak tertahankan

4
pada narcolepsy, sehingga penggunaan modafinil ini dapat meningkatkan kualitas

hidup dari penggunanya.Apabila kelebihan dosis maka itu akan mencelakakan

penderita, seperti yang agama Islam juga ajarkan manusia tidak boleh menyakiti diri

sendiri, sesuai dalam ayat Al-quran:

ِ‫فوفماَ ظفلفمُمنفلـهه مُم فولفلـشكن ظفلفهمووُناَ فأنفهفسہه ِمُم فففماَ أفمُغنفمُت فعمُنہه مُم فءاَلشهفتهہههم ٱللشتى‬

‫يِفمُدهعوُفن شمن هدوشن ٱللش شمن فشمُىِبءء لللماَ فجاَفء أفمُمهر فربل ِ ف‬
‫ك فوفماَ فزاَهدوهه مُم فغمُيِفر تفمُتشبيِ ب ء‬
‫ب‬
Artinya:

“Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya


diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka
sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu
datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali
kebinasaan belaka”. (QS. Huud : 101).

Pada banyak penelitian, modafinil terbukti efektif dalam meredakan gejala

untuk penderita narcolepsy. Isi dari modafinil itu sendiri tidak mengandung bahan-

bahan yang diharamkan dalam pandangan Islam, sesuai dengan syariat islam dalam

hadist:

َ‫إشلن اف أفننفزفل اَللداَفء فواَللدفواَفء فوفجفعفل لشهكلل فداَءء فدفواَءء ففتففداَفونواَ فولف تففداَفونوا‬

‫بشفحفراَءم‬
Artinya:

“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah
menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan
janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda)

Kehalalan obat pada dasarnya tergantung pada sifat bahannya, pengaruh

makanan pada bahan-bahannya, proses pembuatannya dan pengaruh pada

penggunanya. Sifat bahan obat meliputi bahan aktif obat dan bahan farmaseutik.

5
Sumber bahan aktif obat, baik obat dalam maupun obat luar berasal dari tumbuh-

tumbuhan dan hewan.Pembuatan obat (produk farmasi), baik obat dalam maupun

obat luar, disamping bahan aktif obatnya, dapat pula mengalami penambahan bahan

lain. Jika bahan-bahannya berasal dari lemak atau minyak hewan, tentu perlu kajian

tentang hewannya halal atau haram dikonsumsi dan pemeriksaan proses

penyembelihannya.

Pembuatan obat yang halal dari hewan hendaklah dari hewan yang halal

dikonsumsi. Untuk mengetahui hewan yang halal dikonsumsi perlu mempelajari

pembahasan tentang hewan dalam fiqh islam.

Dalam Islam obat-obatan yang diharamkan adalah obat-obatan yang

mengandung benda-benda najis dan benda-benda yang diharamkan oleh Allah, yaitu

alkohol, babi serta zat-zat yang berbahaya bagi tubuh. Obat yang mengandung babi,

komponen babi yang dipakai biasanya adalah gelatin (diambil dari kulit atau tulang

babi) yang digunakan sebagai emulgator, serta lemak yang digunakan sebagai

penolong atau tambahan dalam reaksi kimia yang biasa disebut enzim. Obat ini biasa

dalam bentuk kapsul, pil tablet, dan obat-obatan dalam bentuk lainnya. Obat jenis

lain yang mengandung bahan yang memabukan adalah obat bius. Obat bius adalah

zat yang dapat menyebabkan orang yang menggunakannya kehilangan kesadaran,

dan dapat menjadi racun dalam tubuh. Obat bius biasa dipakai untuk operasi dengan

tujuan menghilangkan rasa sakit dan takut. Namun obat bius banyak disalahgunakan

sehingga menjadi racun bagi pemakainnya, jenis obat ini seperti morfin, heroin,

opinium dan kokain (Al-ahsyar, 2002).

6
Islam melarang menggunakan tumbuh-tumbuhan yang merusak akal untuk

dijadikan obat-obatan, karena menghambat zikir kepada Allah Swt. Ada tiga jenis

tumbuhan-tumbuhan terlarang yang disebut-sebut dalam buku-buku fiqh, yaitu:

1. Hasyisy adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena

kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol yang dapat membuat

pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).

Tanaman ganja biasanya dibuat menjadi rokok mariyuana.


2. Opium sejenis obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengontrol,

mengendalikan atau menghilangkan rasa nyeri dapat menimbulkan kecanduan

dan termasuk dalam jenis narkotika.


3. Kat ialah tumbuhan terlarang yang dapat dijadikan obat terlarang (Al-ahsyar,
2002).

Salah satu obat-obatan yang dilarang dalam Islam ialah yang mengandung

khamar. Khamar adalah minuman memabukkan. Khamar dalam bahasa Arab berarti

“menutup”. Istilah menutup di sini adalah sesuatu yang bisa menutup akal. Menurut

pengertian urfi pada masa itu, khamar adalah apa yang bisa menutupi akal yang

terbuat dari perasan anggur. Sedangkan dalam pengertian syara’, khamar tidak

terbatas pada perasan anggur saja, tetapi semua minuman yang memabukkan dan

tidak terbatas dari perasan anggur saja. Rasulullah SAW bersabda: Dari Ibnu Umar

ra. Bahwa Nabi SAW bersabda:

Artinya:
“Setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap yang memabukkan adalah
haram” (HR. Muslim).

7
Hadits itu menunjukkan bahwa khamar tidak terbatas terbuat dari perasan

anggur saja, sebagaimana makna urfi tetapi mencakup semua yang bisa menutupi

akal dan memabukkannya. Setiap minuman yang memabukkan dan menutupi akal

layak disebut khamar, baik terbuat dari anggur, gandum, jagung, kurma, maupun

lainnya. Jika khamar diharamkan karena zatnya, sementara pada hadits di atas

dinyatakan bahwa berarti itu menunjukkan bahwa sifat yang melekat pada zat

khamar adalah memabukkan. Karena sifat utama khamar itu memabukkan, maka

untuk mengetahui keberadaan zat khamar itu atau untuk mengenali zatnya adalah

dengan meneliti zat-zat apa saja yang memiliki sifat memabukkan (Al-ahsyar, 2002).

Penggunaan modafinil pada penderita narcolepsy dapat dipertimbangkan

pada segi manfaat dan mudharatnya, karena Rasulullah SAW melarang kita

melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat sehingga menjadi mubazir.

Semua tindakan pengobatan terapi kesehatan dan penggunaan metode

pengobatan jika nyata-nyata bermanfaat maka hukumnya boleh, dan jika

membahayakan maka hukumnya haram (Zuhroni, 2010).

Efek samping dari modafinil ini sendiri jarang bersifat serius dan kadang-

kadang hilang bila obat diteruskan. Efek tersebut juga dapat dikurangi dengan

menurunkan dosis atau mengurangi penggunaan obat ini.Narcolepsy jika tidak

diobati akan menurunkan kualitas hidup, sebab dapat mengganggu aktivitas sehari-

hari dan kaidah-kaidah Ushul Fiqih(Dewoto, 2011).

Artinya:
“Apabila ada dua bahaya (risiko) yang berlawanan, maka harus dipelihara yang
lebih berat mudharatnya dengan melaksanakan yang lebih ringan daruratnya.”
(Ushul Fiqih)

8
Semua tindakan pengobatan terapi kesehatan dan penggunaan metode

pengobatan jika nyata-nyata bermanfaat maka hukumnya boleh, dan jika

membahayakan maka hukumnya haram (Zuhroni, 2010). Modafinil memiliki

manfaat yang lebih besar daripada mudharatnya, sehingga hukum terapi modafinil

pada penderita narcolepsy adalah boleh.

Berdasarkan uraian diatas, modafinil bukan merupakan obat yang

mengandung zat yang memabukkan, membahayakan tubuh dan memiliki manfaat

yang lebih besar daripada mudharatnya, sehingga modafinil dapat digolongkan pada

obat yang halal dan thayyib.

3.3 Tinjauan Islam terhadap Pemberian Modafinil sebagai Terapi pada

Narcolepsy

Narcolepsy adalah penyakit seumur hidup yang mengganggu aktivitas sehari-

hari dan sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkannya. Allah telah

menurunkan berbagai penyakit dan juga menurunkan obatnya. Manusia

diperintahkan untuk berikhtiar dan berdoa, berobat dengan yang halal dan melarang

dengan yang haram. Penyakit juga merupakan ujian dan musibah yang Allah berikan

kepada seseorang. Allah akan mengangkat derajat mereka yang mampu mengatasi

ujian yang Ia berikan. Umat manusia harus berobat kepada ahlinya agar bisa

membaik. Namun harus diyakini bahwa hanya Allah SWT yang dapat

menyembuhkan, sehingga pengobatan yang dijalani manusia hanya sebagai

perantara saja(Hasan, 2008).

9
Modafinil merupakan salah satu obat untuk penyakit narcolepsy. Obat

tersebut tidak mengandung bahan yang diharamkan dalam Islam. Ketentuan obat

dalam Islam ialah obat yang berasal dari bahan halal, tidak yang diharamkan, kecuali

dalam keadaan darurat tidak ada obat lain yang digunakan untuk seperlunya. Dalam

Islam hal ini dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mencapai

kesembuhan(Hasan, 2008).

Tinjauan Islam terhadap pemberian modafinil terhadap narcolepsy pada

dasarnya sesuai dengan kaidah fiqhiyyah diperbolehkan jika banyak memberi

manfaat, tidak menimbulkan mudharat sesuai dengan kaedah fiqhiyyah:

‫صهل شفيِ ناَلفنشفيِاَشء اَشلفباَفحةه فحلتىِ يِفهدلل اَللدلشنيِهل فعلفىِ اَلتلنحشرنيِشم‬


‫اَفلف ن‬
Artinya:
“Asal sesuatu adalah boleh, sampai ada dalil yang menunjukkan keharamannya”

Kaidah ini bersumber dari sabda Rasulullah yang artinya sebagai berikut:

“Apa-apa yang dihalalkan Allah adalah halal dan apa-apa yang diharamkan Allah

adalah haram, dan apa-apa yang didiamkan dimaafkan. Maka terimalah dari Allah

pemaafan-Nya. Sungguh Allah tidak melupakan sesuatu pun.” (HR. Al-Bazar dan at-

Thabrani).

Kandungan hadits ini ini ialah bahwa segala sesuatu yang belum ditunjuk

oleh dalil yang tegas tentang halal dan haramnya, maka hendaklah dikembalikan

kepada ketentuan aslinya, yaitu mubah. Contohnya, segala macam binatang yang

sukar untuk ditentukan keharamannya lantaran tidak didapatkan sifat-sifatnya ciri-

ciri yang dapat diklasifikasikan kepada haram, maka halal dimakan. Seperti binatang

10
Jerapah merupakan binatang yang halal dimakan, karena tidak memiliki sifat-sifat

atau ciri-ciri yang mengharamkannya (bertaring lagi buas).

Modafinil menurut kaidah fiqhiyyah boleh dilakukan, karena modafinil

memiliki manfaat yang lebih besar daripada kerugiannya dengan penggunaan

modafinil yang harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Hukumnya dapat

berubah apabila penggunaan modafinil memiliki kerugian yang lebih besar daripada

manfaatnya. Contohnya, apabila terapi modafinil diberikan kepada orang yang alergi

terhadap obat tersebut, maka tidak boleh dilakukan, sesuai dengan kaedah fiqhiyyah

yang mengatakan (Zuhroni, 2008).

Artinya :
”Hukum-hukum itu bisa berubah sesuai dengan ada tidaknya sebab”

Dalam kaidah fiqhiyyah yang lainnya dinyatakan (Zuhroni, 2008)

Artinya :
“Hukum-hukum itu bisa berubah sesuai dengan perubahan zaman, tempat dan
keadaan“.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas bahwa terapi modafinil pada pasien

narcolepsypada dasarnya sesuai kaedah fiqhiyyah, tetapi terapi modafinil tidak boleh

dilakukan pada penderita narcolepsy, apabila terapi narcolepsy mendatangkan lebih

banyak mudharat dari manfaatnya.

11
12

Вам также может понравиться