Вы находитесь на странице: 1из 34

1.

BENTUK SISTEM RUJUKAN

a. Sistem catatan (note-bibliography)


Menyajikan infomasi mengenai sumber dalam bentuk catatan kaki (footnotes) atau
catatan belakang (end notes) atau langsung dalam daftar pustaka (blibiography).

b. Sistem langsung (parenthetical-reference)


yang menempatkan informasi mengenai sumber dalam tanda kurung dan diletakkan
(a) langsung pada bagian yang dikutip,
(b) pada daftar kutipan (list of work cited), atau
(c) pada daftar pustaka.

Contoh :
1. Berikut diambil dari tulisan Maman S. Mahayana yang berjudul “Gerakan Budaya
Menjelang Kemerdekaan Indonesia-Malaysia” yang terbit Jurnal Makara Vol. 11,
No. 2 Desember 2007, Hal.48-57. Dihalaman 52, Maman menguraikan mengenai
usaha seorang tokoh melayu bernama Ibrahim Yaakob. Kesimpulan atas usaha
tokoh itu secara singkat dimasukkan dalam catatan kaki.
2. Format MLA (The Modern Language Association)
Caine, Donald B. Batas Nalar. Jakarta: Keputusan Populer Gramedia, 2005.

Gennep, Arnold Van. The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University


Press, 1992

3. Gustiati, Rina dan Yulia Nazaruddin. (2005). 2012:Kiamat tak jadi datang.
Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri

2. INDEKS DAN GLOSARIUM

Judul Buku : Katakan Kepadaku Apa ?

Pencipta : Dr. Lyndon Saputra, dkk

Penerbit : Quality Press

Tahun Terbit : 2006


Tempat Terbit : Batam Centre

Indeks

Acini 16,17

Adrenalin 16,17

Alveolar 8

Alveoli 14

Anatomi 4

Antibodi 12

Anus 18

Aorta 5,9,12,17

Arteri 9,17,22,23

Asam amino 6

Atom 6

Bakteri 12

Bergabung 6,12,17

Bernapas 14

Bergerak 18,27,31,32

Bertahan 5

Bergetar 13,31
C

Cabang 21,30,31

Cairan 10,22,29,30

Darah 9,10,11,16

Diafragma 14

Dialisis 23

Empedu 21

Endokrin 4

Enzim 19

Epidermis 34,35

Epiglotis 4

Fibrinogen 11

Fibrosa 22folikel 35

Fovia 26

Fungsi 4,10,24

Ganglia 26
Getah bening 8,10,12,15,34

Glatinogen 10,11

Glomerulus 23

Ginjal 16,22,23

Haversia 8

Heterozigot 7

Homeostasis 33

Hormon 16,17

Ileum 18

Informasi 32,34

Interstisial 10

Jaringan 14,20

Kapiler 10,12,14,15,34

Kimiawi 6,19

Kromosom 5,6

Koklea 30,31

Kornea 24,29
Koroner 9

Korteks serebtal 24

Lambung 18,19

Langerhans 16,17

Lensa 26,29

Ligamen 29

Limfosit 12

Mata 7,26,27,28,29

Medula 22

Mikroskopis 26

Mitokondria 5

Nefron 23

Nukleus 22

Oksigen 5,9,10,14,22

Organela 5

Otak 24,25,27,28,32
P

Pletelet 10,11

Pencernaan 4,17,19,18,21

Pernapasan 4,14,15

Periosteum 8

Pilorus 19

Produksi 15,16

Reproduksi 4,18

Reseptor 32,35

Saraf 14,15,30,31,34,35

Sensitif 26,28,35

Serebelum 24,25

Serebrum 24,25

Sirkulasi 9,10

Tulang 10,13,17,22

Ureter 23
Usus 4,5

Vena 17,20,21,23

Venula pulmonaris 15

Vestibuli 31

GLOSARIUM

Antibodi adalah protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang teraktifasi
oleh antigen

BRONKITIS (Bronchitis) adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke


paru-paru)

Dialisis adalah proses penyaringan partikel koloid dari ion-ion yang terabsorpsi
sehingga ion-ion tersebut dapat dihilangkan dan zat terdispersi terbebas dari ion-ion
yang tidak diinginkan.

Enzim adalah protein yang berperan sebagai katalis dalam metabolisme makhluk
hidup.

Fibrinogen (fibrinogen) : globulin (sejenis protein) dalam darah yang dapat berubah
menjadi fibrin karena pengaruh aktivitas trombin pada proses pembekuan darah;
fibrinogen dihasilkan oleh hati

Glomerulus (glomerulus) : jala pembuluh- pembuluh darah kapiler; bagian kapsul


Bowman pada ginjal, berfungsi untuk menyalurkan air tubuh ke dalam ginjal
menjadi air seni

Heterozigot adalah pasangan gen yang mempunyai alel yang berbeda.

Homeostasis adalah keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan internal tubuh,
dipertahankan secara alami oleh mekanisme adaptasi fisiologis.

Kapiler (capillary) : Salah satu pembuluh darah halus yang bersama kapiler lain
membentuk jalur-jalur pada bermacam- macam bagian tubuh untuk menyalurkan
darah ke dalam bagian tubuh tersebut
Limfosit adalah sejenis sel darah putih pada sistem kekebalan makhluk vertebrata

Mitokondria merupakan organel sel bermembran yang bersifat aerob. Ukuran


mitokondria bervariasi, bergantung pada jenis sel

Periosteum adalah lapisan membran fibrosa tebal yang meliputi hampir seluruh
permukaan tulang.

Reproduksi adalah suatu proses biologis di mana individu organisme baru diproduksi

3. USULAN KARYA ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN


MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DI SUNGAI SIRAH
KECAMATAN SILAUT
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan pertama yang terbaik bagi bayi hingga

usia 4-6 bulan. Setelah itu bayi harus diperkenalkan dengan ragam makanan padat,

meski ASI masih tetap diberikan hingga anak berumur dua tahun bahkan lebih.

Pemenuhan kebutuhan gizi terutama diperlukan sejak masa janin sampai anak

berusia lima tahun. Pemenuhan gizi pada masa rawan ini sangat menentukan

kualitas seseorang ketika mencapai usia reproduksi (Krisnatuti, 2000).

Agar pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) berjalan baik maka

diperlukan pengetahuan dan perilaku yang baik pula mengenai MP-ASI. Dan salah

satu faktor intern yang mempengaruhi terbentuknya perilaku manusia adalah

pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan pada dasarnya adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui pancaindra manusia,

yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Perilaku kesehatan dipengaruhi

pula oleh pengetahuan sebagai faktor predisposisi. Jika pengetahuan tentang MP-

ASI baik diharapkan pula pada akhirnya perilaku terhadap pemberian MP-ASI

juga baik (Notoatmodjo, 2007).

Pemberian MP-ASI meliputi terutama mengenai kapan MP-ASI harus

diberikan, jenis bentuk dan jumlahnya (Krisnatuti, 2000). Waktu yang tepat untuk

pemberian MP-ASI adalah usia 4-6 bulan (Lawson, 2003). Cara pemberian
pertama kali berbentuk cair menjadi lebih kental secara bertahap (Octopus, 2006).

Jadi pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas ataupun kuantitas, penting

untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak (Graimes, 2008).

Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005,

menyebutkan bahwa kurang lebih 40% bayi usia kurang dari dua bulan sudah

diberi MP-ASI. Disebutkan juga bahwa bayi usia nol sampai dua bulan mulai

diberikan makanan pendamping cair (21,25%), makanan lunak/lembek (20,1%),

dan makanan padat (13,7%). Pada bayi tiga sampai lima bulan yang mulai diberi

makanan pendamping cair (60,2%), lumat atau lembik (66,25%), dan padat

(45,5%) (anonim2, 2009). Dan dari beberapa penelitian dinyatakan bahwa keadaan

kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI

yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian MP-

ASI yang benar sehingga berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI (Depkes RI,

2006).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, masalah

pemberian MP-ASI yang tidak tepat juga terjadi di Sungai sirah Kecamatan Silaut.

Berdasarkan data primer yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan terdapat ±

52% bayi kurang dari dua bulan sudah diberi makanan selain ASI. Salah satu

penyebabnya, mungkin karena Ibu tidak mempunyai pengetahuan yang cukup

sehingga mereka memberikan MP-ASI terlalu dini dan tidak bervariasi. Bahkan

terdapat beberapa balita dengan kasus berat badan kurang berdasarkan umur.

Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat

pengetahuan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI di Desa Sungai

Sirah Kecamatan Silaut.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat

adalah “Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian

makanan pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Sungai Sirah Kematan Silaut?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Menganalisa hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian

makanan pendamping ASI di Desa Sungai Sirah Kematan Silaut.

2. Tujuan Khusus.

a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu di Desa Sungai Sirah Kematan Silau.


b. Mengetahui bagaimana waktu, cara, syarat, tujuan, manfaat dan jenis serta
macam pemberian makanan pendamping ASI di Desa Sungai Sirah
Kematan Silaut.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis.

a. Bagi Tenaga Kesehatan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada tenaga

kesehatan khususnya bidan untuk meningkatkan penyuluhan tentang

makanan pendamping ASI di masyarakat.

b. Bagi Kader Kesehatan dan Masyarakat.


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi kader

kesehatan dan masyarakat tentang manfaat pemberian makanan pendamping

ASI yang baik dan benar.

E. Keaslian Penelitian

Di Instansi D IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret (UNS), Karya Tulis

tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian makanan

pendamping ASI pernah dilakukan yaitu, Hubungan Pendidikan Ibu dengan

Pemberian Makanan Pendampimg ASI di Desa Trosemi Kecamatan Gatak

Kabupaten Sukoharjo, oleh Susilowati, 2007. Di instansi lain juga pernah

melakukan studi kasus serupa yaitu Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang

Makanan Tambahan dengan Pertumbuhan Anak Balita di Desa Jetis Klaten

Selatan, oleh Indarwati Budiastuti, Fakultas kedokteran UNS, 1999.

Karya tulis ini berbeda dengan karya tulis sebelumnya, yaitu dalam hal

tempat dan waktu penelitian, subyek penelitian dan analisa data yang digunakan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengetahuan Umum

1). Pengertian.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui

pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2007).

Menurut pendapat Ismail (1991) seperti yang dikutip Saryono

(2003), bahwa pengetahuan manusia berhubungan dengan jumlah

informasi yang dimiliki seseoarang, Semakin banyak informasi yang

dimiliki semakin tinggi pula pengetahuan seseorang.

2). Tingkatan Pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a). Tahu

Yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Tingkat ini adalah mengingat kembali

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Tahu

merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.


b). Memahami

Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan secara benar.

c). Aplikasi

Merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

d). Analisis

Yakni suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam

komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih

ada kaitan satu sama lain.

e). Sintesis

Suatu kemampuan untuk meletakkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah

kemempuan untuk menyusun suatu formulasi yang ada.

f). Evaluasi

Yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu objek.

3). Pengaruh pengetahuan terhadap perilaku.

Perilaku kesehatan dipengaruhi pula oleh pengetahuan sebagai

faktor predisposisi. Jika pengetahuannya baik diharapkan pula pada

akhirnya perilakunya juga baik (Notoatmodjo, 2007). Perilaku

kesehatan menurut teori Green dalam Notoatmodjo (2007) dipengaruhi

oleh tiga faktor, antara lain:

a). Faktor prediposisi


Biasanya terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai dan sebagainya.

b). Faktor pendukung

Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya

fasilitas atau sarana kesehatan.

c). Faktor pendorong

Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

4). Faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2007), faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang antara lain: a). Pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga

terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

b). Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah

pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat non formal.

c). Informasi

Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan

memiliki pengetahuan yang lebih luas pula.

d). Lingkungan budaya


Lingkungan dan tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan,

dapat berupa sikap dan kepercayaan.

e). Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

b. Pengetahuan tentang MP-

ASI 1). Pengertian MP-ASI

Yang dimaksud dengan MP-ASI adalah makanan yang diberikan

kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24

bulan. Peranan MP-ASI sama sekali bukan untuk menggantikam ASI,

melainkan hanya untuk melengkapi ASI (Krisnatuti, 2000).

2). Tujuan MP-ASI

Tujuan pemberian makanan bayi dibedakan menjadi 2 macam

yaitu tujuan mikro dan tujuan makro. Tujuan mikro berkaitan langsung

dengan kepentingan individu pasangan ibu-bayi, dalam ruang lingkup

keluarga, yang mencakup 3 macam aspek:

a). Aspek fisiologis yaitu memnuhi kebutuhan gizi dalam keadaan

sehat maupaun sakit untuk kelangsuangan hidup, aktivitas dan

tumbuh kembang.

b). Aspek edukatif yaitu mendidik bayi agar terampil dalam

mengkonsumsi makan disamping ASI.

c). Aspek psikologis yaitu untuk memberi kepuasan pada bayi dengan

menghilangkan rasa tidak enak karena lapar dan haus. Disamping

itu memberikan kepuasan pada orang tua karena telah mlakuakn

tugasnya.
Sedangkan tujuan makro merupakan permasalahan gizi

masyarakat luas dan kesehatan masyarakat (Budiastuti, 1999).

3). Syarat makanan pendamping ASI

Agar pemberian MP-ASI dapat terpenuhi dengan sempurna

maka perlu diperhatikan sifat-sifat bahan makanan yang akan

digunakan. Menurut Krisnatuti (2000), makanan bayi tidak boleh

memiliki sifat kamba yaitu volume makanan yang besar tapi

kandungan gizinya rendah. Makanan yang bersifat kamba akan cepat

memberikan rasa kenyang sehingga bayi tidak akan meneruskan

makannya. Hal-hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam

pemberian MP-ASI menurut Baso (2007), antara lain:

a). Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi

b). Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin

dan mineral dalam jumlah yang cukup

c). Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik

d). Harganya relatif murah

e). Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan secara lokal

f). Bersifat padat gizi.

Soetjiningsih (2002) juga menambahkan bahwa makanan bayi

dan anak juga harus memenuhi kebutuhan makanan secara adekuat

yaitu tidak kekurangan atau kelebihan, mudah diterima dan dicerna,

jenis makanan dan pemberian sesuai dengan pemberian kebiasaan

makan yang sehat, terjamin kebersihannya dan bebas dari bibit


penyakit, susunan menu seimbang (berasal dari 10-15% dari protein,

25-30% dari lemak dan 50-60% dari karbohidrat).

2. Pemberian MP- ASI

a. Waktu pemberian MP-ASI

Sebaiknya MP-ASI mulai diberikan pada umur 4-6ulan. Hal ini erat

hubungannya dengan kemampuan bayi yang telah dapat melakukan

koordinasi menghisap, menelan, bernafas dan bayi siap mengisap makanan

yang cair terlebih dahulu (Soetjiningsih, 2002).

Harus diperhatikan bahwa, apabila MP-ASI sudah diberikan

kepada bayi dibawah usia 4 bulan maka asupan gizi yang dibutuhkan oleh

bayi tidak sesuai dengan kebutuhannya, bayi akan mengalami ganguan

pencernaan, seperti sakit perut, konstipasi, dan alergi Krisnatuti (2000).

Soetjiningsih (2002) juga menambahkan bahwa pemberian MP-ASI

yang terlalu dini dapat mengakibatkan:

1) Bayi lebih sering menderita diare. Hal ini disebabkan cara menyiapkan

makanan yang kurang bersih, juga karena pembentukan zat antibodi

oleh usus bayi belum sempurna.

2) Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu, ini terjadi akibat

usus bayi masih permeable, sehingga mudah dilalui oleh protein asing.

3) Terjadi gangguan pertumbuhan. Bila makanan yang diberikan kurang

bergizi dapat mengakibatkan anak menderita KEP (Kurang Energi

Protein) dan dapat terjadi sugar baby atau obesitas bila asupan kalori

terlalu tinggi.
4) Produksi ASI menurun. Karena bayi sudah kenyang dengan MP-ASI

tadi, maka frekuensi menyusu menjadi lebih jarang, akibatnya dapat

menurunkan produksi ASI.

5) Tinginya solute load dari MP-ASI yang diberikan sehingga dapat

menimbulkan hiperosmolaritas yang meningkatkan beban ginjal.

b. Manfaat makanan pendamping ASI

Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat-

zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan

bayi secara terus menerus. Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian MP-

ASI sangat membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan

untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik (Krisnatuti, 2000).

c. Jenis makanan pendamping dan waktu pemberiannya

Demikian pula cara memperkenalkan MP-ASI harus bertahap. Bayi

sebelumnya tidak merasakan makanan lain selain ASI, maka harus secara

bertahap memperkenalkannya. Bayi yang menolak makanan yang

diberikan, belum tentu tidak mau, oleh sebab itu bayi harus diperkenalkan

makanan tambahan secara bertahap dalam hal: bentuk, volume/jumlah,

frekuensi dan jenisnya (Soetjiningsih, 2002).

Saat menyiapkan makanan bayi, ibu dapat menggunakan bahan

makanan segar yang memiliki gizi optimal. Selain itu, bayi akan terbiasa

dengan makanan buatan rumah sejak dini yang memiliki aneka ragam dan

tekstur (Octopus, 2006). Sedangkan keuntungan makanan bayi siap saji

yaitu lebih cepat dalam penyajian, mudah, enak dan aman. Disiapkan

secara higienis dengan memenuhi standar gizi. Karena makanan bayi siap
saji dapat dibuat dalam jumlah kecil, makanan ini cocok pada awal

pengenalan makanan padat. Tetapi kerugiannya, makanan siap saji cukup

mahal dan tidak memberikan pengalaman yang banyak akan rasa dan

tekstur (Lawson, 2003). Produk makanan bayi siap saji ini diatur oleh suatu

lembaga regulasi internasional, yaitu Codex Alimentarius Food For Special

Dietary Uses (Baso, 2007).

Hal-hal penting yang harus diketahui mengenai cara-cara tepat

pemberian MP-ASI, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Contoh jadwal pemberian MP-ASI menurut umur bayi, jenis makanan
dan frekuensi pemberian.
Umur bayi Jenis makanan Berapa kali sehari
0-4/6 bulan -ASI -kapan diminta
Kira-kira 6 bulan -ASI -kapan diminta
-Sari buah -1-2 kali
-bubur: bubur tepung beras merah
Kira-kira 7 bulan -ASI -kapan diminta
-buah-buahan -3-4 kali
-hati ayam atau kacang-kacangan
-beras merah atau ubi
-sayuran (wortel, bayam)
-minyak, santan, advokad
-air tajin
Kira-kira 9 bulan -ASI -kapan diminta
-buah-buahan -4-6 kali
-bubur roti
-daging/kacang-kacangan/ayam/ikan
-beras merah/kentang/labu/jagung
minyak/santan/advokad
>12 bulan -ASI -kapan diminta
-makanan pada umumnya, termasuk telur. -4-6 kali
Sumber: Krisnatuti (2000).
Menurut Soetjiningsih (2002), kebutuhan akan makro dan

mikronutrien untuk bayi sampai 4-6 bulan masih dapat dipenuhi dari ASI.

Tetapi setelah bayi berumur 6 bulan harus mendapat tambahan makanan

yang bergizi dan mengandung protein yang cukup atau disebut dengan

jembatan protein (Three plank protein bridge) yang terdiri dari: ASI harus

diteruskan ditambah dengan protein hewani dan protein nabati. Kalau anak

tidak mendapat tambahan kalori/protein yang memadai pada masa ini,

maka anak bisa terjun menjadi kwashiorkor.

Soetjiningsih (2002) juga menambahkan bahwa asam amino

esensial untuk bayi adalah histidin dan untuk bayi premature adalah taurin

essensial. Karbohidrat memberikan kontribusi 30–60 % dari energi yang

dibutuhkan. Pada masa bayi 37 % kalori ASI dan 40 -50 % kalori susu

formula berasal dari karbohidrat terutama laktosa. Jumlah air yag

diperlukan oleh bayi terutama ditentukan oleh kehilangan air melalui

kencing, tinja, kulit, dan paru. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari

ASI/susu formula dan makanan tambahan. Asupan besi yang dianjurkan

adalah 6 mg/hari pada 6 bulan pertama dan 10 mg/hari sampai umur 3

tahun. Makanan yang telah difortifikasi dengan besi merupakan salah satu

pilihan. Cadangan seng pada bayi baru lahir tidak ada, tetapi ASI dan susu

formula mengandung seng yang dapat memenuhi kebutuhan bayi satu

tahun pertama. Sumber fluor dapat berasal dari air minum yang sudah

difortifikasi atau diberikan tablet fluor. Defisiensi vitamin pada bayi jarang

tejadi, kecuali diet ibu yang tidak adekuat.


d. Angka kecukupan rata-rata untuk bayi dan balita (per/orang/hari).

Tabel 2.1 Kandungan zat gizi makanan bayi yang dianjurkan

Kriteria Golongan Umur


0-6 bulan 6-12 bulan 1-3 tahun
Berat badan (kg) 5,5 8,5 12
Tinggi badan (cm) 60 71 89
Energi (kkal) 560 800 1.250
Protein (g) 12 15 23
Vitamin A (RE, µg) 350 350 350
Tiamin (mg) 0,3 0,4 0,5
0,3 0,4 0,6
Riboflavin (mg)
2,5 3,8 5,4
Niasin (mg)
0,1 0,1 0,5
VitaminB12 (mg)
22 32 40
Asam folat (mg)
30 35 40
Vitamin C (mg)
300 400 500
Kalsium (mg)
200 250 250
Fosfor (mg)
3 5 8
Besi (mg)
3 5 10
Seng (mg)
50 70 70
Iodium (mg)
Sumber: Krisnatuti (2000).
e. Cara pemberian makanan pendamping ASI

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan

pendamping ASI (anonim2, 2009) :

1) Perhatikan kebersihan alat makan, alat makan yang bersih adalah alat

makan yang dicuci dengan ais sabun kemudian direndam dalam air

panas yang telah mendidih selama lima menit


2) Membuat makanan secukupnya sehingga dapat dihabiskan sekali

waktu oleh bayi tanpa harus dipanaskan lagi untuk diberikan kepada

bayi

3) Buat variasi makanan agar bayi tidak bosan

4) Jangan berikan makanan dekat dengan waktu menyusui, minimal

selisih waktu antara pemberian makanan dan pemberian ASI adalah

dua jam

5) Jaga kebersihan bahan makanan yang akan diolah, cuci bersih sayuran

dan rendam ke dalam air untuk sayuran yang berakar

6) Jangan memaksa bayi apabila tidak mau makan makanan pendamping

ASI yang diberikan, ganti dengan makanan pendamping ASI yang lain.

Penolakan terhadap suatu makanan mungkin karena bayi merasa bosan

dengan jenis makanan tersebut.

f. Faktor yang diduga mempengaruhi pemberian MP-ASI

Penelitian yang dilakukan oleh Reny Kirana (2005) diperoleh

kesimpulan bahwa yang dapat mempengaruhi pemberian makanan

pandamping ASI adalah lingkungan. Sedangkan menurut Nilawati (2005)

menyebutkan bahwa pendidikan, sosial ekonomi dan lingkungan

menrupakan faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI dengan uraian

sebagai berikut:

1) Faktor pendidikan

Tingkat pendidikan ibu mencerminkan kemampuan ibu untuk

menerima informasi dan pengetahuan yang lebih tentang pemberian

MP-ASI. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan ibu yang


berpendidikan rendah jika sering mengikuti penyuluhan tentang

pemberian MP-ASI akan menunjukkan pemberian MP-ASI yang baik.

2) Faktor Sosial Ekonomi

Dalam hal ini yang berpengaruh adalah pekerjaan dan penghasilan

keluarga. Banyaknya ibu bekerja membuat makanan pendamping ASI

menjadi pilihan utama bagi ibu yang tidak sempat untuk menyusui

bayinya.

3) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah budaya setempat, tradisi

keluarga yang turun temurun serta adanya anggapan bahwa ASI saja

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.


B. Kerangka Konsep

Status gizi Status kesehatan

ASI eksklusif Asupan gizi

Faktor tak langsung


Pemberian - Sosial ekonomi
MP-ASI+ASI - Lingkungan
budaya

Tingkat pengetahuan
ibu tentang MP-ASI

Faktor langsung:
- pendidikan ibu
- informasi
- pengalaman

Keterangan :
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti

C. Hipotesis

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu dengan pemberian makanan

pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Jatirejo Kecamatan Jumapolo.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian Observasional Analitik

dengan desain Cross Sectional.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten

Karanganyar yaitu pada minggu ke tiga bulan Juli 2009.

C. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah subjek (manusia atau klien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Pembagian populasi menurut

Sastroasmoro & Ismail (1995) dalam Nursalam (2008) meliputi:

1. Populasi Target

Seluruh Ibu yang berada di Posyandu Desa Jatirejo Sungai Sirah Kematan Silaut.

2. Populasi Aktual

Semua ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan yang tercatat di Posyandu

Desa Sungai Sirah Kematan Silaut sebanyak 46 responden.

D. Sampel dan Teknik Sampling

Pengambilan sampel dengan cara Total Sampling. Karena populasi

penelitian kurang dari 100, lebih baik sampel diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2002:112). Sampel pada

penelitian ini berjumlah 46 orang dengan kriteria yaitu semua ibu yang

mempunyai bayi usia 6-12 bulan di Desa Sungai Sirah Kematan Silaut.
E. Kriteria Restriksi

1. Kriteria Inklusi

a. Semua ibu yang mempunyai bayi berumur 6-12 bulan di Posyandu Desa

Sungai Siraah Tahun 2009.

b. Ibu yang telah memberikan MP-ASI.

c. Ibu yang bersedia menjadi responden.

F. Definisi Operasional

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan Ibu.

Tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI yaitu pengetahuan Ibu tentang

makanan untuk bayi selain ASI, sebagai penambah kekurangan ASI.

a. Alat ukur : cheklist/pedoman wawancara

b. Cara pengukuran : metode wawancara, ditanyakan langsung kemudian

jawaban diisikan kedalam kusioner. Metode ini

dilakukan agar responden dapat lebih mudah

memahami dan menjawab soal-soal pada cheklist.

c. Hasil pengukuran :

Pertanyaan terdiri dari 20 soal, setiap jawaban benar diberi nilai 1,

sedangkan untuk jawaban salah diberi nilai 0. Dari perhitungan rumus

tersebut dapat ditentukan kriteria tingkat pengetahuan ibu tentang makanan

pendamping ASI berdasarkan Nursalam (2008), yaitu:

1). Baik : jumlahnya 76-100%,

2). Cukup : jumlahnya 56-75%,

3). Kurang : jumlahnya £ 56%


d. Skala pengukuran : ordinal.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah pemberian MP-ASI. Yaitu

merupakan hal yang dilakukan ibu dalam memberikan makanan apa saja selain

ASI.

a. Alat ukur : cheklist

b.Cara pengukuran : metode wawancara, ditanyakan langsung kemudian

jawaban diisikan kedalam cheklist.

c. Hasil pengukuran:

Pertanyaan terdiri dari 20 soal, setiap jawaban benar diberi nilai 1,

sedangkan untuk jawaban salah diberi nilai 0. Dari perhitungan nilai tersebut

dapat ditentukan kriteria pemberian MP-ASI berdasarkan Nursalam (2008),

yaitu:

1). Baik : jumlahnya 76-100%,

2). Cukup : jumlahnya 56-75%,

3). Kurang : jumlahnya £ 56%

d. Skala pengukuran : ordinal.

G. Intervensi dan Instrumentasi

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview/wawancara

dengan pedoman wawancara.

1. Cheklist Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI

Peneliti memodifikasi kuesioner milik Budiastuti (1999) yang mengacu pada

Laboratorium Penelitian Kesehatan dan Gizi Masyarakat Fakultas Kedokteran


Universitas Gajah Mada. Pada variabel tingkat pengetahuan ibu, peneliti

memodifikasi kuesioner dalam hal pilihan jawaban yaitu berupa ya dan tidak

serta metode penyampaian dengan teknik wawancara.

2. Cheklist Pemberian MP-ASI

Pada variabel pemberian MP-ASI ini, peneliti memodifikasi pada kuesioner dari

Karya Tulis Ilmiah milik Susilowati, 2007. Peneliti memodifikasi kesioner

dalam hal metode penyampaian.

Untuk mengetahui realitas instrumen yang diajukan kepada responden,

maka perlu diuji dengan uji validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti

prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2008).

Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan analisis butir, yaitu skor-skor

yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total,

selanjutnya uji ini dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS dengan

Teknik Product Moment. Apabila korelasi tiap item lebih besar daripada

critical value, maka item tersebut valid atau sahih.

Uji validitas ini dilakukan pada ibu yang mempunyai bayi usia 6-12

bulan di Desa Kwangsan Kecamatan Jumapolo, yaitu sebanyak 20 responden.

Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka

sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang

(Notoatmodjo, 2007).

Pada cheklist tingkat pengetahuan menggunakan jumlah soal 20 item.

Sedangkan pada cheklist pemberian MP-ASI menggunakan jumlah soal 20


item. Setelah dilakukan validitas ternyata diperoleh hasil bahwa alat ukur

kedua variabel adalah valid, hal ini berdasarkan hasil penghitungan terlihat

bahwa nilai rxy > rtabel (0.440) pada signifikan 5%, sehingga untuk cheklist

tingkat pengetahuan ibu dapat dikatakan bahwa pertanyaan yang diajukan

kepada responden adalah valid. Sedangkan untuk item soal pemberian MP-ASI

juga dapat dikatakan valid berdasarkan hasil rxy > rtab (0.440) pada signifikan

5%.

2. Uji Reliabilitas

Reliabialitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat ukur dapat dipercaya untuk mengetahui apakah instrumen dapat

digunakan lebih lanjut atau tidak. Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan rumus Alpha Chronbach. Dikatakan reliabel apabila nilai

reliabel hitung lebih besar dari nilai rtabel pada signifikasi 5%. Uji ini dilakukan

dengan bantuan komputer program SPSS.

Apabila korelasi tiap item lebih besar daripada rtabel, maka item

tersebut reliabel. Uji reliabilitas ini dilakukan pada ibu yang mempunyai bayi

usia 6-12 bulan di Desa Kwangsan Kecamatan Jumapolo sebanyak 20

responden. Nilai yang didapat kemudian dibandingkan dengan r tabel pada taraf

signifikan 5% dan N = 20 diperoleh hasil :

a. Reliabilitas variabel tingkat pengetahuan : rxy = 0.9023 > rtabel = 0.440.

b. Reliabilitas variabel pemberian MP-ASI : rxy = 0.8979 > rtabel = 0.440.

Karena nilai rxy > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut

reliabel atau handal untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.

H. Rancangan Penelitian
Populasi

sampel

kuesioner

Tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan


Ibu baik Ibu cukup Ibu kurang

pemberian pemberian pemberian pemberian pemberian pemberian


MP-ASI MP-ASI MP-ASI MP-ASI MP-ASI MP-ASI
tepat tidak tepat tepat tidak tepat tepat tidak tepat

Korelasi
Spearman Rank

I. Rencana Analisis Data

1. Metode Pengumpulan Data

Kuesioner data umum yang berisi daftar pertanyaan untuk

mengumpulkan data umum yang meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan keluarga dan jumlah anak. Pengumpulan data dilakukan secara

langsung oleh peneliti selama sehari. Peneliti melakukan pengambilan data

dengan cara mendatangi satu per satu rumah responden. Setelah peneliti

memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian yang sedang

dilakukan, peneliti melakukan wawancara secara terstruktur dengan responden

menggunakan pedoman wawancara (cheklist). Dalam wawancara tentang


karakteristik responden, peneliti melakukan In Dept interview mengenai

bagaimana mendapat informasi tentang MP-ASI.

2. Metode Pengolahan Data

Dalam tahap pengolahan data ini ada tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu:

a. Penyuntingan (Editing)

Kegiatan yang dilakukan dalam penyuntingan ini dilakukan pemeriksaan

kesesuaian jawaban dan kelengkapan pengisian.

b. Pengkodean (Coding)

Kegiatan pengkodean dilakukan setelah penyuntingan (editing) berupa

pemberian nilai terhadap item-item pertanyaan.

c. Tabulasi (Tabulating)

Data hasil pengkodean disusun dalam bentuk tabel yang dilakukan secara

manual.

Setelah data terkumpul untuk memperoleh persentase digunakan rumus:

P= Jumlah jawaban responden X100%


Skor total

Keterangan : P : persentase

d. Analisis data

Variabel bebas adalah tingkat pengetahuan ibu yang menggunakan skala

ordinal dan variabel terikat adalah pemberian makanan pendamping ASI

yang berskala ordinal, maka analisis data yang akan digunakan dalam

penelitian adalah Spearman Rank. Pengolahan data menggunakan software

dalam komputer program SPSS for Windows 13.0 untuk mempermudah

perhitungan data. Apabila harga ρ value < 0.05 berarti ada hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI di

Desa Sungai Sirah Kematan Silaut.


4.RANGKUMAN DARI SEBUAH ARTIKEL

Artikel : MENGATASI KEJANG DEMAM

Jenis-jenis kejang demam


 Kejang demam sederhana
Yaitu kejang yang terjadi pada seluruh tubuh dengan lama waktu terjadinya
kejang kurang dari 10 menit dan tidak terjadi lagi dalam kurun waktu 24 jam.

 Kejang demam kompleks


Yaitu kejang lokal (tidak terjadi pada seluruh tubuh) yang biasa terjadi pada
area lengan dan tungkai kaki. Kejang kompleks berlangsung selama lebih dari
10 menit dan terjadi lebih dari 1 kali dalam kurun waktu 24 jam.

Cara menghadapi kejang demam

 Tenangkan diri Anda.

 Jika anak dalam posisi tidur telentang, miringkan tubuh anak ke salah satu sisi.

 Jangan memberikan minuman apapun pada saat anak mengalami kejang


karena minuman dapat menyebabkan cairan masuk ke dalam paru-paru.

 Jika ada, berikan obat untuk meredakan kejang untuk pertolongan pertama.

Вам также может понравиться