Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
G: Guru
D: Assalamu’alaikum, apa benar ini dengan Bapak guru dari pesantren pasien R?
D: Perkenalkan saya dokter muda Nadiyah yang bertugas di RSUD Bunut. Saya ingin bertanya tentang
pasien R, bisa pak?
D: Baik, tadi saya dengar, ibu R sejak September 2018 tinggal di pesantren ya pak?
G: Betul
D: Lalu saat awal masuk pesantren kondisinya bagaimana pak? Apakah terlihat sedih dan murung?
G: Iya dia terlihat sedih, murung, suka sendiri dan dia suka bertanya kepada saya mengenai harga
dirinya. Karena dia merasa lebih rendah dari orang lain
G: Iya.
G: Iya keluarganya berasal dari keluarga kurang mampu, lalu orang tuanya suka bertengkar. Tidak
harmonis seperti keluarga teman-temannya.
D: Apakah itu artinya pasien merasa tertekan atas ketidak harmonisan keluarganya, pak?
D: Baik, lalu apa yang bapak katakana selaku guru saat mendengar pasien merasa minder?
G: Saya terus mendorong dia dan menasihatinya bahwa dirinya tidak perlu minder dan semua orang
sama saja, tidak ada yang lebih tinggi atau rendah
G: Iya. Dia jadi mulai bisa bergaul, mulai ceria dan bahkan sudah mulai banyak bercerita. Karena saya
juga bilang kepada dia untuk tidak memendam masalahnya sendiri
D: Bagus, pak. Lalu bagaimana dengan sikap pasien selama di pesantren? Mudah bergaul tidak?
G: Iya dia di sini banyak main dengan teman-temannya.suka bantu teman juga.
D: Kalau begitu, pasien kondisinya stabil ya selama di pesantren?
G: Stabil.
G: Pernah beberapa kali, tetapi kemudian kembali ceria lagi setelah kami beri dukungan terus menerus
G: Iya dia kadang sulit tidur. Suka terbangun tengah malam, lalu bicara sendiri, karena yang lain tidur,
jadi tidak ada teman ngobrol. Tapi saat yang lain terbangun, dia berhenti bicara sendiri dan mulai
ngobrol seperti biasa dengan teman-temannya
D: Tapi apakah pasien pernah mengeluh mendengar suara bisikan yang mengajaknya berbicara? Atau
meminta dirinya untuk bunuh diri?
G: Tidak. Dia bicara sendiri hanya saat tidak ada teman saja. Dia juga tidak pernah mencoba bunuh diri.
D: Lalu apakah pasien merasa melihat bayangan seperti hantu selama di pesantren?
G: Iya dia pernah bilang melihat kuntilanak. Tapi itu dulu sudah lama.
D: Baik. Lalu bagaimana dengan sikapnya selama di pesantren? Apakah sering curiga dan suudzan
kepada temannya? Seperti merasa akan dijahati atau difitnah?
D: Untuk kegiatan beragamanya bagaimana pak? Apakah rajin sholat dan mengaji?
G: Bahagia,dok
D: Kalau bahagia, lalu kenapa pasien R pulang ke rumah, pak? Apakah sedang ada masalah di pesantren?
G: Oh, tidak ada. Hanya saja, teman-temannya di sini akan segera menikah. Jadi dia ingin menikah juga.
Kebetulan dia lagi naksir sama santri sini, tapi santrinya tidak tahu. Dia memendam rasa suka dia. Selain
itu, dia juga sempat berpikir, kira-kira apakah ada pria yang mau menikahi dirinya dengan kondisi dia
yang sekarang, dan status pernikahannya yang belum bercerai. Oleh karena itu, agar dia tidak terlalu
tertekan karena banyak mendengar tentang pernikahan yang membuat dia minder dan ingat dengan
pernikahan sebelumnya, 2 bulan yang lalu, dia memutuskan untuk pulang dulu.
D: oh jadi karena ada keinginan yang tidak tercapai ya? Lalu bagaimana kondisi pasien R saat berangkat
dari pesantren ke rumah,pak? Apakah pasien sudah mulai menunjukkan kondisi yang sedih dan
pemurung?
G: Iya, dia terlihat agak sedih, tapi masih dalam batas wajar. Tidak ada keluhan seperti menangis
berlarut-laurt, berbicara sendiri atau melukai diri seperti sebelum dibawa ke RS kemarin. Oleh karena
itu, pihak pesantren juga kaget saat mengetahui kondisinya saat dibawa ke RS.
G: Iya. Di sini, kondisi dia selalu baik-baik saja. Kalaupun sempat ada fase murung dan menyendiri,
setelah diberi dukungan, dia selalu bisa membaik lagi. Tapi kalau di rumah, dia memang sebenarnya
jarang diajak ngobrol, ditambah orang tuanya yang selalu bertengkar. Maka dari itu sekarang jadi seperti
ini lagi.Nanti juga rencananya setelah pulang dari RS, R akan dipulangkan ke pesantren.
D: Baik, pak. Selanjutnya tadi bapak sempat bilang, pasien merasa tertekan karena ingat pernikahan
sebelumnya, apakah pasien pernah cerita mengenai masalahnya pernikahannya?
G: Iya, dia cerita bahwa saudaranya mengenali dia dengan suaminya yang katanya santri, tapi ternyata
dia dibohongi, karena setelah nikah, dia baru tau kalo suaminya preman, tatoan. Dia kecewa, tapi mau
cerai malah dituntut bayar 1 miliar. Jadi terpaksa bertahan. Setelah bertahan, suaminya malah
melakukan kekerasan sama dia. Dia dihina, ditendang, ditampar, dipukul bahkan sampai dikencingi. Dia
mau pulang atau mengadu ke orang tuanya, tapi tidak diperbolehkan oleh suaminya. Jadi dia sangat
tertekan dengan pernikahan tersebut. Sehingga dia hanya bisa menangis dan berakhir seperti sekarang
D: kasihan sekali ya. Lalu bagaimana sikap pasien jika mengingat suaminya?
G: Dia selalu ketakutan. Karena dia selalu merasa bahwa suaminya akan datang dan melukai dia. Dia
juga jadi ingat kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh suaminya
D: Baik,pak. Selain itu, apakah ada masalah lain yang diceritakan kepada bapak? Seperti pengalaman
pernah dibuli atau pengalaman menyakitkan lainnya?
G: Tidak ada. Masalah dia hanya itu saja. Minder karena kondisi keluarganya dan pernikahannya. Serta
keinginan dia untuk menikah lagi dengan pria yang soleh saat ini belum tercepai. Selebihnya tidak ada.
D: Baik pak, Terima kasih infonya, inshaAllah sudah cukup. Sebelumnya, ada yang mau ditanya pak?
G: Waalaikumsalam