Вы находитесь на странице: 1из 31

LAPORAN PENDAHULUAN CKD (Chronic Kidney Disease)

DI RUANG 27 RS. DR. SAIFUL ANWAR MALANG


PROVINSI JAWA TIMUR

DI SUSUN OLEH :
HUSNUL KHOTIMAH
NIM: 2016.01.008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

MALANG
2019

1
2

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN CKD (Chronic Kidney Disease) DI RUANG 27 RS.

DR. SAIFUL ANWAR MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

disahkan pada :

Hari/ tanggal :

Mahasiswa

HUSNUL KHOTIMAH

2016.01.008

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
3

LAPORAN PENDAHULUAN CKD(Chronic Kidney Disease)

A. Konsep Dasar Chronic Kidney Disease ( CKD )

a. Definisi Chronic Kidney Disease ( CKD )

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi ginjal

yang progresif dan irreversible dimana tubuh gagal untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

(Zurmeli, Bayhakki, & Utami, 2015).

Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan sebagai nilai laju

filtrasi glomerulus (LFG) yang berada dibawah batas normal selama > 3

bulan (Muchtar, Heedy, & Widdhi, 2015).

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan suatu perubahan fungsi

ginjal yang progresif dan ireversibel ditandai oleh penurunan laju filtrasi

glomerulus secara medadak dan cepat (hitungan jam – minggu) (Faruq,

2017).

b. Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Disease ( CKD )

Gangguan fungsi ginjal kronis dapat dikelompokkan menjadi 4

stadium menurut keparahanya, yaitu :

a) Kondisi normal: Kerusakan ginjal dengan nilai GFR normal

Nilai GFR 60 – 89 ml/menit/1,73 m2.


b) Stadium 1: Kerusakan ginjal ringan dengan penurunan nilai

GFR, belum terasa gejala yang mengganggu Ginjal berfungsi 60-89%.

Nilai GFR 60-89 ml/menit/1,73 m2.


c) Stadium 2: Kerusakan sedang, masih bisa dipertahankan.

Ginjal berfungsi 30-59%. Nilai GFR 30-5 ml/menit/1,73 m2.


d) Stadium 3: kerusakan berat sudah tingkat membahayakan.

Ginjal berfungsi 15-29%. Nilai GFR 15-29 ml/menit/1,73 m2.


e) Stadium 4: Kerusakan parah, harus cuci ginjal. Fungsi ginjal

kurang dari 15% Nilai GFR kurang dari 15 ml/menit/1,73 m2.

c. Etiologi
4

Gagal Ginjal Chronic dapat disebabkan karena berbagai penyakit

antara lain : penyakit diabetes melitus, hipertensi, glomeluronefritis,

gangguan kongenital dan herediter, nefropati toksik, nefropati obstruktif

dan batu saluran kencing.

1) Pre Renal
a) Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatau penyakit kelainan metabolik

dengan karakteristik hipeglikemia terjadi karena kelainan sekresi

insulin dan gangguan metabolisme karbohidra, lemak dan protein.


b) Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor pemburuk fungsi ginjal

disamping faktor lain seperti proteinuria, jenis penyakit ginjal,

hiperglikemi dan faktor lain. Tingginya tekanan darah membuat

pembuluh darah dalam ginjal tertekan dan akhirnya menyebabkan

pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal menurun hingga

mengalami gagal ginjal.


c) Zat Toksik
2) Renal
a) Glomeluronefritis
Glomerulonefritis (GN) adalah penyakit parenkim ginjal progesif

yang sering berakhir dengan gagal ginjal kronik, disebabkan oleh

respon imunologik.
b) Gangguan kongenital dan

herediter

Misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal.

c) Nefropati toksik
Misalnya : penyalahgunaan analgesik, nefropati timah.
3) Post Renal
a) Nefropati obstruktif
Misalnya : traktus urinarius bagian atas (adanya batu, neoplasma

fibrosis retroperitoneal, traktus urinarius), bagian bawah

(hipertrofi prostat, struktur uretra, anomalycongenital, leher vesika

urinaria dan uretra).

(Riyadi, 2015)

d. Patofisiologi

Patofisiologi Chronic Kidney Disease (CKD) beragam, bergantung

pada proses penyebab penyakit. Proses patologi umum yang menyebabkan


5

kerusakan nefron. Tanpa melihat penyebab awal, glomerulosklerosis dan

inflamasi interstisial dan fibrosis adalah ciri khas CKD dan menyebabkan

penurunan fungsi ginjal (Sylvia, 2016).

Pada tahap awal, saat nefron hilang , nefron fungsional yang masih

ada mengalami hipertrofi. Aliran kapiler glomerulus dan tekanan

meningkat dalam nefron ini dan lebih banyak pertikel zat terlarut disaring

untuk mengkompensasi massa ginjal yang hilang. Kebutuhan yang

meningkat ini menyebabkan nefron yang masih ada mengalami sklerosis

(jaringan parut) glomerulus, menimbulkan kerusakan nefron pada

akhirnya. Proteinuria akibat kerusakan glomerulus di duga menjadi

penyebab cedera tubulus. Proses hilangnya nefron yang kontiunu ini terus

berlangsung meskipun setelah proses penyakit awal telah teratasi (Fauci et

al., 2016).

Perjalanan Chronic Kidney Disease (CKD) beragam, berkembang

selama periodebulanan hingga tahunan. Pada tahap awal, sering kali

disebut penurunan cadangan ginjal, nefron yang tidak terkena

mengkompensasi nefron yang hilang. GFR sedikit turun dan pada pasien

asimtomatik disertai BUN dan kadar kreatin serum normal. Ketika

penyakit berkembang dan GFR turun lebih lanjut, hipertensi dan beberapa

manifestasi insufisiensi ginjal dapat muncul. Serangan berikutnya pada

ginjal di tahap ini (misalnya infeksi, dehidrasi atau obstruksi saluran

kemih) dapat menurunkan fungsi dan dapat memicu awitan gagal ginjal

atau uremia nyata lebih lanjut. Kadar serum kratinin dan BUN naik secara

tajam, pasien menjadi Oliguria, dan manifestasi uremia muncul. Pada End

Stage Renal Disease (ESRD), tahap akhir CKD, GFR kurang dari 10%

normal dan terapi penggantian ginjal diperlukan untuk mempertahankan

hidup (LeMone, 2016).

e. Perhitungan Glomelurus Filtration Rate (GFR)

GFR untuk laki – laki :

(140 – umur) x Berat Badan}


GFR =
72 x kreatinin darah
6

GFR untuk perempuan :

(140 – umur) x Berat Badan}


GFR = 72 x kreatinin darah
× 0,85

f. Manifestasi Klinis

Manifestasi yang terjadi pada CKD antara lain terjadi pada system

kardiovaskuler, dermatologi, gastro intestinal, neurologis, pulmoner,

muskuloskletal, dan psiko-sosial menurut (Chang, dkk 2013) diantaranya

adalah :

1) Kardiovaskuler :
a) Hipertensi
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal

tertekan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah

rusak.Akibatnya fungsi ginjal menurun hingga mengalami gagal

ginjal. Hipertensi diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari

aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron.


b) Gagal Jantung Kongestif
Kegagalan jantung dalam memompa pasokan darah yang

dibutuhkan tubuh. Hal ini dikarenakan terjadi kelainan pada otot-

otot jantung sehingga jantung tidak bisa bekerja secara normal.


2) Dermatologi
Kulit pasien berubah menjadi putih seakan-akan berlilin diakibatkan

penimbunan pigmen urine dan anemia. Kulit menjadi kering dan

bersisik. Rambut menjadi rapuh dan berubah warna. Pada penderita

uremia sering mengalami pruritus.


3) Gastrointestinal
Gangguan gastrointestinal berkaitan dengan malnutrisi yang

menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas pasien gagal

ginjal. ejala gastrointestinal yang paling sering ditemukan pada pasien

gagal ginjal adalah nausea, vomitus, nyeri abdomen, diare, dan

konstipasi.
4) Neuromuskuler
7

Gagal ginjal menyebabkan peningkatan kadar fosfat darah, yang

mempengaruhi fungsi saraf perifer serta fungsi neuromuskular yang

disebabkan oleh nyeri otot, otot spasititas,kebingungan serta terjadinya

perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, kedutan

otot sampai kejang.


5) Pulmoner
seperti adanya sputum kental dan liat, pernafasan dangkal, kusmol,

sampai terjadinya edema pulmonal.


6) Muskuloskletal
Gagal ginjal melemahkan tulang karena kondisi yang disebut penyakit

ginjal kronis gangguan mineral dan tulang. Gagal ginjal dapat

menghilangkan keseimbangan kalsium dan fosfor dalam darah,

menyebabkan kelenjar paratiroid memproduksi terlalu banyak hormon

paratiroid. Tingginya tingkat hormon paratiroid menarik kalsium dari

tulang ke dalam darah, membuat tulang tidak memiliki kalsium yang

cukup.

7) Psiko-sosial
Terjadinya penurunan tingkat kepercayaan diri sampai pada harga diri

rendah (HDR), ansietas pada penyakit dan kematian.


8) Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Kondisi ketika kadar asam dan basa dalam darah tidak seimbang.

Kondisi ini dapat mengganggu kerja ginjal. Gangguan keseimbangan

asam basa, disebabkan oleh kondisi yang berbeda. Pada gagal ginjal

terjadi asidosis metabolik dan alkalosis metabolik dimana asidosis

metabolik terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam, atau

saat ginjal hanya mampu membuang sedikit asam melalui urine.


9) Ketidakseimbangan Elektrolit
Gangguan elektrolit adalah kondisi saat kadar elektrolit di dalam tubuh

seseorang menjadi tidak seimbang, bisa terlalu tinggi atau terlalu

rendah. Ketidakseimbangan kadar elektrolit bisa menimbulkan

berbagai gangguan pada fungsi organ di dalam tubuh seperti gagal

ginjal.
10) Penurunan Hormon Eriprotein

Eritropoietin merupakan suatu glikoprotein hormon yang dapat

merangsang proliferasi dan diferensiasi sel-sel progenitor darah merah.


8

Eritropoietin digunakan pada kondisi anemia akibat penyakit gagal

ginjal kronik, serta anemia. Mekanisme kerja eritropoietin adalah

dengan cara mengikat reseptor eritropoietin pada permukaan sel darah

merah sehingga menyebabkan proses diferensiasi dan proliferasi sel

erythroid. Kadar eritropoietin di dalam darah cenderung rendah pada

kondisi anemia.

h. Pemeriksaan Diagnostik

1) Laboratorium :

a) Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya

anemia, dan hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan

jumlah retikulosit yang rendah.


b) Gas Darah Arteri : pH kurang dari 7,2 (normal 7,38-7,44)
c) Kalium : meningkat (normal 3,55-5,55 mEq/L)
d) Magnesium/fosfat : meningkat (normal 1,0-2,5 mg,dl)
e) Kalsium : menurun (normal 9-11 mg/dl)
f) Protein (khususnya albumin) menurun (normal 4-5,2 g/dl)
g) Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara

ureum dan kreatinin kurang lebih 20 : 1.


h) Kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat.
i) Nilai normal :
Laki-laki: 97-137 mL/menit/1,73 m3 atau 0,93-1,32 mL/detik/m2
Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau 0,85-1,23 mL/detik/m2
j) Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan.
k) Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme

tulang, terutama isoenzim fosfatase lindi tulang.


l) Radiologi : Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan

besar ginjal ( adanya batu atau adanya suatu obstruksi ). Dehidrasi

karena proses diagnostikakan memperburuk keadaan ginjal, oleh

sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.


m) Intra Vena Pielografi (IVP) Untuk menilai sistem

pelviokalisisdan ureter.
9

n) USG (Ultrasonografi) :Untuk menilai besar dan bentuk ginjal,

tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem

pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.


o) EKG (Elektrokardiografi) :Untuk melihat kemungkinan

hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan

elektrolit (hiperkalemia).

(Johnson, 2010)

i. Penatalaksanaan

Penatalaksanan penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) antara lain :

a) Tindakan konservatif, untuk meredakan atau memperlambat

gangguan fungsi ginjal progresif.


1) Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan.
2) Pembatasan protein, tidak hanya mengurangi kadar Blood

Urea Nitrogen (BUN), tetapi juga mengurangi asupan kalium dan

fosfat, serta mengurangi produksi ion hidrogen yang berasal dari

protein. Jumlah kebutuhan protein biasanya dilonggarkan sampai 60-

80 g/hari, apabila penderita mendapatkan pengobatan dialisis teratur.

Rasional: Untuk membatasi produk akhir metabolisme protein yang

tidak dapat di ekskresi oleh ginjal. Menurunkan kadar ureum dan

kreatinin dalam darah, mencegah/mengurangi penimbunan garam/air

dalam tubuh.
3) Diet rendah kalium
Hiperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal ginjal lanjut.

Asupan kalium dikurangi, diet yang dianjurkan adalah 40-80

mEq/hari.
4) Diet rendah natrium
Diet Na yang dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-2 g Na). Asupan

natrium yang terlalu longgar dapat mengakibatkan retensi cairan,

edema perifer, edema paru, hipertensi dan gagal jantung kongestif.


5) Pengaturan cairan

Merupakan tindakan untuk mengobservasi intake dan output cairan

pada klien. Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut

harus diawasi dengan seksama.Parameter yang tepat untuk diikuti

selain data asupan dan pengeluaran cairan yang dicatat dengan tepat
10

adalah pengukuran berat badan harian.Asupan yang bebas dapat

menyebabkan beban sirkulasi menjadi berlebihan dan

edema.Sedangkan asupan yang terlalu rendah, mengakibatkan

dehidrasi, hipotensi dan gangguan fungsi ginjal. ) (Herdin et al,

2010).

b) Hemodialisa dan dialisis


1) Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakanpada

pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis

jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien

dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage renal disease

(ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen.

Tujuan hemodialisisa dalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen

yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan
2) Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk

mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika

ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Bagi penderita

gagal ginjal kronik, hemodialisis akan mencegah kematian. Namun

demikian, hemodialisistidak menyembuhkan atau memulihkan

penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas

metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari

gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien.


j. Komplikasi

Suwira (2012) yang melaporkan penelitian tahun 2008 oleh

Smeltzer kompikasi pada penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) antara

lain adalah:

1) Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik,

katabolisme, dan masukan diit berlebih.


2) Prikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat

retensi produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.


3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi

sistem renin angiotensin aldosteron.


4) Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5) Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat,

kadar kalium serum yang rendah, metabolisme kadar vitamin D yang


11

abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan

nitrogen dan ion anorganik.


6) Uremia akibat peningkatan kadam ureum dalam tubuh.
7) Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebih.
8) Malnutrisi karena anoreksia, mual dan muntah.
9) Hiperparatiroid, hiperkalemia, dan hiperfosfatemia.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Disease ( CKD )

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan

membantu dalam penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,

mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan

diagnosa keperawatan (Darma, 2015).

1. Identitas klien
Penderita Chronic Kidney Disease (CKD) kebanyakan berusia

diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami Chronic Kidney

Disease (CKD) dibawah umur tersebut dan kebanyakan terjadi pada

laki-laki yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan,

penggunaan obat-obatan dan sebagainya. Chronic Kidney Disease

(CKD) dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga

mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian Chronic Kidney

Disease (CKD), karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang

terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air

minum/mengandung banyak senyawa/zat logam dan pola makan yang

tidak sehat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang didapat pada pasien Chronic Kidney Disease

(CKD) biasanya bervariasi, mulai dari output sedikit sampai tidak

dapat buang air kecil, bengkak pada ekstremitas, gelisah sampai

penurunan kesadaran, tidak selera makan (Anoreksia), mual muntah,

mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum) dan gatal pada

kulit.
3. Riwayat Penyakit sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit

terutama pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan


12

berapa lama keluhan penurunan jumlah urine output dan apakah

penurunan jumlah urine output tersebut ada hubungannya dengan

predisposisi penyebab, seperti pasca perdarahan setelah melahirkan,

diare, muntah berat, luka bakar meluas, cedera luka bakar, setelah

mengalami episode serangan infark, adanya riwayat minum obat Non

Steroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAID) atau pemakaian

antibiotik, adanya riwayat pemasangan tranfusi darah, serta adanya

riwayat trauma langsung pada ginjal.


4. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum

Chronic Kidney Disease (CKD) seperti batu saluran kemih, infeksi

sistem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes melitus dan

penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi

penyebab pasca renal. Penting untuk dikaji tentang riwayat pemakaian

obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat

dan dokumentasikan.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya salah satu keluarga yang mengalami

penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa diterapkan

dalam keluarga, ada tidaknya riwayat penyakit infeksi, hereditas dan

penyakit menular pada keluarga.


6. Riwayat Psikososial
Adanya kelemahan fisik, penurunan urine output dan prognosis

penyakit yang berat akan memberikan dampak rasa cemas dan koping

yang maladaptif pada klien, ditemukanya tingkat stress yang tinggi

serta emosi yang labil.


a. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a. Pola Nutrisi
Kaji asupan nurisi dalam mengonsumsi tinggi garam, protein,

natrium, kalium, lemak, kolestrol serta cairan yang berlebih.

Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB

dalam kurun waktu 6 bulan disertai anoreksia, mual, muntah,

asupan nutrisi dan air naik atau turun.


b. Pola Eliminasi
Kaji pengeluaran urin dan feses, kaji warna dan volume haluran

serta ketidakseimbangan antara input dan output. Biasanya haluran


13

urin menurun volume urine kurang dari 400 ml/24jam dengan

warna urin kuning kemerahan, kecokelatan atau mirip seperti

minuman bersoda, hal ini bisa disebabkan karena adanya

kemungkinan darah yang tercampur dari sebuah infeksi. Pada

pasien Chronic Kidney Disease (CKD) juga mengalami gangguan

BAB konstipasi dengan konsistensi keras atau diare dengan

konsistensi cair berbau khas feses.


c. Pola Kebersihan Diri
Kaji kebersihan pada pasien mandi (frekuensi, cara, alat mandi,

kesulitan, mandiri/dibantu) cuci rambut, gunting kuku, gosok gigi

dan ganti baju. Pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) tidak

mengalami masalah dalam kebersihan dirinya, pasien bisa mandi

meskipun adanya keterbatasan gerak, rambut tampak bersih, gigi

tampak bersih dan pasien mengganti baju 2 kali dalam sehari.


d. Pola Aktivitas, latihan dan Bermain
Kaji kegiatan aktivitas pasien sehari-hari apakah pasien

mengalami keletihan, kelemahan, keterbatasan gerak dengan

aktivitasnya dan bekerja secara berat atau ringan. Biasanya pada

pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang mengalami edem

karena kelebihan volume cairan, mengalami keterbatasan dalam

mobilitas sehingga aktivitasnya dibantu oleh orang lain.


e. Pola Istirahat dan Tidur
Kaji istirahat pasien pada siang hari berapa jam sekali dan kaji

tidur pasien malam hari dengan nyenyak atau tidak, selama berapa

jam dan bangun pada pukul berapa. Pada pasien Chronic Kidney

Disease (CKD) sering mengalami gangguan istirahatnya terutama

pada malam hari karena nyeri pada kaki, merasa tidak nyaman atau

gelisah. Pasien sulit untuk memulai tidur dan sering terbangun

durasinya kurang dari 5 jam.


f. Pola Persepsi sensori dan kognitif
Rasa panas pada telapak kaki, perubahan tingkah laku, kedutan

otot, perubahan tingkat kesadaran, nyeri panggul, sakit kepala,

kram/nyeri kaki (memburuk pada malam hari), perilaku berhati-

hati/distraksi, gelisah, penglihatan kabur, kejang, sindrom, rasa


14

kebas pada telapak kaki, kelemahan khusussnya ekstremitas bawah

(neuropati perifer), gangguan status mental.


g. Pola Reproduksi dan seksual
Kaji adanya ada tidaknya penurunan libido, amonera,

infertilitas, impotensi dan atropi.

(Carpenito & Bauldof, 2011)

b. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
a. Keadaan umum : pasien tampak lemah, dan ekspresi

wajah biasanya gelisah.


b. Tingkat kesadaran : tingkat kesadaran pasien biasanya

kompos mentis sampai koma.


c. Tanda – tanda vital : tekanan darah mengalami

peningkatan sistolik lebih dari 160 mmHg dan diastolik lebih

dari 90 mmHg. Respiration rate lebih dari 20 x/menit, suhu

badan relative normal 36,6-37,5 °C, denyut nadi teraba takikardi

dalam kisaran 90-120 x/menit, skala nyeri 3-6 (Skala nyeri

ringan sampai skala nyeri berat).


2. Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala dan Rambut

Inspeksi : Dilihat bentuk kepala, kesimetrisan kepala,

penyebaran rambut merata atau tidak, kebersihan

rambut, rambut mudah rontok atau tidak, terdapat

lesi atau tidak dikulit rambut

Palpasi : Tekan apakah terdapat benjolan atau tidak, terdapat

odem dikepala atau tidak, adanya nyeri tekan atau

tidak.

b. Hidung

Inspeksi : Bentuk hidung simetris kanan dan kiri, septum nasi

tepat ditengah hidung, penciuman kanan dan kiri

normal atau tidak, terdapat lesi atau tidak.

Palpasi : Apakah terdapat benjolan atau tidak, adanya odem

dan adanya nyeri tekan atau tidak.


15

c. Telinga

Inspeksi : Bentuk telinga simetris atau tidak , ada lesi atau

tidak, kebersihan telinga kurang atau tidak dan

pendengaran kanan dan kiri normal atau tidak.

Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak, terdapat benjolan tau

tidak, ada odem atau tidak.

d. Mata

Inspeksi : konjungtiva anemis atau tidak normalnya merah

muda, sclera bening atau tidak normalnya putih,

pupil terdapat kejulingan mata kanan dan kiri atau

tidak.

Palpasi : Terdapat nyeri tekan disekitar mata atau tidak,

terdapat benjolan atau tidak, terdapat odem atau

tidak.

e. Mulut, gigi, lidah, tonsil dan pharing

Mulut

Inspeksi : Mukosa bibir terdapat sianosis atau tidak, bibir

terdapat lesi atau tidak dan kebersihan mulut.

Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan.

Gigi

Inspeksi : Terdapat karies gigi atau tidak, gigi lengkap atau

tidak.

Lidah

Inspeksi : Lidah kotor atau tidak, terdapat lesi dilidah atau

tidak.
16

Tonsil dan pharing : tidak ada pembengkakan pada tonsil,

dipharing terdapat gangguan menelan

atau tidak.

f. Leher dan Tenggorakan

Inspeksi : Tidak terdapat lesi, warna leher sama dengan area

sekitarnya, biasanya terjadi peningkatan kelenjar

tiroid, dan pembesaran tiroid pada leher.

Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak ada pembengkakan

pada kelenjar tiroid.

g. Dada dan Thorax

Inspeksi : Bentuk dada anterior dan posterior simetris atau

tidak normalnya chest, kaji frekuensi pernafasan

dan ritme pernafasan, biasanya pernafasan dipsnea

sampai pada edema pulmonal, tampak penggunaan

otot bantu pernapasan.

Palpasi : Adanya nyeri tekan atau tidak, vocal fremitus

getaran terapa di ICS 5 mid clavikula sinistra.

Perkusi : Paru dexstra ics I – VI sonor, ics VI – X pekak,

Paru sinistra ics I – II sonor, ics II – V redup, ics VI

– VII sonor, ics VIII – X timpani.

Auskultasi : Kaji adanya suara tambahan seperti ronki,

whezing, crackles normalnya suara nafas vesikuler.

h. Jantung

Inspeksi : Ictus cordis teraba di ICS 5 Mid clavikula sinistra.


17

Palpasi : Palpasi kuat dan ictus cordis teraba di ICS 5 Mid

clavikula sinistra terdapat adanya nyeri tekan atau

tidak.

Perkusi : Batas ics 3 sinistra, batas bawah ics 5 sinistra, batas

kiri midclavikula sinistra, batas kanan linea

sternalis dextra, biasanya terjadi pembesaran

jantung sehingga terjadi pelebaran pembuluh

darah jantung pada ics 3 suara terdengar redup.

Auskultasi : Terdengar bunyi jantung I dan II tunggal dan

terdengar suara mur- mur.

i. Abdomen

Inspeksi : Amati bentuk abdomen pada pasien Chronic

Kidney Disease (CKD), biasanya perut tampak

adanya asites, amati warna kulit, adanya lesi atau

tidak.

Auskultasi : Bising usus normalnya 5-30 kali/menit. Jika kurang

dari itu atau tidak ada sama sekali kemungkinan

ada peristaltik ileus, konstipasi, peritonitis atau

obstruksi, biasanya pada pasien Chronic Kidney

Disease (CKD) terjadi penurunan peristaltik usus.

Palpasi : Terdapat nyeri tekan atau tidak, terdapat benjolan

atau tidak, terdapat odem atau tidak.

Perkusi : Kuadran I pekak (hepar), kuadran II timpani

(gaster), kuadran III (apendiks), kuadran IV

timpani (usus).

j. Ekstremitas

Inspeksi : Amati warana kulit, biasanya kulit tampak kering

dan bersisik mengkilat/uremia, terdpat odem pada

ekstremitas tubuh seperti wajah, tangan dan kaki.


18

Palpasi : Pada pasien gagal ginjal kronik biasanya terdapat

odem di daerah ekstremitas seperi kaki, tangan

terlihat dari pemeriksaan piting edem >2 detik,

drajat pitting odem 1-3 mm, CRT (capilary Refil

Time) kembali lebih dari >2 detik, akral teraba

dingin. Kekuatan otot biasanya mengalami

kelemahan fisik, aktifitas dibantu.

Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.

Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan terapi tidak ada gerakan

pada sendi.
Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan

gravitasi.
Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat

melawan tekanan pemeriksaan.


Nilai 4 : Bila dapat melawan tahan pemeriksaan tetapi

kekuatanya berkurang.
Nilai 5 : Bila dapat melawan tekanan pemeriksaan dengan

keluatan penuh.
k. Genetalia dan anus

Inspeksi : Amati kebersihan genetalia, terdapat lesi atau tidak

disekitar genetalia, amati adanya edem pada

genetalia atau tidak, amati adanya cairan yang

keluar dari sekitar anus dan tampak adanya lesi

atau tidak di bagian anus.

Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak, adanya benjolan atau

tidak dan adanya odem atau tidak.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Chronic Kidney

Disease (CKD) dengan kelebihan volume cairan sebagai berikut :

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan

berhubungan dengan hiperventilasi.


2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema

paru
19

3. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan

dengan Hb menurun, suplai oksigen ke jaringan menurun.


4. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan

Gangguan mekanisme regulasi.


5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.


6. Kerusakan Intregritas kulit berhubungan dengan

akumulasi ureum dalam kulit.


7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan,

kelemahan otot, anemia.


8. Gangguan rasa nyama berhubungan dengan gejala

terhadap penyakit
( Nanda, 2015 -2017 )

c. Rencana Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan

berhubungan dengan hiperventilasi.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 x 24 jam

diharapkan pola nafas kembali efektif.

NOC (Kriteria Hsil) NIC (Intervensi dan Aktivitas)

1. Status pernafasan : Ventilasi 1. Manajement jalan nafas


a. Frekuensi pernafasan (4-5 ) a. Posisikan pasien untuk
b. Irama pernafasan ( 4-5 ) memaksimalkan ventilasi
c. Kedalaman inspirasi ( 4-5 ) b. Auskultasi suara nafas, catat area
d. Suara perkusi nafas ( 4-5 ) yang ventilasinya menurun atau
e. Suara nafas tambahan (4-5 ) tidak ada adanya suara tambahan
f. Retraksi dinding dada (4-5 ) c. Posisikan untuk meringsnksn
sesak nafas
d. Monitor status pernafasan dan
oksigenasi, sebagaimana
mestinya

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema

paru
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 2 x 24 jam

diharapkan tidak terjadi gangguan pertukaran gas.

NOC (Kriteria Hasil) NIC (Intervensi dan aktivitas)


20

1. Respon ventilasi mekanik : dewasa 1. Terapi Oksigen


a. Tingkat pernapasan (4-5) a. Bersihkan mulut, hidung, dan
b. irama pernapasan (4-5) sekresi trakea denagn cepat.
c. Kedalaman inspirasi (4-5) b. Batasi (aktivitas) merokok.
d. Saturasi oksigen (4-5) c. Pertahankan kepatenan jalan
Skala target outcome nafas.
1. Sanggat terganggu d. Berikan oksigen tambahan
2. Banyak terganggu seperti yang diperintahkan .
3. Cukup terganggu e. Monitor aliran oksigen
4. Sedikit tergnggu
5. Tidak terganggu

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan

dengan Hb menurun, suplai oksigen ke jaringan menurun.


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam

diharapkan sirkulasi perifer tetap normal.

NIC (Intervensi dan


NOC (Kriteria Hasil) aktivitas)
1. Perfusi jaringan 1. Manajemen Sensasi Perifer
a. Pengisiian kapiler jari (4-5) a. Monitor tekanan
b. Pengisian kapiler jari kaki (4-5) darah, nadi, suhu, dan
c. Suhu kulit ujung kaki dan tangan (4-5) status pernapasan.
d. Kekuatan denyut nadi (4-5) b. Monitor tekan darah,
denyut nadi, dan
Skala target outcome pernapasansebelum,
1 Deviasi berat dari kisaran normal selama, dan setelah
2 Deviasi yang cukup besar dari kisaran beraktivitas dengan
normal tepat.
3 Deviasi sedang dari kisaran normal c. Catat gaya dan
4 Deviasiringan dari kisaran normal fluktuasi yang luas
5 Tidak ada deviasi dari kisaran normal pada tekanan darah.
d. Monitor sianosis
sentral dan perifer

4. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi.
a) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2 x 24 jam

mempertahankan masukan cairan yang adekuat.

NOC (Kriteria Hasil) NIC (Intervensi dan aktivitas)


1.Keseimbangan cairan 1.Manajement cairan/ elektrolit
a. Tekanan darah (4 -5)
b. keseimbangan intake dan output a. Timbang berat badan
dalam 24 jam (4 – 5) harian
c. Berat badan stabil (4 – 5) b. Berikan cairan yang sesuai
d. Kelembapan kelembapan c. Tingkatkan intake/asupan
mukosan (4-5) cairan per oral ( misalnya,
memberikan cairan oral
Skala target outcome sesuai prefensi pasien,
1. Sangat terganggu tempatkan cairan yang
2. Banyak terganggu mudah dijangkau, dan
3. Cukup terganggu menyediakan air segar )
21

4. Sedikit terganggu yang sesuai


5. Tidak terganggu d. Minimalkan asupan
makanan dan minuman
dengan diuretik atau
pencahar
e. Jaga pencatatan
intake/output yang akurat
f. Monitor tanda-tanda vital
g. Monitor respon pasien
terhadap terapi elektrolit
yang diresepkan

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.

NOC ( Kriteria Hsil ) NIC ( Intervensi dan Aktivitas )


1. Status nutrisi : makanan 1.Manajement nutrisi
dan cairan a. Identifikasi
( adanya ) alergi atau
a. Asupan makanan intoleransi makanan yang
secara oral (4-5) dimiliki pasien
b. Asupan cairan secara b. Berikan pilihan
oral (4-5) makanan sambil
c. Asupan cairan secara menawarkan bimbingan
intravena (4-5) terhadap pilihan ( makanan )
yang lebih sehat, jika
diperlukan
c. Ciptakan
lingkungan yang optimal
pada saat mengkonsumsi
makanan ( misalnya : bersih,
berventilasi, santaidan bebas
dari bau yang menyengat )
d. Lakukan atau bantu
pasien terkait dengan
perawatan mulut sebelum
makan
e. Monitor kalori dan
asupan makanan
f. Monitor
kecenderungan terjadinya
penurunan dan kenaikan
berat badan

6. Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan

akumulasi ureum dalam kulit


Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam

diharapkan kerusakan intregritas kulit dapat teratasi.

NOC (Kriteria Hasil) NIC (Intervensi dan Aktivitas)


1. Intregritas jaringan : kulit dan mukosa 1. manajement pruritas
22

a. Lesi pada kulit (4-5) a. Tentukan


b. Lesi mukosa membran (4-5) penyebab dari
c. Pengelupasan kuli (4-5) (terjadinya) pruritus
d. Jaringan parut (4-5) misalnya : dermatitis
kontak, kelainan
Skala target outcome sistemik, dan obat –
1. Berat obatan
2. Cukup berat b. Lakukan
3. Sedang
pemeriksaan fisik
4. Ringan
(terjadinya) kerusakan
5. Tidak ada
kulit
c. Berikan krim dan
losion yang
mengandung obat,
sesuai dengan
kebutuhan

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan,

kelemahan otot, anemia.

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam

aktivitas dapat kembali normal.

NOC ( Kriteria Hasil ) NIC ( Intervensi dan Aktivitas )


1. Toleransi terhadap aktivitas 1. T
a. Saturasi oksigen ketika erapi aktivitas
beraktivitas (4-5) a. Pertimbangakan
b. Frekuensi nadi ketika kemampauan klien dalam
beraktivitas (4-5) berpartisipasi melalui
c. Frekuensi pernafasan ketika aktivitas spesifik
beraktivitas (4-5) b. Berkolaborasi
d. Kekuatan tubuh bagian atas dengan ahli terapi fisik,
(4-5) okupasi dan terapis
e. Kekuatan tubuh bagian rekreasioanl dalam
bawah (4-5) perencanaan dan
pemantuan program
Skala target outcome aktivitas, jika memang
1. Sangat perlu
terganggu c. Bantu pasien
2. Banyak untuk mengeplorasi tujuan
terganggu personal dari aktivitas –
3. Cukup aktivitas yang konsisten
terganggu dari kemampauan fisik ,
4. Sedikit fisiologis dan sosial
terganggu d. Bantu klien dan
Tidak terganggu keluarga untuk
mengidentifikasi
kelemahan dalam level
ktivitas tertentu

8. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit

NOC ( Kriteria Hasil ) NIC ( Intervensi dan Aktivitas )


Status kenyamanan (2008) Manajemen lingkungan:
Indicator: kenyamanan (6482)
1. Kesejahteraan fisik (1-5) 1. Tentukan tujuan pasien dan
23

2. Control terhadap gejala (1-5) keluarga dalam mengelola


3. Lingkungan fisik (1-5) lingkungan dan kenyamanan
Keterangan: yang optimal
1. Deviasi berat dari kisaran 2. Ciptakan lingkungan yang
normal tenang dan mendukung
2. Deviasi yang cukup besar 3. Hindari gangguan yang
dari kisaran normal tidak perlu dan berikan untuk
3. Deviasi sedang dari kisaran waktu istirahat
normal 4. Posisikan pasien untuk
4. Deviasi ringan dari kisaran memfalisitasi kenyamanan spt.
normal Imobilisasi bagian tubuh yang
5. Tidak ada deviasi dari nyeri.
kisaran normal

d. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahan perencanaan (Asmadi, 2013).

Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat

memberikan intervensi keperawatan secara langsung dan tidak langsung

terhap klien (Smeltzer, 2012).

e. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir

yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan

melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya (Asmadi, 2012).


24

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2013. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.


Aan Komariah dan Djam’an Satori .2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : Alfabeta.
Batticac,B. Fransisca. 2015. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Metabolisme. Jakarta : Salemba Medika.
Berawi,K.N. 2010. Fisiologi Ginjal dan Cairan Tubuh. Jakarta : EGC
Cahyani, N. D. 2016. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Tingkat
Kualitas Hidup pada Pasien Gagal Ginjal yang Menjalani Hemodialisis
di RSD dr.Soebandi Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, 4(2), 210–217.
https://doi.org/10.1111/petr.12264
Carpenter, C. B., Lazarus, J. M. 2014. Dialisis dan Transplantasi Dalam Terapi
Gagal Ginjal dalam Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison
Edisi 13. Jakarta : EGC. hlm:1435-1443.
Carpenito, L. J. 2013. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinik.
Edisi 6. Jakarta: EGC
Darma, S.P . 2015. Penyakit Ginjal : Deteksi Dini Dan Pencegahan.
Yogyakarta : CV Solusi Distribusi.
Darmawan, Rosi. 2013. Faktor yang Mempengaruhi GFR dan RBF (Online)
http://rosidmarwanto.blogspot.com/2013/05/faktor-yang-memengaruhi-
gfr-dan-rbf.html. Diakses kamis 13 Desember 2018 pukul 06.30 WIB.
Dinkes Kabupaten Bnayuwangi. 2018. Profil Kesehatan Banyuwangi Tahun
2018.
25

Evelyn. 2013. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama.
Fauci et al. Severe Sepsis and Septic Shock. Harison’s: Principles of Internal
Medicine 17thEd. USA: The McGraw Hill Companies;2014.E-book
version.
Faruq, M. 2017. Upaya Penurunan Volume Cairan. Program Studi
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta, C.
Fleeson, W., Jayawickreme, E., Jones, A. B. A. P., Brown, N. A., Serfass, D. G.,
Sherman, R. A Matyjek-, M. 2017. Perbandingan kualitas hidup pasien
gagal ginjal chronic diabetes melitus dan hipertensi. Journal of
Personality and Social Psychology, 1(1), 1188–1197.
https://doi.org/10.1111/j.1469-7610.2010.02280.x.
Gray V, & Jachson. 2014. Effect Manual Lymph Drainage in Addition to
Guidelines and Exercise. British Medical Journal.
Gloria M.Bulechek, Howard K.Butcher, Joana M. Dochterman & Cheryl M.
2015-2017. Nursing Interventions Classification (NIC). United
Kingdom : Elsevier Global Rights.
Herawati, Y., & Mahmudy, W. F. 2018. Optimasi Menu Makanan Bagi Pasien
Gagal Ginjal Menggunakan Algoritme Lebah. Jurnal Pengembangan
Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 2(4), 1698–1703.
Sibuea, Herdin dkk. 2010. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Rineka Cipta.
Kartika, Lita. 2014. Faktor – faktor berhubungan dengan asupan cairan klien
Gagal Ginjal Kronis Jakarta : RSUP Fatmawati Jakarta.
Keith L. Moore, Anne M.R. Agur. 2011. Anatomi dan fisiologi dasar. Jakarta :
EGC.
Lucky A Valarie, Tonelli Marcello, dan John W Stanifer. 2018. The Global
Burden of Kidney Disease and the Sustaineble Development Goals.
United States of America : Departement of Medicine.
LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa.
Jakarta: EGC.
LeMone, Priscilla, Keren M Burke, Gerene Buldoff. 2012. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
L Johnson . 2010. Buku Ajar Keperwatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha medika.
Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya.
Muchtar, N. R., Heedy, T., & Widdhi, B. (2015). Studi Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Perawatan Di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2013
- Juni 2014. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, 4(3), 22–28.
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2016. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Sapri, Akhmad. 2017. Asuhan Gagal Ginjal Kronik Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan dalam Mengurangi Asupan Cairan pada
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Sibuea, Herdin dkk. 2010. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Rineka Cipta.
Setiadi, 2013. Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sujono Riyadi, S. M. 2015. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Wartilisna, L., Rinna, K., & Abram, B. 2015. Hubungan Tindakan Hemodialisa
dengan Tingkat Kecemasan Klien Gagal Ginjal di Ruangan Dahlia
RSUP Prof Dr. R. Kandou Manado. Ejournal Keperawatan, 3(1), 22–
32.
Zurmeli, Bayhakki, & Utami, G. T. 2015. Hubungan dukungan keluarga
26

dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang mengalami


terapi hemodialisis di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Zurmeli 1 ,
Bayhakki 2 , Gamya Tri Utami 3. Jurnal Online Mahasiswa, 2(1), 670–
681.

LEMBAR KONSUL LP DAN ASKEP


NO REVISI TTD
27

ASUHAN KEPERAWATAN CKD (Chronic Kidney Disease)

DI RUANG 27 RS. DR. SAIFUL ANWAR MALANG


28

PROVINSI JAWA TIMUR

DI SUSUN OLEH :
HUSNUL KHOTIMAH
NIM: 2016.01.008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

MALANG
2019

LEMBAR PENGESAHAN
29

ASUHAN KEPERAWATAN CKD (Chronic Kidney Disease) DI RUANG 27 RS.

DR. SAIFUL ANWAR MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

disahkan pada :

Hari/ tanggal :

Mahasiswa

HUSNUL KHOTIMAH

2016.01.008

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )

ASUHAN KEPERAWATAN CVA (CEREBRO VASKULAR ACCIDENT)


TROMBOSIS DI RUANG 26 STROKE RS. DR. SAIFUL ANWAR
30

MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

DI SUSUN OLEH :
HUSNUL KHOTIMAH
NIM: 2016.01.008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

MALANG
2019

LEMBAR PENGESAHAN
31

ASKEP CVA (CEREBRO VASKULAR ACCIDENT) TROMBOSIS DI RUANG 26


STROKE RS. DR. SAIFUL ANWAR MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
disahkan pada :

Hari/ tanggal :

Mahasiswa

HUSNUL KHOTIMAH

2016.01.008

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )

Вам также может понравиться