Вы находитесь на странице: 1из 37

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. 1

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… 2

BAB 1

1.1 latar belakang…………………………………………………………………………. 3

1.2 rumusan masalah …………………………………………………………………….. 3

1.3 tujuan penulisan ……………………………………………………………………… 3

BAB 2

2.1 Bangunan bentang Lebar............................………………………………………...... 4

2.2 Sistem Struktur Bangunan Bentang Lebar.……………………………………………4

2.3 Contoh bangunan bentang lebar......……..…………………………………………... 35

BAB 3

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………36

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….………….37

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat,
rahmat, dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah perkembangan arsitektur
3 dengan topik ”Struktur Bangunan Bentang Lebar” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah perkembangan arsitektur 3
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh dosen pengajar kepada mahasiswa Fakultas Teknik
jurusan Arsitektur.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini secara moril maupun materi, sehingga pembuatan makalah ini
dapat di selesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena
itu sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini.

Atas perhatian dan dukungan penulis mengucapkan terima kasih.

Makassar, 29 Maret 2017

Penulis.

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam suatu bangunan, struktur merupakan sarana untuk menyalurkan beban dan
akibat penggunaan dan atau kehadiran bangunan ke dalam tanah. Struktur juga dapat
didefinisikan sebagai suatu entitas fisik yang memiliki sifat keseluruhan yang dapat dipahami
sebagai suatu organisasi unsur-unsur pokok yang ditempatkan dalam suatu ruang yang
didalamnya karakter keseluruhan itu mendominasi interelasi bagian-bagiannya( Shodek,
1998:3). Struktur dianggap sebagai alat untuk mewujudkan gaya-gaya ekstern menjadi
mekanisme pemikulan beban intern untuk menopang dan memperkuat suatu konsep
arsitektural (Snyder&Catanese,1989:359)

Sedangkan konstruksi adalah pembuatan atau rancang bangun serta penyusunannya


bangunan. Ervianto, 2002: 9, menjelaskan bahwa konstruksi merupakan suatu kegiatan
mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Dalam
artian sederhananya struktur adalah susunannya dan konstruksi adalah penyusunan dari
susunan-susunan, sehingga dari pengertian tersebut dapat diambil sustu kesimpulan bahwa
konsruksi mencakup secara keseluruhan bangunan dan bagian terkecil atau detail dari
tersebut adalah struktur.

Penafsiran yang lebih luas tentang struktur adalah yang didalamnya alat-alat
penopang dan metode-metode konstruksi dianggap sebagai faktor intrinsik dan penentu
bentuk dalam proses perancangan bangunan. (Snyder&Catanese,1989:359) Berdasarkan buku
Sistem Bentuk Struktur Bangunan (Frick, 1998: 28), struktur dan konstruksi dibedakan
berdasarkan fungsinya sebagai berikut: Fungsi konstruksi: mendayagunakan konstruksi
dalam hubungannya dengan daya tahan, masa pakai terhadap gaya-gaya dan tuntutan fisik
lainnya.Struktur: Menentukan aturan yang mendayagunakan hubungan antara konstruksi dan
bentuk. Struktur berpengaruh pada teknik dan estetika. Pada teknik, struktur berpengaruh
pada kekukuhan gedung terhadap pengaruh luar maupun bebannya sendiri yang dapat
mengakibatkan perubahan bentuk atau robohnya bnagunan. Sedangkan estetika dilihat dari
segi keindahan gedung secara intergral dan kualitas arsitektural.

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah yang diambil dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut,
yaitu :
1. Apa yang dimaksud bangunan bentang lebar?
2. Apa saja sistem struktur pada bangunan bentang lebar?
3. Apa saja contoh bangunan bentang lebar?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang
terdapat pada rumusan masalah. Selain itu juga, makalah ini dibuat untuk memberikan
informasi kepada pembaca mengenai semua hal yang terkait dengan bangunan bentang lebar.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bangunan bentang lebar

Bangunan bentang lebar merupakan bangunan yang memungkinkan penggunaan


ruang bebas kolom yang selebar dan sepanjang mungkin. Bangunan bentang lebar biasanya
digolongkan secar umum menjadi 2 yaitu bentang lebar sederhana dan bentang lebar
kompleks. Bentang lebar sederhana berarti bahwa konstruksi bentang lebar yang ada
dipergunakan langsung pada bangunan berdasarkan teori dasar dan tidak dilakukan
modifikasi pada bentuk yang ada. Sedangkan bentang lebar kompleks merupakan bentuk
struktur bentang lebar yang melakukan modifikasi dari bentuk dasar, bahkan kadang
dilakukan penggabungan terhadap beberapa sistem struktur bentang lebar.

Bangunan bentang lebar dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang membutuhkan


ruang bebas kolom yang cukup besar, seperti untuk kegiatan olah raga berupa gedung
stadion, pertunjukan berupa gedung pertunjukan, audiotorium dan kegiatan pameran atau
gedung exhibition.

2.2 Sistem struktur bangunan bentang lebar

Struktur bentang lebar, memiliki tingkat kerumitan yang berbeda satu dengan lainnya.
Kerumitan yang timbul dipenaruhi oleh gaya yang terjadi pada struktur tersebut dan beberapa
hal lain yang akan di bahas di masing-masing bab. Secara umum, gaya dan macam struktur
bentang lebar dapat dilihat pada gambar di bawah ini: (Frick, 1998)

Dalam Schodek, 1998, struktur bentang lebar dibagi ke dalam beberapa sistem
struktur yaitu:
a. Struktur Rangka Batang dan rangka Ruang
b. Struktur Furnicular, yaitu kabel dan pelengkung
c. Struktur Plan dan Grid
d. Struktur Membran meliputi Pneumatik dan struktur tent(tenda) dan net (jaring)
e. Struktur Cangkang
Sedangkan Sutrisno, 1989, membagi ke dalam 2 bagian yaitu:
a. Struktur ruang, yang terdiri atas:
- Konstruksi bangunan petak ( Struktur rangka batang)
- Struktur Rangka Ruang
b. Struktur permukaan bidang, terdiri atas:
- Struktur Lipatan
- Struktur Cangkang
- Membran dan Struktur Membran
- Struktur Pneumatik
c. Struktur Kabel dan jaringan

4
A. Struktur rangka lebar

Rangka batang adalah susunan elemen-elemen linier yang membentuk segitiga atau
kombinasi segitiga, sehingga menjadi bentuk rangka yang tidak dapat berubah bentuk bila
diberi beban eksternal tanpa adanya perubahan bentuk pada satu atau lebih batangnya. Setiap
elemen tersebut dianggap tergabung pada titik hubungnya dengan sambungan sendi.
Sedangkan batang-batang tersebut dihubungkan sedemikian rupa sehingga semua beban dan
reaksi hanya terjadi pada titik hubung.

1. Prinsip – prinsip Umum Rangka Batang

1.1. Prinsip Dasar Triangulasi

Prinsip utama yang mendasari penggunaan rangka batang sebagai struktur pemikul
beban adalah penyusunan elemen menjadi konfigurasi segitiga yang menghasilkan bentuk
stabil. Pada bentuk segiempat atau bujursangkar, bila struktur tersebut diberi beban, maka
akan terjadi deformasi masif dan menjadikan struktur tak stabil. Bila struktur ini diberi beban,
maka akan membentuk suatu mekanisme runtuh (collapse), sebagaimana diilustrasikan pada
gambar berikut ini. Struktur yang demikian dapat berubah bentuk dengan mudah tanpa
adanya perubahan pada panjang setiap batang. Sebaliknya, konfigurasi segitiga tidak dapat
berubah bentuk atau runtuh, sehingga dapat dikatakan bahwa bentuk ini stabil (Gambar 4.1).

Pada struktur stabil, setiap deformasi yang terjadi relatif kecil dan dikaitkan dengan
perubahan panjang batang yang diakibatkan oleh gaya yang timbul di dalam batang sebagai
akibat dari beban eksternal. Selain itu, sudut yang terbentuk antara dua batang tidak akan
berubah apabila struktur stabil tersebut dibebani. Hal ini sangat berbeda dengan mekanisme
yang terjadi pada bentuk tak stabil, dimana sudut antara dua batangnya berubah sangat besar.

Pada struktur stabil, gaya eksternal menyebabkan timbulnya gaya pada batang-batang.
Gaya-gaya tersebut adalah gaya tarik dan tekan murni. Lentur (bending) tidak akan terjadi
selama gaya eksternal berada pada titik nodal (titik simpul). Bila susunan segitiga dari
batang-batang adalah bentuk stabil, maka sembarang susunan segitiga juga membentuk
struktur stabil dan kukuh. Hal ini merupakan prinsip dasar penggunaan rangka batang pada
gedung. Bentuk kaku yang lebih besar untuk sembarang geometri dapat dibuat dengan
memperbesar segitiga-segitiga itu. Untuk rangka batang yang hanya memikul beban vertikal,
pada batang tepi atas umumnya timbul gaya tekan, dan pada tepi bawah umumnya timbul
gaya tarik. Gaya tarik atau tekan ini dapat timbul pada setiap batang dan mungkin terjadi pola
yang berganti-ganti antara tarik dan tekan.

5
Gambar 4.1. Rangka Batang dan Prinsip-prinsip Dasar Triangulasi
Sumber: Schodek, 1999

Penekanan pada prinsip struktur rangka batang adalah bahwa struktur hanya dibebani dengan
beban-beban terpusat pada titik-titik hubung agar batang-batangnya mengalami gaya tarik
atau tekan. Bila beban bekerja langsung pada batang, maka timbul pula tegangan lentur pada
batang itu sehingga desain batang sangat rumit dan tingkat efisiensi menyeluruh pada batang
menurun.

1.2. Analisa Kualitatif Gaya Batang

Perilaku gaya-gaya dalam setiap batang pada rangka batang dapat ditentukan dengan
menerapkan persamaan dasar keseimbangan. Untuk konfigurasi rangka batang sederhana,
sifat gaya tersebut (tarik, tekan atau nol) dapat ditentukan dengan memberikan gambaran
bagaimana rangka batang tersebut memikul beban. Salah satu cara untuk menentukan gaya
dalam batang pada rangka batang adalah dengan menggambarkan bentuk deformasi yang
mungkin terjadi. Mekanisme gaya yang terjadi pada konfigurasi rangka batang sederhana
dapat dilihat pada Gambar 4.2.

6
Metode untuk menggambarkan gaya-gaya pada rangka batang adalah berdasarkan pada
tinjauan keseimbangan titik hubung. Secara umum rangka batang kompleks memang harus
dianalisis secara matematis agar diperoleh hasil yang benar.

Mekanisme Gaya Batang Rangka Batang A Rangka Batang B

Susunan Rangka Batang Dasar

Sifat gaya (tarik / tekan) batang diagonal dapat


ditentukan dengan membayangkan batang itu tidak
ada dan melihat kecenderungan deformasinya. Jadi,
diagonal yang terletak di antara B – F pada rangka
batang A mengalami tarik karena mencegah
menjauhnya titik B dan F.

Distribusi gaya batang pada rangka batang tersebut


adalah :
C= gaya tekan
T = gaya tarik

Analogi ’kabel’ atau ’pelengkung’ dapat digunakan


untuk menentu-kan sifat (tarik / tekan) gaya batang.
Di dalam
rangka batang kiri, batang FBD dibayangkan
sebagai ’kabel’ yang mengalami tarik. Batang-
batang lain berfungsi mempertahankan
keseimbangan konfigurasi ’kabel’ dasar tersebut.

Gambar 4.2. Mekanisme Gaya-gaya pada Rangka Batang


Sumber: Schodek, 1999

2. Analisa Rangka Batang

A. Stabilitas

Langkah pertama pada analisis rangka batang adalah menentukan apakah rangka
batang itu mempunyai konfigurasi yang stabil atau tidak. Secara umum, setiap rangka batang
yang merupakan susunan bentuk dasar segitiga merupakan struktur yang stabil. Pola susunan
batang yang tidak segitiga, umumnya kurang stabil. Rangka batang yang tidak stabil dan akan
runtuh apabila dibebani, karena rangka batang ini tidak mempunyai jumlah batang yang
mencukupi untuk mempertahankan hubungan geometri yang tetap antara titik-titik
hubungnya (Gambar 4.3).

7
Gambar 4.3. Kestabilan Internal pada Rangka Batang
Sumber: Schodek, 1999

Penting untuk menentukan apakah konfigurasi batang stabil atau tidak stabil.
Keruntuhan total dapat terjadi bila struktur tak stabil terbebani. Pola yang tidak biasa
seringkali menyulitkan penyelidikan kestabilannya. Pada suatu rangka batang, dapat
digunakan batang melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk mencapai kestabilan.
Untuk menentukan kestabilan rangka batang bidang, digunakan persamaan yang
menghubungkan banyaknya titik hubung pada rangka batang dengan banyaknya batang yang
diperlukan untuk mencapai kestabilan (lihat sub bab 3.6).

Aspek lain dalam stabilitas adalah bahwa konfigurasi batang dapat digunakan untuk
menstabilkan struktur terhadap beban lateral. Gambar 4.4 menunjukan cara menstabilkan
struktur dengan menggunakan batangbatang kaku (bracing). Kabel dapat digunakan sebagai
pengganti dari batang kaku, bila gaya yang dipikul adalah gaya tarik saja. Tinjauan dapat
memikul gaya tarik dan tekan dengan sama baiknya. Elemen kabel tidak dapat memenuhi
asumsi ini, karena kabel akan melengkung bila dibebani gaya tekan. Ketika pembebanan
datang dari suatu arah, maka gaya tekan atau gaya tarik mungkin timbul pada diagonal, sesuai
dengan arah diagonal tersebut. Suatu struktur dengan satu kabel diagonal mungkin tidak
stabil. Namun bila kabel digunakan dengan sistem kabel silang, dimana satu kabel memikul
seluruh gaya horisiontal dan kabel lainnya menekuk tanpa menimbulkan bahaya terhadap
struktur, maka kestabilan dapat tercapai. stabilitas sejauh ini beranggapan bahwa semua
elemen rangka batang.

8
Gambar 4.4. Penggunan batang kaku (bracing) diagonal
Sumber: Schodek, 1999

B. Gaya Batang

Prinsip yang mendasari teknik analisis gaya batang adalah bahwa setiap struktur atau
setiap bagian dari setiap struktur harus berada dalam kondisi seimbang. Gaya-gaya batang
yang bekerja pada titik hubung rangka batang pada semua bagian struktur harus berada dalam
keseimbangan, seperti pada Gambar 4.5. Prinsip ini merupakan kunci utama dari analisis
rangka batang.

Gambar 4.5. Diagram gaya-gaya batang yang bekerja pada titik hubung
Sumber: Schodek, 1999

C. Metode Analisis Rangka Batang

Beberapa metode digunakan untuk menganalisa rangka batang. Metode-metode ini pada
prinsipnya didasarkan pada prinsip keseimbangan. Metode-metode yang umum digunakan
untuk analisa rangka batang adalah sebagai berikut :

9
 Keseimbangan Titik Hubung pada Rangka Batang

Pada analisis rangka batang dengan metode titik hubung (joint), rangka batang dianggap
sebagai gabungan batang dan titik hubung. Gaya batang diperoleh dengan meninjau
keseimbangan titik-titik hubung. Setiap titik hubung harus berada dalam keseimbangan.

 Keseimbangan Potongan

Prinsip yang mendasari teknik analisis dengan metode ini adalah bahwa setiap bagian dari
suatu struktur harus berada dalam keseimbangan. Dengan demikian, bagian yang dapat
ditinjau dapat pula mencakup banyak titik hubung dan batang. Konsep peninjauan
keseimbangan pada bagian dari suatu struktur yang bukan hanya satu titik hubung merupakan
cara yang sangat berguna dan merupakan dasar untuk analisis dan desain rangka batang, juga
banyak desain struktur lain.

Perbedaan antara kedua metode tersebut di atas adalah dalam peninjauan keseimbangan
rotasionalnya. Metode keseimbangan titik hubung, biasanya digunakan apabila ingin
mengetahui semua gaya batang. Sedangkan metode potongan biasanya digunakan apabila
ingin mengetahui hanya sejumlah terbatas gaya batang.

 Gaya Geser dan Momen pada Rangka Batang Metode ini merupakan cara khusus
untuk meninjau bagaimana rangka batang memikul beban yang melibatkan gaya dan
momen eksternal, serta gaya dan momen tahanan internal pada rangka batang. Agar
keseimbangan vertikal potongan struktur dapat dijamin, maka gaya geser eksternal
harus diimbangi dengan gaya geser tahanan total atau gaya geser tahanan internal
(VR), yang besarnya sama tapi arahnya berlawanan dengan gaya geser eksternal. Efek
rotasional total dari gaya internal tersebut juga harus diimbangi dengan momen
tahanan internal (MR) yang besarnya sama dan berlawanan arah dengan momen lentur
eksternal. Sehingga memenuhi syarat keseimbangan, dimana :

ME = MR atau ME – MR = 0 (4.1)

D. Rangka Batang Statis Tak Tentu

Rangka batang statis tak tentu tidak dapat dianalisis hanya dengan menggunakan
persamaan kesimbangan statika, karena kelebihan banyaknya tumpuan atau banyaknya
batang yang menjadi variabel. Pada struktur statis tak tentu, keseimbangan translasional dan
rotasional (∑Fx=0, ∑Fy=0, dan ∑Mo=0) masih berlaku. Pemahaman struktur statis tak tentu
adalah struktur yang gaya-gaya dalamnya bergantung pada sifat-sifat fisik elemen
strukturnya.

E. Penggunaan Elemen (Batang) Tarik Khusus : Kabel

Selain elemen batang yang sudah dibahas di atas, ada elemen lain yang berguna, yaitu
elemen kabel, yang hanya mampu memikul tarik. Secara fisik, elemen ini biasanya berupa
batang baja berpenampang kecil atau kabel terjalin. Elemen ini tidak mampu memikul beban
tekan, tetapi sering digunakan apabila hasil analisis diketahui selalu memikul beban tarik.
Elemen yang hanya memikul beban tarik dapat mempunyai penampang melintang yang jauh
lebih kecil dibanding dengan memikul beban tekan.

10
F. Rangka Batang Ruang

Kestabilan yang ada pada pola batang segitiga dapat diperluas ke dalam tiga dimensi.
Pada rangka batang bidang, bentuk segitiga sederhana merupakan dasar, sedangkan bentuk
dasar pada rangka batang ruang adalah tetrahedron. Prinsip-prinsip yang telah dibahas pada
analisis rangka batang bidang secara umum dapat diterapkan pada rangka batang ruang.
Kestabilan merupakan tinjauan utama. Gaya-gaya yang timbul pada batang suatu rangka
batang ruang dapat diperoleh dengan meninjau keseimbangan ruang potongan rangka batang
ruang tersebut. Jelas bahwa persamaan statika yang digunakan untuk benda tegar tiga
dimensi, yaitu :

∑Fx = ∑Fy = ∑Fg = 0 dan

∑Mx = ∑My = ∑Mg = 0 (4.2)

Apabila diterapkan langsung pada rangka batang ruang yang cukup besar, persamaan-
persamaan ini akan melibatkan banyak titik hubung dan batang.

G. Kekakuan Titik Hubung

Pada perhitungan rangka batang, diasumsikan bahwa semua titik hubung dimodelkan
sebagai titik hubung sendi. Dalam beberapa hal, membuat hubungan yang benar-benar sendi
kadang-kadang tidak mungkin atau bahkan tidak dikehendaki. Apabila kondisi titik hubung
aktual sedemikian rupa sehingga ujung-ujung batang tidak bebas berotasi, maka momen
lentur lokal dan gaya aksialnya dapat timbul pada batang-batang. Apabila momen lentur itu
cukup besar, maka batang tersebut harus didesain agar mampu memikul tegangan kombinasi
akibat gaya aksial dan momen lentur. Besar tegangan lentur yang terjadi sebagai akibat dari
titik hubung kaku umumnya ≤ 20% dari tegangan normal yang terjadi. Pada desain awal,
biasanya tegangan lentur sekunder ini diabaikan. Salah satu efek positif dari adanya titik
hubung kaku ini adalah untuk memperbesar kekakuan rangka batang secara menyeluruh,
sehingga dapat mengurangi defleksi. Merencanakan titik hubung yang kaku biasanya tidak
akan mempengaruhi pembentukan akhir dari rangka batang.

3. Desain Rangka Batang

A.Tujuan

Kriteria yang digunakan untuk merancang juga menjadi sangat bervariasi. Ada beberapa
tujuan yang menjadi kriteria dalam desain rangka batang, yaitu:

(1) Efisiensi Struktural

Tujuan efisiensi struktural biasa digunakan dan diwujudkan dalam suatu prosedur desain,
yaitu untuk meminimumkan jumlah bahan yang digunakan dalam rangka batang untuk
memikul pembebanan pada bentang yang ditentukan. Tinggi rangka batang merupakan
variabel penting dalam meminimumkan persyaratan volume material, dan mempengaruhi
desain elemennya.

(2) Efisiensi Pelaksanaan (Konstruksi)

11
Alternatif lain, kriteria desain dapat didasarkan atas tinjauan efisiensi pelaksanaan
(konstruksi) sehubungan dengan fabrikasi dan pembuatan rangka batang. Untuk mencapai
tujuan ini, hasil yang diperoleh seringkali berupa rangka batang dengan konfigurasi eksternal
sederhana, sehingga diperoleh bentuk triangulasi yang sederhana pula. Dengan membuat
semua batang identik, maka pembuatan titik hubung menjadi lebih mudah dibandingkan bila
batang-batang yang digunakan berbeda.

B. Konfigurasi

Beberapa bentuk konfigurasi eksternal rangka batang yang umum digunakan seperti
ditunjukan pada Gambar 4.6. Konfigurasi eksternal selalu berubah-ubah, begitu pula pola
internalnya. Konfigurasi-konfigurasi ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, tinjauan struktural
maupun konstruksi. Masing-masing konfigurasi mempunyai tujuan yang berbeda. Beberapa
hal yang menjadi bahasan penting dalam konfigurasi rangka batang adalah :

(1) Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal memang bukanlah hal yang utama dalam menentukan konfigurasi
rangka batang. Namun faktor eksternal juga dapat mempengaruhi bentuk-bentuk yang terjadi.

(2) Bentuk-bentuk Dasar

Ditinjau dari segi struktural maupun konstruksi, bentuk–bentuk dasar yang digunakan dalam
rangka batang merupakan respon terhadap pembebanan yang ada. Gaya-gaya internal akan
timbul sebagai respon terhadap momen dan gaya geser eksternal. Momen lentur terbesar pada
umumnya terjadi di tengah rangka batang yang ditumpu sederhana yang dibebani merata, dan
semakin mengecil ke ujung. Gaya geser eksternal terbesar terjadi di kedua ujung, dan
semakin mengecil ke tengah.

(3) Rangka Batang Sejajar

Pada rangka batang dengan batang tepi sejajar, momen eksternal ditahan terutama oleh
batang-batang tepi atas dan bawah. Gaya geser eksternal akan dipikul oleh batang diagonal
karena batangbatang tepi berarah horisontal dan tidak mempunyai kontribusi dalam menahan
gaya arah vertikal. Gaya-gaya pada diagonal umumnya bervariasi mengikuti variasi gaya
geser dan pada akhirnya menentukan desain batang.

(4) Rangka Batang Funicular

Rangka batang yang dibentuk secara funicular menunjukan bahwa secara konsep, batang nol
dapat dihilangkan hingga terbentuk konfigurasi bukan segitiga, namun tanpa mengubah
kemampuan struktur dalam memikul beban rencana. Batang-batang tertentu yang tersusun di
sepanjang garis bentuk funicular untuk pembebanan yang ada merupakan transfer beban
eksternal ke tumpuan. Batangbatang lain adalah batang nol yang terutama berfungsi sebagai
bracing. Tinggi relatif pada struktur ini merupakan fungsi beban dan lokasinya.

12
13
Gambar 4.6. Jenis-jenis Umum Rangka Batang
Sumber: Schodek, 1999

C. Tinggi Rangka Batang

Penentuan tinggi optimum yang meminimumkan volume total rangka batang


umumnya dilakukan dengan proses optimasi. Proses optimasi ini membuktikan bahwa rangka
batang yang relatif tinggi terhadap bentangannya merupakan bentuk yang efisien
dibandingkan dengan rangka batang yang relatif tidak tinggi. Sudut-sudut yang dibentuk oleh
batang diagonal dengan garis horisontal pada umumnya berkisar antara 300 – 600 dimana
sudut 450 biasanya merupakan sudut ideal. Berikut ini pedoman sederhana untuk menentukan
tinggi rangka batang berdasarkan pengalaman. Pedoman sederhana di bawah ini hanya untuk
pedoman awal, bukan digunakan sebagai keputusan akhir dalam desain.

Jenis Rangka Batang Tinggi


1/20 dari
Rangka batang dengan beban relatif ringan dan berjarak dekat
bentangan
Rangka batang kolektor sekunder yang memikul reaksi yang dihasilkan 1/10 dari
oleh rangka batang lain bentangan
Rangka batang kolektor primer yang memikul beban sangat besar,
1/4 atau 1/5 dari
misalnya: rangka batang yang memikul beban kolom dari gedung
bentangan
bertingkat banyak

D. Masalah-masalah pada Desain Elemen

Beberapa permasalahan yang umumnya timbul pada desain elemen menyangkut faktor-faktor
yang diuraikan berikut ini.

(1) Beban Kritis

Pada rangka batang, setiap batang harus mampu memikul gaya maksimum (kritis) yang
mungkin terjadi. Dengan demikian, dapat saja terjadi setiap batang dirancang terhadap
kondisi pembebanan yang berbeda-beda.

(2) Desain Elemen, meliputi :

 Batang Tarik

14
L penampang yang diperlukan = gaya tarik/ tegangan ijin

 Batang Tekan

Untuk batang tekan, harus diperhitungkan adanya kemungkinan keruntuhan tekuk (buckling)
yang dapat terjadi pada batang panjang yang mengalami gaya tekan. Untuk batang tekan
panjang, kapasitas pikul-beban berbanding terbalik dengan kuadrat panjang batang. Untuk
batang tekan yang relatif pendek, maka tekuk bukan merupakan masalah sehingga luas
penampang melintang hanya bergantung langsung pada besar gaya yang terlibat dan
teganagan ijin material, dan juga tidak bergantung pada panjang batang tersebut.

(3) Batang Berukuran Konstan dan/atau Tidak Konstan

Bila batang tepi atas dirancang sebagai batang yang menerus dan berpenampang melintang
konstan, maka harus dirancang terhadap gaya maksimum yang ada pada seluruh batang tepi
atas, sehingga penampang tersebut akan berlebihan dan tidak efisien. Agar efisien, maka
penampang konstan yang dipakai dikombinasikan dengan bagian-bagian kecil sebagai
tambahan luas penampang yang hanya dipakai pada segmen-segmen yang memerlukan.

(4) Pengaruh Tekuk terhadap Pola

Ketergantungan kapasitas pikul beban suatu batang tekan pada panjangnya serta tujuan
desain agar batang tekan tersebut relatif lebih pendek seringkali mempengaruhi pola segitiga
yang digunanakan, seperti ditunjukan pada Gambar berikut.

Gambar 4.7. Tekuk Batang : hubungan dengan pola segitiga


Sumber: Schodek, 1999

15
Gambar4.8. Tekuk lateral pada rangka
Sumber: Schodek, 1999

(5) Pengaruh Tekuk Lateral pada desain batang dan susunan batang. Jika rangka berdiri bebas
seperti pada Gambar 4.8, maka ada kemungkinan struktur tersebut akan mengalami tekuk
lateral pada seluruh bagian struktur. Untuk mencegah kondisi ini maka struktur rangka batang
yang berdiri bebas dapat dihindari. Selain itu penambahan balok transversal pada batang tepi
atas dan penggunaan rangka batang ruang juga dapat mencegah tekuk transversal (Gambar
4.9).

E. Rangka Batang Bidang dan Rangka Batang Ruang

Rangka batang bidang memerlukan material lebih sedikit daripada rangka batang tiga
dimensi untuk fungsi yang sama. Dengan demikian, apabila rangka batang digunakan sebagai
elemen yang membentang satu arah, sederetan rangka batang bidang akan lebih
menguntungkan dibandingkan dengan sederetan rangka batang ruang (tiga dimensi).
Sebaliknya, konfigurasi tiga dimensi seringkali terbukti lebih efisien dibandingkan beberapa
rangka batang yang digunakan untuk membentuk sistem dua arah. Rangka batang tiga
dimensi juga terbukti lebih efisien bila dibandingkan beberapa rangka batang yang digunakan
sebagai rangka berdiri bebas (tanpa balok transversal yang menjadi penghubung antar rangka
batang di tepi atas). Hal ini seperti ditunjukan pada Gambar 4.9.

16
Gambar 4.9. Rangka batang ruang tiga dimensi
Sumber: Schodek, 1999

4 Struktur Balok

Secara sederhana, balok sebagai elemen lentur digunakan sebagai elemen penting dalam
kosntruksi. Balok mempunyai karakteristik internal yang lebih rumit dalam memikul beban
dibandingkan dengan jenis elemen struktur lainnya. Balok menerus dengan lebih dari dua
titik tumpuan dan lebih dari satu tumpuan jepit merupakan struktur statis tak tentu. Struktur
statis tak tentu adalah struktur yang reaksi, gaya geser, dan momen lenturnya tidak dapat
ditentukan secara langsung dengan menggunakan persamaan keseimbangan dasar ∑Fx =0,
∑Fy =0, dan ∑Fz =0. Balok statis tak tentu sering juga digunakan dalam praktek, karena
struktur ini lebih kaku untuk suatu kondisi bentang dan beban daripada struktur statis tertentu.
Jadi ukurannya bisa lebih kecil. Kerugian struktur statis tak tentu adalah pada kepekaannya
terhadap penurunan (settlement) tumpuan dan efek termal.

 Prinsip Desain Balok

Pada sistem struktural yang ada di gedung, elemen balok adalah elemen yang paling
banyak digunakan dengan pola berulang. Umumnya pola ini menggunakan susunan hirarki
balok, dimana beban pada permukaan mula-mula dipikul oleh elemen permukaan diteruskan
ke elemen struktur sekunder, dan selanjutnya diteruskan ke kolektor atau tumpuan. Semakin
besar beban, yang disertai dengan bertambahnya panjang, pada umumnya akan memperbesar
ukuran atau tinggi elemen struktur, seperti pada Gambar 4.10. Susunan hirarki bisa sangat
bervariasi, tetapi susunan yang umum digunakan adalah satu dan dua tingkat. Sedangkan
susunan tiga tingkat adalah susunan yang maksimum digunakan [Gambar 4.10(a)]. Untuk
ukuran bentang tertentu, pada umumnya sistem dengan berbagai tingkat dapat digunakan.
Ukuran elemen struktur untuk setiap sistem dapat ditentukan berdasarkan analisis bentang,

17
beban dan material. Ada beberapa kriteria pokok yang harus dipenuhi, antara lain :
kemampuan layan, efisiensi, kemudahan. Tegangan aktual yang timbul pada balok tergantung
pada besar dan distribusi material pada penampang melintang elemen struktur. Semakin besar
balok maka semakin kecil tegangannya. Luas penampang dan distribusi beban merupakan hal
yang penting. Semakin tinggi suatu elemen, semakin kuat kemampuannya untuk memikul
lentur. Variabel dasar yang penting dalam desain adalah besar beban yang ada, jarak antara
beban-beban dan perilaku kondisi tumpuan balok. Kondisi tumpuan jepit lebih kaku daripada
yang ujung-ujungnya dapat berputar bebas. Balok dengan tumpuan jepit dapat memikul
beban terpusat di tengah bentang dua kali lebih besar daripada balok yang sama tidak dijepit
ujungnya. Jenis dan perilaku umum balok seperti pada Gambar 4.11.

Gambar 4.10. Balok pada Gedung

Sumber: Schodek, 1999

Beban lentur pada balok menyebabkan terjadinya gaya-gaya internal, tegangan serta
deformasi. Gaya serta momen ini berturut-turut disebut gaya geser dan momen lentur. Agar
keseimbangan pada bagian struktur tersebut diperoleh untuk bagian struktur yang
diperlihatkan, sekumpulan gaya internal pasti timbul pada struktur yang efek jaringnya adalah
untuk menghasilkan momen rotasional yang sama besar tapi berlawanan arah dengan momen
lentur eksternal dan gaya vertikal yang sama dan berlawanan arah dengan gaya geser
eksternal.

18
Gambar4 .11. Jenis-jenis perilaku balok

Sumber: Schodek, 1999

B. Struktur Furnicular

Funicular juga dikenal sebagai form-active, merupakan struktur yang dibentuk untuk
merespon beban yang diterapkan sehingga tegangan internal yang dihasilkan berupa gaya
tarik/tekan secara langsung.

Struktur furnicular

19
1. Caternary cables

Catenary adalah bentuk funicular untuk kabel yang tidak dibebani dan hanya terdiri dari
berat sendiri dari kabel tersebut (sepanjang kabel itu sendiri).

Dalam prakteknya, Catenary juga digunakan secara luas untuk mengacu pada semua
anggota suspensi melengkung (curved suspension) yang terbebani sepanjang dari panjang
kabel itu sendiri, terlepas dari distribusi beban yang sebenarnya.

Catenary thrust (daya dorong)

Kedalaman dari lengkungan pada struktur Catenary menentukan daya dorong


horizontal yang dihasilkan; semakin kurang lengkungan, semakin besar daya dorong nya.

Struktur kabel catenary mampu untuk rentang yang sangat besar. Gaya kabel, panjang kabel,
dan diameter, semuanya tergatung pada proporsi dari pertimbangan desain structural (rasio
rentang-lengkung merupakan pertimbangan desain struktural utama).

Dalam prakteknya, kebanyakan kabel yang digunakan untuk struktur atap bangunan
memiliki perbandingan rasio rentang-lengkung 1:8 sampai 1:10.

Funicular Suspension Structure dibagi menjadi 3 kategori : Single-Curvature, Double-Cable,


dan Double-Curvature.

a. Single-curvature structure (Struktur Lengkung-Tunggal)

Struktur ini terdiri dari 2 atau lebih kabel catenary parallel yang merentang antara
tumpuan (kolom) utama.

20
Forth Road Bridge, Skotlandia

b. Double cable structure (Struktur Kabel Ganda)

Struktur ini mirip dengan struktur Single-Curvature dengan tambahan kabel


stabilizing dibawah penggantung utama untuk menahan pengangkatan angin. Jika kedua
kabel berada di bidang yang sama, beberapa sarana tambahan untuk memastikan stabilitas
lateral harus dimasukkan

c. Double curvature structure (Struktur Lengkung-Double)

Struktur ini berbentuk pelana (kelengkungan positif dalam satu arah dan negative
dalam arah berlawanan) sehingga kabel dalam satu arah rentang antara tumpuan (kolom)
sedangkan kabel stabilizing bekerja di arah tegak lurus tarik ke bawah untuk mencegah
pegangkatan angin.

2. TENTS (TENDA)
Tenda merupakan sesuatu yang tipis, membran tegang anticlastic, yang ditumpu oleh
lengkungan arch (busur) atau mast. Tenda ini merupakan variasi dari struktur double-curved
cable, dimana ruang antara kabel-kabel dikurangi menjadi tidak ada dan permukaan menjadi
membran yang kontinus.

Jika tepi tenda bersifat fleksibel (tidak terikat), biasanya akan membentuk kurva
cekung yang memastikan bahwa itu tetap dalam tarikan/tegangan. Untuk stabilitas angin, hal
ini penting bahwa sebuah tenda di desain secara double-curvature structure (struktur
lengkung-ganda).

3. PNEUMATICS
Struktur pneumatic mendistribusi beban ke tumpuan melalui membrane bertekanan udara.
Prinsipnya sederhana: tekanan udara mendesak beban yang terdistribusi secara bersamaan
dengan arah tegak lurus ke seluruh permukaan membran.

a. AIR-SUPPORTED STRUCTURES

21
Struktur ini memiliki membran atap tunggal yang menutup lingkaran dan didorong
oler tekanan dalam yang sedikit lebih tinggi dari udara sekitar, sehingga seluruh volum
struktur interior memiliki tekanan.

b.AIR-INFLATED STRUCTURES

Struktur ini terdiri dari elemen structural (seperti arch atau kolom) yang bertekanan
dan menegang ke dalam bentuk yang kaku yang kemudian digunakan untuk menumpu
batasan-batasan. Interior ruangan tidak mengalami tekanan.

B. Struktur Grid and Plan

Dalam perencanaan bangunan, sistem grid merupakan hal yang penting terlebih jika kita
merencanakan bangunan dengan sistem strktur rangka. Adapun penataan komponen
bangunan yang dapat menggunakan sistem grid diantaranya adalah :
1. Grid Struktur
Grid struktur merupakan jarak perletakan komponen-komponen perkuatan bangunan
(misalnya kolom dan balok) pada sebuah bangunan. Grid kolom berarti jarak antarkolom satu
dengan kolom lainnya. Jarak yang digunakan tidak harus sama antar satu kolom dengan
kolom lainnya, namun juga bisa dengan jarak yang berirama tertentu.

22
Gambar Contoh Grid Kolom Struktur Berirama Berbeda
Pentingnya merencanakan grid struktur juga mempengaruhi efisiensi dalam
penggunaan sistem struktur maupun material yang nantinya digunakan dalam bangunan.
Untuk mendapat rancangan struktur yang efisien kita juga perlu mengetahui dimensi –
dimensi material strktur yang ada di pasaran. Sehingga dalam penggunaanya tidak banyak
material atau bahan sisa.

Struktur balok grid terdiri atas balok-balok yang saling bersilangan, dengan jarak yang relatif
rapat, yang menumpu pelat atas yang tipis. Sistem ini dimaksudkan untuk mengurangi berat
sendiri pelat, sehingga lendutan dari pelat yang besar dapat dikurangi. Sistem ini dinilai
efisien untuk bentangan besar dan juga dapat didesain sesuai selera.

Pada struktur grid, selama baloknya benar-benar identik, beban akan sama di sepanjang
sisi kedua balok. Setiap balok akan memikul setengah dari beban total dan meneruskan ke
tumpuan. Apabila balok-balok tersebut tidak identik maka bagian terbesar dari beban akan
dipikul oleh balok yang lebih kaku. Apabila balok mempunyai panjang yang tidak sama,
maka balok yang lebih pendek akan menerima bagian beban yang lebih besar dibandingkan
dengan beban yang diterima oleh balok yang lebih panjang. Hal ini karena balok yang lebih
pendek akan lebih kaku. Kedua balok tersebut akan mengalami defleksi yang sama di titik
pertemuannya karena keduanya dihubungkan pada titik tersebut.

Agar defleksi kedua balok itu sama, maka diperlukan gaya lebih besar pada balok yang
lebih pendek. Dengan demikian, balok yang lebih pendek akan memikul bagian beban yang
lebih besar. Besar relatif dari beban yang dipikul pada struktur grid saling tegak lurus, dan
bergantung pada sifat fisis dan dimensi elemen-elemen grid tersebut. Pada grid yang lebih
kompleks, baik aksi dua arah maupun torsi dapat terjadi. Semua elemen berpartisipasi dalam
memikul beban dengan memberikan kombinasi kekuatan lentur dan kekuatan torsi. Defleksi
yang terjadi pada struktur grid yang terhubung kaku akan lebih kecil dibandingkan dengan
defleksi pada struktur grid terhubung sederhana.

2. Grid Konstruksi
Grid konstruksi merupakan jarak antarelemen pendukung bangunan yang berupa
konstruksi bidang bukaan dan konstruksi bidang partisi atau pembatas. Perancangan grid
konstruksi dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan, bisa berirama maupun tidak.
3. Grid Sevis
Grid servis merupakan jarak peletakan titik-titik servis yang didistribusikan pada bagian
bangunan, seperti pada titik lampu, ac system, fire protection, maupun utilitas bangunan
lainnya yang membutuhkan jalur distribusi tertentu. Penataan komponen ini terkait dengan
berbagai aspek yakni:
o Aspek fungsional
o Aspek kenyamanan
o Aspek estetika
4. Planning Grids
Planning grid merupakan penataan layout area kerja baik individual maupun grup. Grid
ini memiliki detail yang lebih tinggi hingga berupa layout penataan area kerja.

23
C. Struktur Membran

Membran adalah suatu lembaran bahan tipis sekali dan hanya dapat menahan gaya tarik
murni. Soap film adalah membran yang paling tipis, kira-kira 0,25 mm yang dapat
membentang lebar. Suatu struktur membran dapat bertahan daalm dua dimensi, tidak dapat
menerima tekan dan geser karena tipisnya terhadap bentangan yang besar.

Beban-beban yang dipikul mengakibatkan lendutan, karena membran adalah bidang dua
dimensi dan karena merupakan jala-jala yang saling membantu, maka bertambahlah
kapasitasnya.

Ada dua karakter dasar dari kemampuan membran. Tegangan membran terdiri atas tarik
dan geser, yang selalu ada dalam permukaan bidang membran dan tidak tegak lurus di atas
bidang itu. Aksi membran pada dasarnya tergantung dari karakteristik bentuk geometrinya,
yaitu dari lengkungan dan miringnya bidang membran.Walaupun membran tidak begitu
stabil, dapat dicarikan jalan untuk dimanfaatkan sebagai struktur. Keuntungan struktur ini
ialah ringan, ekonomis dan dapat membentang luas.

Aksi struktur membran dapat ditingkatkan daya tariknya dengan tarikan sebelum
pembebanan. Sebagai contoh payung dari kain. Dengan mengadakan pratarik pada kain yang
kemudian dikuncinya dengan alat apitan, rusuk-rusuk baja membuka dan mendukungnya
dengan dibantu oleh batang-batang tekan yang duduk pada tangkai payung. Kain tertarik dan
memberi bentuk lengkungan yang cocok untuk menahan beban. Membran kain payung dapat
menerima tekanan dari luar dan dalam. Skelet dari rusuk-rusuk baja menerima tarikan dari
kain dan memperkuat seluruh permukaan bidang terhadap tekanan angin.

Membran adalah struktur permukaan fleksibel tipis yang memikul beban dengan
mengalami terutama tegangan tarik dalam semua arah. Struktur membran cenderung dapat
menyesuaikan diri dengan cara struktur tersebut dibebani sehingga struktur tidak akan
mampu mendukung beban tanpa berubah bentuk.

Contoh sederhana dari struktur membran ini adalah payung. Saat payung dibuka maka
permukaan membran akan mengalami tegangan tarik, yang menyebabkan tegangan tarik ini
adalah rusuk-rusuk serta dukungan batang tekan pada tangkai payung sehingga payung dapat
menahan gaya tekan.

Prinsip umum struktur membran

a. Gaya-gaya pada permukaan membran

Struktur membran pada dasarnya memikul beban dengan dua cara, yaitu :

 Tegangan tarik.

Tegangan tarik pada membran ini bekerja pada lengkung utama (lengkung pada 2 arah
utama) yang saling tegak lurus dan tegangan tarik pada dua arah ini berdasarkan atau serupa
dengan sistem pada kabel menyilang. Tegangan tarik ini berhugungan dengan membran itu

24
sendiri sebagai bidang tipis yang dalam mendukung atau menerima beban akan mengalami
perubahan bentuk.

 Tegangan geser tangensial

Tegangan ini dihubungkan dengan terjadinya puntiran atau torsi pada membran. Antara
tegangan tarik dan geser terjadi kerjasama dalam memikul beban.

Beban yang dipikul mengakibatkan tegangan tekan sehingga menjadi lendutan yang
menyebabkan bentuk membran menjadi lengkung. Hal ini berpengaruh pada kestabilan
membran. Membran menjadi tidak tahan terhadap tekan dan jika terjadi tekanan yang
berlebihan akan roboh. Karena itu diperlukan tegangan tarik pada permukaan membran untuk
mendukung beban yang ada.

b. Stabilisasi pada membran

Cara stabilisasi pada membran adalah dengan memberikan rangka penumpu pada
membran atau memberi prategang yang diperoleh dari gaya-gaya arah luar pada perbatasan
atau tepian membran atau prategang yang diperoleh dari tekanan udara pada bagian dalam
membran yang mempunyai volume tertutup.

Contoh pemberian prategang dengan gaya dari luar adalah struktur tenda. Stabilisasi
membran ditandai dengan penggunaan kabel-kabel tarik atau pretension sehingga terjadi
tegangan pada membran dengan arah tegak lurus di seluruh permukaannya. Hal ini disebut
juga dengan gaya jacking.

Contoh pemberian prategang yang diperoleh dari tekanan udara pada bagian dalam
membran yang mempunyai volume tertentu adalah struktur pneumatis.

Macam – macam struktur membran

1. Struktur pneumatik

Struktur pneumatik merupakan struktur membran yang ditegangkan selaput


membrannya dengan memberi tekanan udara internal, di mana tekanan udara internal dan
tekanan udara eksternal berbeda tekanannya.

2. Prinsip umum struktur pneumatik

Tekanan udara pada bagian dalam menyebabkan terjadinya tegangan tarik pada
permukaan membran. Tekanan udara dalam harus selalu lebih besar daripada tekanan udara
luar, supaya dalam permukaan membran tidak terjadi tegangan tekan pada saat terjadi
pembebanan. Kestabilan diperoleh akibat adanya tegangan tarik yang terjadi dalam menahan
beban. Akibat adanya tekanan udara dalam yang lebih besar, maka akan menyebabkan
membran cenderung untuk terangkat sehingga perlu diberi ring penahan.

3. Macam – macam struktur pneumatik

 Struktur pneumatik satu lapis (air supported structure)

25
Merupakan struktur yang ditumpu udara. Struktur ini mempunyai tekanan udara rendah
kurang lebih 3-6 psf. Udara harus dikontrol konstan terus-menerus.

 Struktur pneumatik dua lapis (air inflated structure)

Merupakan struktur yang digelembungkan udara. Struktur ini mempunyai tekanan udara
tinggi 30-60 psf, di mana pengontrolan udara dilakukan secara berkala.

4. Struktur net (jaring) dan tent (tenda)

Di dalam struktur net dan tenda terdapat prinsip-prinsip umum yang perlu diketahui

 Kelengkungan

Bentuk lengkung pada tenda ditentukan kondisi tumpuan :

- Tumpuan titik atau tumpuan garis

- Tumpuan kaku (rigid) atau fleksibel

- Penempatan tinggi rendah titik tumpuan

Dalam penempatan tumpuan, sebaiknya menghindari permukaan membran yang datar,


karena akan membutuhkan gaya prategang yang besar untuk mempertahankan bbentuk datar
permukaan membran. Gaya prategang tidak boleh melebihi tegangan ijin membran. Untuk
menghindari permukaan yang datar maka kelengkungan dibuat dalam dua arah yang
berlawanan.

 Kondisi tumpuan

Tumpuan titik tinggi selalu didukung kolom tekan berujung sendi dan titik rendah
diangker ke tanah. Pada tumpuan titik rendah akan terjadi gaya angkat dan gaya dorong pada
pondasi karena adanya prategang pada membran yaitu dengan menarik membran
menggunakan gaya jacking.

c. Pembebanan yang mempengaruhi struktur membran


1. Beban akibat pengaruh luar

Beban yang diakibatkan pengaruh luar dapat menyebabkan membran memikul beban.
Membran adalah bidang furnikular tipis sehingga tidak mampu menerima tekan, karena itu
kemiringan perlu diperhatikan.

2. Beban thermal

Beban thermal diakibatkan dari perubahan suhu atau temperatur yang relatif cukup besar
pada struktur bangunan, seperti perubahan suhu siang dan malam. Perubahan suhu
mengakibatkan pemuaian atau penyusutan atau tarikan dan dorongan pada bagian struktur.

3. Beban angin

26
Struktur yang terletak pada jalur perjalanan angin dapat mengakibatkan pergerakan angin
untuk dibelokkan atau dihentikan. Energi kinetik akan berubah menjadi energi potensial yang
menyebabkan tekanan atau hisapan. Kekuatan dari tekanan atau hisapan ini juga tergantung
dari kecepatan angin, bentuk geometri bangunan, kepadatan udara, orientasi bangunan,
kekakuan, posisi bangunan terbuka atau tertutup.

d. Bahan membran

Bahan membran umumnya berupa lembaran atau bidang yang terdiri atas anyaman
bahan tekstil yang kedap air / udara dan bahan pelapis.

Contoh bahan tekstil :

 Anyaman serabut sutera Polyester, Polyamid, dan lain-lain.

 Campuran serabut kaca dan logam (fiberglass)

Contoh bahan pelapis :

 PVC, Polyisobutylen, dan lain-lain.

Pada dasarnya semua bahan membran mengalami kerusakan dalam batas waktu tertentu,
terutama pada sifat kekakuannya.

D. Struktur cangkang

Cangkang (Shell) adalah salah satu bentuk dari jenis konstruksi yang luar biasa
Kata cangkang (shell) diambil dari bentuk-bentuk yang ada di alam yaitu bentuk cangkang
telur, kepiting, keong dsb. Sifat dari bentuk tersebut tipis, kaku, melengkung tapi kokoh,
ditiru manusia dalam pembuatan struktur untuk bangunan yang membutuhkan ruang besar.
Cangkang (Shell) adalah bentuk struktural berdimensi tiga yang kaku dan tipis
sertamempunyai permukaan lengkung.

27
Pada dasarnya shell diambil dari beberapa bentuk yang ada di alam seperti kulit telur,
tempurung buah kelapa, cangkang kepiting, cangkang keong, dan sebagainya (Curt Siegel).
Menurut Joedicke (1963) strukutur shell adalah plat yang melengkung ke satu arah atau lebih
yang tebalnya jauh lebih kecil daripada bentangnya. Sedangkan menurut Schodecik (1998),
shell atau cangkang adalah bentuk structural tiga dimensional yang kaku dan tipis yang
mempunyai permukaan lengkung. Sejalan dengan pengertian di atas, menurut Ishar (1995),
cangkang atau shell bersifat tipis dan lengkung. Jadi, struktur yang tipis datar atau lengkung
tebal tidak dapat dikatakan sebagai shell. Istilah cangkang oleh Salvadori dan Levy (1986)
disebut kulit kerang. Sebuah kulit kerang tipis merupakan suatu membrane melengkung yang
cukup tipis untuk mengerahkan tegangan-tegangan lentur yang dapat diabaikan pada
sebagian besar permukaannya, akan tetapi cukup tebal sehingga tidak akan menekuk di
bawah tegangan tekan kecil, seperti yang akan terjadi pada suatu membrane ideal. Di bawah
beban, suatu kulit kerang tipis adalah stabil di setiap beban lembut yang tidak menegangkan
pelat secara berlebihan, karena kulit kerang tidak perlu merubah bentuk untuk menghindari
timbulnya tegangan-tegangan tekan.

1. Sifat-sifat Lokal Permukaan Kulit Kerang

Dalam usaha untuk memperoleh suatu pengertian yang sempurna mengenai perilaku
structural dari struktur-struktur lengkung dua dimensi, seperti membrane dan kulit kerang
adalah penting untuk pertama kalinya mengenai sifat-sifat geometris dari permukaan mereka.
Sifat-sifat ini dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu :

a. Sifat-sifat local, yang menentukan geometri dari permukaan segera sekitas suatu titik.

b. Sifat-sifat umum, yang menerangkan bentuk dari permukaan sebagai suatu keseluruhan.

Permukaan-permukaan dibagi kedalam tiga kategori yang berbeda tergantung kepada


variasi dari kelengkungan mereka disekitar satu titik : Kalau kelengkungan pada suatu titik
dalam semua arah mempunyai tanda sama, maka permukan disebut sinklastik pada titik
tersebut.

2. Fungsi Struktur Shell

Struktur shell biasanya digunakan hanya dalam keadaan dimana persyaratan struktur
khusus diperlukan untuk mencapai tingkat efisiensi struktur yang tinggi, baik karena
diperlukan bentang yang sangat panjang atau karena diperlukan berat struktur yang sangat
ringan.

Persyaratan Struktur Shell

Suatu struktur shell harus mempunyai tiga syarat, yaitu sebagai berikut :

a. Harus memiliki bentuk lengkung, tunggal, maupun ganda (single or double curved),

b. Harus tipis terhadap permukaan atau bentangannya,

c. Harus dibuat dari bahan yang keras, kuat, ulet dan tahan terhadap tarikan dan tekanan.

28
3. Klasifikasi Shell

a. Bentuk-bentuk dasar dari cangkang

Variasi bentuk cangkang yang tak terhingga banyaknya dapat digolongkan menurut
berbagai cara (metoda) penggolongan. Prinsip dari tiap metode tersebut adalah merupakan
penyederhanaan dalam bidang kerjanya, sesuai dengan penggunaanya. Konstruktor membuat
penggolongan atas struktur sesuai bentuk yang sama. Dalam analisa geometric pembagian
bentuk didasarkan atas hukum aljabar dan trancedental surface. Arsitektur dapat lebih
bertolak pada bentuk-bentuk luar dan menggolongkannya ke dalam bentuk-bentuk dasar
tanpa mengabaikan hal-hal diluarnya. Atas dasar ini bentuk-bentuk cangkang di sini dibagi
menurut tipe kelengkungan permukaannya sebagai berikut :

1) Cangkang melengkung ke satu arah

2) Cangkang melengkung ke dua arah

3) Cangkang dengan bentuk bebas (free form).

Klasifikasi shell dibagi menjadi 2 :

1. Sesuai bentuk umum terjadinya

- bidang putaran (rotational surface)

- pergesaran bentuk dasar (translational surface)

- pergeseran bentuk dasar pada 2 bentuk dasar bersilangan (ruled surface)

2. Sesuai lengkungan permukaan

- lengkung tunggal (single curved)

- lengkung ganda (double curved)

Bentuk shell dibagi menjadi 2 :

1. Cangkang terbentuk dengan cara memutar garis lurus

- Kerucut

- Kubah setengah bola

- Kubah ellips

- Kubah Parabola

29
- Torus

2. Cangkang terbentuk dengan cara menggeser garis-garis lengkung

- Tabung lingkaran

- Tabung Parabola

- Tabung Ellips

Pada hakikatnya pembagian ini juga erat pengertiannya dari sudut konstruksi, yang
ketiga dasar tersebut mempunyai perbedaan dasar yang structural pula.

Menurut Ishar (1995), struktur shell dibagi kedalam beberapa kategori, yaitu :

30
a. Shell silindrical
b. Shell rotasi
c. Shell kubah
d. Shell Torus
e. Shell conoida
f. Shell hyperbolis parabola (Hypar)
g. Shell dengan bentuk bebas (Free form shell)

Sedangkan menurut Joedicke (1963), bentuk struktur shell dibagi menurut tipe kelengkungan
permukaannya sebagai berikut :

1. Singly curved shell, terbentuk dari perpindahan garis lurus yang melebihi bentuk lengkung.

2. Doubly curved shell with principle curves in the same direction (domical shell) dibentuk
dengan memutar bidang lengkung terhadap sumbu pada bidang tersebut dan membentuk
lengkungan kearah sumbunya.

3. Dubly curved shell with principle curves in opposite direction (hiperbolik paraboloid).

4. Doubly curved shell with principle curve in the same and opposite direction yang
memberikan contoh prinsip-prinsip alternative arah lengkungan.

Penggolongan Shell berdasarkan Proses Pembentukannya :

1. Permukaan Garis (ruled surface)

31
Bidang yang terbentuk dengan menggerakkan garis lurus awal pada satu/dua garis pengarah

2. Permukaan Geseran (Translational surface)

Yaitu bidang yang diperoleh jika suatu garis lengkung digeser sejajar terhadap garis
lengkung cembung lainnya dan pergeserannya terjadi secara pararel.

Penggolongan Shell berdasarkan Kedudukan Kurva :

1. Kurva-kurva membuka kearah yang sama (synclastic)

32
2. Kurva-kurva kearah yang saling berlawanan (antisynclastic)

3. Hypar

merupakan suatu bidang geseran (translational surface) yang terbentuk jika suatu
parabola yang membuka kebawah digeser secara sejajar diri sendiri terhadap suatu parabola
yang membuka ke atas dan digeser diri sendiri terhadap suatu parabola yang membuka ke
bawah atau

hypar yang terbentuk jika kedua garis lengkung tersebut merupakan garis lurus yang saling
bersilangan (rulled surface)

Hypar terbagi atas 2 macam, yaitu :

· Hypar with curved edges (tepi-tepi lengkung)

33
Hypar with straight edges (tepi-tepi lurus)

34
2.3 Contoh bangunan Bentang Lebar

Berdasarkan pengertian yang diuraikan, secara lebih jelas bentuk struktur bentang lebar
sederhana dan bentang lebar kompleks dapat di lihat pada gambar di bawah ini:
Bangunan bentang lebar sederhana

Contoh Bentuk Bangunan Bentang Lebar Kompleks

Sidney opera house

Berdasarkan gambar-gambar di atas, bangunan bentang lebar dipergunakan untuk


kegiatan-kegiatan yang membutuhkan ruang bebas kolom yang cukup besar, seperti untuk
kegiatan olah raga berupa gedung stadion, pertunjukan berupa gedung pertunjukan,
audiotorium dan kegiatan pameran atau gedung exhibition.

35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Struktur berpengaruh pada kekukuhan gedung terhadap pengaruh luar maupun
bebannya sendiri yang dapat mengakibatkan perubahan bentuk atau robohnya bangunan.
Sedangkan estetika dilihat dari segi keindahan gedung secara intergral dan kualitas
arsitektural.

Bangunan bentang lebar merupakan bangunan yang memungkinkan penggunaan


ruang bebas kolom yang selebar dan sepanjang mungkin. Bangunan bentang lebar biasanya
digolongkan secara umum menjadi dua, yaitu bentang lebar sederhana dan bentang lebar
kompleks.
Struktur bentang lebar dibagi ke dalam beberapa sistem struktur yaitu: Struktur
Rangka, Batang dan rangka Ruang, Struktur Furnicular,Struktur Plan dan Grid, Struktur
Membran dan Struktur Cangkang

Bangunan bentang lebar dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang membutuhkan ruang


bebas kolom yang cukup besar, seperti untuk kegiatan olah raga berupa gedung stadion,
pertunjukan berupa gedung pertunjukan, audiotorium dan kegiatan pameran atau gedung
exhibition.

36
DAFTAR PUSTAKA

A.G Tamrin.2008. Teknik Konstruksi Bangunan Gedung jilid 2 untuk SMK. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional

http://etd.eprints.ums.ac.id/8126/1/D100040035.pdf

http://etd.eprints.ums.ac.id/14362/2/BAB_I.pdf

http://eprints.undip.ac.id/32373/1/4.struktur_membran-sukawi.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/197311012008011-
SUHANDY_SISWOYO/Pengantar_Ars_Bentang_Lebar.pdf

37

Вам также может понравиться