Вы находитесь на странице: 1из 5

A.

Pendahuluan

Kegiatan Imunisasi merupakan kegiatan rutin yang berkesinambungan yang dilaksanakan sejak tahun
1956 yang ditandai dengan pelaksanaan cacar. Berangkat dari keberhasilan pelaksanaan Imunisasi cacar,
maka mulailah Pengembangan Program Imunisasi (PPI) dengan pemberian BCG dan DPT 1,2,3.
Selanjutnya pada Tahun 1980 ditambah dengan vaksin Polio dan 1982 vaksin Campak dan terakhir pada
tanggal 1April 1997 mengintegrasikan imunisasi Hepatitis B sebagai bagian dari program imunisasi
nasional, dengan demikian sampai saat ini program imunisasi telah mencapai 7 antigen.

Diawal pelaksanaan imunisasi banyak menghadapi kendala hingga cakupan nasional sebagai hasil
pelaksanaannya pada tahun 1985 hanya mencapai 27%, berbagai upaya dilakukan didalam peningktana
cakupan antara lain dilakukan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dan hasilnya pada tahun 1988
cakupan tercapai sebesar 65%. Selanjutnya pada bulan November 1990 Indonesia secara nasional telah
mendeklarasikan tercapainya Universal Child Imunisation (UCI).

Provinsi Sulawesi Tengah khususnya dua kabupatennya (Banggai dan Donggala) sejak tahun 1996
termasuk salah satu dari 6 provinsi yang mendapat bantuan dana dari Bank Dunia untuk
mengintensifkan kegiatan pemberantasan penyakit menular yang Lazimnya disebut Intensified
Communicable disease Control (ICDC – ADB), salah satu program yang mendapat perhatian pada proyek
tersebut yakni program imunisasi namun sudah berakhiri pada tahun 2002 dan Pada tahun 2003
Propinsi Sulawesi Tengah mendapatkan Bantuan Dana GAVI untuk meningkatkan Cakupan Imunisasi
rutin dalam bentuk kegiatan ISS (Immunization Service Support).

B. Tujuan

a. Umum

Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi
(PD3I).

Khusus

Tercapainya UCi merata disemua desa yang ditargetkan pada Tahun 2002.

2. Tercapainya Erapo (Eradikasi Polio) yaitu tidak adanya virus polio liar di Indonesia yang dibuktikan
dengan tidak ditemukannya virus polio liar pada seluruh kasus AFP selama 3 tahun berturut – turut.
3. Tercapainya ETN (Eliminasi Tetanus Neonatorum), artinya menurunkan kasus TN sampai 1 per 1000
kelahiran hidup dalam 1 tahun.

4. Tercapainya Recam (Reduksi Campak) artinya angka kesakita campak turun sampai 90 % dan angka
kematian turun sampai 95 % disbanding sebelum ada program imunisasi.

5. Tercapainya mutu pelayanan imunisasi sesuai standar WHO

C. Sasaran Program Imunisasi

Bayi 56.131 org

WUS 526.500 org

Ibu Hamil 61.744 org

BIAS Kls I 49.293 org

Kls II 48.128 org

Kls III 60.616 org

D. Indikator

UCI merata disemua desa artinya

Cakupan : Kontak I DPT 1 ≥ 90% (jangkauan program)

Kontak terakhir Campak ≥ 80% (Manajemen Program)


E. Kegiatan

Rutin

Pelayanan dilaksanakan secara rutin di puskesmas, pustu dan posyandu.

Khusus

Sweeping

Sweeping adalah upaya aktif mencari dan melengkapi imunisasi bagi bayi supaya jangan sampai drop
out pada akhir tahun.

Backlog Fighting

Backlog fighting adalah upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada umur 1–3 tahun yang belum
lengkap imunisasi dasar pada waktu bayi.

F. Hasil Cakupan Imunisasi tahun 2005

Hasil cakupan imunisasi yang masuk masih sampai bulan Desember 2005 yang grafiknya dapat dilihat
pada table-tabel berikut :

1. Cakupan DPT I

Hasil/cakupan kontak I DPT1 yang merupakan jangkauan pelayanan imunisasi pada grafik I jauh
menurun dibanding tahun sebelumnya cakupan propinsi yakni 79,2 % dan masih ada Kabupaten yang
laporannya belum masuk ke Propinsi yakni Kab. Morowali dengan cakupan dibawah 50%.

2. Cakupan DPT 3

Dari grafik diatas nampaknya hampir semua kabupaten mengalami penurunan cakupan yang cukup
signifikan hanya Kabupaten Poso yang mengalami peningkatan dan cakupan Propinsi mengalami
penurunan 18,9% dari tahun 2004. Dan bisa dipastikan hanya 2 Kabupaten/Kota yang bisa mencapai
UCI.
3. Cakupan Polio 4

Melihat grafik cakupan imunisasi Polio4 hanya ada 2 kabupaten/Kota yang bisa mencapai UCI /
mencapai target yaitu kota Palu (98,7%) dan Kab.Poso (93,1%), padahal pemberian imunisasi Polio
adalah pemberian imunisasi yang paling mudah yaitu dengan meneteskan tidak melalui suntikan namun
dengan adanya kegiatan PIN Tahun 2005 dan keterlambatan pengiriman vaksin dari Pusat sehingga
cakupan propinsi mengalami penurunan sebanyak 16,6% dari tahun 2004.

4. Cakupan HB 0 – 7 Hari

Cakupan Hepatitis B 0-7 hari yang baru diprogramkan Indonesia pada tahun 2000, dan propinsi Sulawesi
Tengah tahun 2003 tetap masih sangat kecil cakupannya yaitu 13.1% untuk propinsi. Sedangkan
cakupan Nasional tahun 2003 baru mencapai ≥40%. Dan untuk cakupan 2005 (13,1%) terjadi penurunan
dari cakupan 2004 (19,3%).

5. Cakupan HB 3

Cakupan HB3 pada grafik diatas menunjukkan bahwa cakupan kabupaten menunjukkan adanya
penurunan yang cukup berarti karena terjadi kekosongan vaksin sejak Agustus 2005 sampai Bulan
Nofember 2005 sehingga Kabupaten tidak melaksanakan penyuntikan HB. Untuk Tahun 2005 Cakupan
Propinsi 60,9% berarti terjadi penurunan sebesar 28,9%.

6. Cakupan Campak

Hasil/cakupan imunisasi Campak menurut grafik diatas menunjukkan bahwa rata-rata kabupaten
mengalami penurunan cakupan dari tahun 2004 baik kabupaten maupun propinsi, cakupan tahun 2004
(90,1%) sedangkan tahun 2005 (73,1%). Berarti terjadi penurunan cakupan sebesar 17%.Khusus untuk
Kabupaten Morowali laporan belum masuk dari Bulan November 2005.

7. Cakupan TT 2 IH

Cakupan TT2 Ibu hamil ditargetkan pertahun yaitu ≥80% tetapi kenyataan hanya 1 kota Palu yang
mencapai target, sementara kabupaten lain yang belum mencapai target sedang Kabupaten Morowali
cakupan masih dibawah 50% Sementara Propinsi 64,6% yang berarti cakupan propinsi menurun 8,6%
dari cakupan 2004.

Laporan hasil cakupan UCI desa,BIAS, TT WUS masing – masing kabupaten terlampir namun baru
beberapa Kabupaten yang memasukkan Laporan ke Propinsi .Dan hasil cakupan imunisasi keseluruhan
antigen terlampir.

G. Permasalahan

Cakupan semua jenis antigen rendah karena terjadi kekosongan vaksin selama empat bulan sejak Bulan
Agustus sampai dengan Bulan November 2005.

Tenaga / jurim di Puskesmas banyak mutasi

Tenaga / jurim kebanyakan tugas rangkap.

Otonomi daerah

Masih ada Satu Kabupaten yang belum mengirim Laporan Bulan November dan Dua Kabupaten yang
belum masuk sampai dengan bulan Desember.

H. Pemecahan Masalah

Telah beberapa kali Propinsi mengirim Surat Permintaan Vaksin namun masalah Transportasi Udara
yang lebih mengutamakan pengiriman vaksin PIN sehingga vaksin rutin tidak menjadi prioritas.

Akan diusulkan pelatihan tenaga / jurim baru.

Telah dilakukan Feed back ke kabupaten/kota tentang laporan imunisasi yang belum masuk di Propinsi.

I. Saran – Saran

Agar Produsen atau pemasok vaksin memperhatikan permintaan vaksin dari Daerah.

Bagi tenaga yang sudah dilatih minimal bekerja sebagai jurim selama 5 tahun.

Untuk penggantian tenaga pengelola jurim / wasor sedianya harus ada pengkaderan kembali sehingga
program tidak mengalami kemunduran cakupan.

Dalam rangka optimalisasi kinerja, jurim/wasor tidak dibebankan beban tambahan diluar program yang
ditangani.

Вам также может понравиться