Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi masing-masing variabel dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui gambaran tentang keadaan masing-masing perusahaan yang

digunakan sebagai sampel dalam penelitian. Dari deskripsi masing-masing

variabel penelitian, maka akan diketahui perkembangan perusahaan-perusahaan

tersebut dalam kurun waktu dua tahun penelitian. Berikut akan diuraikan

deskripsi dari variabel yang digunakan yaitu modal sendiri, modal pinjaman dan

pencapaian laba.

4.1.1 Modal Sendiri (Variabel X1)

Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik

perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak

tertentu lamanya. Oleh karena itu modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas

merupakan dana jangka panjang yang tertentu waktunya. Modal sendiri selain

berasal dari luar perusahaan dapat juga berasal dari dalam perusahaan sendiri,

yaitu modal yang dihasilkan atau dibentuk sendiri di dalam perusahaan.

Modal sendiri yang berasal dari sumber intern adalah dalam bentuknya

keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Modal sendiri yang berasal dari sumber

50
ekstern adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Modal yang berasal

dari pemilik perusahaan adalah berbagai macam bentuknya menurut bentuk

hukum dari masing-masing perusahaan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini

modal sendiri adalah keseluruhan modal saham, yang terdapat dalam sampel

penelitian selama dua tahun pengamatan sebagai berikut :

Tabel 4.1.1
Modal Sendiri (Variabel X1)
Tahun 2011-2012

No. Code Nama Modal Sendiri


Perusahaan (dalam Miliar Rp)
2011 2012
1 SMCB Holcim Indonesia Tbk 7.527 8.418
2 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk 14.615 18.164
3 ARNA Arwana Citramulia Tbk 483.173 604.808
4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 2.145.200 2.457.089
5 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 1.069.983 1.975.323
6 ALKA Alakasa Industrindo Tbk 48.560 54.826
7 CTBN Citra Tubindo Tbk 144.080 142.608
8 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk 745.372 792.924
9 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 106.062 129.218
10 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 337.819 347.509
11 KRAS Krakatau Steel Tbk 1.170.596 1.115.986
12 LION Lion Metal Works Tbk 302.060 371.829
13 LMSH Lionmesh Prima Tbk 57.203 97.525
14 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 187.914 199.113
15 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 121.197 146.351
16 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk 375.955 437.749
17 SRSN Indo Acidatama Tbk 252.240 269.204
18 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk 141.314 139.735
19 APLI Asiaplast Industries Tbk 215.846 218.636
20 BRNA Berlina Tbk 254.506 301.829
21 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk 227.992 163.006
22 TRST Trias Sentosa Tbk 1.296.951 1.352.992

59
23 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 6.189.470 8.176.464
24 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 3.785.347 4.763.327
25 MAIN Malindo Feedmill Tbk 421.824 681.87
26 SIPD Sierad Produce Tbk 1.271.072 1.276.742
27 SPMA Suparma Tbk 751.461 779.492
28 ASII Astra International Tbk 75.838 89.814
29 AUTO Astra Otoparts Tbk 4.723 5.485
30 GDYR Goodyear Indonesia Tbk 47.176 52.730
31 BRAM Indo Kordsa Tbk 154.208 169.623
32 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk 5.075 5.708
33 INDS Indospring Tbk 632.249 1.136.573
34 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 118.255 134.855
35 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk 210.538 371.982
36 SMSM Selamat Sempurna Tbk 782.892 820.328
37 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk 41.448.747 36.569.360
38 INDR Indorama Synthetics Tbk 294.037 296.344
39 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk 240.072 240.425
40 STAR Star Petrochem Tbk 488.334 489.254
41 SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk 299.075 284.938
42 BATA Sepatu Bata Tbk 354.480 387.488
43 KBLI KMI Wire and Cable Tbk 719.927 845.141
44 VOKS Voksel Electric Tbk 496.645 603.066
45 ADES Akasha Wira International Tbk 125.746 209.122
46 MYOR Mayora Indah Tbk 2.424.669 3.067.850
47 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 530.268 329.853
48 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 546.441 666.607
49 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 206.289 409.577
50 SKLT Sekar Laut Tbk 122.900 129.482
51 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 1.832.817 2.033.453
52 GGRM Gudang Garam Tbk 24.550.928 26.605.713
53 HMSP HM Sampoerna Tbk 10.302.670 13.308.420
54 INAF Indofarma (Persero) Tbk 609.193 650.102
55 KLBF Kalbe Farma Tbk 6.515.935 7.371.643
56 KAEF Kimia Farma Tbk 1.114.034 1.441.533
57 MERK Merck Tbk 494.181 416.742
58 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk 3.045.936 3.353.156
59 TCID Mandom Indonesia Tbk 1.020.413 1.096.822
60 MBTO Martina Berto Tbk 400.542 434.563

59
61 UNVR Unilever Indonesia Tbk 3.680 3.968
62 KICI Kedaung Indah Can Tbk 64.297 66.557
63 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk 279.169 316.006
Max 41.448.747 36.569.360
Min 3.680 3.968
Sumber : www.idx.co.id (Data diolah, 2013)

Berdasarkan tabel 4.1.1 di atas dapat dilihat bahwa sampel modal sendiri

tertinggi baik pada tahun 2011 dan 2012 dimiliki oleh PT. Ever Shine Textile

Industry Tbk yang bergerak dalam bidang industri tekstil terpadu dan

perdagangan. Pada tahun 2012 ekuitas mengalami penurunan sebesar 11,8%,

penurunan ini disamping disebabkan oleh rugi komprehensif juga disebabkan

oleh pengaruh selisih kurs akibat penyajiannya dalam US$ dengan menggunakan

kurs historis transaksi yang bersangkutan (lampiran I).

Pada sampel modal sendiri terendah baik tahun 2011 dan 2012 dimiliki

oleh PT. Unilever Indonesia Tbk yang bergerak dalam bidang produksi,

pemasaran dan distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi sabun,

kosmetik, makanan dan minuman. Pada tahun 2012 ekuitas mengalami kenaikan

sebesar 7,8%, kenaikan ini disebabkan oleh laba tahun berjalan yang menutupi

pembayaran dividen (lampiran I).

4.1.2 Modal Pinjaman (Variabel X2)

Modal pinjaman adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang

sifatnya sementara bekerja dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang

59
bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang pada saatnya harus dibayar

kembali. Berdasarkan waktu pengembalian, modal pinjaman (utang) dapat

digolongkan menjadi 3, yaitu hutang pendek, hutang jangka menengah dan

hutang jangka panjang. Dalam penelitian ini modal pinjaman adalah keseluruhan

modal pinjaman (Utang) baik yang berasal dari luar perusahaan maupun dalam

perusahaan yakni pinjaman jangka panjang dan pinjaman jangka pendek, yang

terdapat dalam sampel penelitian selama dua tahun pengamatan sebagai berikut :

Tabel 4.1.2
Modal Pinjaman (Variabel X2)
Tahun 2011-2012

No. Code Nama Perusahaan Modal Pinjaman


(dalam Miliar Rp)
2011 2012
1 SMCB Holcim Indonesia Tbk 3.423 3.750
2 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk 5.046 8.414
3 ARNA Arwana Citramulia Tbk 348.334 332.551
4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 545.395 658.332
5 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 979.648 168.491
6 ALKA Alakasa Industrindo Tbk 209.923 93.056
7 CTBN Citra Tubindo Tbk 100.943 125.83
8 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk 232.090 371.046
9 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 438.219 483.005
10 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 100.029 51.097
11 KRAS Krakatau Steel Tbk 1.227.483 1.445.961
12 LION Lion Metal Works Tbk 63.755 61.668
13 LMSH Lionmesh Prima Tbk 40.817 31.022
14 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 373.926 395.503
15 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 41.153 28.939
16 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk 244.754 523.208
17 SRSN Indo Acidatama Tbk 108.941 132.904
18 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk 139.34 108.536

59
19 APLI Asiaplast Industries Tbk 118.856 115.231
20 BRNA Berlina Tbk 389.457 468.553
21 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk 64.994 70.314
22 TRST Trias Sentosa Tbk 781.692 835.137
23 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 2.658.734 4.172.163
24 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 4.481.070 6.198.137
25 MAIN Malindo Feedmill Tbk 905.976 1.118.011
26 SIPD Sierad Produce Tbk 1.370.530 2.021.380
27 SPMA Suparma Tbk 800.315 884.86
28 ASII Astra International Tbk 78.481 92.460
29 AUTO Astra Otoparts Tbk 2.241 3.397
30 GDYR Goodyear Indonesia Tbk 83.627 71.185
31 BRAM Indo Kordsa Tbk 54.988 60.310
32 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk 7.831 11.869
33 INDS Indospring Tbk 507.466 528.206
34 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 39.115 37.413
35 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk 327.553 252.502
36 SMSM Selamat Sempurna Tbk 544.907 620.875
37 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk 41.929.182 43.895.161
38 INDR Indorama Synthetics Tbk 380.740 391.660
39 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk 64.730 139.475
40 STAR Star Petrochem Tbk 230.235 262.465
41 SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk 544.374 525.337
42 BATA Sepatu Bata Tbk 162.169 186.62
43 KBLI KMI Wire and Cable Tbk 363.597 316.557
44 VOKS Voksel Electric Tbk 1.076.394 1.095.012
45 ADES Akasha Wira International Tbk 190.302 179.972
46 MYOR Mayora Indah Tbk 4.175.176 5.234.656
47 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 690.545 822.195
48 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 212.696 538.337
49 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 215.077 273.033
50 SKLT Sekar Laut Tbk 91.337 120.263
51 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 1.757.492 1.834.123
52 GGRM Gudang Garam Tbk 14.537.777 14.903.612
53 HMSP HM Sampoerna Tbk 9.027.088 12.939.107
54 INAF Indofarma (Persero) Tbk 505.708 538.516
55 KLBF Kalbe Farma Tbk 1.758.619 2.046.314
56 KAEF Kimia Farma Tbk 543.257 634.813

59
57 MERK Merck Tbk 90.207 152.689
58 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk 1.204.439 1.279.829
59 TCID Mandom Indonesia Tbk 110.452 164.751
60 MBTO Martina Berto Tbk 141.132 174.931
61 UNVR Unilever Indonesia Tbk 6.801 8.016
62 KICI Kedaung Indah Can Tbk 23.121 28.398
63 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk 308.398 254.558
Max 41.929.182 43.895.161
Min 2.241 3.397
Sumber : www.idx.co.id (Data Diolah, 2013)

Berdasarkan tabel 4.1.2 di atas dapat dilihat bahwa sampel modal

pinjaman (utang) tertinggi baik pada tahun 2011 dan 2012 dimiliki oleh PT. Ever

Shine Textile Industry Tbk yang bergerak dalam bidang industri tekstil terpadu

dan perdagangan. Pada tahun 2012 liabilitas mengalami kenaikan sebesar 4,7%,

kenaikan liabilitas disebabkan karena naiknya hutang bank perusahaan sebesar

16,3% (lampiran I). Pada sampel modal pinjaman (utang) terendah baik pada

tahun 2011 dan 2012 dimiliki oleh PT. Astra Otoparts Tbk yang bergerak dalam

bidang otomotif yang memproduksi dan mendistribusikan suku cadang

kendaraan roda dua maupun roda empat. Pada tahun 2012 liabilitas mengalami

kenaikan sebesar 51,5%, hal ini disebabkan oleh meningkatnya pinjaman

(lampiran I).

4.1.3 Pencapaian Laba (Variabel Y)

Laba bersih dari suatu perusahaan (net operating income) menunjukkan

besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan. Secara

59
sederhana, laba (profit) diartikan sebagai keuntungan yang diperoleh dari usaha

yang dijalankan. Dalam penelitian ini pencapaian laba adalah total laba berjalan

pada tahun pengamatan, yang terdapat dalam sampel penelitian selama dua tahun

pengamatan sebagai berikut :

Tabel 4.1.3
Pencapaian Laba (Variabel Y)
Tahun 2011-2012

No. Code Nama Perusahaan Pencapaian Laba


(dalam Miliar Rp)
2011 2012
1 SMCB Holcim Indonesia Tbk 1.063 1.350
2 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk 3.925 4.847
3 ARNA Arwana Citramulia Tbk 95.949 158.684
4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 336.995 346.609
5 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 20.240 71.039
6 ALKA Alakasa Industrindo Tbk 9.969 5.122
7 CTBN Citra Tubindo Tbk 50.133 34.315
8 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk 99.674 46.591
9 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 26.356 23.155
10 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 37.686 9.610
11 KRAS Krakatau Steel Tbk 151.337 -19.560
12 LION Lion Metal Works Tbk 52.535 85.374
13 LMSH Lionmesh Prima Tbk 10.897 41.283
14 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 12.323 11.198
15 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk -6.641 20.608
16 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk 72.961 38.600
17 SRSN Indo Acidatama Tbk 23.987 16.956
18 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk 5.919 1.639
19 APLI Asiaplast Industries Tbk 16.386 4.204
20 BRNA Berlina Tbk 43.796 54.496
21 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk 36.474 27.373
22 TRST Trias Sentosa Tbk 145.226 61.453
23 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 2.362.497 2.680.872
24 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 671.474 1.074.577

59
25 MAIN Malindo Feedmill Tbk 204.966 302.421
26 SIPD Sierad Produce Tbk 23.452 15.061
27 SPMA Suparma Tbk 33.075 39.893
28 ASII Astra International Tbk 21.077 22.742
29 AUTO Astra Otoparts Tbk 1.007 1.053
30 GDYR Goodyear Indonesia Tbk 2.156 6.674
31 BRAM Indo Kordsa Tbk 2.750 22.546
32 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk 0.971 0.899
33 INDS Indospring Tbk 120.415 134.068
34 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 11.319 16.599
35 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk 6.943 0.319
36 SMSM Selamat Sempurna Tbk 241.576 268.543
37 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk 581.812 4.666.657
38 INDR Indorama Synthetics Tbk 7.774 0.963
39 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk 2.332 352
40 STAR Star Petrochem Tbk 2.589 920
41 SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk -24.097 -14.137
42 BATA Sepatu Bata Tbk 56.615 69.343
43 KBLI KMI Wire and Cable Tbk 63.704 125.182
44 VOKS Voksel Electric Tbk 110.621 147.020
45 ADES Akasha Wira International Tbk 25.868 83.376
46 MYOR Mayora Indah Tbk 483.826 742.837
47 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 507.382 453.405
48 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 115.933 149.149
49 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 23.858 25.623
50 SKLT Sekar Laut Tbk 5.976 7.962
51 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 149.951 253.664
52 GGRM Gudang Garam Tbk 4.958.102 4.068.711
53 HMSP HM Sampoerna Tbk 8.064.426 9.945.296
54 INAF Indofarma (Persero) Tbk 36.919 42.385
55 KLBF Kalbe Farma Tbk 1.522.957 1.775.099
56 KAEF Kimia Farma Tbk 171.763 205.763
57 MERK Merck Tbk 231.158 107.808
58 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk 586.362 635.176
59 TCID Mandom Indonesia Tbk 140.039 150.374
60 MBTO Martina Berto Tbk 42.659 45.523
61 UNVR Unilever Indonesia Tbk 4.164 4.839
62 KICI Kedaung Indah Can Tbk 356 2.259

59
63 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk 23.629 36.837
Max 8.064.426 9.945.296
Min 0.971 0.319
Sumber : www.idx.co.id (Data Diolah, 2013)

Berdasarkan tabel 4.1.3 di atas dapat dilihat bahwa sampel pencapaian

laba tertinggi baik pada tahun 2011 dan 2012 dimiliki oleh PT. HM Sampoerna

Tbk perusahaan yang memproduksi sejumlah merk rokok terkemuka di

Indonesia. Pada tahun 2012 pencapaian laba mengalami kenaikan, hal ini

disebabkan oleh volume penjualan naik dan kembali memimpin pasar industri

rokok ditahun 2012 dengan pangsa pasar sebesar 35,6% (lampiran I).

Pada sampel pencapaian laba terendah pada tahun 2011 dimiliki oleh PT.

Indomobil Sukses Internasional Tbk yang bergerak dalam bidang otomotif, tahun

2012 pencapaian laba mengalami penurunan sebesar 1,38% dibandingkan tahun

sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh ekspansi yang berupa

pengembangan 40 jaringan penjualan dan layanan purna jual selama tahun

berjalan yaitu tahun 2012. Sampel pencapaian laba terendah pada tahun 2012

dimiliki oleh PT. Multistrada Arah Sarana Tbk perusahaan yang memproduksi

ban motor dan mobil berkualitas tinggi. Pada tahun 2012 pencapaian laba

mengalami penurunan sebesar 95% dibandingkan tahun sebelumnya, penurunan

yang signifikan tersebut selain karena peningkatan biaya operasional juga

disebabkan oleh perubahan mata uang penyajian dari rupiah menjadi USD

(lampiran I).

59
4.2 Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebelum metode regresi digunakan dalam pengujian hipotesis terlebih

dahulu model tersebut akan diuji apakah telah memenuhi asumsi klasik atau

tidak. Asumsi klasik dimaksudkan untuk mengetahui apakah koefisien regresi

yang didapatkan diterima, serta menghindari kemungkinan adanya pelanggaran

asumsi klasik yang merupakan asumsi dasar dalam analisis regresi. Dengan

demikian dapat diharapkan pengambilan keputusan (kesimpulan) hasil uji

statistik mendekati nilai estimasi yang sebenarnya. Adapun uji asumsi klasik

dalam penelitian ini menggunakan alat bantu SPSS (Statistical Package for

Social Sciences) 20.0 for windows.

4.2.1 Uji Multikolinearitas

Untuk mengetahui antar variabel bebas tidak memiliki hubungan linier

atau tidak berkolerasi satu sama lain dalam model regresi, maka dilakukan suatu

pendeteksian dengan menguji gejala multikolinearitas. Asumsi multikolinearitas

menyatakan bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala

multikolinearitas. Pada penelitian ini digunakan nilai Variance Inflation Factor

(VIF) sebagai indikator ada atau tidaknya multikolinearitas diantara variabel

bebas. Berdasarkan hasil output dengan bantuan komputer program SPSS for

windows versi 20.0 dapat dilihat hasil uji multikolinearitas yang menunjukkan

nilai VIF untuk masing-masing variabel independen :

59
Tabel 4.2.1
Hasil Pengujian Multikolinearitas

No Variabel Tolerance VIF


I Struktur Modal Sendiri 0.998 1.002
II Struktur Modal Pinjaman 0.998 1.002
Sumber : Data Diolah, 2013

Dari nilai tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan nilai variance

inflation factor (VIF) menunjukan kurang dari 10. Hal ini berarti bahwa tidak

terjadi multikolinearitas yang serius (Ghozali, 2006). Apalagi didukung dengan

tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%.

4.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Untuk menguji asumsi ini dilakukan dengan melihat grafik scatter plot

antara variabel terikat (ZPRED) dan variabel bebas (SRESID) (Ghozali, 2006).

Dengan dasar pemikiran bahwa :

1. Jika ada membentuk suatu pola tertentu yang beraturan (bergelombang,

melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak pola yang jelas, serta titik-titik (poin-poin) menyebar ke atas dan di

bawah 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

59
Gambar 4.2.2
Uji Heteroskedastisitas

Dari grafik Scatterplot di atas, uji heterokedastisitas dengan bantuan

komputer program SPSS for windows versi 20.0 (lampiran II) menunjukkan

bahwa nilai-nilai sebaran data penelitian tersebar secara acak, tidak membentuk

suatu pola tertentu yang jelas, tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol

pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi,

sehingga model regresi layak digunakan.

4.2.3 Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksud untuk mengetahui apakah sebuah model regresi,

59
variabel yang diteliti mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang

baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas

dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari

grafik.

Pengujian normalitas pada data model statistik dalam penelitian ini

dilakukan dengan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov. Dari Tabel

4.2.3 One Sample Kolmogorof-Smirnov tampak bahwa nilai Asymp Sig (2-tailed)

yang dihasilkan semuanya lebih besar dari nilai alpha 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.

Tabel 4.2.3
Pengujian Normalitas Data One Sample Kolmogorof-Smirnov Test
Variabel Asymp Sig (2-tailed)
Hasil One-Sample
Variabel Sig Keterangan
Kolmogorov-Smirnov Test
X1 2.088 0,132 Normal
X2 1.661 0,165 Normal
Y 1.014 0,177 Normal
Sumber : Output SPSS 20.0 for Windows (lampiran II)

4.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Run Test sebagai bagian dari statistik non-

59
parametrik digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang

tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan

bahwa residual adalah acak atau random. Tabel 4.2.4 berikut menunjukkan hasil

analisis Uji Autokorelasi.

Tabel 4.2.4
Hasil Pengujian Autokorelasi

Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .69862
Cases < Test Value 63
Cases >= Test Value 63
Total Cases 126
Number of Runs 52
Z -2.065
Asymp. Sig. (2-tailed) .039
Sumber : Output SPSS 20.0 for Windows (lampiran II)

Tampilan ouput SPSS 20.0 for windows memperlihatkan bahwa nilai test

adalah 0.69862 dengan probabilitas 0.039 tidak siginifikan pada 0.05. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa residual adalah acak atau random atau tidak terjadi

autokorelasi antar nilai residual.

4.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui besarnya pengaruh secara simultan antara struktur modal

59
sendiri dan struktur modal pinjaman terhadap pencapaian laba. Disamping itu

juga, ingin diketahui pengaruh secara parsial antara struktur modal sendiri dan

struktur modal pinjaman terhadap pencapaian laba. Untuk menguji kebenaran

hipotesis yang diajukan pada penelitian ini, digunakan metode analisis dengan

menggunakan metode “Regresi Linear Berganda”.

Untuk menguji permasalahan dan hipotesis pertama yang telah dirumuskan

digunakan uji F sedangkan untuk menguji permasalahan dan hipotesis kedua

digunakan uji t. Ringkasan hasil analisis menggunakan program SPSS dapat

dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

No Variabel Koefisien Thitung Sig. r-parsial


Independen Regresi

1 X1 0,012 0,144 0,886 0,013

2 X2 0,405 4,991 0,000 0,405

Konstanta = 25,892 Fhitung = 12,120 Sig. F = 0,000

Multiple-R = 0,406 R.Square= 0,365 α = 0,05

Sumber : Data dari lampiran III

59
Dari hasil analisis regresi berganda pada Tabel 4.3 tersebut, kemudian

dimasukkan ke dalam model persamaan regresi berganda dengan formulasi

berikut : Y = 25,982 + 0,012 X1 + 0,405 X2 + e

Persamaan tersebut menunjukkan, variabel bebas (X1 dan X2) yang di

analisis memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian laba. Variabel

tersebut dapat di uraikan sebagai berikut :

a. Nilai konstanta = 25,982. Artinya, apabila variabel bebas (X1 dan X2)

diasumsikan bernilai nol maka pencapaian laba sudah terjadi sebesar

25,982 jika variabel lain dianggap konstan.

b. Koefisien regresi variabel modal sendiri (X1) sebesar 0,012. Ini berarti

variabel modal sendiri berpengaruh positif terhadap pencapaian laba

sehingga jika variabel lain dianggap konstan maka laba akan meningkat

sebesar 0,012.

c. Koefisien regresi variabel modal pinjaman (X2) sebesar 0,405. Ini berarti

variabel modal pinjaman berpengaruh positif terhadap pencapaian laba

sehingga jika variabel lain konstan maka laba akan meningkat sebesar

0,405.

Besarnya pengaruh variabel independen secara keseluruhan, ditunjukkan

oleh nilai koefisien R Square yaitu sebesar 0,365. Nilai tersebut dapat diartikan

bahwa perubahan kedua variabel independen tersebut mempunyai pengaruh

59
terhadap variabel dependen sebesar 36,5%. Sedangkan sisanya sebesar 63,5%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini yang

bisa mempengaruhi peningkatan pencapaian laba.

Sedangkan koefisien korelasi (Multiple R) yang bertujuan untuk dapat

mengetahui derajat atau tingkat keeratan hubungan antara keseluruhan variabel

bebas dalam hal ini adalah struktur modal sendiri dan struktur modal pinjaman

variabel terikat pencapaian laba maka dapat dilihat pada nilai koefisien korelasi

(R). Berdasarkan tabel 4.3 diatas, diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (R)

adalah sebesar 0,406 atau sebesar 40,6 % yang berarti mendekati 1. Apabila R

semakin dekat dengan 1 maka model regresi yang diperoleh dianggap sangat

kuat. Dan sebaliknya apabila semakin mendekati 0 maka model regresi linear

berganda dianggap sangat lemah (Sugiyono, 2006). Hasil tersebut menunjukkan

bahwa secara keseluruhan variabel bebas berhubungan cukup erat terhadap

variabel terikat.

Nilai tersebut menujukkan besarnya pengaruh variabel independen secara

keseluruhan (simultan) terhadap variabel dependen, sehingga dapat diketahui

bahwa secara keseluruhan (simultan) pengaruh interaksi variabel independen

dengan (X1, X2) terhadap variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah

sebesar 40,6 % atau dapat pula diartikan bahwa 40,6% variasi dari variabel Y

dapat dijelaskan oleh variasi dari masing-masing variabel (X1, X2). Sedangkan

59
sisanya (100% - 40,6%) sebesar 59,4 % dijelaskan oleh pengaruh dari variabel-

variabel lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini yang ditandai oleh simbol

error (e).

4.4 Hasil Pengujian Hipotesis

4.4.1 Uji Simultan (Uji F)

Berdasarkan uji ANOVA atau F test diperoleh nilai Fhitung sebesar 12,120 >

Ftabel sebesar 3,07 dengan probabilitas 0,000. Karena nilai probabilitas lebih kecil

dari taraf ketidakpercayaan sebesar 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model

regresi dapat digunakan untuk memprediksi pencapaian laba (Y). Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan (bersama-sama) variabel

independen struktur modal sendiri dan struktur modal pinjaman berpengaruh

positif dan signifikan terhadap variabel pencapaian laba (Y).

Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa struktur modal sendiri dan

struktur modal pinjaman secara simultan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pencapaian laba dapat diterima.

4.4.2 Uji Parsial (Uji t)

1. Untuk variabel struktur modal sendiri (X1) diperoleh nilai thitung sebesar

0,144 < ttabel sebesar 1,657 (lampiran IV) dan tingkat signifikansinya lebih

besar dari taraf ketidakpercayaan 5% yaitu 0,886 > 0,05. Dengan demikian

nilai ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel struktur modal sendiri

(X1) memberikan pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap

59
pencapaian laba (Y). Dengan demikian berdasarkan hasil tersebut maka

hipotesis kedua ditolak.

2. Variabel struktur modal pinjaman (X2) menghasilkan nilai thitung sebesar

4,911 > ttabel 1,657 (lampiran IV) dan tingkat signifikansinya lebih kecil

dari taraf ketidakpercayaan 5% yaitu 0,00 < 0,05. Dengan demikian nilai

ini menunjukkan bahwa secara parsial struktur modal pinjaman (X2)

memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pencapaian

laba (Y). Hal ini menerima hipotesis ketiga dalam penelitian ini yang

menyatakan bahwa struktur modal pinjaman berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pencapaian laba.

Dari keseluruhan hasil pengujian di atas dapat diketahui bahwa secara

parsial struktur modal sendiri memberikan pengaruh yang positif tapi tidak

signifikan terhadap pencapaian laba. Namun, variabel struktur modal pinjaman

mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pencapaian laba.

4.5 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang menguji pengaruh struktur modal sendiri

dan Struktur modal pinjaman terhadap pencapaian laba pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI), maka ada beberapa

hal yang dapat dijelaskan dalam penelitian ini sebagai berikut :

59
H1 : Struktur Modal Sendiri dan Modal Pinjaman berpengaruh signifikan
terhadap Pencapaian Laba pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI.

Berdasarkan hasil uji F yang diperoleh, menunjukkan bahwa struktur

modal sendiri dan struktur modal pinjaman secara bersamaan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pencapain laba. Hal ini ditunjukkan dari nilai fhitung

sebesar 12,120 > ttabel sebesar 3,07 dan tingkat signifikasinya lebih kecil dari 5%

yakni 0,000 < 0,05.

Hasil ini memberikan arti bahwa hipotesis pertama yang menyatakan

struktur modal sendiri dan struktur modal pinjaman berpengaruh secara

signifikan terhadap pencapaian laba dapat diterima. Dengan diterimanya

hipotesis pertama, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen dalam hal

ini struktur modal sendiri dan struktur modal pinjaman merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat pencapaian laba pada

perusahaan. Pengaruh yang diberikan oleh variabel ini dapat menaikkan atau

menurunkan tingkat pencapaian laba. Namun dengan melihat nilai koefisien

regresi variabel independen tersebut bernilai positif yang menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh searah antara struktur modal sendiri dan struktur modal

pinjaman terhadap pencapaian laba. Sehingga dari hasil persamaan tersebut dapat

diketahui jika struktur modal sendiri dan struktur modal pinjaman ditingkatkan

maka pencapaian laba yang dihasilkan akan meningkat pula.

59
Dengan hasil uraian di atas, mengingat secara teori bahwa struktur modal

merupakan masalah yang penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya

struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial

perusahaan. Struktur modal merupakan salah satu unsur yang menentukan

sumber pembiayaan yang dilakukan perusahaan dalam aktivitas operasionalnya.

H2 : Struktur Modal Sendiri berpengaruh terhadap Pencapaian Laba pada


Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI.

Berdasarkan hasil uji t yang diperoleh, menunjukkan bahwa struktur modal

sendiri berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap pencapaian laba. Hal ini

ditunjukkan dari nilai thitung sebesar 0,144 < ttabel sebesar 1,657 (lampiran IV) dan

tingkat signifikansinya lebih besar dari taraf ketidakpercayaan 5% yaitu 0,886 >

0,05, serta nilai koefisien hanya sebesar 0,012 bernilai positif menunjukkan

lemahnya pengaruh struktur modal sendiri terhadap pencapaian laba.

Hal ini memberikan arti bahwa hipotesis kedua yang menyatakan struktur

modal sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian laba ditolak.

Dengan ditolaknya hipotesis kedua, maka dapat disimpulkan bahwa variabel

independen dalam hal ini struktur modal sendiri merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi tapi tidak signifikan. Dari hasil tersebut menggambarkan bahwa

semakin besar struktur modal sendiri maka tidak akan berpengaruh terhadap

pencapaian laba.

59
Dengan hasil uraian diatas, mengingat secara teori bahwa struktur modal

sendiri selain berasal dari sumber intern yaitu dalam bentuk keuntungan yang

dihasilkan perusahaan dan berasal dari sumber ekstern yaitu modal yang berasal

dari pemilik perusahaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan yang akan

memutuskan untuk menggunakan modal sendiri cenderung akan

mempertimbangkan sumber pendanaan yang akan dipakai untuk aktivitas

operasional, hal ini berbeda dengan hasil yang dilakukan oleh peneliti.

H3 : Struktur Modal Pinjaman berpengaruh signifikan terhadap


Pencapaian Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI.

Berdasarkan hasil uji t yang diperoleh, menunjukkan bahwa struktur modal

pinjaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencapaian laba. Hal ini

ditunjukkan dari nilai thitung sebesar 4,911 > ttabel 1,657 (lampiran IV) dan tingkat

signifikannya lebih kecil dari taraf ketidakpercayaan 5% yaitu 0,00 < 0,05, serta

nilai koefisien sebesar 0,405 bernilai positif menunjukkan kuatnya pengaruh

struktur modal pinjaman terhadap pencapaian laba.

Hasil ini memberikan arti bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan struktur

modal pinjaman berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian laba dapat

diterima. Dengan diterimanya hipotesis ketiga, maka dapat disimpulkan bahwa

variabel independen dalam hal ini struktur modal pinjaman merupakan faktor

yang dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat pencapaian laba pada

59
perusahaan. Pengaruh yang diberikan oleh variabel ini dapat menaikkan atau

menurunkan tingkat pencapaian laba. Namun dengan melihat nilai koefisien

regresi variabel independen tersebut bernilai positif yang menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh searah antara struktur modal pinjaman terhadap pencapaian

laba. Sehingga dari hasil tersebut menggambarkan bahwa semakin besar struktur

modal pinjaman maka akan mampu meningkatkan pencapaian laba perusahaan.

Dengan hasil uraian diatas, mengingat secara teori bahwa struktur modal

pinjaman merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya

sementara bekerja dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan

modal tersebut merupakan hutang yang pada saatnya harus dibayar kembali.

Pendanaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi perusahaan, karena hutang

mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan dalam membayar

utang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang berakhir dengan

kebangkrutan perusahaan.

59

Вам также может понравиться