Вы находитесь на странице: 1из 13

MAKALAH HASIL HUTAN BUKAN KAYU

“KAITAN AREN DENGAN HASIL HUTAN


BUKAN KAYU”

Oleh

Oleh

Oleh:

NAMA : ALIEF GIFARY NATSIR


STAMBUK : L 131 16 236
KELAS : KHT C

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Illahi Rabi yang telah mengizinkan
dan memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hasil Hutan Bukan Kayu”. Tak lupa
shalawat dan salam kami curahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad
SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
“Perlindungan Hutan” Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan
dari berbagai pihak, penulisan karya tulis ini tidak akan terselesaikan dengan
baik. Sehingga dalam kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Dosen mata kuliah Ibu Muthmainnah, S.Hut.,M,Si
2. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan serta doanya dan
terselesaikannya makalah ini.
3. Rekan-rekan kelas KHT C serta sahabat-sahabat kami yang telah bersedia
memberikan dukungan serta pengorbanan demi terselesaikannya makalah ini.
4. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya dalam memajukan pendidikan. Semoga
Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, amin.

Palu, September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL .....................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................

I. BAB I (PENDAHULUAN)

1.1 Latar Belakang .................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................

II. BAB II (PEMBAHASAN)

2.1 Definisi Hutan ......................................................................................

2.2 Ruang Lingkup Hutan ...........................................................................

2.3 Keterkaitan Perlindungan Hutan Dengan Mata Kuliah Lain ................

III BAB III (PENUTUP)

3.1 Kesimpulan .............................................................................................

3.2 Saran ......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HHBK akhir-akhir ini dianggap semakin penting setelah produktivitas kayu

dari hutan alam semakin menurun. Perubahan paradigma dalam pengelolaan

hutan semakin cenderung kepada pengelolaan kawasan (ekosistem hutan secara

utuh), juga telah menuntut diversifikasi hasil hutan selain kayu. Hasil Hutan

Bukan Kayu (HHBK) berasal dari bagian pohon atau tumbuh-tumbuhan yang

memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang diperlukan oleh

masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan baku untuk suatu

industri. Mengingat pemungutannya tidak memerlukan perizinan yang rumit

sebagaimana dalam pemungutan hasil hutan kayu (timber), masyarakat hutan

(masyarakat yang tinggal di sekitar hutan) umumnya bebas memungut dan

memanfaatkan HHBK dari dalam hutan. Masyarakat tidak dilarang memungut

dan memanfaatkan HHBK baik di dalam hutan produksi maupun hutan lindung,

kecuali di dalam kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam (Departemen

Kehutanan 1990). Oleh karena itu, selain menjadi sumber devisa bagi negara,

HHBK seperti rotan, daging binatang, madu, damar, gaharu, getah, berbagai

macam minyak tumbuhan, bahan obat-obatan, dan lain sebagainya merupakan

sumber penghidupan bagi jutaan masyarakat hutan. Masyarakat hutan

memanfaatkan HHBK baik secara konsumtif (dikonsumsi langsung) seperti

binatang buruan, sagu, umbi-umbian, buah-buahan, sayuran, obat-obatan, kayu

bakar dan lainnya, maupun secara produktif (dipasarkan untuk memperoleh uang)
seperti rotan, damar, gaharu, madu, minyak astiri, dan lainnya. Tulisan ini akan

menguraikan bentuk-bentuk hasil hutan bukan kayu dan peranannya.

Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua

bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial. Buahnya dapat dibuat kolang-

kaling yang digemari oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Daunnya dapat

digunakan sebagai bahan kerajinan tangan dan bisa juga sebagai atap, sedangkan

akarnya dapat dijadikan bahan obat-obatan. Dari batangnya dapat diperoleh ijuk

dan lidi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu, batang usia muda dapat diambil

sagunya, sedangkan pada usia tua dapat dipakai sebagai bahan furnitur. Namun

dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai

bahan untuk produksi gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya.

Dalam gambar pohon industri, berikut adalah beberapa produk turunan dari aren

yang berpotensi untuk dikembangkan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat di rumuskan beberapa masalah yaitu:

a) Tanaman Aren

b) Gula aren tradisional

c) Proses pembuatan gula merah sudah selesai


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tanaman Aren

Tanaman Aren (Arenga pinnata) punya banyak kegunaan, persis pohon

kelapa. Dengan masa tanam hingga berbuah selama 8-10 tahun, pada setiap

pohon aren jantan dapat menghasilkan nira sebanyak 15 liter, dimana 10 liternya

bisa menjadi 1 kg gula aren. Tidak berhenti sampai disitu, sebagaimana tanaman

singkong, sorgum, ubi jalar, jagung, dan jarak pagar, nira aren dapat menjadi 1.3

liter bioethanol. Tentu kita tahu bahwa bioethanol adalah salah satu jenis bahan

bakar /sumber energi terbarukan. Pohon Aren selain gunanya sebagai bahan

bakar, kandungan gizi gula aren ternyata juga cukup baik. Dibandingkan gula

tebu, gula aren memiliki nilai indeks glikemik yang lebih rendah yaitu sebesar 35

sedangkan pada gula pasir indeks glikemiknya sebesar 58.

Sebagai informasi, Indeks Glisemik (Glychemic Index) adalah skala atau angka

yang diberikan pada makanan tertentu berdasarkan seberapa besar makanan

tersebut meningkatkan kadar gula darahnya, skala yang digunakan adalah 0-100.

Indeks glikemik disebut rendah jika berada di skala kurang dari 50, indeks

glikemik sedang jika nilainya 50-70 dan indeks glikemik tinggi jika angkanya di

atas 70.

Para ahli mengungkapkan nilai indeks glikemik yang lebih rendah ini membuat

gula aren lebih aman dikonsumsi dan tidak menyebabkan lonjakan kadar gula

darah yang signifikan, sehingga bisa membahayakan tubuh terutama bagi


penderita diabetes. Serta semakin gelap warna gula, maka kadar nutrisinya

cenderung lebih banyak.

Selain kandungan gulanya yang lebih sedikit, gula aren juga diketahui

mengandung senyawa-senyawa lain yang bermanfaat seperti thiamine, riboflavin,

asam askorbat, protein dan juga vitamin C. Bahkan ada yang menjamin bahwa

tanaman aren dapat mengobati batu ginjal, sariawan, dan ruam kulit. Adapun

komposisi senyawa-senyawa tsb dalam setiap 100 gram gula aren, saya belum

menemukannya di artikel yang saya baca. Lain kali, tulisan ini akan saya perbarui

agar lebih lengkap.

2.2 Gula Aren Tradisional

Pada umumnya masyarakat desa nanggewer memproduksi gula merah, mungkin

ini adalah suatu produktifitasnya masyarakat desa nanggewer. Desa nanggewer

merupakan salah satu desa penghasil gula merah terbanyak, tengkulak gula merah

dari berbagai daerah seperti ciawi, pagerageung, pamoyanan, dan lainnya semua

berdatangan ke desa nanggewer untuk membeli gula merah.

Disini saya akan sedikit menerangkan bagaimana cara membuat gula merah ala

desa nanggewer. sebelum kita memulai membuat gula merah, kita harus mengerti

istilah-istilah dan alat yang akan di gunakan dalam membuat gula merah ala desa

nanggewer, diantranya seperti:

a) Wajan (Tempat untuk memasak gula merah).

b) Kebuk (Alat yang terbuat dari kayu untuk mengaduk gula merah).

c) Etok-etok (Alat yang terbuat dari batok kelapa untuk menuangkan gula

yang sudah matang,tapi belum kering ke dalam cetakan gula merah).


d) Papan cetakan (Untuk mencetak gula merah).

e) Plastik (Untuk melapisi catekan supaya tidak nempel ke cetakan)

6.Saringan (Untuk menyaring sajeng/nira yang akan di masak).

f) Kayu bakar (Untuk masak).

g) Air sajeng/nira (Bahan baku gula merah).

h) Pawon (Tempat untuk meletakan wajan dan nyalanya api).

i) Semengka (Proses sajeng/nira muali matang dan jadi gula).

j) Kitit (Proses mengentalkan sajeng/nira yang sudah matang).

Semua peralatan dan istilah-istilah sudah di mengerti dan sudah tersedia, semua

peralatan dan bahan sekarang baru mulai proses membuat gula merah ala desa

nanggewer.

a) Nyalakan dulu kayu bakar, kalo sudah nyala diamkan saja dulu.

b) Letakan wajan di atas pawon, lalu,

c) Persiapkan sajeng/nira untuk di masukan ke dalam wajan dan jangan lupa di

saring terlebih dahulu.

d) Sajeng/nira di masak sampai mendidih dan sampai semengka.

e) Setelah semengka bahan gula merah itu di kasih ampas kelapa,kalo tidak

ada ampas boleh di kasih minyak goreng sedikit.gunanya untuk membantu

mempercepat pengentalan sajeng/nira.

f) Selama sajeng/nira itu semengka,harus di aduk terus menerus sampai sajeng

itu matang.

Sajeng yang sudah matang dan bisa di turunkan dari pawon ciri cirinya :
a) Gelembung gelembung sajeng mulai sedikit/jarang.

b) Warna sajeng kuning ke coklat coklatan.

c) Sajeng sudah mulai kekel/kental

d) Setelah sajeng itu matang,di aduk terus dan di kitit,sambil di kitit tepi wajan

di kasih gula pasir sedikit,gunanya untuk tular supaya gulanya cepat kering.

e) Setelah itu baru gula itu di cetak menggunakan cetakan,cetakan ini biasanya

ada yang menggunakan potongan bambu yang kecil lubangnya sesuai

kinginan,ada juga yang menggunakan papan yang di bikin cowakan cowakan

seperti mangkok,tapi kalo yang ini harus di dasari dengan plasti supaya dalam

pengambilan waktu gula sudah kering mudah.

f) Setelah gula sudah di cetak di diamkan beberapa menit,kalo gula itu sudah

keras baru gula itu di lepas dari cetakan.

g) Proses pendinginan,sebelum gula merah di simpan terlebih dahulu gula

merah itu di dinginkan,supaya dalam penyimpanan tidak leleh/lembek.

2.3 Proses Pembuatan Gula Merah ala Desa Nanggewer Sudah Selesai

Perlu di ingat beberapa hal untuk menghasilkan gula merah yang bagus :

a) Sajeng/nira jangan yang sudah basi,ciri cirinya :warna sajeng sudah berubah

dan baunya lain.

b) Api untuk memasak harus kontinyu,jangan sebentar sebantar mati,itu juga

mempengaruhi hasil gula.

c) Pemakaian bahan pengawet sesuai dengan label yang tertera pada bungkus

bahan pengawet itu sendiri.

d) Menghentikan pemasakan harus benar benar di pahami,banyak para


pembikit gula merah gagal karena hal tersebut. Lakukan proses pembuatan gula

merah dengan teliti dan kejelian.biasanya para pemula sering mengalami

kegagalan karena kurang memperhatikan ke 4 hal di atas.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ternyata kita tidak perlu repot-repot mengeluarkan uang banyak untuk

melakukan budidaya air bersih. Tanpa disadari ternyata ada cara sederhana untuk

mengatasi kelangkaan air bersih yaitu dengan cara penanaman pohon aren.

Penanaman pohon aren di sekitar gunung selain dapat mengatasi kelangkaan air

bersih ternyata memiliki banyak manfaat lainnya yaitu sebagai penyerap CO2 dan

penghasih O2, selain itu dapat mencegah bencana alam, mengembalikan

keseimbangan ekosistem yang rusak, dan sebagai lapangan pekerjaan. Ternyata

setelah ditelusuri begitu banyak manfaat dari pohon aren untuk alam dan juga

untuk manusia. Bersyukurlah warga Indonesia karena memiliki begitu banyak

Sumber Daya Alam yang disediakan Alam untuk umat manusia.

3.2 Saran

Seharusnya pemerintah lebih tanggap dan semakin peduli terhadap masalah-

masalah kecil, karena kebanyakan orang beranggap kelangkaan air bersih adalah

hal biasa dan tidak serius (menurut pandangan orang yang tidak merasakan),

namun pernahkah terfikir bagaimana perasaan orang yang merasakan kelangkaan

air tersebut. Memanfaatkan potensi Sumber Daya Alam yang ada di Indonesia

secara maksimal, jangan sampai Indonesia selalu ada di belakang Negara-negara

Maju tanpa menjadi NegaraMaju. Mengajak generasi-generasi muda untuk lebih

tanggap terhadap lingkungan sekitar, dan memberikan energi positif terhadap


alam untuk kehidupan dimasa yang akan datang.

Berfikir realistis dalam bertindak, melihat dampak positif dan negative yang

timbul, dan menjadi generasi penerus yang peduli lingkungan sekitar walau dari

hal terkecil sampai hal yang besar.


DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Gula_aren (Diakses pada tanggal 18 September 2018)

http://www.gulaaren.net/ (Diakses pada tanggal 18 September 2018)

http://bukanpriaromantis.blogspot.com/2011/01/kenapa-gula-aren-lebih-sehat-

dari-gula.html (Diakses pada tanggal 18 September 2018)

http://hqsa.blogspot.com/2012/04/contoh-makalah-pembuatan-gula-

aren.html(Diakses pada tanggal 18 September 2018)

http://khairul-anas.blogspot.com/2012/05/makalah-pembuatan-gula-

aren.html#ixzz5RYgzgb6U (Diakses pada tanggal 18 September 2018)

http://forester-untad.blogspot.com/2012/11/makalah-jenis-dan-peranan-hasil-

hutan.html(Diakses pada tanggal 18 September 2018)

Вам также может понравиться