Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KELOMPOK 5
ANGGOTA:
1. WIDYA KARTIKA B P (1411020094)
2. RESLING YULION (1411020095)
3. MUKTI NURHIDYATI (1411020096)
4. DIMAS BAGUS R (1411020097)
5. AL FITRIANI (1411020098)
6. OKTA FAJAR S (1411020099)
7. ALFIAN INDRIANTO (1411020100)
8. ALFIKA NINDI G (1411020102)
I. PENGERTIAN
1. Anatomi
a. Os Tibia
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari
tungkai bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia
3
adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Ujung atas
memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil lateral. Kondi-kondil ini
merupakan bagian yang paling atas dan paling pinggir dari tulang.
Permukaan superior memperlihatkkan dua dataran permukaan persendian
untuk femur dalam formasi sendi lutut. Kondil lateral memperlihatkan
posterior sebuah faset untuk persendian dengan kepala fibula pada sendi
tibio-fibuler superior. Kondil-kondil ini di sebelah belakang dipisahkan
oleh lekukan popliteum. Ujung bawah masuk dalam formasi persendian
mata kaki. Tulangnya sedikit melebar dan ke bawah sebelah medial
menjulang menjadi maleolus medial atau maleolus tibiae. Permukaan
lateral dari ujung bawah bersendi dengan fibula pada persendian tibio-
fibuler inferior. Tibia membuat sendi dengan tiga tulang, yaitu femur,
fibula dan talus. Merupakan tulang tungkai bawah yang lebih besar dan
terletak di sebelah medial sesuai dengan os radius pada lengan atas.Tetapi
Radius posisinya terletak disebelah lateral karena anggota badan bawah
memutar kearah medialis. Atas alasan yang sama maka ibu jari kaki
terletak disebelah medialis berlawanan dengan ibu jari tangan yang
terletak disebelah lateralis. (Anatomi fisiologi,untuk siswa perawat, 1997)
1. Malleolus medialis
Merupakan sebuah ciri yang penting untuk segi medis pergelangan
kaki. Mempunyai sebuah pinggir bawah dan permukaan pinggir bawah
mempunyai sebuah lekukan disebelah posterior dan merupakan tempat
lekat dari ligamentum deltoideum.
2. Permukaan anterior
Merupakan tempat lekat dari kapsula pergelangan kaki. Permukaan
posterior beralur untuk tempat lewat tendo muskulus tibialis posterior
dan pinggir dari alur merupakan tempat lekat dari retinakulum
fleksores.
3. Permukaan posterior
Berhubungan dengan permukaan posterior korpus. Dipisahkan dari
permukaan inferior oleh sebuah pinggiran yang tajam dan merupakan
tempat lekat dari kapsula sendi pergelangan kaki.
4. Permukaan lateralis
Mempunyai bentuk seperti koma yang merupakan sendi yang sama
pada permukaan medialis os talus.
b. Os Fibula
Merupakan tulang tungkai bawah yang terletak disebelah lateral
dan bentuknya lebih kecil sesuai os ulna pada tulang lengan bawah. Arti
4
kata fibula adalah kurus atau kecil. Tulang ini panjang, sangat kurus dan
gambaran korpusnya bervariasi diakibatkan oleh cetakan yang bervariasi
dari kekuatan otot – otot yang melekat pada tulang tersebut. Tidak urut
dalam membentuk sendi pergelangan kaki, dan tulang ini bukan
merupakan tulang yang turut menahan berat badan.
Pada fibula bagian ujung bawah disebut malleolus lateralis.
Disebelah bawah kira – kira 0,5 cm disebelah bawah medialis, juga
letaknya lebih posterior. Sisi – sisinya mendatar, mempunyai permukaan
anterior dan posterior yang sempit dan permukaan – permukaan medialis
dan lateralis yang lebih lebar. Permukaan anterior menjadi tempat lekat
dari ligamentum talofibularis anterior. Permukaan lateralis terletak
subkutan dan berbentuk sebagai penonjolan lubang. Pinggir lateral alur
tadi merupakan tempat lekat dari retinakulum. Permukaan sendi yang
berbentuk segi tiga pada permukaan medialis bersendi dengan os talus,
persendian ini merupakan sebagian dari sendi pergelangan kaki. Fosa
malleolaris terletak disebelah belakang permukaan sendi mempunyai
banyak foramina vaskularis dibagian atasnya. Pinggir inferior malleolus
mempunyai apek yang menjorok kebawah. Disebelah anterior dari apek
terdapat sebuah insisura yang merupakan tempat lekat dari ligamentum
kalkaneofibularis.(Anatomi fisiologi untuk siswa perawat, 1997).
2. Fisiologi
Fungsi tulang adalah sebagai berikut : (Arif Muttaqin, 2008)
a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
b. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan
jaringan lunak.
c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan).
d. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema
topoiesis).
e. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
Komponen utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan organik
(kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal
garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan
proteoglikan. Matriks organik disebut juga osteoid. Sekitar 70% dari
osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberi tinggi pada tulang.
Materi organ laen yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan (Arif
Muttaqin, 2008).
5
III. KLASIFIKASI
1. Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis
fraktur terbagi menjadi :
a. Fraktur complete, dimana tulang patah terbagi menjadi dua bagian
(fragmen) atau lebih,
VI. PATHOFISIOLOGI
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai
bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia adalah tulang
pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Tulang tibia bersama-sama dengan
otot-otot yang ada di sekitarnya berfungsi menyangga seluruh tubuh dari paha
ke atas, mengatur pergerakan untuk menjaga keseimbangan tubuh pada saat
berdiri. Kondisi anatomis tulang tibia tersebut memiliki resiko terjadinya
fraktur terbuka lebih sering dibandingkan tulang panjang lainnya apabila
mendapat suatu trauma. Fraktur kruris bisa terjadi karena adanya daya putar
atau puntir yang dapat menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki
dalam tingkat yang berbeda- daya angulasi menimbulkan fraktur melintang
atau oblik pendek, biasanya pada tingkat yang sama. Pada cedera tidak
langsung, salah satu fragmen tulang dapat menembus kulit di atas fraktur.
Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab paling sering dari fraktur
cruris. Ketika terjadi fraktur perdarahan biasanya terjadi di sekitar lokasi
fraktur ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga
biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat
setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan
aliran darah ketempat tersebut meningkat, aktivitas osteoblast terangsang dan
terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorpsi
dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati.
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan
dengan pembengkakan yang tidak di tangani dapat menurunkan asupan darah
ke ektrimitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf perifer yang bila
berlangsung lama bisa menyebabkan comportement syndrome.
Kerusakan pada otot dan jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang
hebat karena adanya spasme otot disekitarnya. Sedangkan kerusakan pada
tulang itu sendiri mengakibatkan terjadinya perubahan ketidakseimbangan
dimana tulang dapat menekan persyarafan pada daerah yang terkena fraktur
sehingga dapat menimbulkan fungsi syaraf.
VII. PATYWAYS
FRAKTUR
nyeri
Diskontinuitas tulang pergeseran frakmen tulang
Pergeseran frag Tlg laserasi kulit: spasme otot tek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler
gg.perfusi jar
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),
Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
4) Pemeriksaan lain-lain
5) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan testsensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
6) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
7) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
8) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
9) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
13
A. PENATALAKSANAAN FRAKTUR
Prinsip penanganan fraktur meliputi rekognisi, traksi, reduksi imobilisasi
dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
1. Rekognasi
Pergerakan relatif sesudah cidera dapat mengganggu
suplai neurovascular ekstremitas yang terlibat. Karena itu begitu diketahui
kemungkinan fraktur tulang panjang, maka ekstremitas yang cedera harus
dipasang bidai untuk melindunginya dari kerusakan yang lebih parah.
Kerusakan jaringan lunak yang nyata dapat juga dipakai sebagai
petunjuk kemungkinan adanya fraktur, dan dibutuhkan pemasangan bidai
segera dan pemeriksaan lebih lanjut. Hal ini khususnya harus dilakukan
pada cidera tulang belakang bagian servikal, di
mana contusio danlaserasio pada wajah dan kulit kepala menunjukkan
perlunya evaluasi radiografik, yang dapat memperlihatkan fraktur tulang
belakang bagian servikal dan/atau dislokasi, serta kemungkinan
diperlukannya pembedahan untuk menstabilkannya. (Smeltzer C dan B. G
Bare, 2001),
2. Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang
fraktur untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 2 macam yaitu:
a. Skin Traksi
Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur
dengan menempelkan plester langsung pada kulit untuk
mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot
pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka
pendek (48-72 jam).
b. Skeletal traksi
Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang
cedera pada sendi panjang untuk mempertahankan bentuk dengan
memasukkan pins / kawat ke dalam tulang.
14
3. Reduksi
Dalam penatalaksanaan fraktur dengan reduksi dapat dibagi menjadi 2
yaitu:
a. Reduksi Tertutup/ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti
mengembalikan fragment tulang pada kesejajarannya dan rotasi
anatomis. Reduksi tertutup, traksi, dapat dilakukan untuk mereduksi
fraktur. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun
prinsip yang mendasarinya tetap sama.
Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus disiapkan
untuk menjalani prosedur dan harus diperoleh izin untuk melakukan
prosedur, dan analgetika diberikan sesuai ketentuan. Mungkin perlu
dilakukananesthesia. Ekstremitas yang akan dimanipulasi harus
ditangani dengan lembut untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Reduksi tertutup pada banyak kasus, reduksi tertutup dilakukan
dengan mengembalikanfragment tulang ke posisinya (ujung-ujungnya
saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
b. Reduksi Terbuka/OREF (Open Reduction Eksternal Fixation)
Pada Fraktur tertentu dapat dilakukan dengan reduksi eksternal
atau yang biasa dikenal dengan OREF, biasanya dilakukan pada fraktur
yang terjadi pada tulang panjang dan fraktur fragmented. Eksternal
dengan fiksasi, pin dimasukkan melalui kulit ke dalam tulang dan
dihubungkan dengan fiksasi yang ada dibagian luar. Indikasi yang
biasa dilakukan penatalaksanaan dengan eksternal fiksasi adalah
fraktur terbuka pada tulang kering yang memerlukan perawatan
untukdressings. Tetapi dapat juga dilakukan pada fraktur tertutup
radius ulna. Eksternal fiksasi yang paling sering berhasil adalah pada
tulang dangkal tulang misalnya tibial batang.
4. Imobilisasi Fraktur
Setelah fraktur di reduksi, fragment tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna. Metode fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi
kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat
digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk
mengimobilisasi fraktur.
D. KOMPLIKASI
1. Dini
a. Compartement syndrome
Merupakan komlikasi serius yang terjadi karena terjebaknya
otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh odem atau perdarahan yang menekan otot, saraf
17
dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti
gips, dan embebatan yang terlalu kuat
1) Tekanan intracompartement dapat diukir langsung
dengan cara whitesides.
2) Penanganan: dalam waktu kurang 12 jam harus
dilakukan fascioterapi.
b. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi di mulai pada kulit
(superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi juga bisa karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat
c. Avaskuler nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah
ketulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis
tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia
d. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
e. Malunion:
Biasanya terjadi pada fraktur yang komminutiva sedang
immobilisasinya longgar, sehingga terjadi angulasi dan rotasi.
Untuk memperbaiki perlu dilakukan osteotomy
f. Delayed union:
Terutama terjadi pada fraktur terbuka yang diikuti dengan infeksi
atau pada frakter yang communitiva. Hal ini dapat diatasi dengan
operasi bonegraft alih tulangspongiosa.
g. Non union:
Disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang tibia
disertai dengan infeksi. Hal ini dapat diatasi dengan
melakukan bone grafting menurut carapapineau.
h. Kekakuan sendi:
Hal ini disebabkan karena pemakaian gips yang terlalu
lama. Pada persendian kaki dan jari-jari biasanya terjadi hambatan
gerak, hal ini dapat diatasi dengan fisiotherapi .
- Paang platina
- Lakukan pembersihan bagian yang kotor dengan cairan NACL
- Jahit subkutis dengan plan 2/0
- Jahit bagian kulit dengan side 2/0
- Tutup luka dengan kassa betadine,setelah itu diberi hepafik.
21
B. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan
5. Persiapan Oprasi
Pasien di pakaikan baju operasi
Inform consent
23
Masuk ruangan ok
Pemasangan bedside monitor
Dilakukan anastesi
2. ASKEP INTRAOPERATIF
Data Objektif:
Posisi pasien Supinasi
Pasien menggunakan General anastesi
Dan Pasien tidak sadar
RR : 18x/menit, N : 110x/menit
Lebar luka : 10 cm
Jumlah di jahit dengan jumlah 15 jahitan
Jenis benang jahit ??
Perdarahan 30 cc (kurang lebih)
Lama operasi : 1 jam
Pasien tidak sadar reflek motorik (-)
Tanggal TTV Durate Operasi Ket
Tgl/jam T N RR S
10.45 110 x/mnt
10.50 113x/mnt
11.00 100x/mnt
11.55 109x/mnt
Data fokus
No Data Etiologi/Patofisiologi Problem
1. DS :- Tindakan medikasi Resiko aspirasi
DO : - Pasien
menggunakan general
anastesi( terpasang ET)
- Pasien terlihat tidak
sadarkan diri
kolaborasi
Resiko Stelah dilakukan Aspiration - memonitor S= -
aspirasi b/d tindakan precaution tingkat O= -Pasien
tindakan keperawatan 1x20 - Monitor kesadaran,reflek terlihat batuk
medikasi menit diharapkan tingkat batuk,dan -ada cairan
Respiratory kesadaran, kemampuan yang
status : reflek menelan terangakat
ventilation batuk,dan - melakukan saat disuction
Aspirasi kemampuan suction A= masalah
control menelan teratasi
- Lakukan P= lanjutkan
suction jika intervensi
diperlukan - monit
- Monitor or tingkat
status paru kesadsaran
pelihara jalan
nafas
3. ASKEP POSTOPERATIF
Pengkajian umum menit
Akral dingin
Status sirkulasi:
tensi: -
nadi: 110x/menit
nafas: 18x/menit
suhu: -
Kesadaran :
Kesadaran Penuh 2
Dapat dibangunkan 1
Tidak respon 0
Warna kulit :
Merah 2
Pucat 1
Sianosis 0
Total score > 7 keluar juml 9 9 9 9 9 9
RR ah
ANALISA DATA
No Data Etiologi/patofisiologi Problem
DS: Pasien Efek agen Resiko
mengatakan farmakologis hipotermi
kedinginan perioperatif
DO: Pasien
terlihat
kedinginan,
akral dingin dan
menggigil.
DAFTAR PUSTAKA
http://vieprihana.blogspot.com/2012/03/askep-bedah.html
http://hhealthyenthusiast.com/fraktur-tibia-fibula.html