Вы находитесь на странице: 1из 25

MAKALAH

VALIDASI

TUGAS DARI :

IR HERIBERTUS BUDI ST. MT

Disusun Oleh :

MOHAMMAD ALI MUSTOFA

17522408

KELAS SORE

FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS KADIRI

2019
KATA PENGATAR

Segala puji bagi Allah, Sang Maha Pencipta dan Maha Pengatur Alam Semesta, Sholawat
dan salam semoga selalu tercurahkan kepada manusia terbaik yang kelak akan memberi syafaat
kepada kita yaitu Nabi Muhammad SAW, Alhamdulillah berkat Ridho Nya, penulis akhirnya
mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Analisis Perilaku Konsumen Dalam
Membeli Produk Susu Instan Di Pasar Modern Kota Surakarta". Dalam menyusun makalah ini,
tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan
semangat dari orang terdekat, sehingga penulis mampu menyelesaikannya.
Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih sedalam-
dalamnya kepada semua doa dan bantuan finansial untuk menyelesaikan makalah ini. Khusus
nya kepada kedua orang tua dan para dosen universitas kadiri yang telah memberikan banyak
ilmu serta dukungan atas penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu segala kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik. Semoga
makalah " Analisis Perilaku Konsumen Dalam Membeli Produk Susu Instan Di Pasar
Modern Kota Surakarta ". ini bermanfaat bagi kita semua.

Pacitan, 10 MEI 2019

Mohammad Ali Mustofa

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2

Bab II PEMBAHASAN
A. PengertianValiditas............................................................................................ 3
B. Pengertian Uji Validitas .................................................................................... 4
C. Tujuan Uji Validitas .......................................................................................... 4
D. Cara menentukan Validitas ............................................................................... 4
E. Konsep Pengukuran Validitas .......................................................................... 13
F. Macam - Macam Validitas ............................................................................... 14
G. Koefesien Validitas .......................................................................................... 20
H. Faktor - Fakktor yang Mempengaruhi Validitas ............................................. 20

BAB III Penutup


A. Kesimpulan ....................................................................................................... 21
B. Saran ................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi
sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga hasil pengukuran
yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang diukur. Instrumen ini
memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten dan stabil dalam arti tidak
mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke pengukuran yang lain.

Data yang kurang memiliki validitas , akan menghasilkan kesimpulan yang bias,
kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan bahkan bisa saja bertentangan dengan kelaziman.
Untuk membuat alat ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori, pendapat para ahli serta
pengalaman-pengalaman yang kadangkala diperlukan bila definisi operasional variabelnya
tidak kita temukan dalam teori. Alat ukur atau instrumen yang akan disusun itu tentu saja
harus memiliki validitas , agar data yang diperoleh dari alat ukur itu bisa reliabel, valid dan
disebut dengan validitas.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:

1.Bagaimanakah ketetapan atau validitas dalam soal?

2.Menentukan soal Valid dan tidak validnya ?

1
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat menguraikan tujuan dari
masalah tersebut, yaitu:

1) Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa dapat mengetahui pedoman penskoran

dalam komunikasi matematis

2) Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa dapat mengetahui definisi tentang validitas

3) Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa mengetahui susunan kisi-kisi dalam

membuat soal beserta penyelesaiannya

4) Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa menyimpulkan analisis validitas

2
BAB II
PEMBAHASAN
VALIDITAS

A. Pengertian Validitas
 Menurut Gronlund dan Linn (1990): Validitas adalah ketepatan interpretasi yang
dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi
 Menurut Anastasi (1990): Validitas adalah ketepatan mengukur konstruk,
menyangkut; “What the test measure and how well it does”
 Menurut Arikunto (1995): Validitas adalah keadaan yang menggambarkan
tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan
diukur.
 Menurut Sukadji (2000): Validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes
mengukur apa yang seharusnya diukur.
 Menurut Azwar (1986):Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen. Prinsif validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsif
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan.

Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang
tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur
yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki
validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.

Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan pada validitas suatu alat ukur tergantung pada
kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil
pengukuran mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi.
Suatu tes yang dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai

3
variabel A’ atau bahkan B, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk
mengukur variabel A dan tinggi validitasnya untuk mengukur variabel A’ atau B (Azwar
1986).

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat
ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus
memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.

B. Pengertian Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2006)

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content)
dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan
dalam suatu penelitian.

C. Tujuan uji validitas

Mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran


dalam melakukan fungsi ukurnya.

Agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran
tersebut.

D. Cara menentukan vadilitas

Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir yang
dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor
total dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir soal, dapat
diketahui butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya
(Arikunto, 1999: 78)
 Jika > makaitem valid
 Jika < mka item tidak valid

4
CARA MANUAL ANALISIS VALIDITAS Butir Soal Bentuk Uraian

Validitas instrumen adalah tingkat kemampaun suatu instrumen mengukur apa yang
seharusnya diukur, khususnya dalam proses pembelajaran

1. Dari segi analisis validitas dibagi atas validitas rasional dan validitas empirik
2. Validitas rasional terdiri atas validitas isi (content) dan validitas bangun (construct)
3. Validitas empiris terdiri atas valditas ramalan (predictive) dan validitas bandingan
(concurrent )
4. Validitas rasional dapat dianalisis secara rasio melalui GPPP dan panel, sedangkan
valitas empirik dianalisis secara statistik
5. Validitas butir secara statistik dianalisis berdasakan jenis data yang terkumpul. Data
diskrit (misalnya hasil tes obyektif) dihitung dengan korelasi point biserial sedangkan
data kontinu (misalnya hasil tes uraian atau skala sikap) digunakan korelasi Pearson
product – moment.

Rumus korelasi Pearson product – moment

Contoh persiapan perhitungan soal uraian/ interval:

Variabel : Motivasi belajar

Jumlah responden : 10 orang

Jumlah pertanyaan : 6 item

5
Penyelesaian :
Skor item untuk soal Skor Total
1 2 3 4 5 6
No (Y)
1 3 5 3 4 4 1 20
2 3 2 3 3 2 1 14
3 4 3 3 4 2 5 21
4 4 1 4 4 4 4 21
5 4 1 4 4 4 2 19
6 3 1 3 3 3 3 16
7 5 3 5 5 5 2 25
8 3 5 3 3 3 5 22
9 4 4 4 4 4 4 24
10 5 4 3 4 5 5 26
Jumlah 38 29 35 38 36 32 208

Menghitung korelasi setiap butir dengan rumus PPM


Item pertanyaan No1
X Y X² Y² XY
No
1 3 20 9 400 60
2 3 14 9 196 42
3 4 21 16 441 84
4 4 21 16 441 84
5 4 19 16 361 76
6 3 16 9 256 48
7 5 25 25 625 125
8 3 22 9 484 66
9 4 24 16 576 96
10 5 26 25 676 130
∑Y ∑X² ∑Y² ∑XY
38 208 150 4456 811
Jumlah

6
Menghitung korelasi setiap butir dengan rumus PPM

=0,765

Menghitung korelasi setiap butir dengan rumus PPM

Demikian seterusnya dicari korelasi butir 2,3,4,5 dan 6,sehingga diperoleh :

butir (1) : 0,765

butir (2) : 0,529

butir (3) : 0,414

butir (4) : 0,676

butir (5) : 0,714

butir (6) : 0,532

Mencari nilai dengan maka diperoleh = 0,632 (dk = n – 2)

Membuat keputusan dengan memandingkan nilai dan nilai .

Kriteria keputusan :
Jika > makaitem valid
Jika < mka item tidak valid

No item Keputusan

1 0,765 >0,632 Valid


2 0,529 <0,632 Tidak Valid
3 0,414 <0,632 Tidak Valid
4 0,676 >0,632 Valid
5 0,714 >0,632 Valid
6 0,532 <0,632 Tidak Valid

7
Dari uji coba Instrumaen penelitian diperoleh bahwa dari 6 item ,dinyatakan valid sebanyak 3
item yaitu item no. 1,4 dan 5 (digunakan atau dipakai dalam penelitian),sedangkan
dinyatakan tidak valid sebanyak3 item yaitu item no. 2,3 dan 6 (diperbaiki atau dihilangkan)
Penguji validitas perlu mengunakan uji t apa bila responden yang dilibatkan dalam pengujian
validitas adalah sampel.Artinya keputusan validnya tidaknya item instrument,tidak bias
membandingkan nilai hitung r dengan nilai table r,tetapi harus membandingkan nilai hitung t
dengan nilai table t.
Apabila mengunakan uji t,pada langkah diatas diperoleh nilai korelasi sebagai
berikut :

butir (1) : 0,765

butir (2) : 0,529

butir (3) : 0,414

butir (4) : 0,676

butir (5) : 0,714

butir (6) : 0,532

Langkah berikut adalah mencari :


Rumus uji-t :

Untuk item no.1 :

Demikian seterusnya ,sehingga diperoleh :

Item no 2 :1,762

Item no 3 :1,286

Item no 4 :2,594

Item no 5 :2,885

8
Item no 6 :1,776

Mencari nilai pada table t,dengan =0,05 dan dk = n-2 = 8 ,dengan uji satu pihak maka
diperoleh = 1,860
Membuat keputusan dengan membandingkan nilai dengan nilai :

Kriteria keputusan :

Jika > maka item valid

Jika < maka item tidak valid

No item Keputusan

1 0,675 3,359 >1,860 Valid


2 0,529 1,762 <1,860 Tidak Valid
3 0,414 1,286 <1,860 Tidak Valid
4 0,676 2,594 >1,860 Valid
5 0,714 2,885 >1,860 Valid
6 0,532 1,776 <1,86o Tidak Valid

Dari uji coba penelitian instrument penelitian diperoleh bahwa dari 6 item dinyatakan,valid
sebanyak 3 item yaitu no 1,4 dan 5 (digunakan atau dipakai dalam penelitian) ,sedangkan
dinyatakan tidak valid sebanyak 3 item yaitu item no 2,3 dan 6 (diperbaiki atau dihilangkan).

9
CARA MANUAL ANALISIS VALIDITAS Butir Soal Bentuk Objektif

1.Validitas instrumen adalah tingkat kemampaun suatu instrumen mengukur apa


yang seharusnya diukur, khususnya dalam proses pembelajaran

2.Dari segi analisis validitas dibagi atas validitas rasional dan validitas empirik

3. Validitas rasional terdiri atas validitas isi (content) dan validitas bangun
(construct)

4.Validitas empiris terdiri atas valditas ramalan (predictive) dan validitas


bandingan (concurrent )

5.Validitas rasional dapat dianalisis secara rasio melalui GPPP dan panel,
sedangkan valitas empirik dianalisis secara statistik

6.Validitas butir secara statistik dianalisis berdasakan jenis data yang terkumpul.
Data diskrit (misalnya hasil tes obyektif) dihitung dengan korelasi point
biserial sedangkan data kontinu (misalnya hasil tes uraian atau skala sikap)
digunakan korelasi Pearson product – moment.

10
Contoh skor butir soal objektif:

Akan diuji validitas item soal no 1yang telah diberikan tes pada siswa sebanyak 10 orang.

No. Skor Setiap Item Soal Skor


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Siswa (x)
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 64
2 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 64
3 – – 1 1 1 0 1 0 – 0 4 16
4 0 0 1 0 0 1 0 1 – 1 4 16
5 1 1 1 1 1 1 1 0 – 0 7 49
6 1 1 1 1 1 – 1 – 0 1 7 49
7 1 1 1 – 1 1 1 0 1 1 8 64
8 1 0 0 1 1 1 0 0 – 1 5 25
9 – 1 1 – 0 0 0 0 – 1 3 9
10 0 0 0 – 1 0 0 0 1 1 2 4
∑ 6 6 8 6 8 6 6 1 3 6 56 360
P 0,6 0,6 0,8 0,6 0,8 0,6 0,6 0,1 0,3 0,6
Q 0,4 0,4 0,2 0,4 0,2 0,4 0,4 0,9 0,7 0,4

Keterangan :

Bentuk tes obyektif

Jawaban benar skor 1 dan salah skor 0

Banyaknya peserta tes (N)=10

Mencari mean skor total () :

Mencari Standar devisa ():

=-()²

11
Mencari () item soal no 1 :

Nomor Jawaban

Betul Skor
1 8
2 8
5 7
6 7
7 8
8 5
6 43

=5,6

=2,15

=0,6

=0,4

Menguji validitas soal no 1 :

= = =0,911

Jadi : 0,911

Dengan db = N -2 = 10-2=8 dan =0,05

Pada tabel r product-moment diperoleh :

===0,632

Kesimpulan :

Karena > atau 0,911>0,632,maka soal nomor 1 disimpulkan valid.

12
E. Konsep Pengukuran Validitas

Pengukuran validitas sebenarnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar (dalam


arti kuantitatif) suatu aspek psikologis terdapat dalam diri seseorang, yang dinyatakan oleh
skor pada instrumen pengukur yang bersangkutan.

Dalam hal pengukuran ilmu sosial, validitas yang ideal tidaklah mudah untuk dapat
dicapai. Pengukuran aspek-aspek psikologis dan sosial mengandung lebih banyak sumber
kesalahan (error) daripada pengukuran aspek fisik. Kita tidak pernah dapat yakin bahwa
validitas instrinsik telah terpenuhi dikarenakan kita tidak dapat membuktikannya secara
empiris dengan langsung.

Pengertian validitas alat ukur tidaklah berlaku umum untuk semua tujuan ukur. Suatu
alat ukur menghasilkan ukuran yang valid hanya bagi satu tujuan ukur tertentu saja. Tidak
ada alat ukur yang dapat menghasilkan ukuran yang valid bagi berbagai tujuan ukur. Oleh
karena itu, pernyataan seperti “alat ukur ini valid” belumlah lengkap apabila tidak diikuti oleh
keterangan yang menunjukkan kepada tujuannya, yaitu valid untuk apa dan valid bagi siapa.
Itulah yang ditekankan oleh Cronbach (dalam Azwar 1986) bahwa dalam proses validasi
sebenarnya kita tidak bertujuan untuk melakukan validasi alat ukur akan tetapi melakukan
validasi terhadap interpretasi data yang diperoleh oleh prosedur tertentu.

Dengan demikian, walaupun kita terbiasa melekatkan predikat valid bagi suatu alat
ukur akan tetapi hendaklah selalu kita pahami bahwa sebenarnya validitas menyangkut
masalah hasil ukur bukan masalah alat ukurnya sendiri. Sebutan validitas alat ukur hendaklah
diartikan sebagi validitas hasil pengukuran yang diperoleh oleh alat ukur tersebut.

13
F. Macam-macam validitas

Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas dibagi menjadi 3 yaitu

a. Validitas isi (content validity)

Validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat
penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan
pengajaran. Dengan kata lain, tes yang mempunyai validitas isi yang baik ialah tes yang
benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten
pengajaran yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).

Menurut Gregory (2000) validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau
butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional
perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Artinya tes mencerminkan keseluruhan konten atau
materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara proporsional.

Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak harus dilakukan melalui penelaahan
kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau mencerminkan
keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Oleh karena
itu, validitas isi suatu tes tidak memiliki besaran tertentu yang dihitung secara statistika,
tetapi dipahami bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu,
wiersma dan Jurs dalam Djaali dan Pudji (2008) menyatakan bahwa validitas isi sebenarnya
mendasarkan pada analisis logika, jadi tidak merupakan suatu koefisien validitas yang
dihitung secara statistika.

Untuk memperbaiki validitas suatu tes, maka isi suatu tes harus diusahakan agar
mencakup semua pokok atau sub-pokok bahasan yang hendak diukur. Kriteria untuk
menentukan proporsi masing-masing pokok atau sub pokok bahasan yang tercakup dalam
suatu tes ialah berdasarkan banyaknya isi (materi) masing-masing pokok atau sub-pokok
bahasan seperti tercantum dalam kurikulum atau Garis-Garis Besar Program
Pengajaran(GBPP).

Selanjutnya, validitas isi ini terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas
muka) dan logical validity (validitas logis).

14
Face Validity (Validitas Muka)

Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikasinya karena hanya
didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak
sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan validitas muka telah terpenuhi.

Dengan alasan kepraktisan, banyak alat ukur yang pemakaiannya terbatas hanya
mengandalkan validitas muka. Alat ukur atau instrumen psikologi pada umumnya tidak dapat
menggantungkan kualitasnya hanya pada validitas muka. Pada alat ukur psikologis yang
fungsi pengukurannya memiliki sifat menentukan, seperti alat ukur untuk seleksi karyawan
atau alat ukur pengungkap kepribadian (asesmen), dituntut untuk dapat membuktikan
validitasnya yang kuat.

Logical Validity (Validitas Logis)

Validitas logis disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas
tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi alat ukur merupakan representasi dari aspek yang
hendak diukur.

Untuk memperoleh validitas logis yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang
sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi
bagian alat ukur secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat ukur
hendaknya harus dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkrit.
Batasan perilaku yang kurang jelas akan menyebabkan terikatnya item-item yang tidak
relevan dan tertinggalnya bagian penting dari objek ukur yang seharusnya masuk sebagai
bagian dari alat ukur yang bersangkuatan.
Validitas logis memang sangat penting peranannya dalam penyusunan tes prestasi dan
penyusunan skala, yaitu dengan memanfaatkan blue-print atau tabel spesifikasi.

15
b. Validitas Konstruk (Construct validity)

Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas konstruk adalah validitas yang
mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa-apa yang benar-benar
hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan.

Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen-instrumen yang dimaksudkan


mengukur variabel-variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen
untuk mengukur sikap, minat, konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan, motivasi
berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum seperti instrumen
untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi (kecerdasan intelekual), kecerdasan emosional
dan lain-lain.

Untuk menentukan validitas konstruk suatu instrumen harus dilakukan proses


penelaahan teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari perumusan
konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan butir-
butir item instrumen. Perumusan konstruk harus dilakukan berdasarkan sintesis dari teori-
teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melalui proses analisis dan komparasi
yang logik dan cermat.

c. Validitas empiris

Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa validitas
ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria
internal adalah tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan kriteria
eksternal adalah hasil ukur instrumen atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang menjadi
kriteria. Ukuran lain yang sudah dianggap baku atau dapat dipercaya dapat pula dijadikan
sebagai kriteria eksternal.

Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal disebut validitas internal,


sedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria eksternal disebut validitas eksternal.

16
Validitas internal

Validitas internal merupakan validitas yang diukur dengan besaran yang


menggunakan instrumen sebagai suatu kesatuan (keseluruhan butir) sebagai kriteria untuk
menentukan validitas item atau butir dari instrumen itu. Dengan demikian validitas internal
mempermasalahkan validitas butir atau item suatu instrumen dengan menggunakan hasil ukur
instrumen tersebut sebagai suatu kesatuan dan sebagai kriteria, sehingga biasa disebut juga
validitas butir.

Pengujian validitas butir instrumen atau soal tes dilakukan dengan menghitung
koefesien korelasi antara skor butir instrumen atau soal tes dengan skor total instrumen atau
tes. Butir atau soal yang dianggap valid adalah butir instrumen atau soal tes yang skornya
mempunyai koefesien korelasi yang signifikan dengan skor total instrumen atau tes.

Validitas eksternal

Kriteria eksternal dapat berupa hasil ukur instrumen yang sudah baku atau instrumen
yang dianggap baku dapat pula berupa hasil ukur lain yang sudah tersedia dan dapat
dipercaya sebagai ukuran dari suatu konsep atau varaibel yang hendak diukur. Validitas
eksternal diperlihatkan oleh suatu besaran yang merupakan hasil perhitungan statistika. Jika
kita menggunakan hasil ukur instrumen yang sudah baku sebagai kriteria eksternal, maka
besaran validitas eksternal dari instrumen yang kita kembangkan didapat dengan jalan
mengkorelasikan skor hasil ukur instrumen yang dikembangkan dengan skor hasil ukur
instrumen baku yang dijadikan kriteria. Makin tinggi koefesien korelasi yang didapat, maka
validitas instrumen yang dikembangkan juga makin baik. Kriteria yang digunakan untuk
menguji validitas eksternal adalah nilai table r (r-tabel).

Jika koefesien korelasi antara skor hasil ukur instrumen yang dikembangkan dengan
skor hasil ukurinstrumen baku lebih besar dari pada r-tabel, maka instrumen yang
dikembangkan dapat valid berdasarkan kriteria eksternal yang dipilih (hasil ukur instrumen
baku). Jadi keputusan uji validitas dalam hal ini adalah mengenai valid atau tidaknya
instrumen sebagai suatu kesatuan, bukan valid atau tidaknya butir instrumen seperti pada
validitas internal.

17
Ditinjau dari kriteria eksternal yang dipilih, validitas eksternal dapat dibedakan atas dua
macam yaitu:

1. Validitas prediktif apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah adalah ukuran
atau penampilan masa yang akan datang.
2. Validitas kongkuren apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah ukuran atau
penampilan saat ini atau saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pengukuran.

Menurut Ebel (dalam Nazir 1988) membagi validitas menjadi

– concurrent validity

– construct validity

– face validity

– factorial validity

– empirical validity

– intrinsic validity

– predictive validity

– content validity

– curricular validity.

Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara


skor dengan kinerja.

Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek


psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa

18
suatu konstruk tertentu dapat dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam
pengukuran.

Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam
mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.

Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan
faktor-faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran
perilaku lainnya, dimana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik
analisis faktor.

Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara


skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan
langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.

Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji
coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa
suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara


skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang.

Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya


sampling dari suatu populasi.

Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari
pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur
yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.

Sementara itu, Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga yaitu content validity
(validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan criterion-related validity (validitas
berdasar kriteria).

19
G. Koefisien Validitas

Bila skor pada tes diberi lambang x dan skor pada kriterianya mempunyai lambang y
maka koefisien antara tes dan kriteria itu adalah rxy inilah yang digunakan untuk menyatakan
tinggi-rendahnya validitas suatu alat ukur.

Koefisien validitas pun hanya punya makna apabila apalagi mempunyai harga yang
positif. Walaupun semakin tinggi mendekati angka 1 berarti suatu tes semakin valid hasil
ukurnya, namun dalam kenyataanya suatu koefisien validitas tidak akan pernah mencapai
angka maksimal atau mendekati angka 1. Bahkan suatu koefisien validitas yang tinggi adalah
lebih sulit untuk dicapai daripada koefisien reliabilitas. Tidak semua pendekatan dan estimasi
terhadap validitas tes akan menghasilkan suatu koefisien. Koefisien validitas diperoleh hanya
dari komputasi statistika secara empiris antara skor tes dengan skor kriteria yang besarnya
disimbolkan oleh rxy tersebut. Pada pendekatan-pendekatan tertentu tidak dihasilkan suatu
koefisien akan tetapi diperoleh indikasi validitas yang lain.

H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu evaluasi sehingga menjadi bias,
menyimpang dari keadaan yang sebenarnya untuk suatu penggunaaan yang dimaksudkan.
Beberapa diantaranya adalah berasal dari dalam alat evaluasi itu sendiri. Dalam hubungannya
dengan kegiatan belajar mengajar matematika, faktor-faktor ini akan dapat mengurangi
fungsi pokok uji sesuai dengan yang diharapkan segingga bisa merendahkan validitas alat
evaluasi tersebut.

1. Petunjuk yang tidak jelas


2. Perbendaharaan kata dan struktur kalimat yang sukar
3. Penyusunan soal yang kurang baik
4. Kekaburan
5. Derajat kesukaran soal yang tidak cocok
6. Materi tes tidak representatif
7. Pengaturan soal yang kurang tepat

8. Pola jawaban yang dapat diidentifikasi

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen. Prinsif validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsif
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan.

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari
suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam
suatu penelitian. Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir
yang dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X
dan skor total dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir
soal, dapat diketahui butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks
validitasnya (Arikunto, 1999: 78)

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga apa yang telah disajikan akan
memberikan ilmu dan informasi. Selanjutnya demi kesempurnaan makalah ini kami
memohon saran dan kritik guna memperbaiki dikemudian hari.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

http://violetatniyamani.blogspot.com/2007/09/teori-validitas.html

http://khairul-anas.blogspot.com/2012/03/pengertian-validitas-dan-reliabilitas.html

http://p4mristkippgrisda.wordpress.com/2011/05/10/uji-validitas-dan-reliabilitas/

http://binham.wordpress.com/2012/01/07/validitas-reliabilitas-instrumen-evaluasi/

22

Вам также может понравиться