Вы находитесь на странице: 1из 13

“KEKUATAN SISA STRUKTUR GEDUNG KANTOR FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN PASCA KEBAKARAN”


M. DARMAWANSYAH APRIANTO
Mahasiswa S1 Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10
Tamalanrea, Makassar
vyvicky77@yahoo.co.id
Prof. Dr-Ing. Herman Parung, M.Eng Dr. Eng. Hj. Rita Irmawaty, ST, MT
Pembimbing I Pembimbing II
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10 Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10
Tamalanrea, Makassar Tamalanrea, Makassar
Telp/faks : 0411-587636 Telp/faks : 0411-587636
Abstract : Fire is often destroyed on building structures at any time. Fired caused to change
physically and mechanically of properties of reinforced concrete building. Strength, stiffness and ductility
of structures generally decrease and degradation after fired. Some method to estimate and assessment
residual strength of reinforced structured after fired are very important to research and to forensic
engineering structure after fired. Estimated high temperature, duration of fired, and residual strength
after fired by Visual inspection, phenolphthalein indicator (PP-test), Hammer Test, and Tensile Steel
Strength Test. Values of concrete compression strength and tensile strength of reinforced estimate from
field samples. To found how much damaged of office building of Agriculture Faculty Hasanuddin
University after test by phenolphthalein indicator (PP-test), Hammer Test, and also laboratory test
(tensile strength of reinforced test). Visual inspection test assume that the temperature when the fired
destroyed the building was approximately 800oC. Hammer test result was the values of compression
strength (17.08 ± 1.43) MPa for column and (28.07 ±2.41) MPa for beam. The structure just need
architectural restoration because the structure still capable to hold the load of structure.
Keyword : post burning concrete, investigation method, repairing method
Abstrak : Kebakaran sering kali merusak struktur gedung. Kebakaran menyebabkan terjadinya
perubahan secara fisik atau pun mekanik dari struktur beton. Kekuatan, kekakuan, dan elastisitas dari
struktur akan mengalami penurunan dan degradasi pasca kebakaran. Beberapa metode dalam
mengestimasi dan menduga kekuatas sisa dari struktur pasca bakar adalah sangat penting bagi peneliti dan
ahli Teknik Forensik Struktur pasca kebakaran. Temperatur tertinggi kebakaran, durasi terjadinya , serta
kekuatan sisa pasca bakar akan diteliti dengan inspeksi visual, indicator phenolphtalin, uji palu beton,
serta pengujian kuat Tarik baja. Besarnya kekuatan beton dan kuat Tarik baja diperkiraan dari sampel
yang diambil dilapangan. Untuk menemukan berapa besar kerusakan gedung kantor fakultas pertanian
Universitas Hasanuddin setelah dilakukan test phenolphtalin, uji palu beton, dan juga uji laboratorium.
Inspeksi visual mengasumsikan bahwa suhu tertinggi pada saat kebakaran adalah kira-kira 800oC. Uji palu
beton menghasilkan kuat tekan permukaan sebesar (17.08 ± 1.43) MPa untuk kolom dan sebesar (28.07
±2.41) MPa untuk balok. Struktur hanya membutuhkan perbaikan secara arsitektural karena struktur
masih dapat memikul beban yang ada.
Kata-Kata Kunci : Beton Pasca Bakar, Metode Investigasi, Metode Perbaikan
I. Pendahuluan B. Rumusan Masalah
A. Latar Belakang Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini
Akhir-akhir ini, masalah kebakaran gedung adalah :
di kota-kota besar Indonesia sudah menjadi
masalah yang cukup serius dari berbagai pihak. 1. Bagaimana tingkat kerusakan struktur pada
Frekuensi kebakaran yang cenderung meningkat Gedung Kantor Fakultas Pertanian
tajam dengan skala yang cukup besar. Pihak- Universitas Hasanuddin pasca kebakaran
pihak yang terpaksa berurusan pasca kebakaran 2. Bagaimana kapasitas sisa struktur pada
tidak hanya pihak pemilik, pihak kepolisian, Gedung Kantor Fakultas Pertanian
para pengacara hukum, maupun pihak asuransi, Universitas Hasanuddin pasca kebakaran
namun lebih luas lagi juga melibatkan para ahli C. Tujuan Penelitian
struktur (teknik sipil). Peran para ahli struktur Adapun tujuan penelitian ini adalah :
dalam menangani gedung paca kebakaran
adalah bagaimana: (a) menaksir / 1. Mengetahui tingkat kerusakan struktur
memperkirakan temperatur tertinggi yang Gedung Kantor Fakultas Pertanian
dialami oleh elemen-elemen struktur pada saat Universitas Hasanuddin pasca kebakaran
kebakaran terjadi, (b) menaksir kekuatan sisa 2. Menganalisis kekuatan sisa struktur
struktur bangunan pasca kebakaran , dan (c) Gedung Kantor Fakultas Pertanian
mengusulkan teknik perkuatan elemen-elemen Universitas Hasanuddin pasca kebakaran
struktur seperti balok, kolom, dan pelat sesuai dengan analisi komputasi (software SAP
keperluan sedemikian sehingga bangunan dapat 2000)
berfungsi seperti sebelum terjadinya kebakaran. D. Manfaat Penelitian
Pada tanggal 4 Oktober 2014 telah terjadi Dari hasil penelitian ini diharapkan :
kebakaran pada Gedung Kantor Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin. Gedung 1. Memberikan informasi mengenai tingkat
Kantor Fakultas Pertanian Universitas kerusakan struktur beton bertulang pasca
Hasanuddin yang berlokasi di jalan Perintis kebakaran
Kemerdekaan KM.10 adalah bangunan yang 2. Menjadi referensi dalam melakukan
direncanakan sebagai bangunan kantor bagi para perbaikan struktur beton bertulang pasca
pegawai serta dosen dari Fakultas Pertanian kebakaran
Universitas Hasanuddin dan strukturnya II. Kajian Pustaka
didesain dengan sistem kontruksi beton A. Beton Bertulang Sebagai Material Struktur
bertulang biasa
Beton bertulang adalah merupakan
gabungan logis dari dua jenis bahan: beton
polos yang memiliki kekuatan tekan yang
tinggi akan tetapi kekuatan tarik yang rendah
dan batang-batang baja yang ditanamkan
didalam beton dapat memberikan kekuatan
tarik yang diperlukan. (Wang, 1993:1)
Dalam perencanaan struktur beton
bertulang, beton diasumsikan tidak memiliki
kekuatan tarik sehingga diperlukan material
lain untuk menanggung gaya tarik yang
Gambar 1.1. Lokasi Kebakaran bekerja. Material yang digunakan umumnya
berupa batang-batang baja yang disebut
tulangan.
Untuk meningkatkan kekuatan lekat antara
tulangan dengan beton di sekelilingnya telah
dikembangkan jenis tulangan uliran pada
permukaan tulangan, yang selanjutnya disebut pemadam juga bisa menyebabkan terjadinya
sebagai baja tulangan deform atau ulir. keretakan. Juga biasa terjadi crazing yakni
B. Ketahanan Beton Terhadap Kebakaran gejala remuk pada permukaan beton (seperti
Beton merupakan bahan bangunan yang pecahnya kulit telur).
mempunyai daya tahan terhadap api yang
relarif lebih baik daripada material bangunan C. Degradasi Beton Bertulang Pasca Kebakaran
lainnya seperti material baja, apalagi material Jenis kerusakan yang sering terjadi akibat
kayu. Karena beton merupakan material kebakaran antara lain : retak ringan, retak
dengan daya hantar panas yang rendah, berat/struktur, beton pecah/terkelupas, voids (
sehingga dapat menghalangi rembesan panas lubang-lubang yang cukup dalam atau keropos,
ke bagian dalam struktur beton tersebut. Oleh lendutan balok dan tulangan putus, hilang atau
karena itu, selimut beton biasanya tekuk.
direncanakan dengan ketebalan yang cukup Pengaruh Kebakaran Terhadap
agar dapat melindungi tulangan dari suhu Struktur Beton
tinggi yang terjadi diluar pada saat terjadinya a. Perubahan warna pada beton
kebakaran. Warna beton setelah terjadi proses
1. Sifat Beton Terhadap Temperatur pendinginan membantu dalam
Tinggi mengindikasikan temperatur maksimum yang
Bila pasta semen dipanasi, dari suhu kamar pernah dialami beton dalam beberapa kasus,
sampai sekitar 200oC, kekuatannya tampak suhu di atas 300o C mengakibatkan perubahan
sedikit meningkat, karena ketika sedikit di atas warna beton menjadi sedikit kemerahan (pink),
100oC air bebas serta air yang terserap dalam jika sampai di atas 600o C akan menjadi abu-
pasta menguap, selanjutnya ketika jauh di atas abu agak hijau, jika sampai di atas 900o C
100oC air yang secara kimiawi terikat erat menjadi kekuning-kuningan namun jika sampai
dalam pasta juga menguap. Selanjutnya panas di atas 1200o C akan berubah menjadi kuning.
dinaikkan lagi kekuatan beton menurun. Pada b. Spalling dan crazing pada beton
suhu antara 400-600oC kalsium hidroksida Spalling adalah gejala melepasnya sebagian
(Ca(OH)2) berubah kompsisi menjadi kalsium permukaan beton dalam bentuk lapisan tipis
oksida (CaO) yang sama sekali tidak beberapa cm. Crazing adalah gejala remuk pada
mempunyai kekuatan. Selanjutnya di atas suhu permukaan beton (seperti pecahnya kulit telur).
600oC atau 700oC unsur hasil hidrasi yang lain c. Retak (cracking)
berubah komposisi sehingga kekuatan beton Pada temperatur tinggi, pemuaian besi
kehilangan kekuatan sama sekali, sebagaimana beton akan lebih besar daripada betonnya
tampak pada gambar berikut. sendiri. Tetapi pada konstruksi beton,
(Tjokrodimulyo,2001) pemuaian akan tertahan sampai suatu taraf
tertentu karena adanya lekatan antara besi beton
dengan beton.
Gedung-gedung yang mengalami
kebakaran akan mengalami kerusakan dari
kerusakan yang ringan, sedang, hingga kerusakan
tingkat berat. Kerusakan tersebut dipengaruhi
oleh besarnya temperatur dan durasi kebakaran
yang terjadi. Untuk mengetahui seberapa tingkat
kerusakan yang dialami oleh gedung pasca
kebakaran, maka dilakukan beberapa penelitian
:
Gambar 2.1 Penurunan Kekuatan Beton pada 1. Visual Inspection
berbagai temperatur (Suhendro,2000) dan Berdasarkan pada perubahan fisik
Hubungan antara Waktu dan Temperatur yang terjadi pada permukaan beton, yaitu :
Spalling (pengelupasan) pada lapisan a. Perubahan warna permukaan
permukaan beton adalah efek yang lumrah beton, untuk mendeteksi temperatur tertingi
terjadi pada saat terjadi kebakaran dan dapat yang dialami.
dikategorikan menjadi 2 kategori atau lebih. b. Ada atau tidak adanya retak
Pendinginan yang tiba-tiba dilakukan oleh permukaan (surface cracks) pada
permukaan beton, untuk mendeteksi kimia selanjutnya digunakan sebagai
temperatur tertinggi yang dialami. pembanding dari hasil uji fisik. Uji ini dapat
c. Ada atau tidak adanya deformasi menggunakan cairan kimia Phenolphtalein
plastis elemen struktur, untuk mendeteksi test (PP-test) dimana Phenolphtalein
kekuatan dan kekakuan struktur, serta merupakan salah satu indikator kimia yang
temperatur tertinggi yang dialami. lazim digunakan untuk mengetahui sifat
d. Ada atau tidak adanya asam ataupun basa suatu material, melalui
pengelupasan/spalling dari selimut beton, respon warna material yang diuji akibat
untuk mendeteksi temperatur tertinggi yang ditetesi oleh Phenolphtalein tersebut.
dialami.
2. Non-Destructive Test / Uji Tidak
Merusak
Alat yang digunakan dalam pengujian
ini adalah Rebound Hammer Test.
Merupakan catra yang paling ringan,
sederhana, dan mudah untuk dilakukan.
Jarak pantulan suatu massa terkalibrasi
(yang digerakkan oleh pegas) yang
mengenai permukaan beton uji digunakan Gambar 2.3 Hubungan Temperatur dengan
sebagai kriteria kekerasan beton.
Kemudian, kekerasan ini dihubungkan Indikator Warna dengan Phenolphtalein
dengan kuat tekan beton normal, oleh sebab
itu hasil pengujian dengan menggunakan
alat ini mempunyai kalibrasi tersendiri. Alat 3. Destructive Test / Uji Merusak
ini beranggapan bahwa beton cukup Pengujian ini dilakukan dengan
homogen, sehingga perubahan mutu beton pengambilan sampel dengan core drill
di bagian dalam tidak dapat ditunjukkan (diameter 10 cm) dan core case (diameter 5
melalui alat ini. Semakin banyak titik cm) yang selanjutnya dibawa ke
pengujian yang dilakukan, maka semakin laboratorium untuk dilakukan test kuat-
baik hasil pengujian yang akan diperoleh. desak, kuat tarik, dan chemical test untuk
Selain menggunakan alat diatas, menaksir temperatur tertinggi
pengujian tidak merusak juga dilakukan (Tjokrodimulyo, 2000). Agar pengambilan
dengan menggunakan pengujian cairan sample dengan core drill/core case tidak
kimia (Chemical Test). Pengujian ini memotong tulangan dalam beton,
bertujuan untuk melihat hubungan antara digunakan bar detector (profometer) untuk
unsur kimia yang terkandung dalam beton, menentukan posisinya. Disamping itu juga
khususnya kapur bebas (CaO), dan dilakukan pengambilan sampel tulangan
temperatur pada saat terjadinya kebakaran baja dari dalam beton, untuk dibawa ke
yang dialami oleh beton. laboratorium dan dilakukan tes kuat-tarik
(fy).
4. Full Scale Loading Test / Uji
Pembebanan Skala Penuh
Untuk mendapatkan hasil estimasi
kekuatan yang lebih pasti, maka jika perlu
dilakukan tes pembebanan skala penuh
langsung di lapangan pada bagian-bagian
struktur yang paling parah sampai dengan 2
kali beban rencana dan merekam respon
lendutan yang terjadi di beberapa titik kritis,
Gambar 2.2. Diagram Schmidt Hammer Test
untuk memperkirakan kekuatan sisa,
kekauan, stabilitas, dan batas respon
Dengan menggunakan temperatur
elastiknya, baik secara statik dengan water
beton, dapat memprediksi besarnya kuat
reservoir loading ataupun secara dinamik
tekan beton. Hasil-hasil pengamatan secara
dengan mechanical exiter (apabila 1. Kerusakan ringan.
diperlukan).
Metode perbaikan yang digunakan
Jenis dan Klasifikasi Kerusakan Beton adalah metode Coating, yaitu dilakukan
Pasca Kebakaran dengan cara melapisi permukaan beton
dengan cara mengoleskan atau
Dari pengamatan yang dilakukan menyemprotkan bahan yang bersifat plastik
terhadap berbagai kasus kerusakan gedung
dan cair.
pasca bakar, dapat dikelompokkan menjadi :
1. Rusak Ringan 2. Kerusakan sedang.
Kerusakan ini berupa pengelupasan
pada plesteran luar beton dan terjadinya Metode perbaikan yang digunakan
perubahan warna permukaan menjadi hitam adalah dengan melakukan Injeksi (grout),
akibat asap yang mungkin disertai dengan yaitu untuk perbaikan elemen atau bagian
retak-retak pada plesteran. elemen yang retak cukup dalam
2. Rusak Sedang
Kerusakan ini berupa munculnya retak- 3. Kerusakan berat.
retak ringan (kedalaman kurang dari 1 mm) Metode yang digunakan adalah
pada bagian luar beton yang berupa garis- Prepacked Concrete, metode ini dilakukan
garis yang sempit dan tidak terlalu panjang jika kerusakan beton sudah parah, misalnya
dengan pola menyebar. Akibat kenaikan retak yang besar dan banyak serta kuat
suhu, agregat akan memuai, setelah suhu tekan beton menurun.
kembali seperti semula ukuran agregat akan Perbaikan secara Arsitektural
kembali seperti semula. Sedangkan mortar Tujuannya adalah mengembalikan
memuai hanya sampai sekitar suhu 200 ºC, bentuk arsitektur bangunan agar semua
setelah itu menyusut yang berlanjut sampai perlengkapan/peralatan dapat berfungsi
dengan suhu normal. Adanya perbedaan sifat kembali.
pemuaian ini dapat menimbulkan tegangan Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini :
lokal pada bidang batas antara kedua bahan
ini yang jika melebihi tegangan lekat akan
terjadi retak/pecah bahkan pengelupasan.  Menambal retak-retak pada
Retak ini diakibatkan oleh proses penyusutan tembok, plesteran, dll.
beton pada saat terjadi kebakaran.  Memperbaiki pintu-pintu, jendela-
3. Rusak Berat jendela, mengganti kaca, dll.
Retak yang terjadi sudah memiliki  Memperbaiki kabel-kabel listrik.
ukuran lebih dalam dan lebar, terjadi secara  Memperbaiki pipa-pipa air, pipa
tunggal atau kelompok. Jika terjadi pada gas, saluran pembuangan.
balok kadang-kadang disertai dengan  Membangun kembali dinding-
lendutan yang dapat dilihat dengan mata. dinding pemisah, cerobong, pagar, dll.
4. Rusak Sangat Berat (Total)  Memplester kembali dinding-
Kerusakan yang terjadi sudah dinding
sedemikian rupa sehingga beton  Mengatur kembali genteng-
pecah/terkelupas sehingga tampak tulangan genteng.
bajanya, atau bahkan sampai tulangan  Mengecat ulang, dll.
putus/tertekuk, beton inti hancur.
D. Konsep Perbaikan Struktur Pasca Kebakaran
Setelah diketahui jenis dan penyebab
kerusakan, langkah selanjutnya adalah
menentukan metode perbaikan untuk masing-
masing elemen struktur. Bahan yang digunakan
harus sedemikian rupa sehingga hasil perbaikan
yang diperoleh memiliki kekuatan sesuai dengan
yang diinginkan dan tahan lama.
III. Metodologi Penelitian
A. Lokasi dan Waktu Penelitian Hasanuddin pasca kebakaran serta di
Penelitian dilaksanakan di Fakultas Laboratorium Struktur dan Bahan Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin dan di Teknik Universitas Hasanuddin.
Laboratorium Struktur dan Bahan Fakultas Populasi penelitian adalah semua elemen
Teknik Unversitas Hasanuddin. struktur gedung kantor Fakultas Pertanian
Waktu penelitian untuk memperoleh data Universitas Hasanuddin dengan rentang waktu
dan informasi dilaksanakan pada 28 Oktober penelitian selama kurang lebih 4 bulan yang
2014 hingga 15 Januari 2015. dilakukan di gedung kantor Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin serta di laboratorium
B. Alat dan Bahan Pengujian Struktur dan Bahan.
Alat dan bahan yang digunakan dalam Teknik pengumpulan data yang dilakukan
penelitian adalah alat dan bahan untuk pengujian selama penelitian adalah dengan melakukan
karbonasi, pengujian schimdt hammer, dan wawancara kepada saksi mata kejadian
pengujian kuat Tarik baja. kebakaran serta dengan melakukan pengambilan
1. Untuk pengujian karbonasi alat dan data dilapangan secara langsung dengan
bahan yang digunakan adalah sebagai melakukan beberapa jenis pengujian. Kemudian
berikut : data yang diperoleh akan dianalisis secara
Bahan : Phenol Phnaftalein (PP komputasi dengan menggunakan program
Cair) SAP2000.
Alat : Alat penyemprot, Betel, Beberapa pengujian yang dilakukan
Palu, Meteran dilapangan adalah sebagai berikut :
2. Untuk pengujian shimdt hammer alat 1. Pemeriksaan Visual
dan bahan yang digunakan adalah Pemeriksaan Visual merupakan tahapan
sebagai berikut : awal dari sekian tahapan yang akan dilakukan
Alat : Alat Uji Palu Beton dalam pemeriksaan kondisi kelayakan gedung
(Schimdt Hammer), pasca kebakaran. Pemeriksaan Visual bertujuan
Spidol, Mistar, Meteran untuk mengelompokkan jenis dan tingkat
3. Untuk pengujian kuat Tarik baja alat kerusakaan yang terjadi pasca kebakaran.
dan bahan yang digunakan adalah Pengaruh api pada komponen struktur
sebagai berikut : bangunan dilakukan dengan mengamati
Bahan : Sampel tulangan perubahan warna pada setiap komponen yang
Alat : Universal Testing diuji dan melakukan uji penetrasi api dengan
Machine kapasitas 1000 menggunakan bahan Phenolphtalin. Pengaruh
KN, Spidol, Strain penetrasi kedalam penampang beton digunakan
Gauge, MeteraN, sebagai identifikasi pengaruh api terhadap mutu
Gurinda, beton yang selanjutkan digunakan untuk
4. Serta sebuah laptop/PC untuk perkiraan kondisi kekuatan beton pasca terbakar.
melakukan perhitungan komputasi Pengamatan visual terdiri dari pengamatan
menggunakan SAP2000. :
C. Rancangan Penelitian  Pengelupasan (spalling) dan retakan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu  Lendutan atau defleksi yang terjadi
kekuatan sisa struktur dari gedung kantor  Perubahan warna pada permukaan beton
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.  Pengamatan temperatur pada selimut
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui beton dan pelapukan yang terjadi pada
tingkat kerusakan elemen struktur pada gedung elemen struktur bangunan ( balok,
kantor Fakultas Pertanian Universitas kolom, dan plat)
Hasanuddin serta untuk mengetahui rekomendasi Perubahan warna pada permukaan beton
perbaikan yang akan dilakukan pada gedung mengindikasikan tingginya temperatur yang
kantor Fakultas Pertanian Universitas terjadi pada saat terbakar sedangkan kerusakan
Hasanuddin. fisik retakan dan pengelupasan sangat
Penelitian ini adalah penelitian mempengaruhi penurunan kekuatan pada
eksperimental dengan mengambil lokasi di komponen struktur tersebut.
gedung kantor Fakultas Pertanian Universitas
2. Pengujian Karbonasi dari alat Schimdt Hammer
Tingkat karbonasi pada beton dapat
memberikan indikasi seberapa dalam beton 4. Pengujian Kuat Tarik Baja
tersebut mengalami karbonasi. Langkah – Tulangan
langkah dalam melakukan uji karbonasi adalah Acuan yang digunakan adalah SNI
sebagai berikut : 07-2529-1991, Metode Pengujian Kuat
Langkah kerja : Tarik Baja Beton. Metode ini
 Kupas/pecah permukaan sampel beton dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan
yang akan diuji karbonasi untuk melakukan pengujian kuat tarik baja
 Semprot cairan Phenol Phnaftalein ke beton. Adapun tujuan dari metode ini adalah
permukaan beton yang telah untuk mendapatkan nilai kuat tarik baja
dipecah/kupas beton dan parameter lainnya. Pengujian ini
 Lihat perubahan warna yang terjadi selanjutnya dapat digunakan dalam
pada permukaan beton pengendalian mutu baja.
 Jika terjadi perubahan warna pada
permukaan beton berupa warna magenta D. Analisis Data
pada permukaan beton maka beton Analisa hasil pengujian Hammer
masih dalam kondisi baik dan tidak Test yang diperoleh dilakukan dengan
mengalami karbonasi menggunakan :
 Dan jika tidak terjadi perubahan pada Untuk memperoleh kuat tekan dari
permukaan beton yang telah hasil uji pantulan menggunakan rumus :
disemprotkan cairan Phenol Phnaftalein y = 1.7027x – 20.595 (Untuk – 90o)
maka beton telah mengalami karbonasi y = 1.7857x – 36.071 (Untuk +90 o)
3. Pengujian Alat Beton Palu Tipe N y = 1.6522x – 24.043 (Untuk 0o)
Acuan yang digunakan adalah SNI 03- Keterangan :
4430-1997 Mengenai Metode Pengujian y = Kuat Tekan Beton (MPa)
Kuat Tekan Elemen Struktur Beton dengan x = Kuat Tekan Beton yang
menggunakan alat uji palu beton tipe N dan diperoleh dari hasil pengujian
NR. Pengujian ini dimaksudkan sebagai Schimdt Hammer (MPa)
acuan dalam melaksanakan uji kekerasan standar deviasi dengan rumus :
permukaan beton di lapangan. Pengujian ini √∑𝑛𝑖=1(𝑓 ′ 𝑐𝑖 − 𝑓 ′ 𝑐𝑟)2
𝑆=
bertujuan untuk “memperkirakan” nilai kuat 𝑛−1
tekan beton pada suatu elemen struktur Keterangan :
untuk keperluan pengendalian mutu beton di s = standar deviasi pengujian
lapangan bagi perencana dan atau pengawas (kg/cm2)
pelaksana pekerjaan. n = jumlah pengujian
Langkah kerja dari pengujian dengan f’ci = kuat tekan beton yang
alat schimdt hammer adalah sebagai berikut: didapatkan dari masing-
 Tentukan sampel beton yang akan masing benda uji (kg/cm2)
diuji dengan menggunakan alat palu f’cr = kuat tekan beton rata-rata
beton (kg/cm2)
 Tentukan lokasi bidang uji pada
elemen struktur yang akan diperiksa untuk memperoleh nilai kuat tekan
dan diberi tanda batas yang jelas beton dari beberapa pengujian diperoleh
dengan luas titik-titik uji 125 x 50 dengan memperoleh rumus :
mm2 (10 titik uji) f’c = f’cr ± s
 Bersihkan permukaan bidang uji dari keterangan :
plesteran atau pelapis pelindung f’c = Nilai kuat tekan beton sisa
lainnya (kg/cm2)
 Tekan plunger head dari alat Schimdt f’cr = nilai kuat tekan rata-rata
Hammer ke titik-titik uji yang telah dari seluruh pengujian (kg/cm 2)
ditentukan s = Standar deviasi pengujian
 Catat nilai dari pantulan yang tercatat
Analisa hasil pengujian Kuat Tarik mengetahui apakah beton telah
Baja yang diperoleh dilakukan dengan mengalami karbonasi dengan
menggunakan : menggunakan cairan kimia
f = P/ A (phenoftalin)
Dimana, f = Tegangan (Mpa)  Schimdt Hammer Test adalah pengujian
P = Beban (KN) menggunakan alat palu beton untuk
A =Luas Penampang mengetahui besarnya kuat tekan beton
( mm2) melalui pantulan yang dihasilkan dari
E. Definisi Operasional alat tersebut.
 Pengamatan Visual adalah salah satu  Pengujian Kuat tarik baja adalah
dari jenis percobaan untuk pengujian yang bermaksud untuk
mengestimasi temperatur yang mengetahui besarnya nilai kuat Tarik
terjadi pada saat terjadinya baja dan parameter lainnya.
kebakaran.  Kapasitas Sisa Struktur adalah besarnya
 Pengujian Karbonasi adalah kemampuan struktur untuk memikul
pengujian yang bertujuan untuk beban setelah mengalami degradasi
IV. Hasil dan Pembahasan Penelitian
A. Hasil Penelitian  Evaluasi Bahan-Bahan yang Terbakar
1. Tingkat Kerusakan Struktur Pasca
Kebakaran Berdasarkan keterangan yang diperoleh
 Gambaran Visual Kerusakan dari saksi mata dan evaluasi visual terhadap benda-
Struktur benda yang terbakar dapat diperhitungkan suhu
tertinggi yang terjadi pada saat berlangsungnya
Hasil evaluasi struktur secara visual pada kebakaran. Tabel dibawah ini merupakan beberapa
lokasi kebakaran adalah terdapat sebuah ruangan benda yang ditemukan pasca kebakaran.
yang mengalami kerusakan berat yakni ruangan
seminar, sementara ruangan lainnya mengalami
kerusakan sedang.

Gambar 4.2. Kaca Meleleh Gambar 4.3. Alumunium Meleleh (±660,36oC)


(±793oC)

Gambar 4.1 Hasil Evaluasi Struktur Secara Tabel 4.1. Titik Leleh
Visual Bahan
No. Bahan Suhu Leleh (oC)
Hasil evaluasi visual memperlihatkan
1. Kaca 793oC
bahwa struktur mengalami retak rambut. Sementara
terdapat satu ruangan yang strukturnya mengalami
2. Alumunium 660oC
retak yang parah. Plesteran pada sebagian struktur
telah mengalami kerusakan hingga mengakibatkan
Tabel 4.2. Perkiraan Suhu Bakar Berdasarkan
pecah-pecah dan juga terlepas.
Kondisi Fisik Beton
Hasil evaluasi visual diutamakan sebagai
No. Kondisi Perkiraan
keperluan untuk kelayakan kerusakan struktur
Permukaan Beton Temperatur
bangunan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam
1. Abu-abu (normal) <300oC
hal untuk melakukan perbaikan struktur (retrofit)
ataukah rekomendasi pembongkaran (sebagian atau 2. Pink (merah muda) 300oC hingga
seluruh). 600oC
3. White Grey (putih 600oC hingga  Kuat Tarik Sisa Baja Tulangan
keabu-abuan) 900oC
4. Buff (Putih keriput)900oC hingga Sampel baja yang diambil merupakan
1000oC sampel tulangan yang strukturnya mengalami
Sumber: Hasil Penelitian di Laboratorium Pusat kerusakan ringan hingga kerusakan berat dan
Litbang Pemukiman – Bandung mewakili kondisi baja tulangan pasca kebakaran.
Hasil pengujian diperlihatkan pada grafik berikut ini
Dengan melihat dan menganalisa bahan- :
bahan yang terbakar dapat diketahui suhu tertinggi
yang terjadi pada saat kebakaran sesuai dengan hasil 700
pengamatan dilapangan yang diperlihatkan pada
600
lampiran. Maka diperhitungkan suhu tertinggi yang

Tegangan (MPa)
terjadi pada saat kebakaran adalah ±800oC. Durasi 500
kebakaran serta panas memengaruhi material beton 400
serta baja sehingga akan menyebabkan terjadinya 300
penurunan kekuatan material beton serta baja yang 200
mengakibatkan akan berkurangnya kekuatan
struktural dari gedung secara keseluruhan. 100
0
2. Kuat Tekan Beton dan Tarik Baja Pasca 0 20000 40000 60000 80000 100000
Kebakaran
Regangan (x10-6)
 Kuat tekan beton Pasca Kebakaran
(Schimdt Hammer Test)
Gambar 4.4 Grafik Hasil Pengujian
Hasil evaluasi Schmidt Hammer dapat
Kuat Tarik Baja Ø8
dilihat pada lampiran 1. Dari evaluasi Schimdt
Hammer Test diperoleh kekuatan tekan beton (f’c): Dari grafik diatas diperoleh fy dari hasil
pengujian kuat Tarik baja untuk tulangan baja Ø8
Untuk Kolom :
adalah sebesar 406.12 MPa
Kuat Tekan Beton (f’c) : (17.08 ± 1.43) MPa
600
Untuk Balok :
500
Tegangan (MPa)

Kuat Tekan Beton (f’c) : (28.07 ±2.41) MPa 400

Untuk Plat : 300


200
Kuat Tekan Beton (f’c) : 43.09 MPa
100
Evaluasi Schimdt Hammer Test 0
memperlihatkan bahwa telah terjadi degradasi 0 20000 40000 60000 80000
kekuatan beton dan suhu panas kebakaran yang tidak
merata pada semua tempat dapat mengakibatkan Regangan (x10-6)
ketidakseragaman kekuatan sisa beton pasca
kebakaran.
Gambar 4.5 Grafik Hasil Pengujian Kuat Tarik
Berdasarkan dari hasil pengujian Schimdt Baja Ø10
Hammer Test dapat kita simpulkan bahwa plat masih
Dari grafik diatas diperoleh fy dari hasil
memiliki kuat tekan beton yang tinggi. Sedangkan pengujian kuat Tarik baja untuk tulangan baja Ø10
pada Balok dan Kolom terdapat kuat tekan beton
adalah sebesar 403.94 MPa
yang sebesar (17.08 ± 1.43) MPa untuk kolom dan
sebesar (28.07 ±2.41) MPa untuk balok.
500 kebakaran. Selain itu, akibat pemanasan yang tinggi
tulangan baja akan mengalami tekuk (buckling)
Tegangan (MPa)

400 akibat tegangan tekan (compressive stress) pada


300 temperatur tinggi.
200 B. Pembahasan Penelitian
100
Setelah mengetahui semua hasil penelitian
0 maka perhitungan momen sisa dari struktur dapat
-10000 10000 30000 50000 70000 dilakukan perhitungan momen sisa dari struktur.
Regangan (x10-6)) Momen sisa dihitung dengan menggunakan rata-rata
uji kuat Tarik tulangan baja (fy) sebesar 360 N/mm2,
sedangkan nilai kuat tekan beton (f’c) yang
Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengujian Kuat Tarik digunakan adalah rata-rata dari hasil pengujian kuat
Baja Ø12 tekan menggunakan Schimdt Hammer yaitu sebesar
15.65 MPa.
Dari grafik diatas diperoleh fy dari hasil
pengujian kuat Tarik baja untuk tulangan baja Ø12 Perhitungan momen sisa pasca kebakaran
adalah sebesar 312.01 MPa dengan menggunakan SAP2000 v15 dengan data
yang diperoleh dari hasil penelitian.
600
Data Material :
500
Tegangan (MPa)

fy = 360 MPa
400
300 f’c = 15.65 MPa
200 Penampang :
100
 Kolom = 600 x 600 mm
0
0 30000 60000 90000 As = 4415,625 mm2
Regangan (x10-6))
As’ = 3434.375 mm2
 Balok = 450 x 600 mm
Gambar 4.7 Grafik Hasil Pengujian Kuat Tarik
Baja Ø13 As = 1205.76 mm2
Dari grafik diatas diperoleh fy dari hasil As’ = 803.84 mm2
pengujian kuat Tarik baja untuk tulangan baja Ø13
adalah sebesar 347 MPa Gempa = Zona II,
Kondisi Tanah Lunak
Dari hasil pengujian baja tulangan yang
telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa baja Tahap awal analisa adalah mempelajari
tulangan yang ada didalam balok-kolom secara acak sistem struktur yang dapat dipakai dengan mengikuti
ada yang telah meleleh dan ada juga yang belum persyaratan-persyaratanyang ditentukan dan
meleleh. Tulangan yang telah meleleh akan putus penentuan pembebanan berdasarkan fungsi ruangan-
yang akan menyebabkan kegagalan struktur atau ruangannya.
mengalami keruntuhan. Analisa struktur gedung dilakukan dengan
menggunakan 2 variasi kuat tekan beton (f’c) yaitu
Kekuatan dan stabilitas tulangan baja kuat tekan beton (f’c) sebelum kebakaran dan kuat
dipengaruhi oleh temperature yang tinggi. Meskipun tekan beton(f’c) pasca kebarakan.
pada saat kondisi pendinginan tegangan lelehnya Analisa struktur gedung dilakukan dengan
(yield stress) hamper pulih kembali, tetapi pada software SAP2000 v15 dimana faktor reduksi
temperatur 550oC tegangan leleh baja telah kekuatan (Re= 3.5) diambil sesuai dengan ACI-318-
mengalami penurunan hingga 50%. Kondisi ini 99 dan diadopsi oleh SNI 03-2846-2002. Struktur
tentunya sangat berpengaruh pada saat terjadinya bangunan dianalisa secara 3 dimensi dengan
menggunakan metode komputasi (software 𝑀𝑘𝑎𝑝 = 76384575,6 + 138903552
SAP2000) dan didesain sebagai Stuktur Rangka
Pemikul Momen Biasa (Ordinary Resisting Moment 𝑀𝑘𝑎𝑝 = 2152881128 𝑁𝑚𝑚
Frame), sehingga kita dapat menaksir sejauh mana
kemampuan struktur elemen gedung pasca 𝑀𝑘𝑎𝑝 = 21, 52 𝑡𝑜𝑛. 𝑚
kebakaran dalam memikul beban.
Untuk analisa struktur gedung sesuai Dari hasil analisa struktur menggunakan
dengan SNI-1726-2002, maupun Standar Tata Cara software SAP2000 v15, diperoleh bahwa
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan struktur masih dapat memikul beban
Gedung, maka direncanakan dengan struktur gedung pasca kebakaran
memperhitungkan pengaruh beban gempa rencana
dan didapatkan kombinasi pembebanan sebagai
berikut :
 1.4DL
 1.2DL + 1.6LL
 1.2DL + 1.0LL +1.0E

Dimana :
DL = Beban Mati (Dead Load)
LL = Beban Hidup (Live Load)
E = Beban Gempa (Earthquake Load)
Gambar 4.8. Hasil Pengujian SAP2000
Perhitungan manual untuk mengetahui besarnya vers.15
momen kapasitas disalah satu balok dengan
menggunakan data material : Seperti yang diperlihatkan pada
gambar diatas bahwa Struktur Ruang
Data Material : Perkantoran Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin masih dapat memikul beban
fy = 360 MPa struktur pasca kebakaran. Bahwa seluruh
concrete frames masih lulus dari yang telah
f’c = 15.65 MPa
direncanakan
Penampang :
Berdasarkan output SAP2000
 Balok = 450 x 600 mm struktur dapat memikul beban maksimal

As = 1205.76 mm2 Sebesar 24.621 ton/m’.

As’ = 803.84 mm2  Dari hasil analisa struktur menggunakan


software SAP2000 v15 dapat
d = 540 mm dikeluarkan rekomendasi perbaikan
berupa perbaikan arsitektural.
d’ = 60 mm
𝐴𝑠. 𝑓𝑦 − 𝐴𝑠 ′ . 𝑓𝑠 Dari hasil output SAP2000 vers15
𝑎= bahwa struktur masih dapat memikul beban
0.85. 𝑓 ′ 𝑐. 𝑏 struktur pasca kebakaran sehingga tidak
434073,6 . 289382,4 perlu dilakukan perbaikan struktur.
𝑎=
5986,125 Perbaikan yang yang direkomendasikan
adalah perbaikan secara arsitektural.
𝑎 = 24,17109
Tujuannya adalah mengembalikan bentuk
𝑎 arsitektur bangunan agar semua
𝑀𝑘𝑎𝑝 = 𝐴𝑠. 𝑓𝑦 − 𝐴𝑠 ′ . 𝑓𝑠. (𝑑 − )
2 perlengkapan/peralatan dapat berfungsi
+ 𝐴𝑠 ′ . 𝑓𝑠. (𝑑 − 𝑑 ′ ) kembali.
Tindakan-tindakan yang termasuk jenis panjang dengan pola menyebar. Akibat
ini adalah kenaikan suhu, agregat akan memuai, setelah
suhu kembali seperti semula ukuran agregat
 Menambal retak-retak pada akan kembali seperti semula
tembok, plesteran, dll. 2. Dari hasil analisis struktur diperoleh momen
 Mengganti pintu-pintu, jendela- sisa pada balok adalah sebesar 24.621 ton
jendela, mengganti kaca, dll. meter lebih besar daripada momen kapasitas
 Memperbaiki kabel-kabel listrik. penampang sebesar 21.52 ton meter sehingga
struktur masih mampu memikul beban yang
 Memperbaiki pipa-pipa air, pipa
bekerja
gas, saluran pembuangan.
3. Tidak perlu dilakukan perbaikan secara
 Membangun kembali dinding-
struktural, cukup perbaikan arsitektural.
dinding pemisah, cerobong, pagar,
B. Saran
dll.
 Memplester kembali dinding- Saran-saran yang dapat diambil dari
dinding pengujian, pembahasan, dan kesimpulan
 Mengatur kembali genteng- yakni:
genteng.
 Mengecat ulang, dll. 1. Perlunya diteliti lebih lanjut tinjauan struktur
dengan menggunakan uji destructive test (
V. Penutup Core Drill Test). Agar diperoleh hasil Uji
A. Kesimpulan Kuat Tekan yag lebih akurat.
2. Perlunya diteliti lebih lanjut tinjauan struktur
sebagai satuan monolit, apabila salah satu
Dari hasil penelitian, dapat ditarik elemen dari panel tulangannya meleleh akan
beberapa kesimpulan yaitu : mengakibatkan elemen panel lainnya saling
1. Berdasarkan hasil pengamatan visual, mengakukan akan terpengaruh secara kontinu
kerusakan yang terjadi pada elemen struktur ke panel selanjutnya
dapat dikategorikan sebagai kerusakan 3. Perlu diperhatikan perilaku struktur yang
sedang dengan ciri-ciri ini berupa munculnya mengalami kebakaran (struktur sakit), dalam
retak-retak ringan (kedalaman kurang dari 1 hal ketahanannya memikul struktur tanpa
mm) pada bagian luar beton yang berupa segera adanya perbaikan
garis-garis yang sempit dan tidak terlalu
Nawy, E. G., 1985, “Beton Bertulang
DAFTAR PUSTAKA (Suatu Pendekatan Dasar)”, PT. Eresco,
Aswani A. I., 2000, “Tinjauan Kelayakan Bandung
Balok Beton Bertulang Pascabakar Secara Neville A. M., 1975, “Properties of
Analisis dan Eksperimen” Tesis Program Concrete”, The English Language Book
Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Society & Pitman Publishing, London
Yogyakarta PBI, 1971, Peraturan Beton Bertulang
Castillo C., and Durrani A. J., 1990, Indonesia 1971 N.I.-2, Cetakan ke-7,
“Effect of Transient High Temperature on Bandung: Departemen Pekerjaan Umum dan
High Strength Concrete”, ACI Material Tenaga Listrik Direktorat Jenderal
Journal, January-February, pp47-53 Ciptakarya Direktorat Penyelidikan Masalah
Departemen Pekerjaan Umum, 1991, Bangunan.
“Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Poh C. K. W. and Bennets I. D., 1995 ,
Bertulang untuk Bangunan Gedung SK-SNI- “Analysis of Structural Members Under
T-1991-03”, Yayasan LPMB, Bandung Elevated Temperatures Condition“, Journal
Lie T. T., and Kodur V. K. R., 1996, of Structural Engineering, April 1995, pp.
“Fire Resistance of Steel Columns Filed with 664-675
Bar-Reinforced Concrete”, Journal of Priyosulityo H., 1999, “Pengambilan
Structural Engineering, January, pp. 30-36 Data Lapangan Dan Evaluasi Mutu Bahan
Bangunan Pasca Kebakaran“, Studium
General Analisis Struktur Gedung Pasca
Kebakaran, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Metode Perbaikan Elemen Strukturnya”,
Teknik, Universitas Gadjah Mada, Tesis Program Pasca Sarjana, Palu
Yogyakarta Teguh M., 1997, “Efek Panas Api
Sanjayan G. & Stocks L. J., 1993, Terhadap Kekuatan Balok Beton Bertulang
“Spalling of High-Strength Silica Fume Tertumpu Sederhana “, Seminar Regional
Concrete in Fire”, ACI Material Journal, Kiprah Teknik Sipil dan Teknik Arsitektur
March-April, pp. 170-173 Dalam Menyongsong Era Penjagatan,
Suhendro B., 1999, “ Dasar-Dasar Yogyakarta
Metode Penaksiran Kekuatan Sisa Struktur Triyono A., 1998,” Analisis Degradasi
Beton Bertulang Pasca Kebakaran”, Studium Dan Perbaikan Struktur Beton Pasca
General Analisis Struktur Gedung Pasca Kebakaran”, Studium General Analisis
Kebakaran, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Struktur Gedung Pasca Kebakaran, Jurusan
Teknik, Universitas Gadjah Mada, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Yogyakarta. Gadjah Mada, Yogyakarta
Tatong B, 2007, “Analisis Material
Beton Bertulang Pasca Kebakaran dan

Вам также может понравиться