Вы находитесь на странице: 1из 20

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

MODUL 03

LONCATAN HIDROLIS

Nama Praktikan : Riza Restu Mahendra

NIM : P17333118436

Kelompok/Shift : Kelompok 4 / 12.30 WIB – 14.00 WIB

Tanggal Praktikum : Selasa, 18 Juni 2019

Tanggal Pengumpulan : Jumat, 28 Juni 2019

Asisten yang Bertugas : 1. Steven Gunawan

2. Tsamara Luthfia. H

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

2019
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui macam-macam dari loncatan hidrolis dan mampu menentukan
jenis loncatan hidrolis yang terjadi saat pelaksanaan praktikum
2. Menghitung dan menentukan nilai debit aktual (Qaktual)
3. Menghitung dan menentukan Energi Spesifik (Es)
4. Menentukan bilangan Fraude

B. PRINSIP PERCOBAAN
Pada praktikum ini kita akan menggunakan alat bantu yang bernama sluice
gate. Pada saat praktikum berlangsung, sluice gate akan digunakan sebagai alat untuk
membendung air. Di bagian bawah saluran terdapat bukaan pintu air yang dapat
meredam energi spesifik air. Dari praktikum ini akan terbentuk beberapa jenis aliran.
Ada beberapa jenis aliran yaitu aliran kritis, aliran subkritis, dan aliran superkritis.
Pada dasarnya, jika kita meginginkan terjadinya fenomena loncatan hidrolis maka
harus terdapat bilangan Frounde (Fr), dengan semakin besar kecepatan aliran dari
subkritis menjadi superkritis maka akan menghasilkan bilangan Frounde (Fr) yang
besar juga. Aliran kritis Semakin besar debit air nya maka semakin besar pula area
aliran superkritisnya. Aliran yang memiliki energi potensial yang tinggi maka aliran
tersebut merupakan aliran superkritis, tetapi jika semakin tinggi energi kinetiknya
maka aliran tersebut merupakan aliran subkritis.
Prinsip terjadinya loncatan hidrolis yaitu karena terjadinya fenomena
kekritisan aliran. Kekritisan aliran akan berubah karena adanya gangguan/hambatan
pada saat air sedang mengalir. Melihat fenomena loncatan hidrolis ini bisa kita lihat
melalui alat hydraulic bench. Praktikum dimulai dari menyalakan mesin hydraulic
bench dengan menekan tekan tombol on/off yang berada didekat weight tank. Saat alat
dinyalakan, air akan mulai mengalir dari hulu ke hilir sesuai dengan debit air yang
telah diatur. Sebelum melakukan langkah praktikum yang selanjutnya, pastikan bahwa
tidak terdapat kebocoran atau kerusakan yang dapat mempengaruhi hasil akhir
praktikum serta penghitungan. Hal yang pertama dilakukan adalah mengukur suhu di
awal percobaan. Pengukuran suhu dilakukan untuk mengetahui massa jenis air yang
dapat dicari melalui perhitungan persamaan massa jenis. Langkah berikutnya adalah
melakukan praktikum hydarulic bench yang memiliki prinsip keseimbangan.
Praktikum hydraulic bench dimulai dengan mengisi air dalam weight tank dengan
menutup drain yang terdapat didalam weight tank dengan memutar cam lever. Ketika
kita membuka valve di bench, air akan mengalir ke saluran lalu akan mengisi weight
tank. Siapkan beban dengan massa 2,5 kg yang kemudian akan diletakkan di lengan
beban saat lengan beban mulai naik keatas. Saat weight tank terisi dengan air, lengan
beban akan naik ke atas, kemudian simpan beban di lengan beban sehingga lengan
beban akan turun kembali ke bawah, pada saat yang sama nyalakan stopwatch. Ketika
lengan beban naik kembali ke atas, hentikan stopwatch. Penghitungan waktu dengan
Stopwatch digunakan untuk mengetahui waktu yang akan digunakan untuk
menentukan debit aktual. Hal tersebut dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap variasi
debitnya untuk mendapatkan waktu yang akurat serta presisi.
Setelah melakukan praktikum hydraulic bench, praktikum berikutnya adalah
praktikum loncatan hidrolis. Hal pertama yang harus dilakukan adalah meletakkan
sluice gate dengan jarak ± 90 cm dari inlet, hal ini bertujuan untuk membentuk
loncatan hidrolis. Untuk mengatur loncatan hidrolis yang terbentuk, dapat dilakukan
dengan cara mengatur bukaan sluice gate, bisa juga dengan cara mengatur debit air
yang mengalir. Lakukan pula pengukuran kedalaman aliran pada 6 titik pengukuran
untuk menentukan tinggi loncatan, lalu mengukur jarak antar titik untuk menentukan
panjang loncatan. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan data yang
stabil dan akurat. Kemudian lakukan kembali pengukuran suhu di akhir percobaan.
Setelah selesai melakukan percobaan, tutup pengatur debit secara perlahan lalu
matikan alat hydraulic bench.

C. DASAR TEORI
Air luapan jatuh bebas pada pelimpah terjunan tegak akan memutar
kurvaturnya dan bergerak secara perlahanlahan hingga menjadi aliran superkritis pada
lapisan lindung. Akibatnya, akan terbentuk suatu loncatan hidraulik pada hilir.
Loncatan hidraulik ini terjadi apabila terjadi perubahan kedalaman yang mendadak
terhadap kedalaman lanjutannya. Salah satu perilaku loncatan hidraulik yang penting
adalah letak dan panjang loncatan hidraulik.
Dari pandangan pemakaian praktis, loncatan hidraulik sangat berguna sebagai
peredam energi lebih pada aliran superkritis. Peredaman ini berguna untuk mencegah
erosi yang mungkin terjadi pada saluran pelimpah, saluran curam, dan pintu air geser
tegak dengan cara memperkecil kecepatan aliran pada lapisan pelindung hingga pada
suatu titik tempat aliran tidak mempunyai kemampuan lagi untuk mengikis dasar
saluran di bagian hilir.
Loncatan air terjadi akibat adanya perubahan aliran dari superkritis menjadi
subkritis. Umumnya loncatan air terjadi pada saat air keluar dari suatu pelimpah atau
pintu air. Panjang loncatan dapat didefinisikan sebagai jarak antara permukaan depan
loncatan air/hidrolis sampai dengan suatu titik pada permukaan gulungan ombak yang
segera menuju hilir. Panjang loncatan sulit ditentukan secara teoritis, tetapi telah
banyak diselidiki dengan cara percobaan di laboratorium.
Loncatan hidrolis merupakan suatu fenomena yang terjadi pada aliran terbuka.
Karena kehadiran bangunan-bangunan hidrolik pada saluran yang menyebabkan
pelepasan energi. Pelepasan energi pada aliran itu terjadi akibat perubahan kondisi
subkritis (sebelum pintu air), superkritis (sebelum loncatan), dan subkritis (setelah
loncatan). Loncatan hidrolis digunakan sebagai peredam energi pada aliran
superkritis. Jenis loncatan hidrolis yang terbentuk dapat diketahui dari bilangan
Froude (Fr). Loncatan hidrolis bersifat sangat turbulen.
Berikut adalah sifat sifat dari loncatan hidrolis
Beberapa karakteristik dasar loncatan air pada saluran terbuka adalah sebagai berikut
(VenTe Chow, 1985)
1. Kehilangan energi pada loncatan adalah sama dengan perbedaan energi spesifik
sebelum dan sesudah terjadinya loncatan.
2. Efisiensi loncatan hodrolik adalah perbandingan energi spesifik setelah loncatan
air dengan sebelum loncatan hidrolik air.
3. Perbedaan kedalaman sebelum dan sesudah loncatan dinamakan tinggi loncatan
dengan menyatakan setiap besaran sebagai rasio terhadap energi spesifik semuka.
4. Tinggi loncatan, Selisisih kedalaman air sebelum dan sesudah loncatan hidrolis
5. Panjang loncatan, Selisih posisi awal sebelum loncatan dan kedalaman stabil
setelah mencapai subkritis.

Gambar 1.1 Ilustrasi Loncatan Hidrolis pada saluran terbuka


Sumber: http://www.angelfire.com/me/Zulkiflee/bab4.html

Loncatan hidrolis dapat terjadi dalam bentuk yang bervariasi, mulai dari
loncatan yang terjadi di atas permukaan tanah yang terjadi pada waktu hujan,
sampai aliran dengan kedalaman air konstan dalam saluran prismatis. Masalah
loncatan hidrolis banyak dijumpai dalam aliran sungai, saluran-saluran irigasi,
aliran saluran pembuangan dan saluran-saluran lainnya berdasarkan bentuk dan
letak geografis yang beragam.

Gambar 1.2 Aliran dibawah pintu air mengalami percepatan dari aliran
subkritis ke superkritis, lalu meloncat kembali ke aliran subkritis.

Sumber: http://e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/11203.pdf

Berikut adalah pemakaian-pemakaian praktis pada loncatan hidrolis, yaitu :


1. Sebagai peredam energi pada bendungan.
2. Untuk menaikkan kembali tinggi energi atau permukaan air pada daerah
hilir saluran pengukur.
3. Untuk memperbesar tekanan pada lapis lindung.
4. Untuk memperbesar debit, dengan mempertahankan air bawah balik.
5. Untuk menunjukan kondisi-kondisi aliran tertentu, misal ada aliran super
kritis.

Fenomena loncatan air ini terjadi akibat adanya perubahan aliran dari
superkritis tiba-tiba menjadi subkritis, oleh karena itu permukaan air
menyesuaikan diri terhadap pengurangan kecepatan dan penambahan kedalaman
aliran dalam bentuk keunikannya yang disebut loncatan air. Secara praktis
penggunaan loncatan air antara lain adalah sebagai peredam energi aliran dibawah
pelimpah, waduk, pintu dan lain-lain, sehingga penggerusan yang tidak
diharapkan di hilir saluran dapat dihindari. Selain itu telah pula digunakan untuk
menaikkan permukaan air di hilir untuk menyediakan kebutuhan tinggi tekan
pengaliranke dalam saluran dan juga untuk menambah muatan berat air pada
lantai lindung(apron), dengan demikian dapat menetralisir tekanan angkat (uplift
pressure) sehinggadapat mengurangi ketebalan lantai lindung dari beton yang
diperlukan dalam bangunan pada pondasi tak kedap air (permeable fondations).
Loncatan air juga digunakan padasistem pengaliran air bersih perkotaan untuk
mencampur bahan kimia dan jugamengeluarkan gelembung-gelembung udara.

Macam – macam Loncatan Hidrolis


Menurut Dermawan (2012), sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Biro Reklamasi Amerika Serikat, jenis loncatan dapat dibedakan berdasarkan
bilangan froude (Fr). Aliran yang terlibat yaitu aliran kritis. (Chow, 1989)

1. Untuk F1 = 1
Aliran kritis, sehingga tidak dapat berbentuk loncatan.
2. Untuk F2 = 1 sampai 1,7 (Lompatan Beralur/Undular Jump)
Terjadi ombak pada permukaan air, dan loncatan yang terjadi dinamakan
loncatan berombak.
3. Untuk F3 = 1,7 sampai 2,5 (Lompatan Lemah/Weak Jump)
Terjadi rangkaian gulungan ombak pada permukaan loncatan tetapi
permukaan air di hum tetap halus, loncatan ini dinamakan loncatan lemah.
4. Untuk F4 = 2,5 sampai 4,5 (Lompatan Berayun/Oscillating Jump)
Terdapat semburan berisolasi menyertai dasar loncatan bergerak ke
permukaan dan kembali lagi tanpa perioda tertentu, loncatan ini
dinamakan loncatan berisolasi.
5. Untuk F5 = 4,5 sampai 9,0 (Lompatan Mantap/Steady Jump)
ujung-ujung permukaan hilir akan bergulung dan titik dimanakecepatan
semburannya tinggi cenderung memisahkan diri dari aliran. Loncatan
macam ini sangat seimbang dan karakteristiknya adalah yang terbaik.
6. Untuk F5 = lebih dari 9,0 (Lompatan Kuat/Strong Jump)
kecepatan semburan yang tinggi akan memisahkan hempasan gelombang
gulung dari permukaan loncatan, menimbulkan gelombang-gelombang
hilir.
Keterangan:
Fr = Angka froude
V = Kecepatan aliran (cm/s)
g = Percepatan gravitasi (cm/s2)
h = Kedalaman aliran (cm)
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Biro Reklamasi Amerika serikat
jenis loncatan dapat dibeda-bedakan berdasarkan bilangan Froude (F1) aliran yang
terlibat (Chow, 1989), yaitu: (1) Aliran kritis, (2) Loncatan berombak, (3) Loncatan
lemah, (4) Loncatan berosilasi, (5) Loncatan tunak, (6) Loncatan kuat.
Untuk F1 = 9 dan yang lebih besar,kecepatan semburan yang tinggi akan
memisahkan hempasan gelombang gulung dari permukaan loncatan, menimbulkan
gelombang di hilir. Jika permukaannya kasar akan mempengaruhi gelombang yang
terjadi. Gerakan loncatan jarang terjadi, tetapi efektif karena peredaman energinya
dapat mencapai 85%.

Gambar 1.3 Jenis-jenis Loncatan Hidrolis

Sumber : http://e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/11203.pdf

Pengaruh gravitasi terhadap aliran dapat dinyatakan dengan angka Froude.


Untuk menghitung angka Froude pada awal loncat air dan di bagian hilir setelah
loncatan air digunakan persamaan sebagai berikut :

𝑣
𝐹𝑟 =
√𝑔. ℎ

Keterangan : Fr = Bilangan Froude


𝑣 = Kecepatan pada titik yang ditinjau (m/s)
𝑔 = Percepatan gravitasi (m2/s)
𝑦 = Kedalaman titik yang ditinjau (m)
Beberapa karakteristik dasar loncatan air pada saluran terbuka (V.T.
Chow,1985) :
1. Kehilangan energi pada loncatan adalah sama dengan perbedaan energi
spesifik sebelum dan sesudah terjadinya loncatan.

∆𝐸𝑠 = 𝐸𝑠2 − 𝐸𝑠6

2. Efisiensi loncatan hidrolik adalah perbandingan energi spesifik setelah


loncatan air dengan sebelum loncatan hidrolik air.

𝐸𝑠6
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 =
𝐸𝑠2

3. Perbedaan kedalaman sebelum dan sesudah loncatan dinamakan tinggi


loncatan dengan menyatakan setiap besaran sebagai rasio terhadap energi
spesifik semuka.

𝐻𝑖 = 𝑦6 − 𝑦2

Panjang loncatan hidrolik air dapat didefinisikan sebagai jarak antara


permukaan depan loncatan air sampai menuju pada suatu titik permukaan gulungan
ombak dibagian hilir (Rangga Raju, KG, 1986).

𝐿 = 𝑥5 − 𝑥3

D. Data Awal
Massa beban 2,5 kg
o
Suhu air awal 28 C
o
suhu air akhir 28 C
o
suhu rata rata 28 C
Massa Air 7,5 Kg
Lebar saluran 0,007 M
massa jenis 995,8316 kg/m3

Tabel 1.1 Data Pengamatan Waktu dan Kedalaman Saluran

variasi waktu (s) Kedalaman (m)


t1 t2 t3 tavg y1 y2 y3 y4 y5 y6
1 5,9 5,3 5,6 5,6 0,0926 0,0158 0,0282 0,0305 0,0383 0,0331
2 6 6 5,8 5,933333 0,0826 0,0156 0,0259 0,0289 0,0393 0,0312
3 7,8 7,3 7,8 7,633333 0,0537 0,015 0,0213 0,0272 0,0359 0,0275
Sumber : Perhitungan

Tabel 1.2 Hasil Perhitungan Debit dan Luas Permukaan Basah untuk Setiap Variabel

Jarak Titik (m)


Variasi
x1 x2 x3 x4 x5 x6
1 0 0,3 2,56 2,62 2,71 3,4
2 0 0,3 2,11 2,16 2,21 3,4
3 0 0,3 1,06 1,09 1,13 3,4
Sumber : Perhitungan

E. PENGOLAHAN DATA
a. Menentukan Densitas Air
Densitas air didapat dengan cara mensubtitusi nilai x dengan nilai suhu rata rata.
Cara untuk menghitung densitas air dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
y = -0,0036x2 – 0,0695x + 1000,6
Suhu rata – rata yang diambil adalah 25 oC :
y = -0,0036(25)2 – 0,0695(25) + 1000,6

= 996,6125 kg/m3

Sehingga didapat nilai densitas air adalah 996,6125 kg/m3

b. Menentukan Volume Air


Untuk menentukan volume air dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑚
V= 𝜌

Dengan menggunakan data massa beban pada tabel 1.3 sehingga dapat dihitung nilai
volume airnya :
7.5
V = 996,6125

= 0,007525493 m3
Jadi nilai volume air adalah 0,007525493 m3

c. Menentukan Panjang Loncatan Aliran Fluida

Untuk menentukan panjang loncatan aliran fluida dapat menggunakan


persamaan sebagai berikut :
L = x5 - x3

Dengan menggunakan data posisi aliran fluida variasi 1 pada tabel 1.2 , sehingga
dapat dihitung nilai Panjang loncatannya sebagai berikut :

L1.1 =2,71– 2,56

L1.1 = 0,25 m

Jadi nilai Panjang loncatan aliran fluida untuk variasi 1 titik 1 adalah 0,25m. Begitu
pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.

a. Menentukan Keliling Basah Saluran


Untuk menentukan keliling basah saluran dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut :
P = b + 2y
maka didapatkan nilai keliling basah saluran sebagai berikut :

P1.1 = 0.007 + 2(0,03975)

= 0.0865 m

Maka didapatkan nilai keliling basah untuk variasi 1 yaitu 0.0865 m. Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.

d. Menentukan Luas Penampang Saluran

Untuk menentukan luas penampang saluran dapat menggunakan persamaan sebagai


berikut :
A = lebar saluran x Ytiap titik

maka didapatkan nilai luas penampang saluran sebagai berikut :

A1.1 = 0.007 x 0.0926

A1.1 = 0,0006482 m2

Sehingga nilai luas penampang titik 1 variasi 1 pada saluran adalah 0,0006482 m2.
Begitu pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.

e. Menentukan Debit Aktual Air


Untuk menentukan debit aktual air dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝑉
Q = 𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

maka didapatkan nilai debit aktual adalah :

0.0075
Q1.1 = 5,6

= 0,000987 m3/s

Jadi nilai debit aktual air variasi 1 adalah 0,000987 m3/s . Begitu pun dengan variasi
lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.

f. Menentukan Jari – Jari Hidrolis Saluran


Untuk menentukan jari - jari hidrolis saluran dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut :

𝐴
R=𝑃

Dengan menggunakan data titik 1 untuk variasi 1 pada tabel 4.1, maka didapatkan
nilai jari – jari hidrolis saluran :

0,0006482
R1.1= 0.0865

R1.2= 0.007493642 m

Jadi nilai jari – jari hidrolis saluran adalah 0.007493642 m. Begitu pun dengan
variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama. Sehingga didapati R (m2)
untuk setiap variasi di setiap titik.

g. Menentukan Energi Spesifik

Untuk menentukan energi spesifik dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝑣𝑖 2
Es = yi + 2𝑔

maka didapatkan nilai energi spesifik sebagai berikut :

2,074812
Es1.1= 0.0926 + 2(9.81)
Es1.1 = 0.31201063 m

Maka didapatkan nilai energi spesifik titik 1 untuk variasi 1 adalah 0.31201063 m.
Begitu pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.

h. Menentukan Kecepatan Aliran Air


Untuk menentukan kecepatan aliran dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑄
v=𝐴

dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :

0,000987
v = 0,0006482

v = 1.52267819 m/s

Jadi nilai kecepatan aliran air adalah 1.52267819 m/s. Begitu pun dengan variasi
lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.

i. Menentukan Bilangan Froude

Untuk menentukan bilangan Froude dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝑣
Fr =
√𝑔 𝑥 𝑦𝑖

maka dapat ditentukan sebagai berikut :

2,07481
Fr1.1 =
√9.81 𝑥 0.0926

Fr1.1 = 2.17689928

Fr21.1 = 4.73889048

Jadi nilai bilangan Froude titik 1 pada variasi 1 adalah 4.73889048. Cara ini berlaku
sama untuk setiap titik pada variasi bilangan Froude lainnya. Begitu pun dengan variasi
lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama

j. Menentukan Kedalaman Kritis

Untuk menentukan kedalaman kritis dapat menggunakan persamaan sebagai


berikut :
3 𝑄2
Yc = √𝑏2 𝑔
maka dapat dihitung :
3 2
0,000987
Yc = √0.0072 𝑥 9.81

Yc = 0,155538006 m

Maka didapatkan nilai kedalaman kritis variasi 1 adalah 0,155538006 m. Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.

k. Menentukan Efektivitas Loncatan Aktual

Untuk menentukan y6/y2 aktual dapat secara langsung dilakukan perhitungan


sebagai berikut :

𝑦6 0.0331
= 0.0158
𝑦2

= 2.09493671 m

Sehingga nilai y6/y2 aktualnya adalah 2.09493671 m. Cara ini berlaku sama untuk variasi
y6/y2 aktualnya lainnya. Begitu pun dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan
formula yang sama.

l. Menentukan Tinggi Loncatan Aktual


Untuk menentukan tinggi loncatan dapat menggunakan rumus sebagai berikut
:
𝐻𝑖 = 𝑦6 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑦2 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙

maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Hi = 0.0331 - 0.0158

= 0.0173 m

Maka didapatkan nilai tinggi loncatan 0.0173 m. Begitu pun dengan variasi lainnya,
digunakanlah rumus dan formula yang sama.

m. Menentukan Efisiensi Energi Aktual

Untuk menentukan efisien energi aktual dapat langsung dengan menggunakan


data pada tabel 4.1 dan perhitungan sebagai berikut :

ES6/ES2 = 1,750311/7,498007
= 0,229547

Maka nilai efisiensi energi aktual variasi 1 adalah 0,229547. Begitu pun dengan variasi
lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama.

n. Menentukan Efektivitas Loncatan Teoritis

Untuk menentukan efektivitas loncatan teoritis dapat menggunakan persamaan


rumus sebagai berikut :

𝑦6
= 0.5(√1 + 8𝐹𝑟22 − 1
𝑦2

dapat dilakukan perhitungan :

𝑦6
= 0.5(√1 + 8(30,77523)2 − 1
𝑦2

= 43,0256196

Jadi nilai efektivitas loncatan teoritis untuk variasi 1 adalah 43,0256196. Begitu pun
dengan variasi lainnya, digunakanlah rumus dan formula yang sama

o. Menentukan Kehilangan Energi

Untuk menentukan kehilangan energi dapat menggunakan persamaan rumus


sebagai berikut :

∆Es = Es2 – Es6

dapat dilakukan perhitungan :

∆Es = Es2 – Es6

= 7,498007 - 1,750311

= 5,747696029

Jadi nilai kehilangan energi untuk variasi 1 adalah 5,747696029. Cara ini
berlaku sama untuk variasi kehilangan energi lainnya.

F. Data Akhir
Tabel 1.3 Hasil Perhitungan Volume, Debit, Luas Permukaan, Keliling Basah, Jari-Jari
Hidrolis, dan Bilangan Froude untuk setiap Variasi (1)
Variasi Titik Volume (m3) Q(m3/s) A(m2) v(m/s) P(m) R(m) Fr
1 0,007531394 0,001345 0,000648 2,07481 0,1922 0,003373 2,1768991
2 0,007531394 0,001345 0,000111 12,11614 0,0386 0,002865 30,77523
3 0,007531394 0,001345 0,000197 6,813028 0,0634 0,003114 12,953321
1
4 0,007531394 0,001345 0,000214 6,299259 0,068 0,00314 11,516089
5 0,007531394 0,001345 0,000268 5,016381 0,0836 0,003207 8,1838305
6 0,007531394 0,001345 0,000232 5,804453 0,0732 0,003165 10,186214
Tabel 1.4 Hasil Perhitungan Volume, Debit, Luas Permukaan, Keliling Basah, Jari-Jari
Hidrolis, dan Bilangan Froude untuk setiap Variasi (2)

Variasi Titik Volume (m3) Q(m3/s) A(m2) v(m/s) P(m) R(m) Fr


1 0,000578 2,195323 0,1722 0,000263 2,4387877
2 0,000109 11,62396 0,0382 9,39E-06 29,71373
3 0,000181 7,001302 0,0588 2,59E-05 13,88975
2 0,007531394 0,001269
4 0,000202 6,274523 0,0648 3,22E-05 11,784124
5 0,000275 4,61409 0,0856 5,96E-05 7,4311366
6 0,000218 5,811978 0,0694 3,76E-05 10,50539
Tabel 1.5 Hasil Perhitungan Volume, Debit, Luas Permukaan, Keliling Basah, Jari-Jari
Hidrolis, dan Bilangan Froude untuk setiap Variasi (3)

Variasi Titik Volume (m3) Q(m3/s) A(m2) v(m/s) P(m) R(m) Fr


1 0,007531394 0,000987 0,000376 2,624755 0,1144 0,003286 3,6163226
2 0,007531394 0,000987 0,000105 9,396624 0,037 0,002838 24,495804
3 0,007531394 0,000987 0,000149 6,617341 0,0496 0,003006 14,476354
3
4 0,007531394 0,000987 0,00019 5,181962 0,0614 0,003101 10,031716
5 0,007531394 0,000987 0,000251 3,926166 0,0788 0,003189 6,6158693
6 0,007531394 0,000987 0,000193 5,125431 0,062 0,003105 10,245741

Tabel 1.6 Hasil Perhitungan Energi Spesifik,Kehilangan Energi, Efisiensi Energi dan
Hasil Perhitungan Akhir
ES6 / L
∆ ES (m)
Variasi Fr2 ES2 (m) Hi (m) yc teo (m) y6/y2 aktual y6/y2 teoritis
1 30,77522999 5,747696029 0,229547 0,15 0,0173 0,155538006 2,094936709 43,0256196
2 29,7137299 5,149398605 3,999341 0,1 0,0156 0,149656659 2 41,52453437
3 24,4958041 3,148891048 3,36051 0,07 0,0125 0,126518022 1,833333333 34,1459065

G. Analisis A
1. Cara Kerja
a) Ukur temperatur air pada awal percobaan setelah hydraulic bench dinyalakan.
b) Operasikan hydraulic bench dengan beban tertentu untuk memperoleh debit
aktual, catat beban yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk
menaikkan beban dari kondisi setimbang.
c) Tempatkan sluice gate +/- 90 cm dari inlet sehingga akan terbentuk loncatan
hidrolis pada aliran.
d) Atur bukaan sluice gate untuk menentukan besar loncatan hidrolis yang
terbentuk.
e) Ukur panjang loncatan dan kedalaman aliran di 6 titik pengukuran.
f) Lakukan percobaan sebanyak 3 kali variasi debit.
g) Ukur temperatur air pada akhir percobaan.

2. Grafik
0.1
0.09 y = -0.0087x + 0.0566 y = -0.0072x + 0.0512
0.08 R² = 0.2104 R² = 0.1894
0.07
y = -0.0027x + 0.0333
Kedalaman

0.06
R² = 0.0575
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
jarak (m)

var 1 var2 var3


Linear (var 1) Linear (var2) Linear (var3)

Gambar 1.4 Grafik Kedalaman (y) Terhadap Jarak (x)


Variasi 1 : Berdasarkan grafik pengaruh kedalaman (y) terhadap jarak, dapat dilihat
bahwa grafik menggunakan regresi linear dengan persamaan y = mx + c. Nilai y yang
didapat adalah y = -0.0087x + 0.0566. Maka grafik berbanding terbalik karena nilai m
negatif. Nilai R² yang didapat adalah 0.2104 maka hubungan grafik lemah.

Variasi 2 : Berdasarkan grafik pengaruh kedalaman (y) terhadap jarak, dapat dilihat
bahwa grafik menggunakan regresi linear dengan persamaan y = mx + c. Nilai y yang
didapat adalah y = -0.0072x + 0.0512. Maka grafik berbanding terbalik karena nilai m
negatif. Nilai R² yang didapat adalah 0.1894 maka hubungan grafik lemah.

Variasi 3 : Berdasarkan grafik pengaruh kedalaman (y) terhadap jarak, dapat dilihat
bahwa grafik menggunakan regresi linear dengan persamaan y = mx + c. Nilai y yang
didapat adalah y = -0.0027x + 0.0333. Maka grafik berbanding terbalik karena nilai m
negatif. Nilai R² yang didapat adalah 0.0575 maka hubungan grafik lemah

3. Jenis Loncatan Hidrolis


Menurut Dermawan (2012), sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Biro Reklamasi Amerika Serikat, jenis loncatan dapat dibedakan berdasarkan
bilangan froude (Fr). Aliran yang terlibat yaitu aliran kritis. (Chow, 1989)

1. Untuk F1 = 1
Aliran kritis, sehingga tidak dapat berbentuk loncatan.
2. Untuk F2 = 1 sampai 1,7 (Lompatan Beralur/Undular Jump)
Terjadi ombak pada permukaan air, dan loncatan yang terjadi dinamakan
loncatan berombak.
3. Untuk F3 = 1,7 sampai 2,5 (Lompatan Lemah/Weak Jump)
Terjadi rangkaian gulungan ombak pada permukaan loncatan tetapi
permukaan air di hum tetap halus, loncatan ini dinamakan loncatan lemah.
4. Untuk F4 = 2,5 sampai 4,5 (Lompatan Berayun/Oscillating Jump)
Terdapat semburan berisolasi menyertai dasar loncatan bergerak ke
permukaan dan kembali lagi tanpa perioda tertentu, loncatan ini
dinamakan loncatan berisolasi.
5. Untuk F5 = 4,5 sampai 9,0 (Lompatan Mantap/Steady Jump)
ujung-ujung permukaan hilir akan bergulung dan titik dimanakecepatan
semburannya tinggi cenderung memisahkan diri dari aliran. Loncatan
macam ini sangat seimbang dan karakteristiknya adalah yang terbaik.
6. Untuk F5 = lebih dari 9,0 (Lompatan Kuat/Strong Jump)
kecepatan semburan yang tinggi akan memisahkan hempasan gelombang
gulung dari permukaan loncatan, menimbulkan gelombang-gelombang
hilir.

4. Kesalahan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, kesalahan yang dilakukan
oleh praktikan adalah tidak mengkalibrasi alat ukur kedalaman (jangka sorong)
terlebih dahulu. Selain itu, titik pengukuran yang kerap kali tidak sesuai dengan
loncatan hidrolis. Serta kurang memperhatikan dan tidak tepat dalam memilih titik
untuk loncatannya, serta pengukuran kedalaman yang masih kurang sempurna

H. Analisis B
1. Aplikasi di Bidang Kesehatan Lingkungan
a) Pintu air
Gambar 1.5 Pengaplikasian Loncatan hidrolis pada pintu air

Dalam pengaplikasian praktikum ini pada bidang kesehatan lingkungan , adalah salah satunya
pintu air, yaitu mengukur loncatan air yang dikeluarkan oleh pintu air, agar tidak terjadi
kebanjiran pada daerah disekitar pintu air tersebut, pengukuran seperti ini sangat diperlukan
agar semua sistem berjalan dengan baik .

b) IPAL

Gambar 1.6 Pengaplikasian Loncatan hidrolis pada saluran IPAL

Dalam IPAL terdapat saluran saluran yang biasanya memiliki ketinggian yang berbeda yang
bisa menyebabkan terjadinya loncatan hidrolis, maka dari itu haruslah saluran IPAL ini diatur
dan saluran pembuanganya pun jangan sampai memiliki loncatan hidrolis yang besar, karena
akan mengakibatkan pencemaran kepada lingkungan sekitar.

A. Kesimpulan
1. Mengetahui macam-macam dari loncatan hidrolis dan mampu menentukan jenis
loncatan hidrolis yang terjadi saat pelaksanaan praktikum .
Ada beberapa macam dari loncatan hidrolis diantaranya adalah :
1. Untuk F1 = 1
Aliran kritis, sehingga tidak dapat berbentuk loncatan.
2. Untuk F2 = 1 sampai 1,7 (Lompatan Beralur/Undular Jump)
Terjadi ombak pada permukaan air, dan loncatan yang terjadi dinamakan
loncatan berombak.
3. Untuk F3 = 1,7 sampai 2,5 (Lompatan Lemah/Weak Jump)
Terjadi rangkaian gulungan ombak pada permukaan loncatan tetapi
permukaan air di hum tetap halus, loncatan ini dinamakan loncatan lemah.
4. Untuk F4 = 2,5 sampai 4,5 (Lompatan Berayun/Oscillating Jump)
Terdapat semburan berisolasi menyertai dasar loncatan bergerak ke
permukaan dan kembali lagi tanpa perioda tertentu, loncatan ini
dinamakan loncatan berisolasi.
5. Untuk F5 = 4,5 sampai 9,0 (Lompatan Mantap/Steady Jump)
ujung-ujung permukaan hilir akan bergulung dan titik dimanakecepatan
semburannya tinggi cenderung memisahkan diri dari aliran. Loncatan
macam ini sangat seimbang dan karakteristiknya adalah yang terbaik.
6. Untuk F5 = lebih dari 9,0 (Lompatan Kuat/Strong Jump)
kecepatan semburan yang tinggi akan memisahkan hempasan gelombang
gulung dari permukaan loncatan, menimbulkan gelombang-gelombang
hilir.
Data yang didapatkan untuk nilai Fr dari variasi 1 adalah 30,77522999, variasi 2
adalah 29,7137299, variasi 3 adalah 24,4958041

Jadi jenis loncatan yang ada pada saat praktikum adalah Lompatan Kuat, yang
dimana, nilai Fr lebih besar dari 9,0

2. Menghitung dan menentukan nilai debit aktual (Qaktual)


Data yang didapat untuk debit aktual adalah sebagai berikut :
Variasi 1 : 0,001345
Variasi 2 : 0,001269
Variasi 3 : 0,000987

3. Menghitung dan menentukan Energi Spesifik (Es)


Data yang didapat untuk Energi Spesifik (Es) adalah sebagai berikut :

ES2 ES6
1 7,498007 1,750311
2 6,902265 1,752866
3 4,515333 1,366442
4. Menentukan Bilangan Fraude

Variasi Fr2
1 30,77522999
2 29,7137299
3 24,4958041
DAFTAR PUSTAKA

http://www.angelfire.com/me/Zulkiflee/bab4.html

http://e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/11203.pdf

http://e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/11203.pdf

Вам также может понравиться