Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2. Pengkajian
3. Identitas
4. Jenis kelamin : Hipertensi berkaitan dengan jenis kelamin laki-laki dan usia.
Namun, pada usia tua, risiko hipertensi meningkat tajam pada perempuan
dibandingkan laki-laki. Laki-laki obesitas lebih mempunyai risiko hipertensi lebih
besar dibandingkan dengan perempuan obesitas dengan berat badan sama. Di
Kamerun utara, pravelensi hipertensi pada perempuan (51,7%) lebih tinggi
dibandingkan laki-laki (48,7%). Hormone seks berkontribusi terhadap
perbedaan gender dalam control tekanan darah. 55% perempuan hipertensi
berusia >40 tahun. Hipertensi berat sebanyak 88,5%. Usia.(Pikir dkk, 2015, p. 5)
Keluhan Utama
Fatingue, lemah, dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi peningkatan frekuensi
denyut jantung, disritmia, dan takipnea. (Udjianti, 2013, hal. 108)
Pada umumnya, beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu
sakit kepala, kelelahan, selah, susah nafas, mual, gelisah, kesadaran menurun,
pengelihatan menjadi kabur, tinnitus (telinga berdenging), palpitasi (berdebar-
debar), kaku kuduk, tekanan darah diatas normal, gampang marah. (Nurarif &
Kusuma, 2015, p. 103)
Hipertensi pada orang yang memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga sekitar 15-
35%.Suatu penelitian pada orang kembar, hipertensi terjadi 60% laki-laki dan 30-
40% perempuan. Hipertensi usia dibawah 55 tahun terjadi 3,8 kali lebih sering
pada orang dengan riwayat hipertensi keluarga (Pikir dkk, 2015, p. 6)
Riwayat pengobatan
Ada beberapa obat yang harus diminum oleh penderita penyakit hipertensi yaitu
Pengobatan anti hipertensi :
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
1. Kesadaran
Seorang pasien yang terkena hipertensi kesadarannya adalah sadar dan juga dapat
mengalami penurunan kesadaran (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 103)
1. Tanda-tanda vital
2. Tekanan darah
1. Nadi
Meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis; perbedaan denyut nadi
atau tidak ada denyut nadi pada beberapa area seperti arteri popliteal, posterior
tibia. (Udjianti, 2013, p. 108)
Body system
1. Sistem pernafasan
1. Sistem kardiovaskuler
1. Sistem persarafan
Melaporkan serangan pusing/ pening, sakit kepala berdenyut di suboksipital,
episode mati-rasa, atau kelumpuhan salah satu sisi nadan. Gangguan visual
(diplopia- pandangan ganda atau pandangan kabur) dan episode
epistaksis (Udjianti, 2013, p. 109)
1. Sistem perkemihan
Temuan fisik produksi urine <50 ml/jam atau oliguri (Udjianti, 2013, p. 108)
1. Sistem pencernaan
1. Sistem integument
Suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler lambat (>2 detik), sianosis,
diaphoresis, atau flusing (Udjianti, 2013, p. 108)
1. Sistem musculoskeletal
Terjadi kaku kuduk pada area leheer (Haryanto & Rini, 2015, p. 40)
1. Sistem endokrin
Pada pasien dengan hipertensi biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada
sistem endokrin (Udjianti, 2013, p. 109)
1. Sistem reproduksi
Pada klien hipertensi terjadi peningkatan TIK (tekanan intra cranial) pada saat
melakukan hubungan seksual dan terjadi gangguan reproduksi pada ibu hamil yang
memiliki hipertensi (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 106)
1. Sistem penginderaan
Pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau sklerosis arteri edema atau
papiledema (eksudat atau hemoragi) tergantung derajat lamanya
hipertensi (Udjianti, 2013, p. 109)
1. Sistem imun
1. Pemeriksaan penunjang
8. Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi
terhadap vasokontriksi dan hipertensi
1. EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola stain, gangguan konduksi atau
disritmia(Udjianti, 2013, p. 110)
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul dari pasien Hipertensi adalah sebagai
berikut :
1. Definisi
Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolism tubuh.
1. Penyebab
4. Perubahan kontraktilitas
5. Perubahan preload
6. Perubahan afterload
Subjektif
Palpitasi
2. Perubahan preload
Lelah
3. Perubahan afterload
Dipsnea
4. Perubahan kontraktilitas
Ortopnea
Batuk
Objektif
2. Perubahan preload
Edema
Hepatomegali
3. Perubahan afterload
Oliguria
4. Perubahan kontraktilitas
Subjektif
1. Perilaku emosional
Cemas
Gelisah
Objektif
1. Perubahan preload
Murmur jantung
2. Perubahan afterload
3. Prubahan kontraktilitas
4. Stenosis mitral
5. Regurgitasi mitral
6. Stenosis aorta
7. Regurgitasi aorta
8. Stenosis trikuspital
9. Regurgitasi trikuspidal
12. Aritmia
1. Definisi
1. Penyebab
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
Objektif
1. Tampak meringis
3. Gelisah
5. Sulit tidur
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
5. Menarik diri
7. Diaphoresis
9. Kondisi pembedahan
11. Infeksi
13. Glaucoma
1. Definisi
1. Penyebab
3. Tirah baring
4. Kelemahan
5. Imobilitas
Subjektif
1. Mengeluh lelah
Objektif
Subjektif
3. Merasa lemah
Objektif
4. Sianosis
6. Anemia
10. Aritmia
3.Intervensi
Tujuan
Criteria hasil
2. Mempunyai haluaran urine, berat jenis urine, blood urea nitrogen (BUN)
dan keratin plasma dalam batas normal
5. Menjelaskan diet, obat, aktivitas, dan batasan yang diperlukan (mis. Untuk
penyakit jantung)
Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan
Aktivitas kolaboratif
1. Nyeri akut
Tujuan
Criteria hasil
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
3. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic
dan kemungkinan efek sampingnya
4. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri
respon pasien
5. Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien
Aktivitas kolaboratif
1. Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(mis, setiap 4 jam selam 36 jam) atau PCA
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasalalu
1. Intoleransi aktivitas
Tujuan
Menoleransi aktivitas yang bisa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas,
ketahanan, penghematan energy, tingkat kelelahan, energy psikomotorik, istirahat,
dan perawatan diri : ASK (dan AKSI)
Criteria hasil
3. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas (uraikan tingkat yang
diharapkan dari daftar pada saran penggunaan)
Intervensi NIC
Aktifitas keperawatan
1. Kaji tingkat kemmpuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI
Aktivitas kolaboratif
2. Kolaborasikan dengan alat ahli terapi okupasi, fisik (mis, untuk latihan
ketahanan), atau reasi untuk merencanakan dan memantau program aktivitas,
jika perlu
3. Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk pelayanan kesehatan jiwa
dirumah
6. Rujuk pasien keahli gizi untuk pelayanan diet guna meningkatlan asupan
yang kaya energy
Haryanto, A., & Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.